CHAPTER 5


'Apakah kau sudah membaca pesanku? Maaf aku tak bisa menjemputmu di kampus hari ini, aku juga tahu jika Eunhyuk sedang menikmati liburan musim panas-nya. Jadi aku menyuruh Ahra noona untuk menjemputmu. Dia akan datang sebentar lagi, tunggulah di tempat biasa. Aku mencintaimu'

Sungmin membaca pesan teks dari suaminya dan mengerjap beberapa saat sebelum menyadari jika Ahra—noonanya Kyuhyun akan benar-benar menjemputnya saat itu.

Bukankah itu sangat merepotkan?! Sungmin memang sudah berada di tempat biasa ia menunggu Kyuhyun, tapi ia baru menyadari jika Kyuhyun akan merepotkan noonanya masalah Sungmin.

Bagaimana ini? Haruskah Sungmin menelepon Kyuhyun dan memberi tahu jika ia bisa pulang sendiri dengan bus? Tapi bagaimana jika laki-laki itu sedang dalam suatu acara meeting penting?

Sungmin bergulat lama dengan pikirannya sendiri, bingung memutuskan yang mana. Sampai suara klakson mobil yang cukup keras membuyarkan pikirannya. Sungmin menoleh untuk melihat siapa pemilik si klakson-dengan-suara-keras itu.

Mobil Jeep?

Siapa yang mau membawa mobil model seperti itu ke suatu tempat bernama Universitas ini?

"Hey, Sungmin-ah!"

Seorang wanita cantik berambut pirang panjang kecoklatan melompat turun dari mobil Jeep besarnya. Dengan pakaian stylish-nya ia melambaikan tangan ke arah Sungmin seraya tersenyum hangat.

Sungmin mengernyit sedikit sebelum menyimpulkan bahwa ternyata itu adalah Ahra. Sungmin membalas lambaian tangan Ahra dan melangkah cepat menuju depan mobil Jeep itu.

"Ayo naik" Ajak Ahra.

.

.

.

"Maaf, apakah aku merepotkanmu unnie?" Tanya Sungmin ketika mereka sudah berada di dalam Jeep besarnya Ahra.

"Tentu saja tidak" Ahra tersenyum menatap Sungmin yang berada di sebelahnya. "Dengar, jadi begini. Pekerja bangunan sedang merenovasi sedikit apartemenmu dan Kyuhyun ya?"

"Ya, mereka sudah ada di apartemen sebelum aku berangkat kuliah unnie." Jawab Sungmin.

Ahra menggumam sebentar, memilah-milah beberapa tempat yang akan ditujunya untuk menghabiskan waktu bersama Sungmin.

"Mau pergi ke salah satu mall milik Kyuhyun tidak?" Ujar Ahra memutuskan.

"A—apa?" Sungmin sedikit tercengang mendengar nada santai Ahra ketika mengatakan 'mall-milik-Kyuhyun'

"Yah! Cho Sungmin-ah adikku tersayang! Jangan sering tergagap begitu ah!" Ahra sedikit mengibas-ngibaskan lengannya "Pokoknya kita akan menghabiskan waktu bersama sampai Kyuhyun selesai dengan meeting-nya. Setuju?"

Sungmin pun hanya dapat menjawabnya dengan anggukkan gugup.

.

.

.

.

Rasa-rasanya Sungmin ingin sekali menyopot kakinya jika saja ia bisa. Jujur saja, bukannya menyenangkan tapi ini malah menguras tenaganya. Ahra mengajaknya berkeliling satu mall besar ini dan hampir berhenti di setiap outletnya, mengambil barang secara gratis sambil dihormati oleh seluruh karyawan disana hanya dengan bicara "Masukkan ke tagihan Cho Kyuhyun."

Sungmin hanya bisa mengernyit bingung mendengarnya. Apa mungkin seluruh karyawan mall yang harga barangnya selangit ini pasti mengenal Kyuhyun?

