"You look delicious."

Mata Naruto seketika membuka, dan membulat ketika melihat tetangga yang ia sering intip melihatnya dengan hint nafsu di kedua matanya. Orbs hitam itu menjelajahi tubuh mungilnya dan berhenti di tiga hal, penisnya, putingnya dan bibirnya.

"Kenapa kau berada di – AH!" Naruto mendesah saat tetangganya, alias Sasuke menaikkan level sembilan. Tubuhnya bergetar hebat.

"Shuush, diam. Yang mengontrol keadaan disini itu aku, bukan kau." Sasuke berkata menunjukkan seringaiannya yang dimata Naruto terlihat begitu sadis. Naruto rasa.. ia berada dalam masalah. Masalah yang sangat besar.

Matanya menerawang di sekitar tubuhnya dan Naruto merasa ia memang benar-benar tertangkap oleh predatornya. Kalau boleh jujur, ia tidak merasa tertarik kepada pemilik kehidupannya. Yah coret itu. Ia tidak mau tertarik kepada Sasuke, karena hal itu akan merusak semuanya.

Naruto sangat tahu kalau dia mengidap 'Voyeurism'. Kebiasaan langka dimana ia akan mendapatkan kepuasan seksual ketika mengintip seseorang. Namun ia memiliki sebuah twist dalam kasusnya yang satu ini, ia tidak mendapatkan kepuasan seksual yang dimaksud. Terangsang juga tidak. Ia malah mengalami mimpi-mimpi tentang tetangganya itu, entah sedang tidur dengan tangan Sasuke memeluknya dari belakang atau saat yah, melakukan seks.

Perhatiannya teralih ketika bibir Sasuke menciumnya lembut. Benar-benar lembut. Naruto tidak membalas. Ia hanya terdiam, sampai Sasuke mencubit nipplenya keras dan saat itulah punggungnya menaik, membuat lengkungan.

Remote vibratornya diambil oleh tetangga sialannya itu dan menurunkannya jadi level tiga. Sesaat kemudian ia merasakan getaran di lubangnya berkurang dan ia mencium balik pemuda tersebut. Membiarkan lidahnya mengeksplor segala inci di mulutnya.

Setelah selesai merasakan bibir yang begitu manis bagi Sasuke, Sasuke beralih ke lehernya yang belum ditandai itu. Pertamanya ia mengelus lalu akhirnya menjilat dan sekali lagi panggung Naruto menaik. Sasuke menahannya dengan kedua tangannya yang berotot tersebut, lalu memberi sebanyak tanda yang ia bisa berikan. Setelah selesai melakukan semua hal itu, ia kembali mencium rakus bibir ranum tersebut.

Sesekali tangannya mengelus nakal ke penis mungil Naruto yang sudah mengeluarkan pre-cum dan membasahi tangannya. Sasuke mengigit bibir Naruto sehingga mengeluarkan darah, dan menghisapnya habis sampai ia merasakan rasa metalik.

"Suck."

Sasuke mengarahkan penisnya yang berukuran cukup besar tersebut dan menusuk-nusukannya ke pipi Naruto. Naruto mengeluarkan sebuah tangisan, tangisan kenikmatan dan Sasuke langsung memasukkan penisnya ke mulut Naruto sampai lelaki berpipi tan tersebut tersedak.

Naruto menaik-turunkan kepalanya, sesekali menggumamkan sesuatu yang membuat mulutnya bergetar dan Sasuke mengeratkan jambakannya di rambut Naruto.

"Fuck babe, bagaimana kau melakukan hal ini semua?" Sasuke berkata dan mencoba untuk menahan desahannya. Seahlinya kemampuan Naruto, ia merasa bahwa ia tidak harus memberinya kesenangan dengan mendesah nikmat. Naruto hanya mengemut dan mengeluarkan suara-suara sampai akhirnya jambakan di rambutnya makin mengeras, dan Naruto tahu Sasuke dikit lagi akan keluar.

Dan benar saja, ia keluar banyak sekali.

