Loha-loha!

Apa kabar semuanya?

Aku harap minna semua baik-baik saja ya. Oh iya, meskipun terlambat, aku mau ngucapin selamat tahun baru! ^o^9

Semoga di tahun 2014 ini, ffn jadi lebih jaya, maju dan makin oke! Dan untuk Minna semuanya!, semoga sukses dan sehat selalu yahh!, hihihi (^v^)7

Oke, let's read!

"Naru-chan~" seru seorang wanita cantik berambut merah ke anak kecil yang di tuntunnya.

Anak kecil tersebut menoleh kearah wanita tersebut, ia menyengir lebar ketika melihat senyuman wanita berambut merah tersebut. Dan tak lama kemudian, wanita itu mengelus-elus rambut jabrik anak kecil itu penuh dengan kasih sayang.

"Tadi apa yang okaa-san katakan? Jangan pernah...apa hayoo?" goda wanita tersebut kepada anak kecil itu yang notabene adalah anaknya.

"Jangan sering-sering makan mie ramen-ttebayo!" lanjut anak kecil itu polos kemudian ia menghisap mie ramen cup-nya kembali.

Gadis itu tersenyum manis kemudian ia mengambil sapu tangannya di kantung gaunnya dan mengelapi bibir anaknya.

"Itu kamu tahu-ttebane!, lalu kenapa kamu masih makan mie ramen heem?"

"Karena Naru suka ramen-ttebayo! Sama seperti okaa-san menyukainya, hehehe" sahut anak kecil itu sambil menyengir lebar. Ibunya tertawa saat mendengar jawaban polos anaknya itu, ia memeluk anaknya tersebut tak perduli kalau dirinya saat ini ada dipinggir jalan raya dan dipandangi oleh banyak orang.

"Okaa-san senang kamu suka meniru okaa-san, tetapi jangan tiru hal yang tak perlu kamu tiru apalagi makan ramen. Hal itu tak baik untuk tubuhmu. Oke Naru~"

Awalnya anak kecil itu hanya terdiam dengan mulut terbuka. Ia merasa begitu terpesona akan kecantikan ibunya, apalagi saat mendengar nasihat yang terlontar dari mulut ibunya itu, hingga tak lama kemudian ia menganggukkan kepalanya dan...

"Ha'i!. Aku janji tak akan sering makan mie ramen-ttebayo!" ujarnya seraya membuang mie ramen cup yang masih berisi itu ke tong sampah terdekat.

"Yosh...yosh...itu baru anak okaa-san." Gumam ibunya seraya mencubit pipi chabby anaknya.

"Watashi no kotoba okaa-san daisuki desu!" seru anak kecil itu seraya melesat memeluk ibunya.

"Daisuki desu yo, Naru-chan~"

That's Boy Is A Paranormal

Inspiration : Nerawareta Gakuen

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T ( Bisa jadi M kalo lagi mood :) )

Pairing : NaruHina, SasuSaku

Genre : Romance, Fantasy, Drama, Action, Mystery, Hurt/Comfort

Warn! : Gajeness, Lebayness, OOCness, OCness, Diluar Jangkauan (?)

Chapter 4: Kiri Camp Tragedy...

By : Shisui Namikaze Deandress Chan

No Flame!

Don't Like, Don't Read!

Enjoy it!

_11.31_am ( Study Tour – Kiri Camp )

Hari ini, Jum'at 16 Mei adalah hari dimana para siswa dan siswi KIHS sedang mengikuti acara sekolah, acara yang selalu dilaksanakan setiap 6 bulan sekali yakni Study Tour. Study Tour selalu dilaksakan setelah ujian tengah semester, dan wajib diikuti untuk setiap para siswa bermaksud untuk menambah pengetahuan mereka dan untuk menyegarkan diri mereka setelah ujian.

Uzumaki Naruto, yang salah satu siswa KIHS juga mengikuti acara tersebut. Namun dirinya datang kesana tak bersama dengan semua teman-temannya melainkan datang sendiri. Intinya adalah Naruto tak ikut naik bus bersama dengan teman-temannya, ia datang kesana dengan caranya sendiri. Ia mengaku kalau dirinya sangat membenci kendaraan bus. Bukan hanya bus, tetapi setiap kendaraan beroda empat. Teman sekelasnya sangat bingung dengan sifat Naruto, tetapi tak lama setelah itu mereka mulai menerimanya dan membiarkan Naruto melakukan apa yang ia mau.

