"Bagaimana jika kita saling memandikan?"
Dan wajah Eren benar-benar sudah semerah tomat. Ia tidak tau lagi mesti bagaimana. Menerimanya, sama saja merelakan tubuhnya dilihatkan kepada wali kelasnya, walaupun sebaliknya juga, menolaknya sama saja ia tidak akan mandi selama ia masih terjebak di tubuh wali kelasnya itu.
Semua salahmu
Shingeki No Kyojin © Hajime Isayama
Rivaille x Eren
'Karena kecerobohan seorang Hanji Zoe, Rivaille harus bertukar nyawa dengan muridnya sendiri yang bernama Eren'
BL, AU, OOC, etc…
Chapter 2
(maaf jika ada yang bingung nanti, disni Eren dibadan Rivaille, dan Rivaille dibadan Eren, jadi nanti jika ada kejadian contohnya, Eren terjatuh, ia terjatuh dengan badan Rivalle, jadi seolah Rivaille yang jatuh, padahal itu Eren *bahkan ngejelasinnya aja gak bisa*)
Eren mengedipkan matanya berkali-kali, bingung dengan pernyataan gurunya itu. Saling memandikan? Kenapa gurunya bisa dengan mudah mengatakan hal seperti itu, hal yang seharusnya tidak didengarnya dengan telinganya yang masih suci.
"Maksud bapak?" Eren masih butuh penjelasan soal 'saling memandikan' yang dimaksud gurunya.
"Kita saling memandikan, masa begitu saja tidak tau, kau anak kelas berapa?" tertohok, Eren tau saling memandikan, tapi dalam hal ini, memandikan artinya.
Ia harus memandikan tubuh yang ada di depannya. Ok, walaupun itu tubuhya, tapi yang ada di dalamnya bukan dia, melainkan gurunya sendiri. Ia tidak mau kalau sampai saat ia sedang asik menyabuni, tiba-tiba tangannya menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya disentuh, dan akhirnya membangunkan sesuatu, sesuatu yang tidak selayaknya bangun disaat seperti ini, membayangkannya Eren mau menangis.
"Ta— tapi pak" Eren meneguk ludahnya sendiri, ia merasa canggung sekarang, memikirkan saling memandikan, membuka baju, membayangkan ia bisa melihat tubuh wali kelasnya yang terbentuk, sek— ok! Pikiranmu kotor Eren!
"Tapi apa?" Rivaille mendelik, Eren menatapnya ragu.
"Sa—saya masih belum siap pak"
Eren, kalimatmu seperti perawan desa yang mau di apakan nak.
.
.
.
Sungguh mood Rivaille berantakan pagi ini, ia benar-benar kesal sekarang. Terjebak dalam tubuh Eren sama sekali tidak ada menyenangkannya, tubuhnya masih 1000 kali lebih enak dibandingkan tubuh muridnya yang satu ini.
Setelah gagalnya acara saling memandikan karena Rivaille tak tega melihat tubuhnya yang dikendalikan Eren seperti perawan desa yang mau ditiduri—berwajah memerah sambil memainkan jari— dan secara terpaksa, Rivaille mengurungkan niatnya untuk mandi, seperti hilang selera, ia takut tubuhnya malah akan berjerit histeris seperti korban pelecehan seksual, ia terlalu takut melihat ke OOC-an tubuhnya.
Dan yang lebih membuat mood Rivaille hancur adalah, kamar Eren. Kamar Eren adalah tempat paling menjijikan dimatanya. Bagaimana bisa Rivaille menemukan celana dalam di bawah bantal, kertas-kertas ulangan ada di kolong kasur, buku dimana-mana, dan yang terparah adalah, ia menemukan seekor kecoa sedang berjalan seolah ia adalah bos diruangan itu. Semua itu membuat malam Rivaille menjadi malam bersih-bersih. Kacau!
