Tittle : Geojimal – The Key

Chapter : 14 of ?

Disclaimer : Semua pemain milik diri mereka sendiri, Tuhan, dan orang tua mereka tentunya. Saya hanya meminjam nama, dan FF ini pastinya milikku. Mohon maaf jika ada kesamaan alur atau ide.

Pair : Yunjae

Another Cast : Junsu, Changmin, Yoochun, Ryota (My Own Character), Jason (Me), Joongki

Rated : T

Genre : Drama, Family, Hurt/Comfort, Mystery, Friendship

Warning : Yaoi, OOC, Typo, Miss-Typo, Bahasa, dan MPREG

.

NO EDIT AGAIN! SORRY FOR TYPO!

.

Don't Like YAOI or MPREG?! Just get out by click the X button!

.

Your existence

.

Has gently changed me...

.

To find the key to your heart

.

Ryota tak hentinya menggeleng melihat tingkah Jaejoong yang menurutnya berbeda dari biasanya. Senyum selalu menghiasi lelaki dengan perawakan manis itu. Karena tak tahan, Ryota berdecak kesal, membuat perhatian Jaejoong mengarah padanya, "Apa yang berhasil membuatmu tersenyum seperti itu, Jejung—chan?"

Jaejoong mengerucutkan bibirnya ketika Ryota menggodanya, "Yah! Jangan panggil aku dengan suffix chan! Aku bukan wanita!" tangannya ia sedekapkan di dada.

Ryota tak dapat menahan senyumnya, "Baiklah—baiklah, apa yang membuatmu selalu tersenyum, Jejung—ah? Dari kau datang ke sini, sepertinya senyum itu tak hilang dari bibirmu," ulangnya lagi.

Jaejoong akhirnya kembali tersenyum, ia menutup wajahnya dengan bantal sofa begitu mencerna pertanyaan yang diajukan Ryota padanya.

Ryota menatap Jaejoong heran, sekarang Jaejoong terlihat begitu lucu dengan wajah malu-malu yang muncul di sela-sela bantal sofanya, "Ayolah, ceritakan padaku," bujuknya pada Jaejoong.

Cklek

"Tomorrow is Christmas day! Merry Christmas, everyone!" sebuah suara yang begitu familiar bagi Jaejoong maupun Ryota, membuat keduanya menoleh langsung pada pintu apartemen Ryota yang terbuka tiba-tiba. Menampilkan seorang lelaki dengan topi rajut di kepalanya dan jaket berbulu yang membalut tubuhnya.

Jaejoong tersenyum setelah melihat jam di dinding, "Natal? Aku lupa jika besok natal! Ah! Yunho! Apa ia juga lupa?" ia seolah heboh dan semangat sendiri, matanya sampai mengeluarkan aura bling—bling jika mereka berada di dunia manga.

Kedua orang yang lain kini terbengong saja melihatnya, terutama lelaki yang berdiri di depan pintu yang masih terbuka. Perlahan ia duduk di sofa samping Jaejoong begitu pintu apartemen telah ditutup, menatap Jaejoong penuh tanya, di ikuti Ryota.

"Yunho? Siapa dia, Jejung—ah?" tanya Ryota, orang yang paling bisa mengendalikan banyaknya pertanyaan dibenak mereka.

Jaejoong mengerjap lalu menatap kedua orang yang dari tadi melihatnya dengan pandangan penuh selidik, ia tersenyum malu, "Dia …" Jaejoong terdiam, memikirkan kata apa yang cocok untuk menggambarkan hubungannya dengan Yunho.

Jason yang tadi membawa kue, lantas membukanya, "Tell us now, or don't you dare to touch my mom's cake!" ancamnya pada Jaejoong.

Jaejoong lantas menatap Jason tak percaya, "Yah! Kenapa kau begitu kejam padaku? Kemarin kau menjanjikan kue itu untukku!"

Jason tertawa mendengarnya, ia menatap Jaejoong dengan pandangan yang diarahkan bergantian pada kue di atas meja.

"Sudahlah, sepertinya aku tahu apa yang membuatmu tersenyum sedari kau datang kesini, juga lelaki itu. Dia ayah bayimu, bukan?" Ryota sudah jengah melihat pertengkaran kecil antara Jaejoong dan lelaki lain di depannya itu.

