Naruto © Masashi Kishimoto-sense, Ric-chan Cuma pinjem Chara-nya aja kok.

Vampire Boyfriend © Rifvany Hinata-chan

Pairing : Sasuke. U.& Hinata Hyuuga and Itachi Uchiha

Warnings : OOC, AU, Miss Typo(s), Abal-isme.

Semua warning berkumpul disini.

::

Jika ada kesamaan Judul, Ide, Latar, Setting, dll dengan Author lainnya ini hanya fiktif belaka. Cerita ini merupakan sebuah fanfic yang muncul dari otak saya yang paling dalam memang terbentur tadi...

DON'T LIKE? DON'T READ !

Segera Back jika menemukan sesuatu yang tidak Valid

.

.

~ Yonde Kudasai ~


Rifvany Present.

.

.:.* Vampire Boyfriend *.:.

.

.: Capther 2 :.

* Less Of Memmory *


Langit malam yang gelap menyimpan seribu cerita, dunia dimana tangan manusia hampir tak dapat menjamahnya. Cukup hanya dengan aura menusuk yang mengelilingi langit malam ini. Udara dingin yang menyeruak hampir disetiap lapisan atmosfir udara yang terbawa hingga memasuki sebuah bangunan rumah megah bergaya victoria dengan pintu gerbang yang berdiri tinggi menyembunyikan rumah besar yang berada dibaliknya.

Halaman yang luas, pohon-pohon dan semak yang berada disisi rumah itu menimbulkan kesan sejuk meski dimalam hari.

Terkadang udara diluar yang membawa pesan dingin berbeda dengan udara yang mengelilingi aura didalam rumah yang lebih terkesan menyimpan suasana mencekam.

Itachi, pria itu terus menatapi seorang gadis yang tengah tertidur diatas ranjangnya. Gadis yang ia bawa karena ia masih hidup setelah vampir arogan itu menggigitnya. Gadis yang mampu membuat Sasuke tidak bisa menahan hasrat liarnya. Gadis yang telah dihisap darahnya oleh Sasuke.

"Apa dia benar masih hidup?" tanya Itachi pada seorang pria disebelahnya.

"Ya. Itachi-sama." Jawab pria berkacamata itu.

"Ini ajaib. Manusia yang mampu hidup setelah digigit oleh seorang vampir." Komentar Itachi.

"Tapi jika dibiarkan seperti ini, nono ini juga akan mati jika tidak segera menemukan darah untuknya."

"Ya. Aku yakin akan Sasuke bersedia."

"Apa yang akan anda lakukan?"

"Entah kenapa aku ingin saja gadis itu tetap hidup." Ungkap Itachi. "Sasuke bodoh itu yang menyebabkan ini semua, jadi dia juga yang akan bertanggung jawab."

"Oh, anda akan menjadikan nona ini vampir alter?"

"Benar. Kita harus meminumkan darah Sasuke padanya agar gadis ini tetap hidup, Kabuto."

"Itukan sebabnya anda menyuruh saya untuk membawa Sasuke-sama ke kediaman anda, yang saat itu anda menghubungi saya dari Club itu."

"Kurang lebih begitu," udara dingin yang menyebar disudut kamar itu membuat siapapun bergidik merinding, terlabih suara datar Itachi memenuhi kesunyian yang meyergap ruangan itu.

"Kau pati pernah mendengarnya Kabuto, seorang gadis yang masih hidup setelah digigit oleh vampir origin. Maka manusia itu tidak bisa lari. Dia yang sudah ditandai oleh vampir itu, akan terikat selamanya. Dan satu-satu caranya untuk mengikatnya adalah menjadikan manusia itu pengantinnya."

"Ya. Saya pernah diberitahu tentang itu." Balasnya sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Dan gadis itu sudah terikat oleh Sasuke. Maka kita akan meminumkan darah Sasuke, supaya dia tetap hidup."

"Jika itu keputusan anda Itachi-sama, akan kulakukan."

"Baguslah."

Kabuto hanya menanggapi dengan senyum tipis diwajahnya. Kemudian berkata, "Saya akan lihat dulu keadaan Sasuke-sama."

"Hn."

*Vampire Boyfriend*

"Apa anda sudah lebih baik ouji-sama?" tanya Kbuto pada seorang pria yang tengah terduduk diatas ranjang ketika ia memasuki kamar.