Selama perjalanan, yang Naruto butuhkan adalah informasi dimana mereka menginap dan hal itu sudah cukup memberinya petunjuk dimana ia harus datang. Naruto tiba 15 menit setelah mereka, namun selama setengah jam ditempat itu, Naruto sengaja tak ingin menemui teman-temannya dahulu, ia melakukan itu bermaksud untuk menghilangkan rasa curiga dari teman-temannya. Karena mustahil bagi mereka kalau Naruto yang meminta ditinggal dan tak mempersiapkan kendaraan apapun secara tiba-tiba sudah tiba selama 15 menit sebelum mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.31, para siswa-siswi KIHS sudah sampai di penginapan mereka, dan mereka sekarang sedang sibuk dengan barang-barang mereka yang akan mereka bawa ke kamar mereka masing-masing. Seharusnya pada pukul tersebut, Naruto sudah harus menemui teman-temannya, tetapi karena dirinya sedang tertidur pulas dibawah pohon yang jauh dari penginapan, ia jadi mengurungkan niatnya sejenak.

Selang beberapa menit kemudian, Naruto terbangun dengan air mata mengalir di pipinya. Ia tak menyadari kalau dirinya menangis ketika memimpikan ibunya. Naruto masih ingat nasihat ibunya saat itu. Dan ia juga masih ingat senyuman manis yang diberikan ibunya padanya ketika ibunya tersebut menasihatinya.

Naruto menegakkan gaya duduknya ketika Kyuubi secara tiba-tiba muncul dibalik pohon cherry dibelakangnya. Sebelum Kyuubi muncul, pohon cheery tadi memunculkan sebuah cahaya kecil berbentuk oval. Cahaya tersebut terlihat cembung kedalam ketika moncong Kyuubi muncul ditengah cahaya tersebut layaknya air yang meresap oleh saluran air. Setelah Kyuubi sudah sepenuhnya keluar, cahaya tersebut menghilang tepat diujung-ujung ekor Kyuubi.

"Kenapa kau ada disini? Bukannya kau sedang ada acara?" tanya Kyuubi ketikanya dia berada didepan Naruto.

"Kyuu...apa kau ingat cerita yang kuceritakkan dua bulan yang lalu?" tanya Naruto mengabaikan pertanyaan Kyuubi tadi.

"Maksudmu pemuda pantat ayam yang kau ceritakan itu?"

"Iya, apakah tak ada cara lain selain membunuhnya?"

"Tak ada. Ayolah Naruto, jangan kau kembalikan penyakit kasihanmu itu. Dengarkan aku, pemuda itu adalah ancaman bagi kita. Jika kau tak membunuhnya maka kau dan aku akan mendapatkan masalah yang sangat besar"

"Tetapi, dari yang kulihat, pemuda itu tak pernah melakukan hal yang sama persis seperti yang kau ceritakan. Aku takut kalau orang itu bukanlah orang yang mencoba menghalangi kita."

"Oh. Jadi menurutmu kita perlu menunggu dia bertindak dan menghancurkan kita, begitu?"

"Tidak, tapi..."

"Kalau begitu bunuh dia. Mengerti!" bentak Kyuubi.

Dan tak lama setelah itu, Kyuubi menghilang bersama dengan asap tebal yang mengelilinginya. Naruto menghela nafas seraya membatin 'Seperti bos saja tingkahnya' ketika Kyuubi sudah sepenuhnya menghilang. Naruto beranjak berdiri dan akhirnya pergi meninggalkan pohon tersebut. Tak butuh waktu lama, Naruto sudah tiba tepat dibelakang rumah penginapan teman-temannya.

Belum sempat ia berjalan, secara tak sengaja ia berpaling ke jendela dapur hingga ia bisa melihat gadis cantik bermata lavender sedang sibuk membuat nasi kepal di dapur bersama dengan sahabatnya yang bernama Sakura. Naruto tersenyum melihatnya, baru kali ini dirinya melihat gadis bernama Hinata itu memakai pakaian selain pakaian seragam sekolah. Dimata Naruto, penampilan Hinata sekarang begitu membuatnya ingin terus melihatnya, apalagi saat mengetahui kalau Hinata mengikat rambutnya menjadi pony tail.

Sungguh tak disangka ternyata gadis yang awalnya ia anggap biasa saja ternyata terlihat sangat cantik dan berkharisma kalau gadis itu memakai pakaian biasa. Apalagi kalau melihat senyuman malu-malunya yang mampu membuat jantungnya berdegup tak karuan.