Jaejoong malah tersenyum dan kembali menutup wajahnya malu-malu, meninggalkan sebuah teriakkan terkejut Jason yang tak tahu apapun sejak kedatangannya ke apartemen Ryota.

"N—ne," jawab Jaejoong malu-malu.

"What?!"

Ryota tertawa saja mendengar pekikkan Jason yang terdengar tak percaya pada jawaban Jaejoong, "Kenapa kau begitu terkejut, Jason—ah? Bukankah ini kabar baik?"

Jason terdiam, "Eumm yes, it was a good news. But how you can make it happen? I mean, before this …" Jason terdiam lagi, memikirkan kata yang tepat untuk menyebutkan keadaan Jaejoong sebelum ini.

Jaejoong mengangguk dengan senyum menghiasi wajahnya yang menurut semua orang manis, "Ne, sebelumnya kami memang tidak dalam hubungan baik. Tapi kemarin malam, ia meminta maaf padaku dan berkata ingin bertanggung jawab pada anak kami," jelasnya.

Ryota tersenyum mendengarnya, ini merupakan kabar bahagia bukan?

"And then, you and him in relationship now?" tanya Jason.

Jaejoong terdiam, lalu tersenyum agak memaksa, "Dengan dia yang mau bertanggung jawab, itu sudah cukup bagiku," jawabnya. Walau jujur dalam hatinya ia merasa belum cukup, ia mencintai Yunho, dan kemarin malam belum ada ungkapan cinta darinya maupun lelaki yang berhasil mencuri hatinya itu. Namun ia merasa dengan anaknya yang memiliki seorang ayah saja itu sudah lebih dari cukup, ia tidak berani memimpikan yang lebih dari yang telah ia dapatkan.

Jason dan Ryota menyadari senyum paksa dari wajah angelic Jaejoong, mereka tahu jika wajah sebenarnya dibalik topeng senyum paksa itu adalah wajah sedih yang berusaha Jaejoong tutupi.

"Bukankah ini untukku? Gomawo, Jason—ah!" Jaejoong mengalihkan pembicaraan mereka, ia tak mau merusak hari ini dengan cerita sedihnya. Cukup ia yang tahu, ia juga tidak ingin melibatkan dua orang di depannya lagi dengan masalah, ia sudah cukup merepotkan mereka dengan mendengar keluh resahnya selagi masanya moody.

Jason mengangguk cepat, Jaejoong berusaha terlihat lebih alami lagi dengan senyum dan sifat kekanakannya dan lelaki keturunan Australia ini mengerti, "Come on! Let's cut this cake into pieces!"

Cklek

"Hei," seorang lelaki dengan baju hangatnya yang sedikit tertimbun salju masuk ke apartemen itu dengan kedua tangan yang saling menggosok mencari kehangatan.

Jaejoong tersenyum melihat Yoochun di ambang pintu dengan penampilan yang terburu-buru sepertinya, "Yoochun—ah! Aku baru ingin potong kue yang dibawa Jason, kau mau?" tanyanya.

Yoochun tersenyum dan menggeleng, ia berjalan mendekat ke sofa single dekat pemanas ruangan, berusaha menghangatkan dirinya yang hampir tertimbun badai salju diluar tadi. tapi kemudian ia kembali ke dekat pintu, tepat ke sepatunya yang ia lepas tadi, ia mengangkat sebuah kotak besar dengan pita merah yang juga besar dan menyerahkannya pada Jaejoong, "Ambilah, kado natal dariku," lelaki dengan modal wajah cassanova itu tersenyum seperti anak kecil.

Jaejoong menatap bingung kotak yang kini di angkat Jason dan ditaruhnya tepat di atas meja samping kue yang tadi ia bawa, "Ige… mwoya?" tanyanya.

Jason mengedikkan bahunya, "I don't know, it's from Yoochun, not me."

"Buka saja dulu, Jejung—ah," saran Ryota.

Jaejoong mengangguk dan membuka kotak yang katanya hadiah natal dari Yoochun, "OMO! Kyeopta!" seekor anak kucing berwarna abu-abu berbulu agak lebat dengan terselimuti kain putih yang terlihat lembut sedang meringkuk di tengah-tengah kotak. Kucing itu menatap Jaejoong dengan sepasang mata besar khas kucing yang bagi Jaejoong begitu menggemaskan.

