Title :: The Moon and The Sun

Author :: Thazt

Pair :: Jung Yunho x Kim Jaejoong

Genre :: Romance, Fantasy, High School life, Drama, Boys Love

Rating :: PG 13

Lenght :: Phase 12

Disclaimer :: They belong to themselves and GOD!

Warning :: Alur yang LAMBAT, Alternatif Universe [AU], Bahasa Aneh, dan banyak hal lainnya.


...

Happy Reading!

...


Meletakkan tas nya di rak yang sudah menunggunya, Jaejoong bergegas mengganti baju sekolahnya dan melempar tubuhnya ke atas kasur.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya dengan rasa bingung. Kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini berputar di dalam kepalanya.

Apa yang tengah terjadi sebenarnya? Lebih tepatnya, apa yang tengah terjadi dengan dirinya dan Yunho? Apakah tanda yang muncul di tubuh mereka ada hubungannnya dengan mimpi aneh yang dialaminya dan sikap aneh kedua orang tuanya?

Apa? Apa? Apa?

Percuma.

Sekeras apapun ia mencari jawaban atas pertanyaan yang berputar di kepala, takkan ada yang bisa ia jawab. Seperti seorang anak hilang yang tersesat di dalam sebuah labirin panjang tanpa satupun cahaya yang menerangi langkahnya. Tidak ada hal yang membantunya.

Lelah.

Ia lelah dengan pikirannya sendiri, pertanyaan, tanda, mimpi, Yunho, semua berputar di dalam pikirannya. Membuatnya merasa mual.

Lelah. Jaejoong berusaha memejamkan matanya. Berusaha lari dari pikirannya sendiri meskipun hanya untuk sebentar.

"Hahahahahahaha…" Jaejoong kecil tertawa riang melihat sosok laki-laki cilik yang seumuran dengannya basah kuyup tercebur ke dalam kolam di belakang rumahnya.

"Yah, tolong aku!" Masih dengan tertawa, Jaejoong kecil mengulurkan tangannya, memberi bantuan bagi bocah laki-laki yang kini menjadi teman bermainnya untuk naik ke atas kolam.

"Kamu sih, nekat," Ejek Jaejoong kecil. Rupanya, si bocah laki-laki berusah mengambil kapal-kapalan yang bergerak menjauh saat mereka memainkannya di kolam.

"Itu namanya tantangan. Anak manja sepertimu mana mau melakukan hal seperti itu," Jaejoong mengerut kesal, " Yah, chubby! Ada jaring yang bisa digunakan untuk mengambilnya," tidak mau kalah, Jaejoong kecil tentu saja membela diri.

"Mana asik!" bantah si bocah laki-laki sambil melenggang pergi meninggalkan Jaejoong kecil di tepi kolam. "Yah! Jangan meninggalkanku!" Dengan menggerutu kesal, ia mengejar langkah bocah laki-laki itu yang masuk ke dalam rumah.


Hm? Jaejoong membuka matanya dan menguap pelan. "Mimpi," desahnya. Jaejoong bangkit dan terduduk di atas kasurnya.

Kali ini Jaejoong bisa mengingat wajah dari bocah laki-laki yang selalu muncul di dalam mimpina akhir-akhir ini. Tapi siapa dia? Wajahnya begitu familiar tapi ia tak bisa mengingatnya. Tidak untuk saat ini.

Getaran halus dari ponsel nya membuat Jaejoong tersadar dari pikirannya, segera diraihnya ponsel miliknya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berada.

"Halo."

"…"

"Sekarang?"

"….."

"Baiklah,"

Jaejoong mendesah pelan untuk kesekian kalinya setelah menutup sambungan telepon yang ternyata dari orang tuanya. Ahh.. makan malam bersama rekan bisnis orang tuanya lagi. Bukannya ia tak suka, hanya saja, ia merasa sangat lelah dan pusing hari ini.

Tapi apa yang bisa dilakukannya?

…..


Yunho menenggelamkan dirinya di diantara rak-rak buku yang berjajar di ruangan milik sang Ayah. Ia yakin buku yang ia cari ada di ruangan ini dan jikapun tidak ia temukan, hanya ada satu kemungkinan. Buku itu disembunyikan.

Jika itu benar, maka apa yang Yunho pikirkan tentang buku itu benar. Ada rahasia yang menyangkut apa yang terjadi dengannya dan Jaejoong di dalam buku itu.

Yang terpenting, buku itu harus ia ditemukan!

"Yunho?" Terkejut, Yunho menolehkan kepalanya kea rah sumber suara yang memanggilnya. "Aah.. Umma," ujarnya kemudian. Sepertinya indera mati karena terlalu sibuk encari buku yang dicarinya. Tak biasanya ia bisa sampai tak menyadari kehadiran sang Ibu yang mendekat.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Ye Won yang sejak memasuki rumah langsung merasakan keberadaan Yunho yang berada di ruang kerja suaminya itu. Dalam sekejab, rasa panik menyerang dirinya. Takut jika Yunho menemukan buku itu. Buku yang memang dipegang oleh ll Woo dan tersimpan di salah satu bagian di ruangannya.

