Title, Lovable

Disclaimer plot © kimsangraa

Cast : Park Chanyeol – Byun Baekhyun,
etc

Warning, fluff, OOC, AU, yaoi, gaje, typo(s).

Happy reading!

.

.

Siang yang ramai, identik dengan kota Seoul yang semakin padat. Jalanan dipenuhi mobil-mobil berpenumpang rata-rata satu orang, sesekali menekan bel agar mobil lain memberi jalan. Di langit, matahari menyinari bumi dengan teriknya, tidak peduli pada rakyat yang mengeluh kepanasan.

Walaupun seperti itu, nyatanya musim panas sudah berlangsung selama satu setengah bulan. Suhu tertinggi yang selalu terjadi pada akhir Juli kini menyambangi Seoul lagi. Taman-taman dengan banyak pohon menjadi penuh manusia yang sibuk mengibaskan lipatan kertas di bawah dagu mereka.

Di tengah-tengah banyak kesibukan yang dipengaruhi musim tersebut, seorang lelaki dengan tubuh setinggi 185 sentimeter, sedang berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata. Alright, namanya Park Chanyeol.

Kaki panjangnya mengikuti jalanan lurus pedestrian yang untungnya ditutupi pohon-pohon rimbun. Jangan heran ketika para gadis atau wanita tiba-tiba melirik padanya, karena—well, selain pakaiannya yang eye-catching, ia tampan. Tidak peduli pada peluh di pelipisnya, ia tetap tampan.

Ia tampak menarik perhatian karena ia tengah dibalut pakaian kantor yang formal. Orang-orang yang melihat mungkin akan mengira ia tengah syuting atau apa, tapi sebenarnya tidak. Abaikan saja ia pernah jadi model MV Girls' Generation, lagipula itu kejadian lama.

Mengingat ia pernah dicakar karena ada seorang fans yang ternyata sangat menyukainya sejak fans itu melihat MV Girls' Generation, Chanyeol jadi tidak ingin disadari sebagai model MV lagi.

Jadi ia menunduk, memerhatikan ujung sepatunya yang mengkilap, sambil berkomat-kamit bagaimana ijin cuti untuknya belum keluar, jadi ia tak bisa menerima ajakan Luna ke pantai Gyeongpo untuk selancar atau membiarkan kulitnya berwarna kecoklatan untuk sementara.

Ia mendongak, kepanasan. Di sisi jalan, ia melihat anak kecil sedang menjilat es krim, sementara sekeliling mulutnya sudah diwarnai krim vanilla yang menggugah liur. Oke, jangan berpikiran aneh-aneh karena Chanyeol hanya kepanasan dan ingin membeli sesuatu yang dingin.

Tapi anak itu malah melihat Chanyeol dengan tatapan aneh, lalu menjulurkan lidah seolah mengejek—Chanyeol mendapati diri hampir menghardik anak itu. Ia mendengus kesal, hari ini serasa ia sial sekali. Tolong garis bawahi, ia seorang kepala divisi sebuah perusahaan!

Tujuannya hanya satu—setelahnya memang ada tujuan lain—namun sebuah toko bunga di ujung jalan lurus itu menjadi pusat langkahnya tertuju. Di depan-atas toko bunga itu, terdapat palang bertuliskan, 'Lovable', berwarna putih dengan sedikit motif bunga yang agak… em, klise.

Chanyeol tersenyum sinis mengingat nama itu. Maaf, ia tidak bermaksud mengejek, hanya saja… oh, ayolah, namanya terdengar (agak) norak di tengah-tengah kegaulan anak muda.

Ingatannya mendadak berkilas balik, berpikir tentang ibunya yang meminta agar Chanyeol membawakan serangkaian anggrek golden shower untuk saudaranya yang lulus di sebuah kampus bergengsi. Awalnya ia jelas menolak, tapi apa daya.

Ia meminta ijin pada atasannya, dan ia dibolehkan dengan alasan ia tidak terlalu sibuk hari ini. Chanyeol memakai Audi R8-nya yang keren, kemudian hanya untuk merelakan wajahnya melongo bodoh karena ban mobilnya tertusuk oleh se'ekor' paku berwajah innocent.