Hatchim

Hatchim

Ryota menatap Yoochun aneh, "Kau tidak alergi kucing kan, Yuchun—ah?"

Yoochun menggeleng dan menegak segelas air hangat yang diberikan Jason padanya, "Badai salju membuat suhu jadi lebih dingin. Ryota, bisa kau buatkan aku teh jahe yang kau bawa dari Jepang? Sepertinya aku membutuhkannya," ucapnya pada Ryota yang mengangguk dan langsung beranjak untuk membuatkan permintaan Yoochun.

Jaejoong beralih menatap Yoochun dengan khawatir, "Gwaenchana, Yoochun—ah?" ia kini mengelus bulu-bulu kucing yang sekarang ada di pangkuannya.

Yoochun menggeleng lalu tersenyum, "Kau suka? Tadi aku sampai harus berkonsultasi dengan temanku yang memelihara banyak kucing, lalu ku dengar kucingnya baru melahirkan banyak anak kucing yang lucu berjenis Russian Blue. Jadi aku minta yang paling lucu untukmu, eotthe?"

Jaejoong mengangguk semangat, "Aku suka! Dia begitu menggemaskan! Gomawo, Yoochun—ah!"

Jason menggeleng, "Are you have a name for her?"

Jaejoong menatap Jason bingung, "Her? Maksudmu dia betina?"

Jason tertawa, "You don't know? From what I see, it was a girl," jawabnya.

"Ne, dia betina, Jaejoong—ah. Sepertinya dia lapar, apa kau punya susu disini, Ryota?" tanya Yoochun yang kini beranjak ke dapur dan kembali setelah mendapatkan susu di sebuah mangkuk kecil.

"Ji—ji? Apa itu cukup bagus?" tanya Jaejoong.

Ketiganya tersenyum, "Ne, nama yang cantik, seperti pemiliknya," celetukkan Yoochun sontak membuat kedua lelaki lainnya, tidak dengan Jaejoong yang mengerucutkan bibirnya kesal.

Jaejoong menurunkan Jiji dari pangkuan, lalu mendekatkan kucing itu pada mangkuk susu yang dibuat Yoochun, "Mian, aku tak sempat membelikan kalian hadiah natal," ia menunduk.

Ryota tertawa mendengar ucapa Jaejoong saat dirinya baru kembali dari dapur, "Hei, mendengarmu yang bahagia sudah cukup untuk kami, iya kan Jason?"

Yoochun langsung menatap bingung ke sekelilingnya, "Apa maksudnya? Kabar apa yang tidak aku ketahui?" tanyanya penasaran.

"It's all about the baby's father."

Ryota mengangguk, "Ia mau tanggung jawab pada anak mereka. Berita baik bukan?"

Jaejoong tersenyum.

Yoochun terkejut, "Jinjja? Chukkae, Joongie!"

Rona merah muda muncul di pipi Jaejoong yang putih, hingga terlihat kontras dengan wrna kulitnya yang memang agak pucat, "Ah! Jason, boleh ku bawa setengah kue ini? Untuk aku makan di rumah nanti," tanyanya.

"Ngomong-ngomong soal rumah, dimana kau menginap semalam? Aku ke rumahmu mengantarkan iga panggang yang kau minta kemarin tapi tak menemukanmu disana," ujar Yoochun. Kemarin ia memang ke rumah Jaejoong, namun tak ada yang membukakan pintu padahal waktu sudah tengah malam.

Jaejoong tersenyum malu, "Aku tinggal di apartemen baru kami," jawabnya.

Ryota menaikkan sebelah alisnya begitupun yang lain, "Kami? Apa ia mengajakmu tinggal bersamanya? Di daerah mana? Apa cukup bersih? Apa tempatnya kecil? Bagaimana dengan—" tanya Ryota beruntun, seolah tak memberikan kesempatan agar Jaejoong menjawabnya, beruntung Jason langsung menyikut pinggangnya agar pertanyaan-pertanyaan itu berhenti.

Jaejoong mengangguk cepat, "Ne, sekarang kami tinggal di apartemen daerah Gangnam—gu. Kapan-kapan mainlah ke sana," ia tersenyum menggambarkan kebahagiaannya.