"Hanya mencari sebuah buku," balas Yunho santai sambil masih menelusuri satu persatu buku-buku yang berajajar rapi di hadapannya.

Ye Won tahu saat itu juga. Yunho sudah mencurigai keadaannya. Buku yang Yunho maksud pasti buku itu. Buku tua yang merupakan warisan keluarga mereka. Buku yang mengandung segala hal yang berhubungan dengan jenis mereka.

"Buku apa?" Tanya Ye Won gemas. "Tak biasanya kau mencari sebuah buku hingga kesini." Ingin rasanya Ye Won menyeret Yunho keluar dari ruangan ini. Sayangnya itu tak bisa ia lakukan. Jika ia melakukan itu, Yunho pasti akan semakin penasaran dan itu akan menghancurkan semua usaha mereka selama ini.

Dan ia belum siap.

"νυκτερίδα (baca : nykterída)," balas Yunho. Diliriknya sekilas sang Ibu, berharap mendapatkan sedikit tanda jika sang Ibu terkejut atau merasa panic. Ia sengaja menyebutkan buku yang ia cari dengan gamblang dengan tujuan untuk melihat reaksi Ibunya. Meskipun ia sendiri terkejut dengan kehadiran sang Ibu yang seharusnya belum berada di rumah pada jam-jam seperti ini.

Ye Won menghela nafas, ternyata benar. Yunho memang mencari buku itu.

"Umma sendiri, apa yang Umma lakukan dirumah?" tambah Yunho kemudian.

"Mengambil dokumen yang ditinggalkan Appa mu," Ye Won memberikan gesture halus yang meminta Yunho untuk menjelaskan kenapa ia mencari buku νυκτερίδα itu. Yunho yang menangkap maksud sang Ibu bergumam, "Hanya sedikit penasaran."

"Apa yang membuat mu penasaran hingga harus mencari jawabannya dalam buku itu?" Tanya Ye Won lebih dalam sambil mencari berkas yang sedang dibutuhkannya.

Yunho menatap sang Ibu dan dalam sekejab ia sudah berdiri di sampingnya. "Lihat ini," Yunho membuka kemeja sekolahnya yang masih ia gunakan dan menunjukan tanda yang terbentuk di dadanya. Berani bertaruh sang Ibu pasti akan langsung diam. Ia yakin dengan hal itu.

Benar saja, begitu Ye Won menatap tanda yang ada di dada anaknya itu, ia langsung terdiam. Jangan pikirkan apapun! Jangan pikirkan apapun! Batinnya cemas. Ia takut Yunho membuka kemampuannya dan bisa membaca pikirannya. Oh, Tidak!

"Umma tahu tentang hal ini kan?" desak Yunho pelan.

"Apa yang kau katakan, Yunho?" Ye Won menatap Yunho dengan pandangan yang sebisa mungkin ia kosongkan.

"Aku tahu, Umma dan Appa menyembunyikan sesuatu dariku. Sebenarnya apa yang tengah terjadi? Aku dan Jaejoong…" Yunho menatap sang Umma tajam, "…terjadi sesuatu di antara kami, kan?"

"Umma harus pergi. Appa mu membutuhkan dokumen ini segera," Ye Won memutus kontak matanya dengan Yunho dengan segera melesat pergi dari sana. Yunho tak boleh tahu sebelum waktunya. Ia jauh belum siap menerima semuanya jika Yunho tahu sebelum waktunya. Ia belum siapa dengan konsekuensinya.

Yunho berdecak kesal. Jika tidak ada yang mau memberitahunya, maka ia harus mencari tahu sendiri. Dan pertama, ia harus menemukan buku itu secepatnya.

…..


"Mereka melaluiny a terlalu cepat," dengan mata berkaca-kaca Ye Won berujar didepan suaminya yang terlihat bingung. "Dalam hitungan bulan ah bukan minggu mereka akan menapaki takdir mereka, Il Woo-ah." Kali ini Ye Won sudah menangis. Air matanya mengalir dengan sangat deras.

"Kemarilah," Il Woo membimbing istrinya itu ke arah sofa dan mendudukannya. "Apakah tanda mereka berkembang?" tanyanya hati-hati.

Ye Won mengangguk, tak sanggup berkata-kata lagi. "Lalu kenapa kau bilang mereka melaluinya terlalu cepat?"

"Kau ingat, di dalam buku itu mengatakan jika tanda mereka akan muncul secara berselang dalam 3 hari jika tanda sudah mencapi tanda ke tiga?" Ye Won berujar setelah menarik nafas panjang dan menenangkan dirinya. Il Woo mengangguk.

"Jaejoong dan Yunho menapaki tanda pertamanya beberapa hari yang lalu." Ye Won menatap suaminya dengan putus asa, "Mereka menapaki tanda kedua mereka hari ini." Ujarnya pelan. "Tidak ada seminggu dan mereka sudah berada di tahap kedua."