"Tch!" Rivaille membuka pintu geser kaca yang menuju kebalkon, sambil membawa sekeranjang penuh pakaian yang baru saja ini cuci, ia benar-benar tidak tahan dengan tumpukan pakaian kotor yang menggunung di kamar Eren. "Bagaimana dia bisa hidup dengan keadaan seperti ini? Jika bertemu, akan kuhukum dia!" Rivaille benar-benar kesal ternyata.
.
.
.
Lain Rivaille, lain juga Eren. Eren justru sangat menikmati menjadi seorang Rivaille, mengapa? Karena fasilitas guru ternyata sangat menakjubkan. Pagi hari sarapan dengan makanan lezat, ruangan lebih luas, ada TV di kamar, dan berbagai hal menyenangkan lainnya.
"Pantas saja si Rivaille itu betah dikamarnya! Dan kamar ini bersih sekali" kata Eren memandangi setiap inci kamar Rivaille sambil berputar-putar di kursi kerja Rivaille. Namun tiba-tiba putaran dikursinya terhenti tepat setelah ia mengatakan bersih sekali, wajahnya berubah panik, keringat dingin mengalir diwajahnya. Ia teringat kamarnya yang sangat-sangat berantakan.
"Gawat, bisa-bisa si Rivaille itu menghukumku karena telah membiarkannya tidur di tempat nan awesome itu" segera saja Eren tancap gas menuju asrama murid, menuju kamarnya.
Sungguh itu adalah emandangan paling langka, tubuh Rivaille berlari bak titan lenje kebakaran sempak. Erwin yang berpapasan dengan Rivaille yang berjiwa Eren sampai menganga melihat kejadian nan OOC dari tubuh Rivaille.
"Tenang Erwin, ini hanya halusinasi mu, itu adalah ilusi, tenang tenang, ini bukan akhir dunia ok!" kata Erwin sambil menenangkan dirinya sendiri, tangannya bergerak keatas kebawah, sambil menarik nafas dalam.
Eren berlari sekuat tenaga, ia mulai merasa lelah dan kakinya panas saat melewati aspal tanpa alas kaki, terlalu panik untuk memakai sandal. Beberapa kali kakinya tersandung saat berlari. Asrama guru dan murid memang dipisahkan jarak yang lumayan jauh.
Saat Eren sudah mendekati pintu kamar asramanya di lantai 3, dengan cepat ia meraih knop pintu dan membuka pintu kamar-nya dengan cepat.
BRAK!
Pintu terbuka, dan betapa kagetnya Eren saat memandangi pemandangan di hadapannya.
Sosok Rivaille, sedang memegangi celana dalamnya sambil tersenyum mencurigakan, celana dalamnya—
"KYAAA! Dasar guru mesum! Apa yang kau lakukan dengan celana dalamku!" Eren berjalan dengan wajah yang memerah sambil merebut celana miliknya, memeluknya erat, takut di rebut oleh gurunya dan dijadikan bahan berimajinasi— stop Eren, Rivaille tak berniat jahat pada celana dalamu.
"Kau apa-apaan sih? Aku hanya mencucinya kau tau? Dan aku mau menjemurnya, kau berpikir aku melakukan apa dengan celana dalamu hah?" Rivaille berkata, matanya menatap Eren. Eren meneguk ludah, ditatap oleh tubuh sendiri itu ternyata tidak enak.
"Tapi-" Eren mencoba berkata, matanya bergerak kesekeiling asal tidak menatap Rivaille langsung.
"Tapi apa? Kau seharusnya berterima kasih karena aku telah berbaik hati membersihkan kamarmu yang tidak ada bedanya dari kapal pecah, bahkan kapal pecah lebih rapi daripada kapalmu"
Eren memutar badannya dan melihat kesekelilingnya, memang kamarnya sudah rapi, dan bersih.
"Hehe- makasih pak" Eren berputar kembli menghadap Rivaille dengan cengiran di wajahnya.
'Ternyata jika aku tersenyum semengerikan itu ya?' Rivaille membatin miris memandangi tubuhnya yang sekarang sedang nyengir 5 jari khas anak-anak.