Ketiga orang lain lantas tersenyum, sekarang siapa yang tidak mengenal daerah dengan apartemen serta asset rumah paling mahal di Korea?

Ting tong

Jaejoong langsung bangun dan berjalan cepat ke arah pintu—walau sebenarnya tidak bisa terlalu cepat mengingat perutnya yang sudah besar.

Cklek

"Kau sudah selesai?" suara Yunho yang menyambut Jaejoong begitu membukakan pintu apartemen milik Ryota.

Jaejoong mengangguk lalu menarik tangan Yunho agar masuk ke dalam, "Yoochun—ah, Ryota, Jason, perkenalkan ini Yunho," ia membawa Yunho ke hadapan teman-temannya yang kini menatap lelaki baru itu intens, seolah pandangan menilai—dari kepala hingga ujung kakinya. Penampilannya tidak buruk, adalah pikiran pertama Jason saat selesai menilai.

"Annyeonghaseyo, Yunho imnida," Yunho membungkuk sedikit sebagai ucapan salam sopan darinya.

"Hello, I'm Jason," balas Jason.

"Kon'nichiwa! Watashi wa Ryōta yo!" salam perkenalan Ryota menggunakan bahasa Jepangnya.

"Annyeong, Park Yoochun imnida. Ah! bukankah kau yang datang ke klinikku waktu itu?" tanya Yoochun, sontak membuat keempat orang lainnya menatap pemuda dengan rambut hitam legamnya.

Yunho mengangguk, "Dokter Park? Senang bertemu denganmu lagi," ia tersenyum.

Jaejoong mengenggol lengan Yunho yang sekarang beralih menatap mata besar itu, "Apa kalian sudah saling kenal?" tanyanya penasaran, diangguki oleh Jason yang terlihat bingung juga.

Ryota tertawa, "Kau kan yang biasa datang ke klinik untuk meminta resep obat maag? Oh my—dunia begitu sempit ternyata," jawaban Ryota seolah menjelaskan semuanya.

Jaejoong memandang Yunho, "Kau sakit maag? Kenapa aku tak tahu?" dan Yunho hanya tersenyum menjawabnya.

"So you are the baby's father, huh?" Jason bertanya sarkastik.

Yunho mengangguk, "Terima kasih atas segala kebaikan kalian selama ini, tentang Jaejoong dan bayi kami," ia membungkuk sembari mengucapkan kata terima kasih.

Yoochun menggeleng, "Tak perlu sungkan, Yunho—ah. Kami sudah menganggap Jaejoong bagian kami, ia teman dan namja yang cukup lucu untuk berteman dengan kami," godanya.

Jaejoong mendelik.

Keempat lainnya tertawa melihat bagaimana mata besar itu terlihat makin besar lagi dengan manisnya.

"Yun, apa—apa aku boleh pelihara kucing ini dirumah?" Jaejoong bertanya takut-takut, tangannya dimainkan di ujung baju hangat yang ia kenakan.

Yunho melihat seekor kucing kecil yang terlelap nyaman di samping mangkuk yang tersisa setengah susu putih, lalu membayangkan antara wajah Jaejoong dan kucing itu. Kombinasi yang begitu manis!

"E—eothokhae?"

"Tentu saja boleh, sayang," jawab Yunho dengan senyum di wajah tampannya juga tangan yang mengelus kepala Jaejoong tanpa sadar.

Ketiga orang lainnya tersenyum melihat adegan manis di depan mereka. Apa teman mereka akan baik-baik saja dengan pemuda di depannya ini? Semoga saja Tuhan telah merencanakan sesuatu yang baik untuk hari esok dan seterusnya bagi teman mereka yang polos ini.

.

.

.

TBC


A/N : Sebenarnya chapter kemarin mau menjelaskan kalau Junsu itu satu ibu sama Yunho, namun beda ayah, Junsu dan Jaejoong satu ayah, dan ibunya Junsu itu minta tolong ayahnya Yunho untuk jagain Junsu. Intinya, ceritanya berputar-putar hehe :)

.

Review juseyoo~

.

LA, Sat, 18 Jan 2014 18:29:00 AM

.

JJ