Selang dua menit Naruto memandangi Hinata, tiba-tiba saja Sasuke muncul dari arah kanan dan menghalangi pandangannya dari Hinata. Naruto merasa sedikit tak senang pada Sasuke saat itu namun tak lama kemudian rasa kesalnya langsung menghilang ketika menyadari kalau Sakura memeluknya dari belakang. Sakura merasa senang-senang saja, namun Sasuke merasa tak nyaman dan terus-terusan berusaha melepaskan diri dari pelukan Sakura.

Hinata yang sejak awal memang mencoba menghentikan keributan kecil itu tanpa disadari matanya mengarah kearah hutan dan mendapati Naruto sedang berdiri tak jauh dari sana. Hinata terdiam sejenak kemudian ia berjalan mendekati jendela secara perlahan-lahan. Sakura dan Sasuke yang sejak tadi memang sedang asyik bercanda jadi ikut diam ketika menyadari Hinata tak memisahkan mereka. Karena penasaran, Sakura dan Sasuke ikut menolehkan kepalanya kearah hutan.

Naruto yang memang sudah sadar langsung berjalan menghampiri mereka. Naruto menyengir lebar ketikanya ia tiba tepat didepan mereka bertiga kemudian menyapa 'hai' pada mereka bertiga. Sakura dan Hinata membalas sapaannya, namun Sasuke tidak. Ia malah menyahuti sapaan Naruto dengan sapaan yang begitu dingin kemudian pergi menjauhi dapur.

"Jangan hiraukan dia Uzumaki-san. Dia memang seperti itu" gumam Sakura mencoba menenangkan suasana dan diikuti oleh anggukkan gugup Hinata.

"Iya, tak apa-apa kok. Aku tahu dia itu orangnya bagaimana. Bisa kiamat nanti kalau misalkan Sasuke tiba-tiba saja tak bersikap demikian, hihihi" seru Naruto konyol seraya tertawa gaje.

Hinata dan Sakura saling bertemu pandang. Mereka mengedipkan mata beberapa kali dengan mulut sedikit ternganga dan kemudian mereka kembali memandangi Naruto seraya memasang senyuman paksa dan aneh.

"Uzumaki-san, jujur saja leluconmu itu tak lucu..." gumam Sakura merasa tak suka akan ejekkan Naruto kepada Sasuke.

"Ti-ti-tid-tidak kok! Lu-lu-lucu k-ko-kk! Apa-apa-apalagi ketika kau berkata kiamat, ha...ha...ha" potong Hinata seraya terkekeh aneh dengan wajah memerah sehingga terlihat memberikan kesan ragu-ragu.

"Hihihi, Gomen, aku memang tak pintar dalam membuat lelucon. Tak apa-apa kok Hinata, jangan menahan dirimu. By the way... kalian sedang apa?" tanya Naruto basa-basi bermaksud mencoba merubah topik. Ketika Naruto berkata demikian, Naruto menjinjing lehernya kebelakang dan melihat ke meja dapur sehingga seakan-akan Naruto terlihat seperti orang yang ingin tahu. Padahal dirinya tahu atas apa yang mereka lakukan sejak tadi.

Hinata dan Sakura mengalihkan perhatian mereka dari Naruto ke meja dapur yang sudah penuh dengan beberapa nasi-nasi kepal dan beberapa sayur-sayuran.

"Kami sedang membuat nasi kepal untuk persiapan nanti malam" sahut Sakura.

"Oh, tetapi kenapa Cuma kalian berdua? Cewek-cewek yang lain kemana?" tanya Naruto antusias.

"Semua cewek-cewek disini mendapatkan tugas-tugas yang berbeda, ada yang membersihkan ruangan, merapihkan tempat tidur, mempersiapkan acara nanti malam, dan mempersiapkan makanan untuk nanti malam. Aku dan Hinata adalah yang mendapatkan bagian mempersiapkan makanan, jadi disini hanya kami berdua. Oh iya, kamu baru datang ya?" jelas Sakura.

"Hem, baru saja."

"Naik apa datangnya?" tanya Sakura.

"Er... yang pasti bukan kendaraan beroda empat... hehehe"

"Motor maksudmu?" lanjut Sakura antusias.

"Yah, motor, hehehe" 'Kendaraan apaan tuh?' lanjut Naruto dalam hati.