"Hn." Balas pria itu sambil memegangi kepalanya. "Ini bukan rumahku 'kan." Pemuda raven itu berbicara.

"Ini adalah kediaman Itachi-sama."

"Apakah ouji-sama ingat tentang semalam?" tanya Kabuto, orang itu masih betah berdiri disamping ranjang tuan mudanya itu yang hanya mendesah dengan apa yang di ingatnya.

"Sudah ingat mengapa kau berada disini." Sambung Itachi, tiba-tiba saja dia sudah berada diambang pintu.

"Dimana gadis itu?" tanya Sasuke langsung.

"Itu yang ingin kubicarakan." Jawab Itachi.


"Ah, aku, dimana ini?" gadis berambut indigo itu terbangun sambil mengucek-ucek kedua matanya.

"Tenanglah, kau berada dirumahku."

"Rumah?" Hinata menatap lekat pria yang berdiri disisi ranjang. Tak lama ingatannya tentang malam itu menggelayangi pikirannya, malam dimana seorang pria asing menancapkan taringnya dilehernya kemudian menggigitnya. Ah, lebih tepatnya menghisap darahnya.

Tanganya terulur untuk menyentuh tempat dimana pria asing itu menghisap darahnya, sebuah tanda dua lubang kecil taring itu membekas disana.

Memang sudah tidak terasa sakit lagi, namaun Hinata masih belum bisa mencerna samua yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Tepatnya lebih parah kejadian semalam itu.

Dan pertanyaannya adalah siapa pria ini?

"Sudah ingat kenapa kau berada disini?" tanya Itachi memastikan.

"Ya," jawab Hinata lirih. "Ini..." Gadis itu berklata pada Itachi seraya masih memegangi lehernya, menuntut untuk penjelasan pada pria itu.

"Ah, itu..." Itachi berhenti sebentar. "Kau percaya makhluk penghisap darah, nona?"

"Hah?"

"Ini mungkin sulit, tapi kau percaya 'Vampir'?"

"Apa?" Ia sungguh terkejut dengan kalimat barusan yang pria itu ucapkan.

"Sudah kuduga kau pasti terkejut."

"La-lalu apa hubungannya dengan itu."

"Pria yang menggigit, ah, tepatnya menghisap darahmy itu adalah seorang vampir, nona." Jelas Itachi lantang. Sejujurnya ia bingung harus memulai dari mana untuk menjelaskannya.

"Dan dia adalah adikku. Sasuke Uchiha."

"Berarti kau juga," Itachi hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Lalu orang yang berada di Club itu, apa mereka tahu, atau bahkan mereka juga..."

"Mereka manusia. Sejujurnya mereka tidak tahu hingga tadi malam."

"Eh, jadi mereka sudah tahu. Apa itu karena aku?"

"Tidak juga nona." Hinata menatap pria vampir itu binggung.

"Aku melakukan sesuatu pada mereka." Jawaban itu tidak cukup puas bagi Hinata.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menghilangkan ingatan mereka."

"Mereka semua hilang ingatan, begitu maksudmu." Hinata memandangi Itachi dengan terkejut. "Apakah teman-temanku mereka juga hilang ingatan?" ia menundukan wajahnya, meremas kuat selimut itu.

"Kau jangan risau nona..." Itachi berhenti sebentar.

"Hinata. Hyuuga Hinata." Sambung gadis itu.

"Ya baiklah Hinata. Tidak apa-apa aku hanya menghilangkan ingatan jangka pendek untuk memastikan mereka akan melupakan hal itu."

"Apa semuanya akan lupa padaku?"

"Ya. Hanya kau dan Sasuke, saat di club."

"Jadi tidak ingat saat itu terjadi."

Itachi memperhatikan raut muka gadis itu terlihat lebih tenang dan sedikit terpancar kelegaan disana.

"Uhm. Terimakasih banyak, tapi aku harus pulang." Ketika gadis itu menyingkap selimutnya berniat ingin beranjak dari kasurnya, Itachi mencegahnya.

"Pulang kemana?" tanyanya dingin.

"Te-tentu saja kerumahku." Ia mulai merasa takut lagi, pertanyaan macam itu yang ditunjukan seolah-olah ia adalah tawanan tuan rumah.

"Tidak bisa!"

"Kenapa tidak!"

"Ada yang harus ku jelaskan disini."

