-OMAKE-
"HAN-JI-SEN-SEEEIII!"
"UWAAAA! ADA ARMOURED TITAN NGAMUK! KYAAHAHAHHAAA!" Teriak Hanji sambil berusaha menghindari kejaran Reiner yang sudah seperti Armoured Titan yang siap menerjang Wall Rose dan Maria sekaligus.
Sedangkan Bertholdt yang melihat sesi kjar-kejaran antara Hanji dan Reiner dari pinggir lapangan hanya bisa sweatdrop.
.
.
.
"Dasar! Apa sih yang dipikirkan oleh Hanji-sensei!" Reiner tampak kesal sambil kembali duduk di samping Bertholdt yang hanya bisa tertawa garing.
"Aahahaaa…Sudahlah, Hanji-sensei pasti hanya bercanda."
"Memangnya..kau tidak memikirkan kata-kata Hanji-sensei?"
"Eh..?" Bertholdt langsung saja nge-blush-ria.
"Yah maksudku..kata-kata Hanji-sensei entah kenapa…ah, sudahlah."
"M-maksudmu..?"
"Sudahlah lupakan saja. Hei Berth, minumanmu masih ada tidak?" Reiner langsung saja mengalihkan pembicaraan.
"Ah ada, memangnya kenapa?"
"Aku minta lagi dong, habis kejar-kejaran dengan Hanji-sensei aku jadi haus lagi." Ujar Reiner sambil memegangi tenggorokannya.
"E-eh..?"
"Kenapa?"
"A-ah tidak..hanya saja.."
"Kau tidak mau berciuman secara tidak langsung denganku?" Ternyata Reiner bisa something juga kadang-kadang.
"I-itu..eh..bukan..INI UNTUKMU SAJA!" Setelah memberikan botol air mineral miliknya, Bertholdt langsung saja mengambil langkah seribu entah kemana dengan kecepatan melebihi kemampuan manusia biasa dan meninggalkan Reiner yang cengo sambil sweatdrop.
"Haah..padahal aku hanya menggodanya.." Ujar Reiner sambil meminum air yang diberikan oleh Bertholdt.
.
.
.
"Oi Reiner, kau tidak kembali ke kelas? Kau sudah selesai ganti baju, kan?" Ujar Jean sambil merapihkan dasinya.
"Tidak, kau duluan saja."
"Hmm..kalau begitu, aku ke kelas duluan, ya." Kemudian Jean keluar dari ruang ganti, meninggalkan Reiner sendirian di sana.
Tidak lama setelah Jean keluar, Bertholdt memasuki ruang ganti dan melihat Reiner yang sedang merapihkan baju olahraga dan jersey yang tadi dia pakai.
"Reiner? Kau tidak kembali ke kelas?"
"Tidak, aku menunggumu." Ujar Reiner sambil memasukkan baju olahraga dan jersey miliknya ke dalam loker.
"Eh? Menungguku..?"
"Tadi kau disuruh oleh Irvin-sensei untuk membereskan bola sepak sendirian, bukan? Aku pikir kau akan merasa tidak enak kalau kembali ke kelas sendirian, jadi aku menunggumu."
"A-ah..terima kasih, Reiner." Bertholdt hanya tersenyum tipis namun terlihat begitu unyu di mata Reiner.
Saat Bertholdt melepaskan jersey dan kaos olahraganya, dia merasakan kalau Reiner sedang memperhatikannya.
"Aaahh…kalau ganti baju di depan seseorang rasanya.." Batin Bertholdt sambil mencari-cari kemejanya.
Tiba-tiba saja, Bertholdt bisa merasakan kalau Reiner memeluknya dari belakang, dan karena tinggi badan Bertholdt yang ektrem, Reiner harus menopang dagunya di bahu Bertholdt.
"Re-Reiner!? A-apa yang—"
"Saat wajahmu memerah karena kata-kata Hanji-sensei, menurutku kau..manis sekali..dan untuk melihatmu ganti baju di depanku itu terlalu…" Ujar Reiner sambil mempererat pelukannya.
"E-eh!? Ah..R-Reiner.." Badan Bertholdt langsung saja gemetaran saat Reiner tiba-tiba menciumi leher bagian belakangnya sambil mengelus bagian dada sampai pinggang Bertholdt.