"Ano...Naru-naru-to... kun, ke-ke-ken-kenapa ka-kamu ta-ta-tak mau ja-jalan sa-saja be-bers-bersama den-dengan ka-kami tadi, ka-kan le-leb-lebih me-menyena-menyenangkan. Ano... bukan-bukannya aku mem-memak-sa, ta-tapi ak-akan le-leb-lebih me-menye-nang-kan ka-kalau ki-ki-kita berja-lan ber-sa-ma-sama, ne?" tukas Hinata seraya memainkan jemarinya.

"Iya sih, menurutku juga pasti akan sangat menyenangkan, membayangkannya saja aku jadi ingin tertawa-tawa sendiri. Tetapi sebagaimanapun menyenangkannya diriku atas itu, aku tetap tak bisa pergi menaiki kendaraan bernama 'bus' itu, aku lebih baik pergi sendiri daripada harus menaiki kendaraan itu."

"Kalau boleh tahu, kenapa sih kamu gak mau banget naik bus?"

"Bukan hanya bus, tetapi semua kendaraan beroda empat terutama kendaraan yang disebut mobil pribadi. Semua kendaraan beroda 4 di dunia ini adalah musuhku, karena kendaraan itu telah merenggut nyawa seseorang yang kusayangi. Okaa-san."

Sakura dan Hinata saling pandang satu sama lain, didalam hati mereka, mereka sangat menyesal telah mempertanyakan hal seperti itu, mereka tak menyangka kalau teman barunya ini mempunyai kenangan buruk soal bus...tidak, bukan hanya bus melainkan semua kendaraan beroda empat. Sakura dan Hinata memandangi Naruto kembali dengan ekspresi menyesal.

"Maafkan kami ya Uzumaki-san, kami sudah kelewatan" seru Sakura menyesal diikuti oleh Hinata dengan anggukan lesu.

"Iie, daijobu. Aku malah berterima kasih sama kalian semua karena sudah meluangkan waktu kalian untuk mendengarkan curhatku. Arigatou gozaimashita" sahut Naruto seraya tersenyum tipis.

Sakura dan Hinata menganggukkan kepala mereka hingga akhirnya salah satu guru datang menghampiri mereka seraya membawakan sayur paprika dan memberikan paprika tersebut ke mereka berdua. Tak lama setelah itu, sang guru menyadari Naruto yang berada di jendela dapur, tepatnya ketika Hinata dan Sakura kembali mengerjakan tugasnya.

"Uzumaki-san, jadi kau benar-benar datang? Naik apa kau kemari?" tanya sang guru wanita tersebut seraya menghampiri Naruto.

"Ano...motong, Anko-sensei" sahut Naruto seraya menggaruk-garukkan kepalanya. Sedangkan sang guru hanya mengangkat alisnya tak mengerti.

"Motong? Apa itu?"

"Itu, apa namanya...ano...kendaraan beroda 2 gitu" 'Sepertinya aku salah menyebutkannya nih'

"Motor maksudmu?"

"Yah, itu. Maaf sensei tadi lidahku tergigit, hihihi"

"Ya sudah gak apa-apa, sana kamu bergabung dengan kelompok lain, banyak yang harus dikerjakan. Nanti malam kita 'kan akan membuat acara lingkaran api unggun."

"Ha'i, wakarimashita. sayounara-sensei, jaa-ne Hyuuga-san, Haruno-san."

"Jaa ne" sahut mereka bertiga bersamaan dan akhirnya Naruto pergi meninggalkan mereka.

-x-x-x-x-

_02.14_pm ( Forest – Near Kiri Camp )

Didalam hutan, terlihat 4 sosok perempuan dan laki-laki berjalan menyusuri pepohonan rindang yang lebat dekat penginapan. Kebanyakan diantara dari mereka terlihat tak perduli akan pandangan didepan mereka. Terlihat dari gerak-gerik mereka yang terlihat tak tentu arah dan sering menabrak pepohonan layaknya mayat hidup.

Hanya ada satu orang yang terlihat masih normal dan berjalan dengan santainya. Orang itu berada diantara mereka dan dia adalah perempuan di paling belakang dengan rambut hitam diikat ponytail.

Gadis itu mempunyai paras yang cantik dan manis, matanya berwarna coklat dan kulitnya berwarna putih langsat. Dan di lengan kirinya terdapat sebuah gulungan berwarna biru tua yang tertulis "Ketua OSIS". Gadis itu terlihat sedang memandu mereka untuk berjalan memasukki hutan. Meskipun terkadang dirinya kewalahan, namun dirinya terlihat tak merasa lelah sekali. Dirinya seakan-akan memang ingin sekali melakukan hal ini dan tak mau melewatinya.