"Tunggu aku tidak mengerti maksudnya," iris matanya mulai berkaca-kaca kala pria dihadapannya menghela napas. "Jangan-jangan kau juga menghilangkan ingatan mereka juga."

Binggo.

Semua tebakan gadis itu mengenai sangat tepat.

Hinata bisa manangkap arti dari tatapan mata onyx hitam yang melihatnya sehingga ia dapat menyimpulkan hal itu.

"Kau bilang tadi hanya ingatan soal semalam. Kenapa keluargaku kau perlakukan seperti itu." Protes Hinata.

Vampir itu melihat mata bulan gadis yang tengah menatapnya, mencari sesuatu dari pria itu. Kemudian Itachi duduk disisi ranjangnya. "Kau kira aku suka melakukan itu."

"Dan yang terjadi!" Nada menuntut itu keluar dari mulutnya, ganti menatap dalam matanya.

"Maaf, tapi harus kulakukan. Dengar, bukan tanpa alasan."

"Jelaskan alasannya!" Balas Hinata cepat.

"Kami, para vampir mempunyai tingkatan vampir yang berbeda-beda. Jika seorang vampir meminum darah dari manusia, maka ia akan segera mati karena tidak mampu bertahan."

Tenggorokan Hinata tercekat ketika mendengar kata 'Mati.'

"Kenapa kau risau. Lihatlah, kau masih hidup." Kata Itachi seakan vampir itu tahu apa yang dipikirkannya.

"Benar juga." Hinata menghela napas.

"Dan diantaranya ada kaum vampir yang dapat menjadikan manusia menjadi vampir hanya dengan menggigtnya ataupu pertukaran darah." Jelas Itachi pelan-pelan. Itu dilakukannya agar gadis berambut indigo itu mengerti apa yang dibicarakannya. "Dan itu, kalangan vampir origin."

"Vampir origin?" sungguh Hinata tidak mengerti apapun tentang makhluk penghisap darah itu. Setiap kata yang meluncur dari pria itu membuatnya bereaksi aneh, binggung, kikuk. "Dan itu siapa?"

"Kau sedang berhadapan dengan salah satunya."

"Eh?!"

"Dan vampir yang semalam menggigitmu dia juga origin. Dengan kata lain... dia telah menjadikanmu... menjadi salah satu dari kami."

"Hah?!" Hinata seperti tersendak oleh sesuatu didalam kerongkongannya. "Aku... mana mungkin?"

"Aku mewakili adikku meminta maaf. Hinata."

"Tapi... itu tidak mungkin."

"Ada sebuah peraruran dari bangsawan origin yang dimana jika seorang vampir origin berdarah murni menggigit seorang manusia, dan jika manusia itu masih hidup dan berubah menjadi vampir maka dia adalah pengantin vampir itu."

"Pengantin itu apa itu berarti pasangannya."

Itachi menggangguk seraya berkata, "Kebanyakan manusia tidak pernah bisa bertahan setelah melewati masa transisi. Waktu dimana darah vampir itu tercampur didalam tubuhnya. Dan jika tidak kuat maka mereka akan hancur." Seperti tadi, Itachi menjelaskan secara terperinci pada gadis itu supaya tidak meninggalkan kesana buruk dibalik perkataannya.

"Benarkah itu. Lalu mengenai soal pengantin itu apa maksudnya?"

"Pasti Hinata sudah mengerti artinya 'kan."

"Tunggu..." Hinata sedang berfikir sebentar, jari telunjuknya ia tempelkan didagunya yang terangkat sedikit membuatnya tampak manis dengan rona merah di pipinya. "Aku masih hidup... dan semalam aku digigit oleh vampir origin, bukan." Ia tampak berpikir sebentar.

"Jangan katakan diriku adalah..." Lanjut Hinata.

"...Pengantin Sasuke." Sambung Itachi cepat.

"Tidak mungkin 'kan aku masih hidup dengan begitu saja."

"Tentu saja. saat tahu kau masih mampu bertahan, maka kuputuskan untuk mengubahmu."

"Mengubahku dengan apa?"

Ah, ini sungguh membingungkan bagi Hinata.

"Darah. Tepatnya darah dari vampir yang menggigitmu."

"Jadi darah Sasuke-sama yang telah menyelamatkanku?"