Jadilah Chanyeol harus berjalan kaki karena kawasan itu terlalu jarang akan halte, sembari mulutnya berkomat-kamit 'paku jelek', atau 'paku sialan', 'paku, kubunuh kau'. Ia berhenti bergumam ketika menyadari ia adalah seseorang yang harus jaga image.

Ia tidak sadar, kakinya telah berayun sehingga pintu kaca sudah ada di hadapannya. Ia mengangkat bahu, lalu membuka pintu kaca yang langsung membunyikan bel klasik.

Klining~

Sebagai pekerja di perusahaan manufaktur, secara tidak langsung ia memperhatikan dekorasi dan benda-benda yang ada di dalamnya. Kebanyakan ditata dari tinggi ke rendah, sisanya ditaruh di rak yang bentuknya seperti tangga.

Mengingat Chanyeol bukanlah penikmat wewangian, ia merasa aroma bunga menguar; menyengat indra penciumannya secara berlebihan. Ia terdiam sebentar di tempat, merasa harus beradaptasi dulu dengan aroma yang ada. Merasa diperhatikan, Chanyeol menoleh ke samping, dimana matanya langsung beradu dengan iris coklat bersinar milik seseorang.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" lelaki itu tersenyum. Paras manisnya bak malaikat yang membawa beban kelelahan Chanyeol pergi entah kemana. Chanyeol membeku sejenak, merasakan peluhnya bercampur dengan keringat dingin.

"A…aku mencari rangkaian anggrek golden wo—wo—"

"Ah, maksud Tuan mungkin golden shower?" tanya lelaki itu, tetap mempertahankan senyum seribu-kilauan-nya (oke, Chanyeol baru saja tanpa ijin menamai sesuatu yang bukan miliknya).

"Iya… Itu. Apa ada di sini?" tanya Chanyeol. Lelaki itu membawa suaranya dalam gelak tawa yang lembut—matanya jadi semakin sipit seiring tawanya—tapi Chanyeol tahu lelaki itu tidak bermaksud mengejek.

"Itu sebuah rangkaian bunga anggrek. Kami harap Tuan tidak keberatan jika harus menunggu sebentar." jawab sang lelaki manis. Chanyeol mengangguk, secara tidak sengaja melirik plat nama yang tersemat di dadanya, oke, namanya Baekhyun.

"Tidak—eh, maksudku, aku tidak keberatan menunggu sebentar." kata Chanyeol, mengeluarkan senyuman miringnya (yang ia sangat berharap tidak membuat lelaki manis ini, atau Baekhyun, ketakutan).

"Apa Tuan mau memilih warna yang akan dipakai?" tanya sang lelaki manis. Chanyeol menggeleng.

"Anggrek saja yang mana aku tidak tahu." jawabnya. Jujur saja, sebenarnya ia sama sekali buta soal bunga dan arti-artinya. Maksud Chanyeol—rangkaian itu pasti melambangkan sebuah arti, ya kan? Jadi ia tentu saja ia tak bisa memilih asal-asalan soal itu.

"Baik, Tuan bisa menunggu di kursi sebelah sini." kata Baekhyun, menunjukkan jalan ke kursi panjang berlengan dengan sandaran yang sengaja dihadapkan ke taman belakang yang penuh bunga khas musim panas, yellow cosmos, crape myrtle, dan snake's beard.

Chanyeol tidak menjawab, ia hanya dengan 'patuh' mendudukkan dirinya, mencari posisi nyaman di antara sandaran dan lengan kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya, sembari memandangi bunga-bunga yang pada salah satu tangkainya diberi label nama.

Dari sudut matanya, ia melihat seorang lelaki berambut brunette mendekatinya. Chanyeol menghela nafas diam-diam, sekaligus bertanya-tanya dalam hati sebenarnya ada berapa banyak lelaki cantik di sini.