Selang beberapa menit kemudian, gadis yang sebenarnya Ketua OSIS tersebut tiba-tiba saja menyuruh 3 orang temannya untuk berhenti tepat di bawah pohon yang besar dan tinggi didekatnya. Ketika semuanya berhenti, gadis itu mendongahkan kepalanya keatas dan menyusuri dedaunan lebat pohon diatasnya tersebut dengan sangat detail hingga akhirnya muncul sesosok pemuda pirang tepat di ranting besar diatasnya setelah angin barat berhembus kearahnya.

"Kau membawa berapa orang, Haku-san?"

"Hanya 3, gomenasai Naruto-sama. Hanya mereka yang kali ini bisa kubodohi. Lain kali aku akan membawanya lebih banyak" sahut gadis bernama Haku tersebut seraya memandangi Naruto dengan pandangan kosong tanpa cahaya.

"Iiehh...haap!" seru Naruto seraya melompat turun dari batang pohon yang sebelumnya ia duduki. Sebenarnya batang pohon yang ia dudukki lumayan tinggi, kira-kira sekitar 4 meter, namun percaya tak percaya, pemuda bernama Naruto tersebut tak terlihat terluka atau semacamnya. Dan dia turun dari batang pohon tersebut dengan mudahnya layaknya melompat dari kursi anak kecil.

"Daijobu, ini sudah lebih dari cukup. Arigatou Haku-san." Lanjut Naruto sambil tersenyum pada Haku dan Haku menyahutinya namun tak tersenyum pada Naruto. Tak beberapa lama kemudian, Haku akhirnya pergi meninggalkan Naruto dengan 3 teman didepannya dan kemudian setelahnya dia pergi, seberkas cahaya terang muncul menyinari hutan disekitar Naruto.

Naruto tak menyadari diantara dirinya dan 3 orang tersebut, ada satu orang gadis yang tak sengaja melihat pemandangan aneh tersebut. Gadis itu meremas-remas batang pohon tempat bersembunyinya kuat-kuat, dirinya merasa takut dan juga bingung. Ia tak menyangka kalau orang yang dikenalinya bisa mengeluarkan kemampuan aneh semacam ini, dan dirinya juga takut kalau pemuda itu bukanlah pemuda yang baik-baik.

"Uzumaki..." bisiknya bergetar seraya memandangi Naruto dengan mata melebar.

-x-x-x-x-

_08.23_pm ( Inn – Outside )

Hari sudah malam, para murid KIHS sedang bersiaga membuat lingkaran diantara api unggun yang baru saja dibuatkan dan dibakar oleh Shino dan Kiba. Mereka saling berhimpitan diantara para murid-murid lain, begitupula Hinata, Sakura dan Sasuke. Sakura senang-senang saja karena sudah berhimpitan dengan pangeran idamannya, namun kalau Hinata, ia benar-benar tak nyaman sekali, apalagi ketika menyadari kalau Sakura secara tak sengaja suka menyenggol-nyenggol tulang pinggulnya hingga pinggulnya sering merasa nyeri.

Malam itu terasa sangat dingin sekali, para pelajar disana, hampir semuanya memakai syal dan jaket. Mereka tahu kalau hanya api unggun saja, itu masih tak cukup menghangatkan tubuh mereka.

Srak...srek

"Gomen, apakah aku terlambat?" seru seorang pemuda pirang yang tiba-tiba saja muncul didalam kegelapan hutan dekat penginapan. Mendengar suara tersebut, tak sedikit dari murid disana yang tak menoleh kearah suara tersebut.

Diantara murid disana, ada dua orang yang memandanginya intens. Dia adalah Hinata dan Sakura. Mereka berdua memandangi Naruto sama seriusnya, namun difikiran mereka masing-masing, tak ada yang membayangkan hal yang sama.

'Naru-naruto-kun...ke-kenapa dia baru dat-datang'

'Orang itu...? dimana 3 orang yang bersamanya tadi?'

Emerald dan lavender menatapnya lumayan lama, bahkan meskipun para murid sudah mengalihkan perhatian mereka. Selama Naruto berjalan menghampiri para murid lainnya, mata emerald dan lavender itu masih terus mengikuti gerak-geriknya hingga sampai pada akhirnya Naruto duduk tepat diantara Kankurou dan Temari.