Itachi memperhatikan lekat-lekat gadis yang ada dihadapannya. Pikirannya melayang saat membayangkan tentang bagaimana harus menjelaskan situasai ini dan meyakinkan untuk tetap percaya pada dirinya.

"Menghilangkan ingatan semua keluarga dan teman mu tentang dirimu. Itulah alasannya mengapa kulakukan ini padamu. Supaya ketika kau bukan lagi manusia, orang-orang disekitarmu tidak akan curiga atau lebih buruk lagi." Kata Itachi sambil menggenggam tangan kecil Hinata.

"Sejujurnya aku malas berbicara panjang, sial." Itachi berkata lirih.

"Tapi aku tidak akan berterimakasih karena telah menghilangkan ingatan mereka. Tapi aku sangat bersyukur karena kau mau melakukan ini untuk ku." Kata Hinata sambil melepaskan tangannya dari Itachi.

Mendengar pernyataan Hinata membuat perasaan pria itu serbasalah. Itachi kemudian berdiri sambila berkata, "Istirahatlah. Mungkin besok keadaanmu akan lebih baik." Suruhnya.

"Sekarang disini kau adalah tamu ku. Karena aku harus bertanggung jawab atas apa yang ku lakukan." Itu adalah kalimat terakhir Itachi sebelum pria itu pergi menghilang dibalik pintu kamar. Tanpa gadis itu ketahui vampir itu menyinggungkan senyum tipis.

Oh, sungguh saat ini Hinata sedang tidak ingin berpikir apa-apa. Otaknya sudah penuh dengan semua hal yang telah dibicarakannya dengan pria Vampir itu.

Well, akhirnya kepalanya terasa pusing. Benar kata pria itu istirahat lebih baik dan besok waktu yang tepat untyuk memikirkannya kembali. Dan ada hal yang belum Hinata tidak mengerti. Hell, siapa nama pria itu ? bukankah ia belum tahu. Ah, lebih tepatnya ia tidak bertanya.

*Vampire Boyfriend*

Jadi bukan ingatanku yang hilang.

Tapi semua teman, keluarga bahkan orang yang telah mengenalku pun tidak lagi mengingat tentang diriku.

Apakah aku akan sendirian.

Bukankah semua orang tidak mengenalku, lagi.

Pikiran-pikiran bodoh itulah yang terus menggelayuti otak kirinya Hinata ketika ia terbangun. Mencoba untuk menghilangkan kemungkinan terburuk, alhasil gadis itu memutuskan untuk turun dari ranjang yang telah menemani hal buruk yang telah terjadi padanya.

Ketika telapak kakinya menyentuh lantai keramik putih, pertama kali yang ia rasakan adalah dingin yang menjalar hingga di kullitnya. Rasa dingin yang seakan meremukan semua tulang-tulangnya.

Tak sampai disitu, meskipun langkahnya sedikit terhuyun namun ia tetap akan berjalan hingga mancapai unjung knop pintu yang terbuat dari perak itu.

Hinata keluar setelah membuka pintu besar itu, ia mengedarkan pandangannya keseluruh rumah itu. Lalu ia melihat tangga yang menuju sesuatu dibawah sana. Saat Hinata menuruni tangga ia sempat tersandung oleh gaun tidur putihnya panjang yang menutupi hingga kaki.

Entah bagaimana ia bisa berganti pakaian menjadi sebuah gaun tidur manis ini. Itu tidaklah masalah, tidak akan kupikirkan bagaimananya. Pikir Hinata.

Dan benar dugaannya bahwa rumah besar ini bukan hanya terlihat menawan namun juga sangat ber-desain. Arsitekstur lantai hingga dinding yang memberi kesan indah begitu bergaya sangat klasik, tidak diragukan lagi rumah ini merupakan rumah yang paling elegan dengan serambi pualamnya yang besar dan tangga ganda yang baru saja ia turuni.

Hinata sempat melihat balkon cantik yang menghadap kearah taman sebelum ia turun tadi. Perabotan-perabotan yang mewah seperti guci besar dan beberapa lemari transparan yang menyimpan koleksi benda-benda yang terbuat dari kaca.

Dan rumah itu lebih cocok jika ditinggali oleh lebih dari tiga kepala keluarga. Dan kenyataannya pria itu malah tinggal sendiri dan beberapa pengurus rumahnya, mungkin.