"R-reiner, s-stop!"
"ah..m-maaf..aku ke kelas duluan, sudah ya." Kemudian Reiner langsung saja keluar dari ruang ganti meninggalkan Bertholdt yang duduk lemas sambil bersender di pintu loker.
.
.
.
"Oi Bertholddt." Suara Reiner yang tiba-tiba terdengar dari belakang membuat Bertholdt terlonjak kaget.
"Y-ya?"
"Apa sepulang sekolah nanti kau bisa ke rumahku?"
"Eh? Memangnya kenapa?"
"Aku hanya ingin bicara sebentar..kalau kau tidak keberatan." Ujar Reiner sambil menggaruk-garuk bagian belakang lehernya.
"Baiklah..aku akan datang.."
.
.
.
"AAAHHH! KENAPA AKU LANGSUNG SAJA BILANG 'BAIKLAH'!?" Batin Bertholdt sambil mondar-mandir di depan rumah Reiner.
"Bertholdt," Terdengar suara Reiner yang baru saja keluar rumah ",Kalau kau sudah sampai, kenapa kau tidak memberitahuku?"
"I-itu…K-karena apa yang kau lakukan di ruang ganti, aku jadi..eh.." Bertholdt tidak tahu harus bicara apa lagi.
Reiner tampang sedikit terkejut dan berkata "Aahh…itu..bagaimana kalau kita bicara di dalam saja?"
.
.
.
"Jadi..apa yang ingin kau bicarakan?" Ujar Bertholdt sambil duduk agak jauh dengan Reiner.
"Aku hanya ingin minta maaf karena sudah melakukan hal seperti itu di ruang ganti.."
"Eh? Hanya itu?"
"M-memangnya aku bisa meminta maaf soal ini di depan teman-teman sekelas!?" Teriak Reiner sambil memalingkan wajahnya, sedangkan Bertholdt hanya bisa menahan tawa.
"Oi, kau mau ketawa, ya?" Reiner ternyata tajam.
"E-eh!? Ti-tidak kok!...pfft—," Bertholdt masih menahan tawa ",Ahahahaa! Entah kenapa sifatmu jadi kayak Tsundere—ppfftt ahaahahah!" Bertholdtpun berakhir tertawa berjumawa sambil guling-guling di atas lantai kamar Reiner.
Sedangkan Reiner yang melihat Bertholdt-dalam-mode-enggak-alim tersebut hanya bisa sweatdrop.
Tiba-tiba, Reiner menumpu berat badannya diatas Bertholdt dengan menggunakan kedua tangannya yang dia letakkan disamping kepala Bertholdt.
"Re-Reiner..?"
"Hei Bertholdt..kau tahu, aku..sepertinya menyukaimu.."
Hening.
"…Apa..s-suka..?" Bertholdt tampaknya lagi pending.
"Iya, sepertinya aku menyukaimu." Reiner mengulang pernyataan cintanya.
"K-kenapa kau bisa menyukaiku…?"
"Entahlah..mungkin karena kau itu manis sekali.." Reiner memperlihatkan semu merah muda dikedua pipinya sambil mendekati Bertholdt yang masih ada dibawahnya.
"M-maaf Reiner..tolong..menjauh sedikit.." Ujar Bertholdt sambil mendorong pundak Reiner.
"Kau pikir kalau sudah sampai di sini..aku akan berhenti?"
JEGER.
Matilah kau Bertholdt Fubar.
"K-kau minta maaf padaku tapi tetap melakukan hal yang sama lagi SAMA SAJA BOHONG DONG."
"Aku memang minta maaf, tapi aku tidak bilang kalau tidak akan melakukannya lagi, bukan?"
"Terkutuklah Armoured Titan yang ada di atasku ini.." Batin Bertholdt sambil terus mendorong Reiner.
"Re-Reiner! Kalau kau tidak berhenti..NANTI AKU MARAH!" Bertholdt keliatannya mulai darah tinggi.
Hening.
Reiner diam.
Bertholt diam.
Authornya juga ikut diam biar enggak disangka gila.