"Warui...aku datangnya kelamaan, apakah acaranya sudah dimulai..." Naruto menghentikan ucapannya ketika ia menyadari sedang dipandangi intens oleh kedua teman sekelasnya yakni Hinata dan Sakura.

"Nan desuka?" tanya Naruto pada Hinata dan Sakura.

"Eem, nan demou nai" seru Sakura setengah takut, sedangkan Hinata hanya diam seribu bahasa.

"Oh..." sahut Naruto santai kemudian mulai mengalihkan perhatiannya ketika sang guru menepukkan tangannya sendiri.

"Yosh! Minna, sekarang saatnya bagi kita untuk membuat suatu acara di lingkaran api unggun ini biar lebih ramai. Bagaimana kalau menceritakan sebuah kisah hantu?" seru sang guru berambut perak berdiri, Kakashi Hatake.

"Ano san...sensei! apakah sensei berani?, coba bayangkan ini sudah jam berapa? Bagaimana kalau ketika kita menceritakan kisah hantu tiba-tiba hantu yang kita ceritakan itu muncul?" tukas salah satu siswi disana yang mencoba menakut-nakuti gurunya.

"Yare...yare, sebenarnya aku...tak begitu takut, soalnya disini banyak orang, hahaha" sahut Kakashi konyol seraya menggaruk-garuk belakang kepalanya.

Tak lama setelah itu, semua murid diam tak berbicara. Saat itu yang terdengar hanyalah suara dengungan jangkrik-jangkrik kecil yang entah dimana sumbernya. Kakashi memandangi sweatdrop murid-muridnya, jujur pemandangan dan kesunyian yang ia lihat dan rasakan ini benar-benar mampu membuatnya sedikit merinding. Bagaimana tak merinding? Tatapan mata murid-muridnya yang memandanginya dipenuhi dengan tatapan aneh, bahkan terlanjur aneh sekali hingga sampai-sampai dirinya tak bisa mengatakan sepatah katapun. Dan lagi, kesunyian yang ia rasakan ini begitu membuat bulu kuduknya merinding.

"Sensei..., jujur saja, caramu berbicara tak begitu membuktikan kalau sensei berani akan cerita hantu. Dan lagipula jika sensei memang sedang membuat lelucon, ekspresi 'rata bermasker'-mu itu tak meyakinkan kami untuk membuat kami tertawa terbahak-bahak" ejek salah satu siswa disana yang juga ingin mengejek Kakashi.

"Ano, gomenasai...kalau begitu kita mulai saja acaranya. Masalah takut atau tidak takut, hal itu belakangan, ne?"

"Haaaa'iiii" seru para murid bersamaan.

"Oke, mulai dari Kiba-kun!"

"Ha'i, sensei tepat sekali kalau menyuruh saya membuat cerita..."

"Heh, palingan juga menceritakan hantu yang memakan kotoran anjing..." potong Shino

"Nani?! Dengar yah orang buta! Cerita itu benar-benar nyata! Akamaru pernah menceritakannya padaku kalau kotorannya pernah dimakan oleh hantu!" balas Kiba.

"Mana ada manusia yang bisa berbicara dengan anjing, sepertinya kau kehabisan obat. Pergi dan cari obat biusmu."

"Nani! Kenapa ka..."

"Sensei! Lebih baik anda mengganti nakoda ceritanya, jika Kiba menceritakkan kisah hantunya maka aku yakin pasti sensei dan kalian semua bakal tak bisa makan selama dua bulan" teriak Shino seraya mengangkat tangan kanannya.

"Memangnya kenapa Shino-kun?" tanya Kakashi seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Karena ceritanya begitu menjijikkan. Lebih baik sensei dengarkan aku saja daripada sensei dan kalian semua terkena busung lapar"

"Konno baka!, Shino teme!" jerit Kiba seraya beranjak berdiri dan masuk ke penginapan meninggalkan lingkaran api unggun tersebut.

"Shino! Kau terlalu berlebihan" bisik tenten.

"..."

"Ha'i...ha'i, nanti kita akan mengurus Kiba. Mungkin dia butuh menyendiri sejenak. Yosh! Kalau begitu kita ganti nakoda-nya, bagaimana kalau kamu Uzumaki-san"

"Ha'i, baiklah aku akan menceritakan sebuah cerita hantu yang selama 20 tahun terakhir ini begitu sangat populer. Cerita ini berjudul 'Sadako si hantu sumur'..."