Gadis itu berjalan hingga ia sampai disebuah ruang makan yang tidak kalah eksotisnya. Meja makan panjang itu tampak sudah tertata oleh beberapa hidangan khas seperti para bangsawan.

Ketika Hinata akan mendekati ruangan itu tiba-tiba sebuah suara yang ia kenal tapi tak terlalu akrab menyapa ditelinga kirinya, "Sudah bangun." Hinata tidak langsung menjawab, ia merinding ditelinga kirinya dari belakang ketika mendengar suara dingin namun lembut dipendengarannya.

"Kurasa kau sudah lebih baikan, bukan."

"Iya."

"Mari kita sarapan dulu." Ajak pria itu sambil menarik kursi untuk dirinya sesaat setelah Hinata duduk. Pria yang bersamanya itu duduk dihadapannya.

"Aku sengaja manyuruh pelayan untuk memasakan bubur untukmu. Kutahu kau belum bisa makan makanan berat 'kan."

"Terimakasih," Balas Hinata. "Dan aku belum mengetahui namamu."

"Oh, maaf. Perkenalkan aku Uchiha Itachi. Senang bisa bertemu denganmu." Ucap pria itu sambil membungkuk kecil kemudian kembali duduk. Kau tahu hampir semua vampir itu selalu diajari bagaimana cara ber-etika, jadi jika dikatakan lebih baik mana antara manusia dengan makhluk seperti vampir tentu saja kita bisa melihatnya dari bagaimana mereka ber-etika dan tata cara bersopan santun.

Untuk terutamanya Vampir Origin, mereka selalu tahu bagaimana saling menghormati antara Vampir lainnya. Itulah sebabnya kebanyakan Vampir origin maupun Vampir bangsawan dianggap kaum Vampir yang sangat sopan dan bermoral.

"Ah, sopan sekali kau. Senang bisa mengenalmu. Itachi-sama." Balas Hinata. Itachi melihat kearah gadis berambut indigo yang tergerai itu.

"Ada apa? Apa anda tidak suka kupanggil seperti itu." Kata Hinata.

"Ah tidak apa-apa. Tapi hilangkan kata 'sama', ya. Sejujurnya aku tidak suka jika gadis sepertimu memanggilku seperti itu." Ungkap Itachi meskipun tatapannya datar sebisa mungkin ia mengulas senyum diwajah tampan itu.

"Baik Itachi-nii." Balas Hinata. Dan kalimat terakhir gadis itulah yang membuatnya benar-benar tersenyum puas.

"Dengar Hinata, untuk sementara ini kau tetaplah tinggal disini sampai aku mengurus semuannya."

"Iya. Tapi apa aku juga harus pindah sekolah?"

"Tetu saja. lagipula mereka takkan ingat lagi dengan dirimu."

"Benar juga. Baiklah." Kata Hinata menurut.

"Satu lagi. Identitasmu yang sekarang akan kurahasiakan untuk sementara jadi jangan beritahu siapapun mengenai dirimu. Termasuk Sasuke." Suruh Itachi.

"Memangnya kenapa?"

"Karena adikku itu sungguh tidak bisa dipercaya untuk sebuah rahasia. Saat ini aku tidak ingin vampir lainnya mengetahui kau masih hidup setelah digigit salah satu dari kami."

"Apa itu berarti aku akan menjadi masalah?" Tanya Hinata, dia sedikit merasa bersalah karena demi melindungi dirinya Itachi harus rela merahasiakan semuanya pada vampir lainnya.

"Tidak. Hanya saja aku tidak bisa menjelaskan detailnya sekarang." Hilang sudah nafsu makannya sekarang. "Sasuke sudah tahu bahwa dia telah memilikimu sebagai pengantin. Tapi ia belum tahu kalau gadis itu adalah dirimu."

"Benarkah. Jadi rahasia tentang diriku belum ada yang tahu." Ucap Hinata sambil menunduk.

Itachi berdiri dari kursinya dan menghampiri Hinata. Setelah menarik kursi, pria itu duduk disebelah Hinata. "Bisakah kau lakukan satu hal lagi?"

Hinata menatap binggung Itachi yang berada dihadapannya, ia begitu dekat. Ketika gadis itu menatap menembus onyx hitam itu, ia terasa membeku disekujur tubuhnya. "Jangan pernah kau ikat rambutmu. Aku ingin kau selalu menggerainya seperti ini." Kata Itachi, tangannya membelai lembut helaian ujung rambut indigo Hinata.