Naruto membelalakan matanya ketika semua sperma Sasuke menerobos ke tenggorokannya dan ia tidak mempunyai pilihan selain menelannya. Sasuke mengambil dasi dan ia ikat ke mata Naruto yang langsung berniat mengeluarkan protes. Namun bibirnya sibuk karena sedang dilumat oleh Sasuke.

"Shuush, baby let me do the wonders." Sasuke menyeringai dan tentu saja Naruto tidak dapat melihat seringaian yang berbahaya itu. Sasuke melepaskan handcuffs di tangan mungil Naruto dan Naruto bernapas lega. Sasuke mencium kedua pergelangan tangan yang memerah akibat ulah Naruto sendiri. Lalu ia menaikkan levelnya menjadi lima dan Naruto mengerang.

"Hngg– J-Jangan terlalu. . ." Naruto mengerang, sempat lupa apa yang ia hendak bicarakan karena nikmat. Sasuke sama sekali tak memperdulikannya. Malahan ia membuka lemari Naruto dan mengaduk-ngaduk isinya. Setelah dilihat apa yang ia cari, ia ambil dan ia tarik Naruto dengan jambakan di rambut dan ia lepas blindfoldnya.

Naruto mengerjapkan matanya lucu, dan Sasuke mencium pucuk hidungnya. "Pakai ini, kalau tidak mau dihukum." Bisiknya dan mencabut vibrator di lubangnya. Naruto mengangguk kaku dan Sasuke menariknya dengan tarikan di siku. Sasuke mendorong Naruto ke kamar mandi, dan ketika pintunya tertutup Sasuke menghela napas.

Beberapa belasan menit kemudian, Naruto keluar.

Naruto membuka pintu hanya melihat Sasuke menatapnya cengo, lalu muncullah seringaian. Yah, Sasuke Uchiha itu memaksanya memakai kostum pembantu. Dan alasan ia punya kostum pembantu karena dahulu pas SMA, ia bersama temannya membuka sebuah kafe; dan ia dicetuskan untuk menjadi pelayan karena parasnya yang manis, dan kostum pelayannya mirip dengan kostum pembantu.

Sasuke menarik Naruto agar lebih dekat dan menciumnya, Naruto membelalakan matanya dan hanya ikut yah membalas ciuman. Naruto menikmati rasa bibir Sasuke berada di mulutnya, sampai bedebah sialan itu memasukkan vibrator di lubangnya dan menyetelnya ke level tujuh.

"Sas– Hmph! Tidaak." Naruto mendesah merasakan vibrator tersebut menekan prostatnya secara gila dan ia hanya mengigit bibirnya sembari memegang erat di lengan Sasuke dan ia tau itu akan meninggalkan memar.

"Shuush," Sasuke menangkupkan wajah Naruto dan mencium bibir ranum itu. "Panggil aku 'Master' atau Goujishin-sama, nah sekarang ikuti aku." Sasuke pergi meninggalkan Naruto yang terjatuh di lantai karena shit, ia menaikkan levelnya menjadi level sembilan.

Naruto berusaha untuk bangkit tapi kakinya telah berubah menjadi semacam agar-agar. Ia sudah berkeringat, sudah lelah namun sebagian besar dari dirinya menyukai petualangan ini. Juga ingin tahu apa saja yang tetangganya akan lakukan terhadap dia.

"Lama sekali." Sasuke menarik Naruto dengan keras dan memasang sebuah cincin di dasar penisnya. Itu adalah sebuah cock ring yang Sasuke temukan di kamar Naruto saat ia sedang ganti baju. Tak pernah dip pikirkan tetangganya yang tampak polos ini ternyata benar-benar mempunyai kegemaran tentang jenis seks seperti ini. "Jangaan! Aah, Sasuke. . . Lepas." Naruto mendesah dan terjatuh lagi. Sasuke menangkup wajah Naruto dan menatap matanya, "Apa kau bilang tadi?" dengan senyuman manis. Naruto mengigit bibirnya, ia tahu senyumnya senyum palsu dan ia hanya menggeleng dan mencoba untuk bangkit.