"Apa Tuan mau memesan minuman?" tanya lelaki itu. Chanyeol melirik plat nama di apron hitamnya, namanya Luhan. Ah, Chanyeol punya pikiran lelaki ini berasal dari China.

"Ada… frappe?" tanya Chanyeol. Luhan mengangguk seraya tersenyum.

"Frappe dengan krim coklat atau vanilla?"

"Coklat, terimakasih."

"Tolong tunggu sebentar." kata Luhan, lalu melenggang memasuki sebuah pintu yang sepertinya dapur. Lelaki itu boleh juga cantiknya, tapi Chanyeol lebih tertarik dengan Baekhyun.

Hey, mungkin ada benarnya tempat ini dinamakan 'Lovable'. Lovable… Baekhyun itu lovable—memikat.

Lima menit kemudian setelah hening yang ditemani lamat-lamat suara siaran radio, ia dikagetkan dengan celetukan Luhan yang lembut.

"Tuan, silahkan frappe-nya."

"Terimakasih." jawab Chanyeol, menerima gelas berbentuk poco grande berisi frappe yang dinginnya sampai beruap. Chanyeol jadi ingin berterimakasih sekali lagi, karena hari ini begitu panas dan di sini menyediakan minuman dingin, dan enak pula.

Ia melirik Baekhyun yang membelakanginya. Ia mengira-ngira, kenapa seorang lelaki bisa memiliki jari lentik, tubuh mungil, wajah cantik, dan suara yang lembut. Maksudnya, ia memang pernah bertemu lelaki seperti itu sebelumnya, tapi yang ini, berbeda.

Kenapa? Chanyeol sendiri tidak tahu. Hanya berbeda saja. Berbeda dari cantiknya Luhan dan pegawai satunya lagi—kasir, sebenarnya—yang memiliki single dimple itu. Chanyeol sudah terbuai, ia mengunci fokus matanya pada pergerakan Baekhyun yang menggemaskan.

Ketika ia merasa Baekhyun sudah selesai, Chanyeol mengalihkan pandangannya untuk menatap yellow cosmos yang tumbuh berkerumun, lalu menemukan bunga yang berwarna sama dengan namanya itu—kuning—seolah tersenyum mengejek.

"Tuan, rangkaian anggrek Anda sudah jadi. Apa Tuan mau membayar sekarang?"

Chanyeol mendongak. "Ya, tentu." katanya, lalu menghabiskan frappe-nya yang tinggal sedikit. Ia bangkit, lalu merogoh sakunya. Dilihatnya Baekhyun mengambil sebuah nota dan bolpoin berwarna merah stoberi.

"Atas nama Tuan…?"

"Chanyeol. Park Chanyeol." jawab Chanyeol, sebelum berdeham untuk melanjutkan kalimatnya. "Tadi sepertinya ada kasirnya, dimana?"

Baekhyun tersenyum, jemarinya masih menuliskan berapa harga yang harus dibayar Chanyeol. "Sedang kebelakang untuk mengecek listrik yang sepertinya mati."

Chanyeol mengangguk-angguk sebagai jawaban. Baekhyun merobek selembar kertas nota dari bukunya, dan mengambil rangkaian bunga berwarna kuning terang itu dari atas meja kecil.

"Totalnya dua belas ribu won." kata Baekhyun, lalu Chanyeol memberikan uang pas. "Terimakasih, Tuan Chanyeol, kami harap Tuan suka."

Tubuh Chanyeol memanas, mendengar namanya dilantunkan dengan lembut oleh Baekhyun dengan senyuman seribu-kilauannya. Ia mengambil rangkaian bunga itu dari tangan Baekhyun—dengan sengaja menyentuh jemari lentiknya yang menggoda.

"Sama-sama, Baekhyun." bisiknya, sebelum keluar dengan tergesa, meninggalkan Baekhyun yang termangu.

.

.

-TBC-

Author's babbling :

Okeeee alur kecepetan. Sumpah deh, ada yang mau jadi guru saya nggak? Hiks *nangis di pojokan*. Atau kasih saranlah...

Review please~:3