"Kenapa aku harus melakukannya."

"Kenapa?! Itu karena Sasuke pasti akan langsung mengenali bekas dilehermu itu." Onyx pria itu tertuju pada leher Hinata yang diplester.

"Eh? Sudah ditutupi?." Balasnya saat meraba leher putihnya dia merasakan plester itu telah menutupi bekas dua lubang kecil disana.

"Bisakan?" Pintanya dengan wajah datar.

"Eh, iya."

Setelah itu Itachi pergi meninggalkan Hinata sendirian diruang makan itu. Tak ada yang lebih menyenangkan dibanding ditinggal sendiri dalam situasi seperti tadi.

*Vampire Boyfriend*

Hinata berjalan kecil melewati sebuah pagar, lebih tepatnya gerbang sekolah. Sekolah barunya.

Astaga...

Ia tahu tempat ini. Sekolah yang sangat terkenal -jangan bandingkan dengan sekolahnya dulu, tentunya sangat jauh berbeda- sekali. Tempat barunya, Konoha Internasional School.

Namun satu hal yang ia sungguh tidak percaya. Hinata tak menyangka tempat ini adalah sekolah vampir.

Memang dari luar terlihat normal, tapi jika ditelusuri hingga dalam, kau akan menemukan khusus bagi para –murid- vampir. Siapa yang tahu sepertiga murid Konoha Internasional School adalah vampir yang kebanyakan dari kalangan bangsawan, yang tentu saja manusia-manusia itu tidak tahu akan rahasia yang dimiliki oleh sekolah mereka.

Yang mereka tahu hanyalah orang-orang itu dari klangan keluarga terhormat –saja. Satu hal, kau tidak akan tahu jika tak ada yang meberitahumu. Itupun berlaku bagi Hinata, ia tidak akan tahu jika Itachi tidak menceritakan padanya.


Didalam kelas. Hinata memasuki kelasnya untuk pertamak alinya. Seragan sekolah ini juga yang pertama kalinya ia memakainya. Orang-orang baru itu juga pertama kalinya Hinata melihat mereka.

Tidak ada sesi pengenalan untuk murid baru. Yang ialakukan sekrang adalah berdiri didepan kelas setelah sensei-nya mempersilahkan ia masuk. Lalu menyebutkan namanya singkat. "Saya Hinata Hyuuga. Dari asrama timur." Ucapnya. Sebagai seseorang yang baru, gadi itu tidak berani menatap wajah mereka satu-per-satu. Bahkan untuk seujung rembut pun tak berani ia meliriknya.

Sambil bergumnam dalam hati ia berjalan ketempat mejanya. "Kumohon, kalian manusia sama sepertiku. Salah. Manusia untuk beberapa hari-ku-yang lalu. Jadi jangan ada yang menatapku seperti itu."


"Hinata."

Gadis itu terkejut saat seseorang muncul dari balik pohon yang ia gunakan sebagai sandaran tubuhnya. Di jam istirahat seperti ini memang lebih enak tidur dibawah pohon rindang yang berada ditaman sekolah, ketika tiba-tiba seseorang mengagetkannya, semua bayangan menyejukan itu teralihkan.

"Itachi-nii."

"Menunggu lama?"

"Ti-tidak kok." Sahutnya kemudian terdiam sejenak, "Seragam itu..."

"Yah, aku murid disini juga."

"Bukankah..." ucapannya terpotong –lagi.

"Aku langsung naik tingkatan 3."

Hinata menaruh jari telunjuknya didagu sambil berkata, "Oh." Itu semakin membuat gadis berambut indigo iyu tampak imut dengan rona merah berseri yang alam di kedua pipinya.

"Jadi bagaimana Dayclass.?"

"Karena aku belum terbiasa, jadi seperti itulah." Katanya gembira.

"Asramaku ada disebelah barat. Jika ingin bertemu denganku datanglah kesana." Kata Itachi. Ia tidak berusaha menyambung pembicaraan ini. "Pria yang misterius." Pikir Hinata.

"Tapi itu 'kan Asrama... Vampire." Katanya pelan.

"Janga lupa Hinata. Kau juga..."