"Baguslah kalau begitu." Sasuke mencium pucuk hidungnya dan membuka pintu kamar Naruto. Naruto berjalan teratih-atih mengikuti Sasuke, sesekali ia berpegangan ke pintu dan ujung meja; apapun yang bisa membantunya berdiri.

"Naruto, ambilkan aku minuman. Air saja." Naruto menoleh ke Sasuke yang duduk di sebuah sofa. Naruto pun berjalan dengan teratih-atih ke dapur mengambil sebuah gelas plastik dan mengisinya dengan air, sampai akhirnya Sasuke mengubah level menjadi level tujuh, lalu menaikkannya dengan cepat ke level sembilan.

Gelas plastiknya jatuh akibat pergantian level, dan Naruto mengumpat pelan. "Sial." Gumamnya dan membungkuk untuk mengambil gelas tersebut, dan tentu saja karena kostum pembantunya cukup pendek dan ia tidak memakai dalaman atau apapun; Sasuke dapat melihat bokong Naruto.

Sasuke menjilat bibirnya karena damn, pemandangan sebagus itu harusnya menjadi illegal. Sebuah seringaian arogan muncul di wajahnya. 'Jadi ia melakukan ini dengan sengaja hm? Baiklah, aku ikuti permainan-mu; Naru-chan.'

Sasuke berjalan ke arah Naruto, menariknya dengan kerahnya sebelum menciumnya pelan. Naruto seketika meleleh dalam genggamannya, lebih meleleh lagi ketika Sasuke mengesekkan penisnya ke penis Naruto dan ia hanya bisa mendesah dalam ciuman.

"Sudah. . . Sas– Hmphh." Naruto melepas ciuman dan Sasuke mencium telinganya, tangannya meremas kasar penis Naruto. Tak ayal desahan lelaki tersebut membuat ide nakal di otak Sasuke berkembang biak. Dengan senyuman yang sebelas dua belas dengan om hidung belang, ia lagi-lagi menangkup wajah pria di depannya. "Begini, Naru. Kau sudah cukup tersiksa kan? Mau kuberi reward karena kau telah bertingkah baik?"

Yang ditangkup hanya mengangguk pasrah, keringat membasahi bagian ketiak. Anehnya Sasuke tidak mencium bau keringat dari lelaki tersebut. Bisa saja ia memakai parfum saat di kamar mandi, tapi sudahlah. Ia punya ide lebih bagus daripada hal memikirkan sepele seperti itu.

"Kalau begitu, kau harus memohon aku untuk menghisap adikmu yang satu ini." Sasuke menyeringai, tangannya menyelusup ke rok Naruto dan menyentil kepala penisnya, memandangi ekspresi kesakitan dan nikmat yang campur aduk di muka lawannya.

Lalu, dengan muka merah karena kepanasan, Naruto benar-benar memohon. Sasuke hampir kejelengkang merasakan Naruto mengalungkan tangannya di lehernya dan mendekatkan bibirnya di telinga Sasuke, berbisik dengan suara tenang namun memancing. "H-Hisap aku, sentuh aku. . ."

Rasanya adik Sasuke makin tak sabar.

Sasuke berlutut di depan penis Naruto, tangannya menyingkap rok yang menganggu pemandangan Naruto kecil lalu mencium ujung penis Naruto. Naruto menarik rambut Sasuke, memintanya untuk segera melahap penisnya. Sasuke menyeringai senang. 'Lumayan nakal..' Ia lalu melepas cock ring dan dengan niat untuk membuat lawannya itu gila, ia memasukannya perlahan-lahan.

Naruto mengerang karena sensasinya, Sasuke tidak memperdulikannya. Niatnya adalah merasakan setiap inci dari tubuh Naruto. Kepala Sasuke naik-turun, lidahnya menjelajahi setiap inci penis Naruto, tangannya memainkan twin ball Naruto dan sesekali meremasnya. Naruto mengeluarkan desahan lagi, dan meremas rambut Sasuke sehingga berantakan dan ia tahu ia dekat.