-Skip time-

"Bahkan sampai sekarang, Sadako masih terus begentayangan dan menerror manusia dengan rekaman VCR terkutuknya, siapapun yang menemukannya dan menontonnya maka mereka akan mati. Kurasa sampai disitu saja" akhir Naruto diikuti dengan teprukkan tangan yang meriah namun negatif untuk Sakura dan Sasuke.

"..."

Mereka menghentikan tepuk tangan mereka ketika tahu kalau guru berambut peraknya terdiam di tempat duduknya. Tubuhnya yang dilapisi dengan pakaian katun berwarna putih kini telah dilingkupi dengan keringat dingin yang lumayan banyak. Kakashi menundukkan kepalanya dengan ekspresi ketakutan yang begitu berlebihan, mungkin jika urat malunya putus, ia bisa saja berteriak sekeras-kerasnya sekarang juga.

"Sensei, daijobu desuka?" tanya salah satu guru didekatnya.

"Sensei! Sensei takut ya, hahaha" seru siswa disana seraya tertawa terbahak-bahak. Dan tak lama kemudian semua siswa disana ikut-ikutan tertawa begitupula Kakashi yang mulai menyadari kalau dirinya memang benar-benar ketakutan. Hingga akhirnya suasana yang awalnya mencekam itu berakhir dengan canda tawa antara murid dan guru.

-x-x-x-x-

_10.31_pm ( Kiri Camp – Inn )

"Yosh! Waktunya untuk beristirahat, kalian semua bersiap-siaplah untuk tidur, dan tolong untuk beberapa pemuda yang merasa dirinya macho, tolong bantu saya mengangkat batang-batang pohon besar ini" seru Kakashi seraya mencoba mengangkat batang pohon yang memang sejak awal menjadi tempat duduk para siswa.

Sekarang kita beralih ke Sakura. Dirinya saat ini sedang bingung sekaligus takut, ia sekarang berada disamping rumah penginapan. Ia meringkup sendirian memikirkan kejadian aneh yang ia lihat tadi sore. Ia terus bergumam cahaya aneh, dan tingkah aneh teman-temannya tadi. Ekspresinya sekarang ini terlihat seperti orang yang mencoba untuk berfikir dan ingin mencari tahu apa yang terjadi.

"Haku-kaichou! Kami kekurangan selimut, apakah anda mempunyai selimut lebih?" tanya seorang siswi kelas satu didekat Sakura. Dan Sakura yang mendengarnya jadi refleks menoleh kearah sumber suara tepatnya menoleh kebelakang.

Sakura melebarkan matanya ketika melihat gadis cantik berambut hitam bergaya ponytail sedang berbicara dengan adik kelasnya. Dia adalah Haku, sang ketua OSIS. Sakura baru menyadarinya, tadi pada waktu sebelum ia melihat Naruto, Haku juga berada disana. Dia membawa tiga orang temannya yang bertingkah aneh untuk menghadap ke Naruto. Sakura yang tak berfikir panjang lagi dan tak perduli akan resiko yang akan ia dapatkan langsung melesat bangun dan menghampiri ketua OSIS bernama Haku tersebut.

"Haku-Kaichou!" panggil Sakura seraya berlari menghampiri Haku.

Tak lama kemudian, Sakura tiba tepat didepannya. Ia memandangi Haku setengah takut sedangkan Haku hanya memandangi Sakura dengan ekspresi kosong namun dingin.

"Nani?" seru Haku

"Haku-kaichou, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu"

"Tentang apa?"

"Tentang Kaichou dengan Uzumaki-san"

"..."

"Aku minta maaf sebelumnya, tadi sore... tepatnya dihutan, aku melihatmu sedang berbincang dengan Uzumaki-san. Waktu itu kau berbicara dengannya sambil menyerahkan tiga teman-temanmu padanya layaknya memberikan hadiah padanya. Dan lalu... ketika kau pergi, aku melihat Uzumaki-san mengeluarkan sebuah cahaya aneh dan menyerang ketiga temanmu hingga menjerit kesakitan..."

"!"

"Pada awalnya aku ingin menanyakan hal ini kepada Uzumaki-san, namun aku merasa takut, takut karena aku akan tertimpa hal yang sama seperti tiga temanmu. Jadi, aku beralih padamu yang notabene juga berada disana dan mungkin jika aku berbicara denganmu, aku bisa tahu atas apa yang terjadi. Maaf kalau aku terlalu to the point. Aku hanya penasaran dan merasa ingin tahu akan kejadian tadi sore"

"Kau penasaran?"