Jawabannya adalah 'Ya'

"Aku rasa yang ini cocok denganmu. Cobalah, aku tunggu disini ya."

"Tapi unnie—"

Sungmin tak sempat melanjutkan kata-katanya saat ia menyadari dirinya sudah di dorong masuk ke dalam kamar ganti untuk mencoba baju yang Ahra sodorkan padanya.

Menghela nafas berat sebentar, Sungmin memegang dengan hati-hati baju yang bahannya sangat lembut itu. 'Wah sebuah gaun. Indah sekali' gumamnya.

Tapi setelahnya, ia membelalakkan matanya lebar-lebar saat melihat sebuah kertas kecil pricelist yang tergantung rapi di bagian sisi pinggang gaun tersebut. Lalu tanpa pikir panjang Sungmin keluar dari kamar ganti dengan tergesa-gesa, memberikan lagi gaun tersebut ke tangan Ahra.

"Aku tidak bisa memakainya, unnie." Ujar Sungmin sambil menunduk—takut-takut dimarahi.

"Eh? Kenapa?"

'I—ini terlalu mahal. Pasti tak cocok untukku." Sungmin yang memang tidak peduli dengan pandangan mengernyit aneh yang diberikan oleh seorang karyawan berbaju rapi itu tetap bersikeras menolak perintah Ahra dengan sesopan mungkin.

Ahra menghela nafas berat dan setelahnya ia menyerah dengan keputusan Sungmin yang ia anggap sangat konyol itu.

"Kamu lolos hari ini, Sungminnie-yah." Ucap Ahra mengalah "Sekali-kali bocah itu harus melihat dirimu yang berbeda Minnie, agar dia semakin tergila-gila padamu."

Sungmin hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan Ahra. Ia tahu siapa yang dimaksud 'bocah' olehnya. Sungmin tertawa-tawa kecil dalam hati melihat tingkah unik kakak beradik ini.

Dirinya yang berbeda? Sungmin masih memikirkan perkataan Ahra disaat ia telah digiring lagi ke beberapa outlet butik lain. Memangnya kenapa dengan dirinya sekarang ini? Lagipula jika ia dipaksa memakai gaun mahal itu Sungmin bukannya merasa nyaman tetapi ia menjadi takut jika gaun itu rusak.

Ahra berbalik menatap raut wajah kebingungan Sungmin. Ahra tertawa "Kenapa? Masih memikirkan perkataanku tadi?"

Sungmin mengangguk sambil tersenyum malu-malu. Ahra menghela nafas sebentar sebelum mengatakan "Lihatlah Sungminku sayang! Pakaian yang sedang kau pakai sekarang itu benar-benar...aish"

Sungmin melirik dirinya sendiri dari atas sampai bawah, ia memakai celana jeans dengan T-shirt berwarna putih seadanya lalu dipadukan dengan cardigan seadanya juga.

"Aku nyaman dengan ini kok, unnie" ucap Sungmin tersenyum.

Ahra mengedikkan bahu memandang Sungmin yang masih tersenyum menatapnya. "Ayo pakai ini dan jangan membantah sayang." Ahra menyodorkan baju yang lumayan simple tetapi terlihat sangat cantik, dan Sungmin pun menurutinya.

"Apa bocah itu tidak membelikkanmu baju sama sekali. Dasar" Sungmin mendengar gumaman kesal Ahra. Ia ingin membantahnya, apakah unnie-nya ini tidak tahu jika lemari besar yang ada di apartemen Kyuhyun itu hampir berisi semua baju yang diberikan untuk Sungmin. Hanya saja Sungmin tidak pernah berani memakainya.

Sungmin haya bisa bergumam 'Mau bagaimana lagi'

.

.

.

Pukul 14.36

Saat ini Kyuhyun sedang merapikan berkas-berkas meeting di ruangan pribadinya, sedikit mengernyit saat ponselnya berdering pertanda sebuah e-mail masuk, Kyuhyun meraihnya dan langsung tertawa miris.