Semburan sperma yang deras membuat beberapa keluar dari mulut Sasuke dan turun ke dagunya.

Sasuke menelan semua sperma Naruto, mungkin beberapa tetes telah turun ke lehernya. Ia melumat bibir ranum adiktif Naruto, dan Naruto ikut membalas. Memang rasanya aneh mencicipi sperma sendiri, tetapi Naruto tidak keberatan. Naruto juga tidak keberatan menjilat spermanya di dagu Sasuke, dan sempat-sempatnya membuat kissmark.

"Kau bertingkah nakal, harus aku hukum." Sasuke menarik Naruto dan memakai kembali cock ring di penis Naruto, vibratornya ia tambahkan ke level paling tinggi, yaitu level sepuluh. Naruto di tidurkan di pangkuan Sasuke.

Sasuke melepas celana dalam Naruto dan melemparnya asal. Tangannya mengelus-elus bokong mulus Naruto sebelum akhirnya melayangkan pukulan ke bokongnya tersebut.

Tamparan pertama pelan, di pinggir pipi pantat mulus milik Naruto, tetapi lawannya mendesah kencang layaknya dia di pukul dengan tongkat baseball. "Sasuke!" Lagi-lagi mulutnya menyebut namanya. Ia merasakan celananya kian lama makin ketat, dalam diam ia memuji Naruto yang telah membuatnya sekeras ini.

"Kau lupa mengunakan 'master' dan Goujishin-sama." Sasuke bergumam, sebelum melayangkan pukulan kedua di bokongnya. Kali ini intensitas pukulan lebih kencang dan ditujukan di pinggir pantat Naruto. Kepala si pirang sedikit naik, pahanya mendekat dengan sendirinya. "M-Master. . ." Ucapnya terengah-engah.

Namun si lelaki berambut hitam tidak puas-puas juga menghukum budaknya. Dengan mata yang penuh dengan hawa nafsu, ia membawa tangannya untuk lagi-lagi memukul kedua pipi pantat Naruto secara bergantian dengan cepat. Efeknya tepat sekali, karena Naruto melengking kesakitan sambil menyebut master berkali-kali. Naruto menangis. Air matanya mulai mengucur pelan. Dan Sasuke tertawa.

"Kau menyukainya?" Sasuke mengelus-elus pelan surai pirang Naruto, menyadari bahwa beberapa helai berada di lantai, kemungkinan besar rontok karena Sasuke terlalu kesenengan bermain dengan peliharaannya. Jari-jari Sasuke menyisir rambutnya berantakan dan ia merasakan Naruto menjadi rileks karenanya.

"Tidak. . ." Tergagap-gagap Naruto menjawab, ngos-ngosan. Kedua lengannya ditaruh di kedua punggungnya, dan posisinya begitu rapuh sekarang. Ia membiarkan dirinya sendiri di sisir, menikmati momen indah ini. Karena baru pertama kali Sasuke selembut ini.

"Kalau kau tidak menyukainya, kenapa badanmu menaik dan penismu bergesekan ke penisku saat aku memukul-mu, heh?" Sasuke tertawa, dan Naruto hanya mengulum bibirnya. Ia malu karena hal tersebut memang benar adanya.

"Apakah kau seorang anak yang nakal, hm?" Sasuke menyeringai. Lalu melayangkan pukulan lagi ke pantat Naruto yang tidak terlalu padat itu. Yang lebih menyeramkan ia memukul tepat di lubang Naruto, di ujung vibrator. Automatis vibrator itu maju karena pukulannya yang membuat reaksi Naruto untuk berteriak sekeras mungkin. Sasuke yakin Naruto akan menerima file complain karena keributan. Omong-omong soal Naruto, lelaki itu sedang menangis. Bulir-bulir air mata terus turun ke lantai berkarpetnya, menimbulkan bercak basah yang kecil. Sebelum ia bisa menangis lebih lanjut, Sasuke mencubit pelan pantatnya, mengingatkan pertanyaannya yang masih menggantung. "Tidak. ." Naruto menjawab pelan, masih menangis.

