Disclaimer : Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Warning : Absurd, gaje, typo berceceran :3


Pada hari yang telah lalu, kusadari semuanya terlalu berharga untuk dilupakan. Kenangan manis serta suka cita di musim yang lalu tak bisa terlupakan begitu saja. Hari-hari yang indah telah berakhir, masa yang buruk pun tenggelam bersama waktu yang terus berputar. Kini hari esok menyambut, mengucapkan salam pertama di pagi yang cerah ini.

Hari ini memang sama seperti hari-hari sebelumnya, pagi pun akan berganti siang, kemudian matahari siang itu perlahan akan terbenam dalam senja hingga akhirnya menghilang saat malam tiba. Tetapi di hari ini mungkin aku harus bersyukur karena masih dapat hidup diusiaku yang tak lagi kanak-kanak. 17 tahun, usia yang cukup dewasa bukan? Ya, semoga saja demikian.

Perlahan ku langkahkan kaki menuju jendela kamarku, membukanya secara perlahan dan saat itu aku dapat merasakan sejuknya minggu pagi ditanggal kelahiranku ini. 'Otanjoubi omedetou' aku berucap dalam hati. Seraya membuat permohonan kecil, aku memejamkan mataku dan mengucapkan beberapa permohonan dalam hatiku. Semoga saja terkabul, tak harus semua memang tetapi kuharap sesuatu yang baik akan terus berjalan beriringan bersamaku.

Beranjak dari jendela kamarku, seraya mencari sesuatu aku kembali lagi ke tempat tidurku dan akhirnya aku menemukan benda yang kucari, sebuah ponsel. Dengan sangat perlahan aku membuka satu demi satu pesan masuk yang berisikan ucapan 'Selamat ulang tahun'. Aku tersenyum saat membaca ucapan-ucapan itu, mulai dari yang singkat hingga sebuah pesan yang amat panjang dari teman maupun sahabatku. Mungkin saat ini aku hanya dapat mengucapkan terima kasih secara tak langsung.

Aku terus menyusuri pesan masuk dalam ponselku dan pandanganku menajam saat aku membaca pesan yang baru saja masuk pagi ini. Sebuah ucapan 'Selamat ulang tahun' dari sosok itu, seseorang yang telah lama ku sukai. Memang hanya ucapan singkat seperti yang lainnya, tetapi entah mengapa aku merasa semakin bersemangat di hari ini karena dirinya. Aku ingin hari esok secepatnya datang karena aku sudah merasa jenuh akan libur panjang ini. Aku ingin melangkahkan kakiku ke sekolah, bertemu dengan teman-temanku dan tentu saja bertemu dengannya yang tak jarang terlihat tengah berlatih dengan tim basketnya.

"Otanjoubi omedetou, semoga hari esok menyenangkan," Gumamku lirih, disertai senyuman yang masih menghiasi wajahku.

.

.

.


Akhirnya aku sampai di hari ini, hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang akhir semester. Rasanya ingin tersenyum sepanjang jalan saat membayangkan saat-saat yang indah kembali datang untuk kesekian kalinya. Terutama membayangkan saat dimana aku dapat melihatnya bermain basket lagi. Melihat dirinya yang keren tengah mengoper bola pada Aomine-kun yang tak lain adalah cahayanya dalam bermain basket. Serta mendengar suara decitan sepatu di lapangan basket sekolahku.

Aku terus membayangkannya, sedetik sebelum seseorang datang menyapaku.

"Ohayou,"

Ucap sosok itu, seorang pemuda berambut baby blue yang kini berdiri tepat disampingku.

"Tetsu-kun!"

Sontak aku sedikit terkejut karena kehadirannya yang selalu saja tiba-tiba. Terlebih lagi aku memang sedang berkhayal tentang dirinya. Aku akui ini sedikit memalukan.

"Maaf mengagetkanmu."

Masih dengan nada datarnya, sosok itu tetap berjalan beriringan denganku dan kusadari ini adalah pertama kalinya aku berjalan beriringan dengan sosok itu. Terlebih lagi berjalan beriringan dengannya saat menuju ke sekolah dan— ini adalah perjalanan yang cukup panjang karena jarak rumahku ke sekolah memang cukup jauh.

Benarkah ini terjadi? Mungkin jika aku adalah Rea dan Tetsu-kun adalah Akashi-kun, aku tak aneh dengan pemandangan seperti ini karena mereka memang sepasang kekasih dan tentu saja mereka sudah sering pulang-pergi ke sekolah bersama. Tetapi aku dan Tetsu-kun? Kami hanya sebatas teman tak akrab yang hanya kenal nama dan wajah.

"Ada apa?"

Ah, untuk kedua kalinya sosok itu menarik diriku dari khayalan nista yang selalu saja datang tiba-tiba seperti saat ini.

"Ah, tidak ada apa-apa kok Tetsu-kun."

Aku sedikit tersenyum padanya dan kulihat dirinya juga tersenyum padaku walaupun senyuman itu terlihat sangat samar dan hampir tak terlihat. Ya, memang beginilah Kuroko Tetsuya.

"Otanjoubi omedetou,"

"Eh?"

"Aku hanya ingin mengucapkannya secara langsung walaupun sudah berlalu satu hari sejak ulang tahunmu kemarin."

"Un, arigatou Tetsu-kun."