"M-maaf…" Kemudian Reiner sedikit menjauh dari Bertholdt yang masih tiduran di lantai.
"A..aku mau pulang." Tiba-tiba Bertholdt berdiri, mengambil tas sekolahnya dan langsung saja pamit pulang.
"O-oi Berth! Tunggu!"
BRAK.
Pintu kamar Reiner tertutup dari luar oleh Bertholdt dan membiarkan Reiner kecewa.
.
.
.
Keesokan harinya di sekolah, Reiner dan Bertholdt tumben tidak jalan ke sekolah bersama. Dan saat Reiner menjemput Bertholdt di rumahnya, ibunya berkata kalau Bertholdt sudah pergi ke sekolah duluan.
.
.
.
"Oi Berth!" Saat Reiner memanggil namanya, Bertholdt bahkan tidak berhenti berjalan untuk menjawab.
"Oi Berth, Reiner manggil tuh." Ujar Jean yang sedang berjalan bersama Bertholdt.
"A-aku tahu kok." Jawab Bertholdt tanpa melihat kebelakang.
Sedangkan Reiner yang dikacangin masih berusaha memanggil Bertholdt yang sengaja berjalan lebih cepat dari biasanya.
Karena dikacangin sepenuhnya, Reiner kesal dan memutuskan untuk menarik Bertholdt dengan paksa.
"U-uwaaaa!" Bertholdt terseret oleh Reiner dengan mudahnya.
"O-oi Reiner!? Bertholdt mau kau bawa kemana!?" Teriak Jean kepada Reiner yang sedang sibuk menarik kerah bagian belakang milik Bertholdt.
"Aku hanya ingin meminjamnya sebentar, jangan khawatir." Jawab Reiner dengan santainya. Sedangkan Jean hanya bisa sweatdrop.
.
.
.
"Ke-kenapa kau menyeretku sampai kebelakang sekolah begini, sih!?" Teriak Bertholdt sambil merapihkan kerahnya yang tadi ditarik oleh Reiner sekuat tenaga.
"Habisnya kau tidak menjawabku, malah jalan tambah cepat." Ujar Reiner sambil memasang ekspresi seakan berkata 'makanya-jangan-kacangin-gue-kampret'.
"Ya tapi enggak harus sampai menarik kerahku juga, kan." Bertholdt masih protes.
"Maaf maaf. Ngomong-ngomong, aku ingin bicara soal kemarin."
JEGER.
"Kenapa oh kenapa." Batin BErtholdt.
"Padahal kemarin aku sudah minta maaf tapi malah mau menyerangmu lagi." Ujar Reiner sambil menggaruk-garuk leher bagian belakangnya.
"TiBukannya aku tidak suka kalau kau melakukan itu, tapi.." Gumam Bertholdt sambil menunduk.
"Eh?"
"TI-TIDAK ADA APA-APA KOK! AHAHAHHAAAA!" Bertholdt langsung salting.
"Yah pokoknya aku akan berusaha tidak melakukan itu lagi padamu."
"Ke-kenapa..?"
"Hah? Bukannya kau marah karena aku sudah menyerangmu?"
"A-aku enggak marah!"
"Lalu kenapa tadi pagi kau pergi ke sekolah duluan, dan tai di lorong kau tidak menanggapiku?"
"I-itu..karena harus berkata apa kalau bertemu denganmu." Jawab Bertholdt nge-blush dan memalingkan wajahnya.
"Kenapa dia unyu sekali yaTuhan." Batin Reiner sambil berusaha untuk tidak menyerang Bertholdt(lagi).
"Jadi…kau tidak marah?" Ujar Reiner sambil berharap-harap cemas,berharap Bertholdt benar-benar tidak marah.
Berhtoldt hanya menjawab dengan sebuah anggukan pelan.
"S-syukurlah…maaf ya soal kemarin."
"A-ah..tidak apa-apa."
"Bagus kalau begitu, aku ke kela—" Saat Reiner berjalan meninggalkan Bertholdt, tiba-tiba pria jangkung berambut hitam itu menarik lengan Reiner.
"B-Bertholdt…?"
"A-ah..eh, i-ini tidak.." Bertholdt langsung salting(lagi).