"Hehe— ngomong-ngomong bapak sudah makan? Kalo belum ayo saya temani, sebagai tanda terimakasih dan tanda maaf" Eren menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Baiklah, belikan aku nasi campur, yang spesial, tanpa protes, atau aku tidak akan memaafkanmu" kata Rivaille datar.
Eren menganga mendengar kalimat gurunya. Nasi campur spesial itu cukup membuat Eren ingin nangis jumpalitan membayangkan nasib dompetnya, nasi campur itu bahkan dapat langsung membuat dompetnya kosong, nasi itu benar-benar spesial sampai harganya juga sangat spesial, 5 kali lipat dari harga yang biasa.
"Tapi pak, uang saya—" Eren baru mau memberi alasan kepada gurunya, namun karena geraman dari sang guru, ia dengan sangat terpaksa mengiyakan dan merelakan uang jajannya ludes dalam sekejap.
Rivaille berjalan duluan menuju pintu, saat sampai di depan pintu Rivaille berhanti.
"Ayo cepatlah, kau mau keluar dengan celana dalam di genggamanmu?" Rivaille menyeringai tipis sekali hampir tidak terlihat. "Tapi kalau dilihat, celana dalammu kecil, aku yakin 'itu' milikmu juga kecil" dan Rivaille beranjak keluar kamar.
Eren melongo ditempat, ia mencerna kalimat gurunya yang seang terjebak di dalam badanya itu.
'Apa yang ia katakan? Itu milikku kecil… itu milikku— i… 'ITU'?!" Eren baru ngeh tentang perkataan gurunya, membuat perasaannya campur aduk, malu dan kesal benar-benar menyelimuti dirinya.
Dengan sekali lemparan ia membuang celana dalamnya kesembarang arah, wajahnya merah menahan malu—walau yang terlihat adalah wajah Rivaille yang memerah dengan OOC-nya— kepalanya panas seakan mau meledak.
"A- apa maksudnya mengatakan 'itu' milikku kecil, memangnya punyanya dia sebesar apa? Paling tak ada beda, bandanya kan kecil begitu! Dan masalah kecil kan itu masih pertumbuhan…. Ugh- kenapa aku memikirkannya? Masa sih itu milikku kecil… AAAA! DASAR GURU MESUM!" Eren meremas kepalanya yang seakan mau meledak, membahas soal 'itu'-nya benar-benar membuatnya serasa mau meledak.
Diluar pintu Rivaille yang mendengar suara Eren hanya menyeringai lebar. Tumben ia mengeluarkan ekspresi lebih.
.
.
.
Rivaille dan Eren seperti menjadi miss universe dadakan, semua mata tertuju pada mereka, ada yang heran, kaget, bahkan senang, akhirnya Eren tidak jomblo lagi(?).
Rivaille dan Eren memang berjalan seperti sepasang kekasih, berdampingan sambil berpegangan tangan—hanya Rivaille yang mencengkram tangan Eren kuat karena takut Eren kabur tidak membelikannya makanan.
"Pak… lepaskan tangan bapak, sakit" Eren berbisik ditengah perjalanannya kekantin sekolah, namun seperti tuli. Rivaille tidak menjawab, bahkan menoleh saja tidak. Eren cemberut. "Saya gak akan kabur deh pak, serius deh" dan dia masih dihiraukan. Eren menyentakan kakinya kesal.
Kantin sudah dekat, tadi Eren sempat berpapasan dengan beberapa temannya, yang semua menganga melihat 'kemesraan' antara dia dan Rivaille, ingin rasanya tadi Eren meneriaki minta tolong kepada mereka, namun tidak jadi, saat dia sadar bahwa ia sedang tidak menggunakan tubuhnya, melainkan tubuh gurunya.