"Heem"

"Kalau begitu, pandangilah terus pintu penginapan kita. Kau akan tahu setelahnya" bisik Haku seraya menunjuk kearah kanan, tepatnya kearah pintu penginapan. Sedangkan Sakura, ia hanya mengerutkan keningnya masih merasa bingung akan ucapan Haku. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun sebelum ia mengucapkannya, tiba-tiba saja suara teriakkan Anko-sensei yang memanggil beberapa nama muridnya, langsung mampu membuatnya tertarik hingga mengalihkan perhatiannya sejenak kearah pintu yang tadinya ditunjuk oleh Haku.

"Permisi..." bisik Haku di telinga Sakura sehingga Sakura merasa terkejut sejenak dan menoleh kearah Haku yang mulai pergi meninggalkannya. Sakura kembali memandangi depan itu dengan ekspresi setengah terkejut. Ia melihat tiga orang yang tadi sore berjalan bersama dengan Haku. Ekspresi mereka lebih aneh dari yang sebelumnya, bahkan sekarang mereka bertiga lebih terlihat sedikit cerewet karena mereka terus-terusan bergumam 'Aku ingin keluar dari sekolah' secara bersamaan. Para guru disana mencoba menenangkan mereka karena mereka keluar dari penginapan dengan membawa koper-kopernya, namun mereka tak kunjung bisa menenangkan tiga muridnya itu, yang mereka dapatkan hanyalah keramaian dan tatapan-tatapan bingung para murid disana.

"Tayuya!, Darui!, Himeko! Tolong tenanglah! Sebenarnya ada apa dengan kalian?!" tanya salah satu guru yang mencoba menghentikan mereka.

"Kalian tak bermaksud untuk pulang 'kan? Lihatlah, hari sudah malam. Malam-malam begini tak baik jika kalian pulang" lanjut salah satu guru lagi.

Para guru masih terus menahan ketiga muridnya itu, tetapi seberusaha apapun mereka mencoba, ketiga muridnya tetap keukeuh akan keinginan mereka untuk pulang. Bahkan karena terlalu lama, ketiga muridnya itu mulai memberanikan diri untuk melawan guru-gurunya itu dengan mendorong mereka hingga terjatuh.

Setelah mengetahui kalau ketiga muridnya itu berlari memasukki hutan, para guru disana mulai berlari menyusuri hutan dan tak lama kemudian kembali lagi dengan tangan kosong. Para guru disana terdiam dengan ekspresi menyesal, mereka mengutuk diri mereka sendiri seraya berteriak kalau diri mereka tak becus menjaga murid-muridnya. Kemudian selang 7 menit, tiba-tiba saja terdengar suara jeritan histeris seorang gadis didalam penginapan. Mendengar hal itu para guru beserta murid-murid termasuk Sakura mulai berlari memasukki penginapan.

Tak lama kemudian, mereka menemukan seorang gadis yang berteriak itu sedang menangis di koridor dekat kamar pria yang begitu Sakura kenali. Disana ia bertemu dengan Hinata. Hinata sedang berdiri tepat disebelahnya dan dirinya juga sedang memandangi gadis yang menjerit itu penuh kebingungan.

"Ada apa Tenten-san?" tanya Kakashi.

"Hiks...Kib...a...-kun...hiks..."

"!" Sakura dan Hinata mulai refleks menegangkan tubuhnya hingga kemudian mereka mulai memberanikan diri untuk menyusupi beberapa orang disana, begitupula para guru. Para guru mencoba menghentikannya, tetapi mereka tak memperdulikannya dan terus menyusuri koridor yang dipenuhi oleh banyak murid. Sesampainya disana, mereka bertemu dengan Sasuke kemudian menolehkan kepala mereka bersama-sama kearah kamar tersebut dan akhirnya...

"KYAAAAA!"

Sakura dan Hinata berteriak ketika melihat pemandangan yang begitu menakutkan diri mereka berdua. Dikamar tersebut terlihat sesosok pemuda berambut coklat jabrik yang bertatto segitiga terbalik sedang bergantung di dinding kamar dengan kedua tangan dan kaki terikat. Mata pemuda itu terbuka, namun anehnya pemuda itu tak bergerak seakan-akan terlihat sudah... tak bernyawa.

TBC

A/N : huawaa!, makin banyak saja misterinya. Bagaimana menurut minna? Makin membingungkankah? Atau makin gaje? Tunggu chapter selanjutnya yah ^o^9

Matta ne~