"Sepertinya kalian tampak bersenang-senang. Ha?" Tiba-tiba seseorang datang dan menyela. Dan Hinata sangat terkejut, sama seperti saat Itachi tiba-tiba muncul dari belakangnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Itachi. Hinata, gadis itu begitu mengetahui ada seseorang yang datang ia langsung berlari ke belakang Itachi dan menyembunyikan dirinya pada vampir itu. Karena tubuhnya yang kecil, gadis itu tidak susah untuk menutupi dirinya dibalik punggung pria itu.

"Seharusnya itu yang kutanyakan padamu. Onii-san."

"Onii-san?" Tanya Hinata lirih, "Apa dia itu..." Hinata mengintip dari balik lengan Itachi untuk melihat seperti apa orang sedang berbicara pada Itachi. Ia telah melihat mata onyx hitam itu berubah menjadi merah.

"Apa itu urusanmu, Sasuke." Jawab Itachi datar.

"Ya. Terlebih dengan seorang gadis..." Kata Sasuke. Tanpa disadari Hinata, ternyata pria itu berpindah dengan cepat dan sudah berada dibelakang gadis itu untuk menariknya keluar dari persembunyian-Itachi-nya. dengan menarik lengan gadis itu ia berhasil membuatnya menjauh dari Itachi.

"Siapa dia?" Tanya Sasuke pada Hinata sambil memandang Hinata dengan tatapan seolah-olah gadis itu 'Mainan yang berharga.'

"Lepaskan." Hinata mencoba berontak untuk melepaskan diri, namun pergelangan tangan masih digenggam Sasuke.

"Lepaskan, Sasuke." Perintah halus Itachi sambil meraih tangan Hinata satunya.

Kedua pria itu saling bertatapan tajam untuk beberapa saat. Ketika Sasuke akhirnya melepaskan pergelangan tangan Hinata yang ia tahan. Lalu kemudian pria raven itu pergi tanpa berkata apapun.

"Apa dia 'kah?" tanya Hinata. Ia tahu Itachi pasti juga mengerti maksudnya.

"Kau lihat betapa kasarnya dia." Balas Itachi.


*Sasuke POV*

"Siapa gadis itu?"

"Aku seperti pernah melihatnya." Pikirku sambil terus bejalan untuk segera pergi dari tempat bodoh itu.

"Dia sangat mengenal Itachi, berarti dia juga sama seperti kami. Tapi kenapa dia berada di Dayclass. Manusia tidak mungkin sembarangan mengenal Vampir. Terlebih Clan Uchiha." Kataku. Yah, itu terlihat sedikit angkuh tapi memang tidaks emua manusia maupun vampire dapat terhubung oleh ras Origin kami.

"Tapi... mata Amethyst itu, rambut indigo panjangnya dan aroma tubuhnya yang seperti lavender aku seperti pernah melihatnya."

Kurasa itu hanyalah asumsi bodohku tentang gadis itu.

Tapi kenapa?

Harus kenapa?

Saat aku dengannya, aliran darahnya dapat kurasakan mengalir cepat seolah aku merasakan hal itu seolah tubuhku sendiri.

Itulah gunanya kenapa. Karena aku harus mencari tahunya.

.

.

つづく

- To Be Continue -

.

Untuk sebelumnya saya minta maaf karena kurasa sudah seabad tidak update, karena virus WB yang melanda otak.

Lalu, bagaimana dengan capth ini?

Wahhh aku ingin teriak. Entah kenapa sesi capther ini lebih banyak ItaHina dari pada SasuHina... ehehee, maafkan "( _ _) (_ _ )"

Mungkin next capther bakal ber-SasuHina-ria.. yeyee #Tebarbunga

Dan Ric-chan bakal memberi sedikit kejutan untuk cerita ini.

Maybe semoga selanjutnya lebih baik dari apa yang diharapkan minna-san.

Terimakasih sekali lagi untuk yang udah revieuw maupun yang bersedia menunggu fic saya : Sana Uchiga, Yukori Kazaqi, , Semua Guest, Anna, Ika chan, kertas hvs, azzahra, lulukminamcullen, Cha Yami no Hime, Chen, Momo, Clara-AVRIL, Alice Amani Neverland, hinatauchiha69, Aam tempe.

.Ini Vampire Boyfriend sudah update capth 2

Untuk revieuw saya balas lewat PM saja. :)

*Hug you all* :) muach.

Revieuw lagi yah.

.

.

See you next capther