"Ya,"

Setelah itu kami hanya berjalan dalam diam, tak ada yang membuka topik pembicaraan dan Tetsu-kun kembali sibuk dengan buku yang ada ditangannya saat ini. Untuk mencari kesibukan lain akhirnya aku membuka ponselku, tentu saja hanya untuk mengecek pesan masuk yang ada di dalamnya. Untunglah terdapat satu pesan masuk saat itu. Dan— isi pesan itu—

"Percepat langkah kalian dan katakan pada Tetsuya hari ini ada rapat strategi mendadak sebelum bel masuk berbunyi. Atau—"

GLEK—

Seketika aku mematung saat membaca pesan masuk itu. Memang hanya sebuah pesan masuk biasa, tetapi jika pesan itu dikirim oleh raja ib— maksudku Akashi-kun maka pesan itu sedikit (coret) terlalu mengerikan saat membacanya karena penuh dengan nada memerintah yang absolute. Terlebih lagi dari mana dirinya tau bahwa aku sedang bersama Tetsu-kun? Apakah dirinya adalah seorang stalker? Tidak mungkin, mana mungkin Akashi-kun melakukan hal yang sama dengan Rea yang memang hoby stalking itu.

"Kau kenapa?"

Tiga kali, sebanyak itukah Tetsu-kun menyadarkanku dari lamunanku?

"I-itu,"

"Apa?"

"Baru saja Akashi-kun mengirimku pesan, dan—"

"Dan?"

Dan? Kutunjukan saja ponselku pada Tetsu-kun. Biarkan dia sendiri yang membaca isi pesan dari sang kapten. Awalnya Tetsu-kun sedikit terkejut karena tiba-tiba saja aku mengacungkan ponselku tepat dihadapannya.

"Ya, aku mengerti."

Hah... untunglah Tetsu-kun tak berkata hal-hal aneh seperti mengataiku bodoh atau apalah itu. Memang sih tak mungkin karena sifat Tetsu-kun jauh berbeda dengan Aomine-kun yang hoby mengatai orang lain. Atau dengan Midorima-kun yang tsundere-nya sudah sangat akut.

"Sebaiknya kita segera bergegas sebelum Akashi-kun melemparkan guntingnya."

"Eh? I-iya."

Memang benar, lebih cepat lebih baik. Tetapi kenapa tiba-tiba saja kau menarik tanganku? Apa kau tak tau rasanya berdebar-debar? Arggh— sudahlah lupakan khayalan nista yang mungkin akan muncul karena kejadian ini.

.

.

.

.

BRAK—

Terdengar suara pintu yang dibuka kasar setelah sebelumnya kami memasuki ruangan itu. Tentu saja aku dan Tetsu-kun tak mungkin melakukan tindakan sekasar itu pada pintu gym yang malang tersebut. Tetapi entah mengapa orang ini selalu melakukannya.

"Aomine-kun,"

Ucapku dan Tetsu-kun bersamaan saat melihat sesosok pemuda berkulit tan yang baru saja melakukan tindak kekerasan pada pintu gym yang malang itu. Tetapi beberapa pasang matanya seolah berkata 'Abaikan saja orang itu.'

"Yoo,"

Dengan santainya Aomine-kun memasang wajah yang murni seperti orang yang tak melakukan tindak kekerasan apapun. Baiklah, hal tersebut sukses membuat Kise-kun serta Momoi facepalm. Kemudian Midorima-kun hanya menatap Aomine-kun sambil membenarkan posisi kacamatanya. Lalu, Murasakibara-kun seperti biasa hanya sibuk dengan kudapan tercintanya.

CEKRES—

Suara apa itu? Tentu saja suara benda yang sangat familiar untuk kelima pemuda pelangi itu. Apalagi kalau bukan suara gunting yang tengah dimainkan oleh seseorang.

GLEK—

Seketika kami menatap sosok pemuda berambut merah yang tengah berdiri diambang pintu. Pemuda yang tak lain adalah sang pemilik gunting itu tengah menyeringai lebar. Benar-benar mengerikan.

'Matilah kau Aomine Daiki.'

Lebih baik diam, dari pada bersuara sama dengan mati. Terlebih lagi mati dicabik-cabik oleh gunting, sungguh kematian yang tak elit bukan?

"Kau terlambat satu menit Aomine Daiki."

Ucap sang pemilik gunting yang tak lain adalah Akashi Seijuuro. Pemuda berambut merah serta bermanik heterokomia ini masih terus memainkan guntingnya sehingga membuat suara 'cekres-cekres-cekres-cekres' entah berapa kali.

Dan akhirnya adegan penyiksaan oleh sang gunting pun kembali dimulai. Oke, skip saja kejadian tak pantas diumbar itu. Memang tak jarang hal ini terjadi.

.

.

.


A/N : Oke minna, sebenarnya ini fanfic uji coba *mana ada woy* soalnya saya disuruh bikin fanfic buat ultah temen saya *padahal mah saya kagak bisa* maunya sih langsung aja oneshot tapi panjang banget ya udah deh jadi dipotong-potong gini /syalalala~plak/ terlebih lagi pake OC ==" makannya saya bingung :3 mana OC-nya dua lagi ya. Tadi udah disebut-sebut kan yang satu lagi si Rea pacarnya Akashi /plak/ itu sebenarnya Reader dan saya potong jadi 'Rea' wkwkkw /dikubur/ alasannya yaitu karena saya mau bikin Akashi x Reader tapi gak bisa-bisa /jleb/

Karena ini uji coba maka dari itu saya minta reviewnya ya, kritik dan saran yang membangun atau membuat fanfic absurd ini menjadi bagus/cling-cling/