Anyyeong *bow* saya author baru di ffn, masih dalam tahap belajar..

FF ini murni imajinasi author setelah ngamuk dirumah, bila ada kesamaan dalam cerita saya mohon maaf sebesar-besarnya :)

HAPPY READING~

.

.

.

.

Tao's POV

Tak ada yang menyadari kehadiranku diantara mereka. Dikucilkan– bukan sebuah pilihan, itu adalah keinginan. Aku memilih menutup diri dari dunia, tidak ingin masuk dalam lingkaran pertemanan yang menyusahkan. Takut pada satu kemungkinan yang akan terjadi jika suatu saat aku lepas kendali yang akan berdampak pada kesepakatan yang telah dibuat. Itu benar-benar sangat merepotkan.

Rambut hitam dengan poni sedikit panjang yang menutupi mata, kacamata bulat dengan lensa sedikit tebal, baju seragam lengkap dan rapi yang selalu ku kancingkan hingga kancing paling atas. Apa aku sudah terlihat seperti siswa teladan? Atau seperti seorang nerd? Aku tak peduli. Yang penting aku tak ingin menarik perhatian di sekolah yang baru 2 bulan ku masuki.

.

.

.

Author's POV

Ruang kelas yang semula penuh dengan murid-murid yang tengah belajar tampak lenggang. Semua siswa di kelas sudah berhamburan ke kantin untuk makan siang, kecuali Tan Zitao. Ia mengunyah bekal makan siangnya dengan tenang. Sepotong roti cokelat ukuran sedang dan susu kotak masuk dengan lancar ke dalam lambungnya, kemudian disusul roti kedua dan ketiga. Senikmat itukah roti yang dimakannya sehingga namja panda ini tak menyadari kedatangan dua namja lain yang masuk dan berjalan mendekatinya? Pada saat Tao akan membuka roti yang keempat tiba-tiba ada tangan yang merebutnya.

"Omo! Lihat dia! Padahal sudah makan tiga bungkus roti tapi belum kenyang juga?" Park Chanyeol, orang yang merebut roti milik tao. Dia tertawa diikuti temannya yang berkulit kehitaman. Rupanya teman sekelas Tao, sang duo pengacau muncul.

"Tak kusangka makanmu banyak juga. Tapi lihat, badan mu kurus seperti itu. Kau kemanakan makanan-makanan itu?" Kali ini Kai, namja hitam yang berbicara diselingi kekehan. Kai dan Chanyeol menikmati roti hasil rampasannya sambil memberondong Tao dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tak penting.

Tak ada sahutan yang keluar dari mulut Tao, dari awal dia hanya diam sambil terus menunduk. Takut? Salah jika kau kira Tao takut dengan namja dihadapannya. Kau hanya belum mengenalnya lebih jauh.

Kau bertanya siapa Tao sebenarnya? Hmm… Belum saatnya kita membahas masalah ini. Masa kelamnya yang membuatnya terpaksa bersabar, dia harus selalu ingat janji pada seseorang untuk selalu menahan diri.

"Ya! Anak baru! Apa kau bisu huh?"

Chanyeol mulai kesal diacuhkan oleh Tao. Tangannya mencengkram rahang Tao dan mengangkatnya hingga tatapan keduanya bertemu. Chanyeol menatap nyalang kedua Kristal sehitam langit malam yang sedikit terhalang oleh kacamata tebal dan poni.

"apa-apaan kacamata kuno ini? Apa kau tak mengenal fashion?" Dibuangnya kacamata milik Tao sembarang arah dengan tangan lainnya hingga terdengar suara kaca pecah.

Chanyeol terkesiap. Sepasang Kristal hitam kini tengah menatapnya tajam. Lingkaran hitam tipis yang sebelumnya tersamarkan oleh kacamata tampak menghiasinya membuat namja dihadapannya terlihat…. cantik.

Perlahan cengkraman tangan pada rahang Tao mengendur. Mata Chanyeol tak dapat beralih dari sepasang Kristal dihadapannya, seolah terkunci. Ada sedikit rasa aneh yang mulai menggelitik hatinya. Perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, sesuatu yang ganjil namun terasa menyenangkan.

Kai yang sedari tadi diam sambil terus memakan roti mulai merasakan aura aneh dari teman baiknya. Wajah Chanyeol sekarang terlihat bodoh dengan mulut sedikit terbuka.

Kai menepuk bahu Chanyeol keras, membuat kontak mata Chanyeol dan Tao terputus. Chanyeol yang mulai tersadar dari pengaruh sepasang Kristal hitam milik Tao langsung menyeret belakang kerah seragam Kai keluar kelas dengan tidak elitnya.

"Ya! Ya! Lepaskan tanganmu tiang listrik!" Teriak Kai membahana di lorong sekolah.

Tao menatap kepergian Chanyeol dan Kai dengan poker facenya. Lalu menatap miris kacamata miliknya yang sudah tak berbentuk setelah menghantam tembok dengan keras.

"Kacamata ku….."

.

.

.

.

At roof top

Kedua namja itu kini tengah duduk dipinggiran pagar pembatas, duduk saling berhadapan dengan Chanyeol yang menyender pada pagar.

"Hey, ada apa denganmu?"

Kai kembali bertanya untuk yang kesekian kalinya pada namja dihadapannya yang terus bungkam sejak meninggalkan kelas. Chanyeol menatap lurus pada Kai, tetapi pandangan matanya terlihat kosong. Pikirannya melayang menginggat sorot mata tajam namun indah disaat bersamaan. Manic hitam itu begitu jernih dan dalam. Seakan menarik dirinya terjerumus dalam sebuah lubang hitam tak berujung.

Kai terdiam memandangi sahabatnya yang masih betah dalam dunianya sendiri. Wajahnya makin terlihat bodoh saat Chanyeol mulai tertawa kecil. Ada apa sebenarnya dengan Park Chanyeol si tiang bendera bermata bulat ini? Kai hanya dapat menepuk keningnya kasar.

"Apa salah ku punya sahabat seperti ini?" Lirih Kai merutuki nasibnya.

Setelahnya kedua pengacau itu memutuskan untuk membolos hingga kesadaran Chanyeol kembali. Padahal maksud utama Kai adalah untuk menghindari pelajaran kimia dijam setelah istirahat. Bayangkan saja pelajaran kimia selama 4 jam hingga pulang sekolah! What the hell!

TBC

Anggap aja chapter 1 sebagai teaser, kalau reader suka author lanjut.

Ditunggu Reviewnya :D