"Jawaban yang salah."

Lagi-lagi Sasuke memukul pantat itu, kali ini secara konsisten terus menerus. Kadang ia memukul pipi kanan dua kali, lalu pipi kiri tiga kali. Intensitas pukulannya pun bermacam-macam, pelan,keras. Intinya Naruto dibuat kewalahan karenya.

"Naruto, jawab pertanyaanku dengan jujur," Jari telunjuk Sasuke mengelus-elus dari luar lobang Naruto dan Naruto mengigil nikmat. "Apakah kau horny, darling?" Naruto mendesah, sebelum mengangguk pelan. "Sedikit.."

"Sedikit, katamu? Lihat ini lubangmu menghisap jariku. Yakin, sedikit? Heh, jawab aku." Sasuke tertanya memasukkan jarinya, dan ia telah memasukkan jari telunjuk dahulu, melihat punggung Naruto yang melengkung sebelum jari tengahnya menyusul. Dengan pelan-pelan, ia menyelusuri lubangnya. Mencoba untuk mengingat jalur menuju kenikmatan. Merasa tugasnya tidak efisien dengan hanya dua jari, jari manisnya pun menyusul, ikut membantu.

"Nakal, Naruto. Kau nakal. Apakah hukumanku tidak berefek denganmu?" Nada Sasuke mulai meninggi dan Naruto baru saja sadar kalau ia telah melalukan kesalahan, lagi.

Sasuke menarik Naruto sehingga ia duduk di pangkuan Sasuke, lalu menghisap mulut dan mengigit bibir. Tangan Naruto menemukan leher Sasuke, dan menariknya untuk dekat.

Sasuke melepas ciuman dan mencubit kasar kedua putingnya tanpa melepaskan kostum Naruto, walau kostumnya sudah berantakan. Lengan yang kanan sudah turun menunjukkan bahu dan leher seksii Naruto.

"Kau suka itu?" Sasuke berbisik di telinga Naruto saat Naruto mendesah sebagai jawaban. Sasuke tersenyum senang.

"Baguslah, kalau begitu. Sekarang bersihkan jendela itu." Jondgae menunjuk sebuah jendela besar dimana Naruto sering mengintip Sasuke dulunya.

Naruto menatapnya bingung, tapi ia tetap berjalan ke arah dapur dimana ia menyimpan alat perlengkapan untuk membersihkan. Naruto mengambil lap bersih dan semprotan /Note: gue lupa namanya paan/ untuk membersihkan jendela.

Ia pun berjalan, vibratornya sudah diturunkan menjadi level tiga. Ia menyemprot beberapa semprotan disana disini, dan melapnya. Belum terlalu bersih, Sasuke menaikan levelnya jadi level sepuluh. Kaki Naruto langsung berubah menjadi jelly, dan ia hampir saja merosot kalau Sasuke tidak menahannya dengan memegang pinggangnya; ereksi Sasuke menempel ke pantat Naruto, dan Naruto sadar.

"M-Master please." Naruto mencoba untuk melap lagi kaca yang belum bersih, namun tangannya terlalu lemas; sampai akhirnya lap dan semprotan tersebut jatuh dan tergeletak di lantai.

"Lihat ke flatku, Naruto," Sasuke menaruh dagunya di leher Naruto yang sudah penuh dengan kissmark disana-sini. Naruto pun melihat ke arah flat Sasuke dan matanya membulat kaget karena di flat tersebut penuh dengan orang.

"Aku lupa memberitahumu, bahwa hari ini saudaraku mengadakan pesta di flatku. Aku ingin mengundangmu tetapi melihat kau masturbasi seperti itu, kurasa sayang jika aku tidak mengambil keuntungan di kesempitan seperti ini," Sasuke berbisik di telinga Naruto, napasnya membuat Naruto mengigil nikmat.