Langkah mereka berhenti setelah mereka sampai tepat di depan pintu kantin. Eren memandangi gurunya bingung. Kenapa gurunya itu tidak langsung masuk saja, namun seketika ia merasakan sesuatu yang tidak baik setelah ia lihat gurunya mengangkat kaki yang seharusnya mailiknya itu.
BRAK!
Ya kan, gurunya benar-benar menendang pintu kantin yang tidak berdosa itu, membuat suara debuman kencang yang membuat kantin yang awalnya ribut, hening seketika.
"Pak, buka pakai tangan kan bisa, gak usah pakai kaki" Eren memandangi gurunya lelah.
"Knop pintu itu banyak bakterinya, tch" Rivaille menjawab dan langsung masuk keadalam kantin diikuti Eren yang menggerutu.
Mereka berdua masih setia dipandangi oleh murid-murid yang berada di kantin, Eren menemukan teman-temannya di meja dekat tembok sedang memandanginya minta penjelasan, ok, bukan dirinya, tapi Rivaille, karena Rivaille sedang menggunakan tubuhnya. Eren mau mewek melihat temanya tidak menyadarinya ada di dalam tubuh Rivaille.
"Kita duduk disitu" Rivaille melangkahkan kaki tubuh Eren menuju meja yang lumayan jauh dari yang lainnya, Eren menurut.
"Biar aku mengantri dahulu" Eren berjalan menuju tempat memesan, Rivaille duduk manis di kursinya, jika terlihat dari luar, seperti Rivaille yang mentarktir Eren makanan, tapi jika terlihat dari dalam, itu sebaliknya.
"Nasi campur special satu, kopi hangat tanpa gula satu, dan—" sudah sampai giliran Eren, Eren langsung memesan. Namun ia bingung harus memesan apa untuk dirinya, mengingat dompetnya sedang di kuras oleh gurunya. "—air putih dinginya satu" Eren meneguk ludah.
"Pak Rivaille!" Penjaga kantin berkata kaget. "Kenapa tidak telepon saja?" kata penjaga kantin sambil menyiapkan pesanan Eren.
"Err- sedang ingin beli langsung saja" alasanmu gak mutu Eren.
"Tumben sekali, ini pesananya" kata penjaga kantin sambil memberikan pesanan Eren, sungguh bau nasi campur itu menggiurkan, walaupun Eren sudah sarapan tadi, tapi tetap saja perutnya langsung bereaksi setelah mencium nasi campur didepannya.
"Ini uangnya" kata Eren sambil memberikan lembaran terakhir di dompetnya.
'Selamat tinggal sayang' Eren membatin miris.
Kasihan dia.
.
.
.
"Ini pak," Eren meletakan pesanan untuk gurunya dan mendudukan dirinya tepat didepan gurunya.
Saat Rivaille menyendokan makananya ke mulutnya, ia dapat melihat bahwa Eren memperhatikannya sambil menggigit sedotan air dinginya dengan tatapan ingin, walaupun agak menjijikan dimatanya saat menlihat bahwa itu tubuhnya yang menatap berharap begitu.
Setelah menelan suapan pertamanya, Rivaille beranjak dari kursinya, Eren menatapnya bingung sambil mengatakan ia mau kemana, tapi Rivaille tidak menjawabnya
Eren mendapati gurunya itu sedang meminta sesuatu pada penjaga kantin dan setelahnya Rivaille kembali, lalu memberikan sendok kepada Eren. Eren diam.
"Untuk apa pak?" Eren bertanya bodoh.
"Aku tau kau ingin Eren" Rivaille berkata, ia kembali menyendokan nasinya. "Kenapa diam? Kau tidak mau?" tanya Rivaille menatapnya tajam.
Eren hanya bergerak canggung dan ikut menyantap nasi campur bersama gurunya.
Romantis, sepiring berdua.
.
.
.
Dilain tempat, segerombolan anak sedang berbicara sambil memperhatikan sosok Rivaille dan Eren.
"Kau lihat itu! Lihat lihat! Si Rivaille ikut makan juga!" si botak berkata heboh.