"Cho Ahra...kau..." Kyuhyun meringis melihat tagihan belanja yang dikirimkan lewat e-mail pribadinya.

Seharusnya aku tak memberitahu dia bahwa aku membeli mall. Sial. Biar saja, yang terpenting dia menjaga Sungmin.

CKLEK

"Boleh aku masuk?"

"Kau sudah masuk terlebih dulu, Donghae Hyung."

Donghae tertawa "A—ah maaf."

"Ada apa mencariku?" Kyuhyun bertanya.

"Hanya ingin membicarakan soal istrimu. Boleh tidak?" jawab Donghae seraya mendudukkan dirinya di sofa.

"Tentu, Hyung."

"Aku sudah memikirkan tentang hal ini beberapa hari yang lalu. Bagaimana jika kita menggunakkan terapi hipnotisme padanya? Hanya untuk menghilangkan traumatiknya pada laki-laki. Itu sih saranku." Ujar Donghae.

"Tapi untuk mengetahui tentang masa lalu istrimu, itu tergantung padamu ingin mengetahuinya dari Sungmin-ssi sendiri atau lewat terapi ini." Lanjut Donghae menyarankan.

Kyuhyun mencerna perkataan Donghae sebentar. Sedikit mempertimbangkannya, ini adalah hal yang baik untuk Sungmin-nya. Hanya saja,

"Entahlah Hyung, apa menurutmu aku sangat egois? Aku belum siap melihat Sungmin berbicara atau berkenalan dengan lelaki lain selain aku. Aku yakin terapi itu akan sangat berhasil. Maka dari itu, aku..."

Donghae tersenyum mendengar nada posesif yang Kyuhyun lontarkan mengenai istrinya. "Kau benar! Traumanya Sungmin menjadi menguntungkan untukmu, bukan? Jika aku berada di posisimu aku pasti akan mengambil tidakan seperti itu."

"Yah, akui saja Hyung! aku sangat egois bukan? Sungmin sekarang sudah merasa nyaman dalam dekapanku, tidak menggigil seperti dulu lagi, dan aku sudah sangat sering melihat senyumannya." Ujar Kyuhyun sambil tersenyum tulus "Apa lagi yang kubutuhkan, Hyung? aku akan menunggu sampai trauma itu menghilang dengan sendirinya dan aku akan mencoba untuk bisa bertahan saat nanti melihat Sungmin berbicara dengan laki-laki lain."

"Aku setuju"

Donghae menatap Kyuhyun seolah-olah sedang melihat magnaenya saat SMA dulu yang tidak pernah sekalipun berpacaran walaupun ia sangat pupuler dan tampan, sekarang Kyuhyun telah menemukan belahan jiwanya tanpa bisa menghilangkan sifat posesifnya terhadap sesuatu.

Apapun yang menjadi miliknya adalah miliknya.

.

.

.

.

Kyuhyun memakirkan mobil mewahnya di depan sebuah mall miliknya, menelpon Ahra sebentar untuk mengetahui dimana posisi mereka sekarang sebelum setelahnya ia masuk ke dalam mall tersebut.

Kyuhyun menghiraukan para karyawan yang menunduk hormat padanya, ia hanya terus melangkahkan kakinya cepat menuju posisi nunanya.

"Yah! Kyuhyun-ah disini!"

Kyuhyun melihat Ahra melambaikan tangan dengan Sungmin yang juga berdiri di sebelahnya. Kyuhyun lalu menghampiri mereka dengan cepat.

"Bagaimana? Bukankah dia sangat cantik?" ujar Ahra sambil menunjuk Sungmin yang sekarang memakai dress simple lumayan pendek berwarna merah muda cerah dan dengan memperlihatkan punggung putih Sungmin sedikit.