"Lagian juga pintumu tak terkunci. Jadi intinya, I'm going to fuck you right here, right now." Sasuke mengelus penis Naruto yang tidak seberapa dengan penis Sasuke.

"Dan tidak ada lube atau pelumas, lantas tahan rasa sakitnya." Sasuke mengecup lembut telinga Naruto dan membuka zipper celananya, lalu boxernya dan akhirnya celana dalamnya; penisnya semakin besar dan menempel ke pantatnya Naruto. Sasuke mengoleskan pre-cum di penisnya, walau tak seberapa.

"Taruh tanganmu di kaca, Sayang." Sasuke berkata dan Naruto melakukan apa yang disuruh oleh Sasuke. Penisnya menempel di kaca yang belum sepenuhnya bersih itu. Sasuke mencium bahu Naruto agar Naruto tenang.

Lalu tanpa belas kasih, peringatan ia memasukkannya. Hanya dalam satu dorongan, merasa otot disekitar penisnya mengetatkan kepada benda asing yang telah masuk. Sasuke sendiri mengerang, membiarkan otaknya tidak berfungsi dengan baik akibat dirundungi oleh nafsunya. "AH!" Naruto berteriak, ia seperti dirobek menjadi dua bagian; dapat ia rasakan penis Sasuke yang berukuran 8.5 inch itu di lubangnya.

"Tuhan, kau ketat sekali. " Sasuke pun menarik keluar dimana mereka berdua mengerang karena friksi yang diciptakan, jari Sasuke pun menarik juga vibrator yang masih bergetar tersebut. Jailnya ia mendorong vibrator itu tepat disaat ia menarik penisnya untuk memasukkanya kembali, menciptakan irama yang pas.

Naruto tidak pernah merasakan betapa fullnya lubangnya. Vibrator tersebut tidak terlalu besar, tetapi cara vibrator tersebut menekan di prostatnya bersama penis Sasuke membawanya ke surga dunia. Dan Naruto menyukai rasanya. Sasuke terus memaju-mundurkan penisnya di lubang Naruto, sesekali mengerang karena dinding rektum Naruto menjepitnya dan ia harus berbisik agar Naruto menjadi tenang, dan tidak terlalu menjepitnya.

Tangan Sasuke mengelus penis Naruto, namun ia tahu Naruto tidak akan keluar karena cock ring yang berada di base bawahnya. "Flatku penuh orang, Naruto. Mari kita berpikir dengan logika," Sasuke berbisik di telinga, sambil memaju-mundurkan penisnya.

'Masalahnya susah untuk berpikir logika jika ada penis dan vibrator di lubangmu.' Naruto berbatin, dan memutar matanya. "Mereka kan pasti sadar kalau aku sedang memasukimu, dan mereka mendapat tontonan gratis. Kurasa mereka akan menyukainya kan?" Sasuke menjilat cuping telinga Naruto yang membuat pemiliknya semakin terangsang.

Sampai akhirnya dinding rektum Naruto menjepitnya keras dan Sasuke mengigit bahu Naruto agar erangannya tidak terlalu didengar, Naruto juga mengerang kesakitan. Satu tusukan lagi di prostat Naruto dengan kasar dan Sasuke keluar, spermanya bahkan turun ke paha Naruto dan Naruto mengigil.

"Tolong. ." Naruto terengah-engah, matanya sayu dan genangan air mata kering sudah menodai pipinya. "Hmm? Ada apa?" Sasuke memutarbalikan Naruto sehingga punggungnya bertemu kaca. Sasuke mencium bibir Naruto lembut, dan penuh kasih sayang. Ciuman ceroboh dan basah, dan Naruto kira Sasuke telah selesai bermain.

"Kau pikir kita sudah selesai bermain? Ey kita masih jauh dari kata selesai, rubahku." Sasuke mengelus pantat Naruto yang memerah, vibratornya masih berada di lubang Naruto dengan level sepuluh. Sasuke menarik Naruto ke dapur dan menyetubuhinya di konter dan Naruto hanya bisa mendesah.