Tanpa basa basi, Reiner langsung saja mendorong Bertholdt sehingga punggungnya bertemu dengan tembok.
"Re-Reiner!?"
"Padahal aku sudah menahan diri, kenapa kau malah membuatku ingin menyerangmu lagi?" Reiner facepalm.
"A-aku tidak bermaksud.."
"Sudahlah..aku harus berhenti sebelum terlambat."
"Ta-tapi aku bukannya tidak suka!"
Hening.
"Ma-maksudmu..?" Reiner cengo seketika.
"Ma-maksudku..aku tidak pernah kalau aku tidak suka..saat kau melakukan itu, bukan?"
Demi Colossal Titan yang lagi pelukan sama Armoured Titan, Bertholdt unyu sekali sodara-sodara.
"Ta-tapi bukannya kau selalu menghindar?" Reiner tambah bingung.
"I-itu karena kau selalu melakukannya secara tiba-tiba." Sekarang semuanya masuk akal.
"Jadi..kalau aku tidak melakukannya secara tiba-tiba, kau tidak akan menghindar?"
Wajah Bertholdt langsung semerah Colossal Titan dan menjawab dengan anggukan kecil.
Reiner yang menganggap Bertholdt menjawab 'iya' langsung saja memulai 'kegiatan'nya dengan mencium leher Bertholdt. Sedangkan sang pemilik leher hanya bisa merinding dan menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Kenapa kau menutup mulutmu?"
"K-karena kau lakukan itu..suaraku jadi terdengar seperti..perempuan.."
"Kalau begitu buka mulutmu." Reiner betapa kejamnya anda.
"Ti-tidak! A-ah—" Bertholdt sudah tidak bisa berkutik lagi ketika Reiner tiba-tiba menyentuh 'bagian bawah'nya Bertholdt.
"Biarkan aku mendengar suaramu, Berth." Reiner berkata dengan nada yang sangat menggoda tepat ditelingan Bertholdt yang sudah memerah.
"WALAUPUN COLOSSAL TITAN TRANSGENDER, TIDAK AKAN PERNAH!" Batin Bertholdt sambil (masih)menutupi mulutnya dengan tangan.
Tapi tangan Reiner memaksa Bertholdt untuk mengeluarkan suaranya yang 'katanya' seperti perempuan itu.
"Ahn…nh.."
Hening.
Oh tidak..keceplosan.
Bertholdt yang secara-tidak-sengaja mengeluarkan suara yang indah itu langsung saja mendorong wajah Reiner.
"Suaramu..manis sekali." Reiner berkomentar dengan santainya.
"LUPAKAN SEKARANG JUGA!" Bertholdt yang tadinya unyu-unyu, mendadak ganas sambil masih nge-blush.
"A-ahn..tu-tunggu, Re-Reiner.." Bertholdt kembali tenang saat Reiner masih melakukan 'kegiatan' dengan tangannya sementara tangan yang satu lagi meraba didalam kemeja Bertholdt.
"Akua berjanji aku tidak akan melakukan ini secara mendadak..jadi..kau tidak bleh menghindar lagi."
Terkutuklah kau Reiner Braun.
"A-ah! Re-Reiner, a-aku—ahn.."
Selanjutnya, hanya Reiner, BErtholdt, dan Tuhan saja yang tahu apa yang terjadi.
-OWARI-
Yo minna~ Alice'ssu~
Ini dia omakenya~~~~ akhirnya bisa Alice publish, soalnya setiap kali Alice mau ngetik ini pasti ada gangguan dan kalian pasti tahu apa *pundung*.
Tapi akhirnya Alice berhasil mempublish omake ini dan Sensei ga Suki resmi tamat *tepuk kaki* /dor.
Setelah ini, Alice akan membuat omakenya Memories,bakalan Rated M sih mungkin(Alice gapernah bikin, pingin nyoba), tapi bikin ini aja Alice udah malu sendiri..bagaimanakah sensasinya saat membuat Rated M?
Setelah omake Memories selesai, Alice mungkin akan membuat fic baru lagi.
Genre apa? Pake character apa? One-shot apa banyak chapter? Liat aja nanti~
TATAKAEEE!
Kurosawa Alice.