Kyuhyun mengerjap-ngerjapkan matanya cukup lama, melihat Sungminnya yang sangat cantik badannya seketika membeku, Sungmin hanya tersenyum menanggapinya. Kyuhyun terus menatap Sungmin sampai Ahra jengah melihat tampang idiot adiknya itu.

"Yah idiot! Sudah, ayo kita makan!"

"A—akh noona! Sudah kubilang jangan memukul kepalaku!" kata Kyuhyun kesal sambil mengelus kepalanya yang sedikit sakit ia melangkah mendekati Sungmin dan melepaskan jas kerjanya untuk disampirkan menutupi punggung putih Sungmin lalu menggandeng tangannya.

.

.

.

.

"Noona, berhentilah menghabiskan uangku hanya untuk baju-baju konyol itu."

Ahra mendengus, ia sudah terbiasa mendengar adiknya berbicara seperti itu. Sungmin yang mendengarnya hanya manggut-manggut kecil.

"Aku hanya menghabiskan sedikit uangmu, Kyuhyun-ah." Ucap Ahra sambil menekankan kata 'sedikit'. Kyuhyun menanggapi dengan dehaman kecil sambil memotong kecil-kecil steak di piringnya. Setelah steak itu terpotong-potong kecil ia menukar piringnya dengan piring Sungmin, lalu menusuk potongan kecil steak tersebut dan menyodorkannya pada Sungmin.

Sungmin memakannya pelan-pelan, mengerjapkan matanya lucu mengagumi betapa enaknya steak ini, "Apakah enak?" tanya Kyuhyun.

Sungmin membalas dengan anggukan semangat.

"Haaaah~ rasanya aku jadi cemburu melihat perhatian adik kesayanganku yang sekarang sudah beralih ini."

Perkataan Ahra tadi mengundang hening yang cukup lama. Sampai Sungmin menundukan kepalanya dan berkata

"Ah, a—apa aku mengganggu?"

"Tidak!" jawab Ahra cepat "Aku lebih senang sekarang daripada dulu Sungmin-ah. Itu berarti Kyuhyun sudah sangat dewasa sekarang. Cepat-cepatlah memberikanku keponakan!"

Kyuhyun sedikit tersedak mendengarnya "Makanya kau yang sudah tua ini cepat cari pasangan sana!"

"Diam kau, idiot berisik!"

Ahra memukul kepala Kyuhyun lagi.

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam saat Sungmin duduk santai di atas karpet tebal ruang televisi Kyuhyun, ia merasakan kakinya sangat pegal ini pasti efek karena tadi ia berjalan-jalan berkeliling mall yang sangat luas itu.

Sungmin meringis saat memijit-mijit pelan kakinya, memang sudah hampir dua bulan ia tak pernah berjalan lama seperti itu karena Kyuhyun selalu mengantar jemputnya dengan mobil.

Sungmin jadi kesal sendiri, kenapa sekarang ia sangat lemah sih?

Kyuhyun yang baru selesai berganti baju sehabis mandi pun tertegun melihat Sungmin yang sepertinya menjadi korban ganasnya hasrat belanja Ahra.

"Kemarilah, aku akan memijitmu."

Sungmin menoleh melihat Kyuhyun yang saat itu hanya memakai t-shirt santai dengan celana pendek dan rambut masih setengah basah. Betapa tampan suaminya itu. Sungmin merasakan pipinya memerah dan ini sedikit gawat.

"T—tidak perlu, Kyu tidur saja duluan. Aku akan menyusul sebentar lagi."

Kyuhyun tidak menerima penolakkan. Kemudian ia mengeser tubuh Sungmin agar mendekat padanya dan sedikit mengangkat kaki Sungmin ke atas kakinya, lalu ia pun mulai memijat pelan-pelan kaki Sungmin.

Mereka terdiam cukup lama dengan Kyuhyun yang masih terus memijat kaki Sungmin "Apakah masih pegal?"