"Iya! Kau lihat si Eren juga mengelap bibir si Rivaille!" si pitak(?) juga berkata dengan heboh layaknya ibu-ibu menemukan bahwa tetangganya berselingkuh dengan pemilik perusahaan.
"Ssst—Jean, Conny, jangan keras-keras, nanti ketahuan" si pirang dengan paras cantik menggerakan tangannya panik.
"Tapi mereka memang terlihat dekat, sangat dekat malah" kata sosok berotot sambil melahap daging ayamnya.
Yang paling tinggi diantara mereka mengangkat bahunya seolah tidak mngerti. "Seperti sepasang kekasih kan?" tanyanya kepada yang lain, yang lain hanya mengangguk mengiyakan.
Disaat keadaan sedang hening karena masing-masing sedang memikirkan ada hubungan apa temannya dengan gurunya tersebut, tiba-tiba sosok dengan bintik-bintik di kedua pipinya nimbrung.
"Mereka pacaran atau apa? Aku dengar tadi, katanya ada yang melihat kalau sosok Rivaille keluar dari kamar Eren" kalimat itu membuat yang lain memandang sosok itu.
"Akan aku tanyakan nanti jika bertemu dengan Eren" kata-kata si pirang membuat si pitak yang berada di sebelahnya menyahut.
"Aku ikut ya" katanya.
Dan perkataannya disahuti dengan anggukan semangat si pirang, hingga rambutnya yang lumayan panjang bergoyang lucu, wajahnya tersenyum, matanya sampai menyipit dan pipinya agak bersemu merah pertanda ia senang. yang lain memandanginya, sendok Jean, si laki-laki pitak sampai jatuh melihat tampang malaikan milik laki-laki pirang itu.
Armin, dia manis ya?
.
.
.
Rivaille meletakan sedoknya dengan posisi telungkup, ia sudah kenyang, dan nasinya juga sudah habis, ia menatap tubuhnya yang sedang menegak air dengan khidmat.
"Aku mau ke toilet dulu" Rivaille berkata dan bangkit dari kursinya, sedikit merapihkan baju Eren yang sedari kemarin belum diganti. Ia masih belum mendapat persetujuan dari Eren untuk mandi, setidaknya ganti baju saja tidak. Padahal tubuh Eren benar-benar menyulitkan, lebih cepat berkeringat dibandingkan tubuhnya yang biasa.
Faktor umur? Mungkin.
"Baik" kata Eren sambil menatap gurunya.
"Jangan kemana-mana, kata gurunya sambil melangkah pergi, dan menghilang dibalik pintu kantin.
"Akhirnya, bebas sementara dari si Rivaille itu" Eren menghela nafas.
BRAK!
Hampir jantungan Eren mendengar tiba-tiba pintu kantin kembali terbuka dengan tidak wajar. Dan dapat ia lihat guru kimia yang sering dibilang sinting oleh anak-anak sedang menatapnya bahagia dan panik secara bersamaan.
"RIVAILLEEEEEEEE!" dan guru itu, Hanji sedang berlari kearahnya dan memeluknya. "Kau— kau harus tau ini, ini parah! Menakutkan! Berbahaya!" kata Hanji bertubi-tubi.
"A— ah, tenang sedikit, Hanji" kata Eren sambil mencoba melepaskan Hanji yang malah akan membuat tulangnya patah dan mati kehabisan napas.
"Kau tau, ramuanku hilang! Ramuan baru milikku hilang! Huaa! Bagaimana jika ada yang mengambilnya? Dan meminumnya! Bisa mati aku!" kata Hanji sambil mengibaskan tangannya disekitar wajahnya mencoba menghentikan paniknya.
"Memang itu ramuan apa?" tanya Eren penasaran.
"Ramuan baruku? Ramuan penukar Jiwa" Perkataan Hanji membuat mata Eren membelalak, jadi ramuan penukar jiwa? Apa itu yang membuat Rivaille dan Eren bertukar tempat begini?