Ia ingin keluar, sangat parah tetapi Sasuke tidak menunjukkan akan melepaskannya untuk bebas. "Master, aku ingin keluar. ." Naruto menatapnya dengan kerlingan polos, mata yang dilebarkan seperti boneka dan memainkan roknya dengan jari-jarinya.

"Nanti. Kau tunggu saja." Sasuke mencium belakang telinga Naruto dengan pelan, seakan-akan menyakinkan bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Seiring waktu berjalan, semuanya benar-benar tidak berjalan dengan baik-baik saja. Kenyataannya jauh dari itu.

Sasuke telah mengeluarkan spermanya untuk ketiga kalinya hari itu. Sedangkan Naruto belum sama sekali. Sasuke menariknya ke kulkas, dan menyetubuhinya disitu. Kali ini Sasuke melepas cock ring dan Naruto keluar di tangan Sasuke –dan Sasuke menjilat spermanya sedikit sebelum menjejalkan jarinya ke mulut Naruto untuk menghisap.

Mereka bercinta dimana saja. Di coffee table, konter, kulkas, kamar mandi, toilet, jendela, meja makan, kursi, sofa, dan Naruto tidak tahu kenapa Sasuke mempunyai tenaga sebegitu banyaknya sampai kuat tiga puluh ronde lebih, Naruto menghitung; tapi kehilangan hitungan karena damn, siapapun juga lupa kalau ada penis dan vibrator di lubangmu.

"Tuhan, kau memang nikmat terindah." Sasuke berkata setengah meracau setengah mengutuk, dinding rektum Naruto memberi pijatan pada penisnya. Naruto menungging di atas kasur; setidaknya ia bertemu dengan permukaan empuk setelah bercinta di permukaan keras.

"HMPH!" Naruto meremas seprai setelah Sasuke menyentuh sesuatu di lubangnya, lebih tepatnya prostat. Naruto mengigit bibirnya, ia sangat vocal dalam bercinta; dan ia sedikit bingung kenapa para tetangga tidak mengajukan komplain dan mereka telah bercinta sepanjang hari.

Beberapa tusukan di prostat Naruto, Sasuke dan Naruto sama-sama keluar; kali ini Sasuke menaruh cock ringnya di meja nakas sebelum ambruk di punggung Naruto dan berguling, menjadi berada di samping Naruto yang terlentang menghadapnya.

"Tidurlah." Sasuke berkata, menyisipkan rambut Naruto di bawah telinga; menatap muka kelelahan namun penuh nafsu itu menutup matanya. "Maaf jika aku lancang," Ucapnya. Sasuke tahu ia mendengarkan, karena terlihat dari bahasa tubuh Naruto yang mendekatkan dirinya ke tubuhnya. "Tetapi aku ingin menghargaimu. Dan bagiku itu satu-satunya cara."

"Seiring waktu mungkin. . . Kau bisa memberiku saran agar aku menghargaimu. Lebih lanjut." Sasuke melihat Naruto tertidur setelah ia mengucapkannya, dan ia sadar bahwa perkataannya lebih menenangkan daripada aksinya barusan. Tak mau berpikir lebih lanjut. Sasuke memutuskan untuk menyerah ke alam mimpi.

A/N:

Saya kembali. Setelah sekian lama menghilang. Saya kembali. Saya merasa iba karena kalian ga pernah tau kelanjutannya gimana, jadi hati nurani mendorong saya untuk kembali berupdate. Jadi, saya kembali. Tentu saja seiring waktu saya belajar cara menulis lebih baik. Jadi jikalau ada perbedaan gaya bahasa dari chapter pertama sampai kedua, maafkan saya. Saya mengedit ini dengan sedikit waktu dan seindah mungkin agar pembaca nyaman. Untuk soal edit chapter pertama, belum saya pikirkan. Yang jelas, untuk sekarang. Nikmati fanfic ini.