Sungmin menggeleng senang. Lalu ia menyingkirkan kakinya, dan ikut duduk sejajar dengan Kyuhyun untuk menatap televisi. Sungmin belum merasa mengantuk, dan ia yakin Kyuhyun juga.

"Maukah kau tidak pergi ke kampus selama musim panas ini?" ujar Kyuhyun. "Entahlah, aku hanya sangat tidak tenang membiarkanmu di kampus tanpa Eunhyuk yang sedang pergi liburan, maukah?"

"Atau kau ingin pergi liburan?"

"Kemana? Katakan saja, aku takut kau hanya bosan berada dirumah saja nanti."

Sungmin tersenyum mendengarkan ocehan Kyuhyun yang terus memberikan pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya ia jawab tapi ia malah tak mendapatkan kesempatan menjawab sama sekali.

"Aku bisa dirumah saja kok, Kyu. Memasak dan menunggumu pulang." Jawab singkat Sungmin dengan senyuman tulusnya.

Kyuhyun menatap Sungmin tanpa mengedip lama sampai akhirnya. "Kau tahu? Sebaiknya kita tidur sebelum aku bisa menahan diriku lebih jauh untuk tidak menciummu, Min."

Setelah mengucapkan hal tersebut, Kyuhyun langsung mendudukan kepalanya dengan raut wajah frustasi. Sungmin yang melihatnya menjadi sedih, ia takut mengecewakkan Kyuhyun. Sudah hampir dua bulan Kyuhyun menahan hasratnya untuk menyentuh Sungmin. Sungmin tahu itu.

"Tak bisakkah kau menciumku kali ini?" Sungmin menyentuh lengan Kyuhyun. Membuat agar pria itu menatapnya. "Terima kasih atas semua yang kau lakukan padaku selama dua bulan ini Kyu, aku sangat berterima kasih. A-aku merasa sepertinya hanya kau pria yang dapat membuatku nyaman tanpa membuat penyakit trauma ini muncul, terima kasih."

Dan setelahnya, Sungmin merasakan bibir Kyuhyun sudah menyentuh bibirnya dengan sangat perlahan, hati-hati saat Sungmin akan menolaknya nanti. Setelah beberapa menit Kyuhyun yang hanya menyatukan bibirnya dengan bibir Sungmin sekarang mulai bertindak lebih jauh, ia menopang tubuh Sungmin dengan lengan kirinya yang berada di pinggangnya dan lengan kanan yang berada di tengkuk Sungmin mencoba memperdalam ciuman mereka denga lumatan-lumata lembut.

Sungmin hanya bisa meremas t-shirt Kyuhyun dan mencoba menenangkan perutnya yang terus bergolak, ia yakin sekarang Kyuhyun sudah menjadi salah satu bagian hidupnya, ia tidak akan menjauh lagi dari Kyuhyun. Ia akan menjadikan Kyuhyun sebagai tameng yang akan selalu melindunginya.

Ciuman ini buktinya.

Sungmin menyukai bibir Kyuhyun yang melumat lembut bibirnya.

Sungmin menyukai dekapan Kyuhyun yang saat ini menopang tubuhnya.

Sungmin menyukai remasan lengan Kyuhyun pada tengkuknya

Sungmin mencintai Kyuhyun.

"Sampai disini saja, sayang. Aku takut tak bisa menahannya nanti." Kyuhyun melepaskan tautan bibir mereka lembut secara sepihak, Kyuhyun melihat Sungmin yang sangat cantik saat ini dengan pipi merona merah dan nafas yang sedikit terengah.

"Kita tidur sekarang?"

Sungmin mengangguk cepat. Lalu Kyuhyun mencium keningnya.

.

.

.

.


TBC

Cuma bisa bilang maaf :((( adakah yang masih membaca?

Dan pak lee kemarin itu bukan ayahnya sungmin. sungmin kan emang takut kalo deket laki-laki, mau itu yang masih muda ataupun yang udah tua.

RnR ya?