"Dimana terakhir kau menaruhnya" tanya Eren memastikan.
"Di dapur guru, di cangkir putih"
Sekarang ia tau mengapa ia dan gurunya bisa seperti ini.
Satu misteri sudah belum hanya….
"Apa kau sudah membuat penawarnya, un- ja— jaga-jaga siapa tau ada yang tidak sengaja meminumnya" tanya Eren mencoba berbicara seperti Rivaille.
"Belum, dan ramuan itu tidak sempurna Rivaille, bisa bahaya jika tidak segera ketemu" kata Hanji, "Saat aku kembali menguji ramuan itu beberapa jam sebelum ramuan itu hilang, aku menemukan bahwa jika ramuan itu terminum, dan tidak diberi penawar dalam waktu 2 minggu" Eren meneguk ludahnya menunggu ucapan Hanji selanjutnya. "Korbannya bisa mendapat efek bermacam-macam, sakit-sakitan, bahkan MATI!"
Eren mau menangis mendengarnya.
'Ayah, ibu, selamatkan Eren'
Nasibmu, menyedihkan ya, Eren.
.
.
.
Dilain tempat, Rivaille sedang membersihkan tanganya yang tadi ia gunakan untuk makan sambil mencuci mukanya dengan air wastafel.
"Eren" merasa ia dipanggil, walau bukan namanya ia segera mengalihkan pandangannya dan melihat siapa yang memanggilnya, sosok rambut pirang dan sosok tampan dibelakangnya mendatanginya.
"Aku mau bicara" sosok tampan yang bernama Jean membuka mulutnya, Rivaille membuat gerakan seolah ia mengatakan 'bicara saja.
"Ano— tadi kami melihat kamu bersama dengan pak Rivaille di kantin, dan kalian terlihat sangat romantis, dan ung-" sosok pirang bernama Armin dihadapannya berkata canggung.
"Haaah- apa kau berpacaran dengan pak Rivaille?" kata Jean lagsung.
Rivaille diam sejenak, namun ia langsung menatap kedua teman Eren dengan senyuman yang lebih bisa dibilang seringaian iblis.
"Iya, aku berpacaran dengannya" jawab Rivaille dengan seringaiannya.
Bermain-main dengan tubuh Eren? Boleh juga.
.
.
.
TBC
catatan kedjhil:
maaf atas molor waktu sangat lama buat update ceeritanya... *pundung*
habisnya saya mandek inspirasi dan pulkam, parahnya di kampung saya gak ada sinyal sama sekali~ saya gak suka pergi ke warnet... *curcol*
oh iya maaf kalau chapter ini mesum sekali dan sangat nganu... (/w\) tapi chap ini sangat disayangkan gak naik rate, xD
dan masalah typo, udah saya teliti dengan baik ff-nya.. kalo masih banyak typo, berarti kelewat, gak keliatan sama saya... *guling*
oh ya saya mau tanya, mending FF ini naik Rate apa enggak?
kalo naik rate yaaa~ bakal ada IYKWIM, tapi kalo enggak yaaa, yaudah gak ada, ._. tapi bakal tetep rada nyerempet nyerempet gimana gitu,
okelah segitu aja, saya massiiiih butuh kritiknya...
EEEEh, tunggu! author kan rencananya mau buat FF lagi, yg ini tetep di terusin kok, thenang azha~ kira-kira pair-nya yang bagus apa ya? aku kasih beberapa pilihan:
-RiEren (lagi)
-JeanArmin
-RainBert (author gak tau nama pair mereka)
-MikeErwin (ini juga)
-atau kalian mau usul?
ok, itu aja,
dan lagi,
makasih buat semua yang review bahkan nge-fave... saya terharu baca review-an kalian~ D''''X Review lagi ya~ kalo bisa yang banyak~
kalo disini mau tanya-tanya juga gak apa, ^^ author jawab dengan senang hati.
salam kedjhup~
Abljsdnt