"Lalu kau ingin kita melakukan apa? Kita tak bisa mundur lagi, sayang. Bukankah kita sudah sepakat untuk memulainya di umur mereka menginjak usia 18 tahun,hmm?" Il woo berusaha menengkan istri yang terlihat sangat tidak siap dengan semuanya. Ia pun begitu. Ada rasa tak siap yang menghantuinya. Tapi apa yang bisa ia lakukan selain menerima?

"A-Aku tak menyangka akan secepat ini. Tak pernah terlintas dalam pikiranku jika tahap yang mereka lalui begitu cepat mereka lewati dan.. dan… kau tahu.. oh.. sudahlah."

"Tenangkan dirimu. Semuanya baik-baik saja. Hanya akan ada sedikit perubahan."

…..

Jaejoong merasakan getaran pelan dari handphonenya. "Sebentar," ucap sopan sambil menunjuk kearah hanpdhone nya dan beranjak keluar dari ruangan yang sedang ia tempati.

"Halo?" sapanya.

"Apa keluarga mu memiliki buku tua tentang penyihir, hm?" Jaejoong merasakan ada sebuah nada kesal yang terselip dari kalimat Yunho. Vampir yang menelponya ini.

"Hmm… kalau tidak salah sih ada…"

"Benarkah? Bisa kau cari buku itu?" Belum sempat Jaejoong menyelesaikan kalimatnya, Yunho sudah terlebih dahulu memotongnya dan bahkan memberikannya perintah.

"Dengarkan aku dulu, Jung Yunho!" Jaejoong menaikkan nada suara nya sedikit, "Buku itu ada, tapi aku bahkan tak tahu buku itu dimana. Aku hanya pernah mendengarnya tentang buku itu saja."

Pik. Tanpa menunggu Yunho menjawabnya, Jaejoong langsung mematikan sambungan telpon mereka. Haa.. berbicara dengan Yunho entah kenapa selalu membuatnya menaikkan nada suaranya. Salahkan saja sikap vampire itu yang menyebalkan.

Jaejoong merasakan handphone nya kembali bergetar dalam genggamannya, melirik sekilas pun ia sudah tahu jika Yunho kembali menghubunginya. "Apa?" jawabnya ketus.

"Turunlah dalam waktu. Aku menunggumu di sana dan tidak ada penolakan."

Kali ini ganti Yunho yang mematikan sambungan telepon mereka secara sepihak. Jaejoong memandang horror handphonenya. Apa yang dikatakan vampire sialan itu? Menunggunya diparkiran? Dia pikir dia siapa?

Tanpa berniat menuruti perintah Yunho, Jaejoong kembali memasuki ruangan tempat orang tuanya tengah melakukan makan malam bersama rekan bisnis mereka. Biar saja vampire itu menunggunya, batinnya.

"Jaejoongie, Yunho menunggumu di bawah." Kalimat yang terlontar dari sang Ibu begitu ia masuk ke dalam sungguh mengejutkan Jaejoong. Vampir itu! desis nya kesal. Seenaknya saja!

….


Di sinilah Jaejoong sekarang. Duduk di mobil Yunho yang tengah melaju entah menuju kemana. "Tak lelahkah kau menggerutu terus di dalam kepalamu?" Jaejoong melirik tajam kearah Yunho yang baru saja berbicara.

"Berhentilah membaca pikiranku kalau begitu," balasnya sengit.

Yunho berdecak pelan, "Pikiran mu sendiri yang menelusup masuk ke dalam kepalaku tanpa aku coba untuk kubaca. Entahlah,"

Yunho menghentikan mobilnya di sebuah taman, "Ayo turun," ajaknya pada Jaejoong. Tak mendapatkan tanda-tanda dari orang yang duduk di samping nya untuk beranjak membuat Yunho menghela nafas. Ia membuka pintu mobilnya dan keluar.

Tak butuh waktu lama , baginya untuk sudah membuka pintu mobil dimana Jaejoong duduk. "Kau itu memang butuh dipaksa rupanya," Dengan satu gerakan cepat, Yunho membuka seatbelt yang dikenakan Jaejoong dan membuat penyihir itu keluar dari dalam mobilnya.

"Yah.. lepaskan tanganku," Jaejoong berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Yunho yang menariknya ke suatu tempat di dalam taman itu.

Yunho tak mengindahkan rontaan Jaejoong. Ia terus membawa Jaejoong semakin dalam di taman itu. Rontaan yang Jaejoong lakukan sama sekali tak berpengaruh apa-apa baginya.

"Yah, Jung Yun-…" Jaejoong terkesiap. Amarahnya pada Yunho langsung menguap begitu saja ketika matanya bertemu dengan lautan bintang yang tersebar di langit di atasnya. "Cantik," gumamnya kagum.

Yunho yang sudah membalikkan tubuhnya hingga menghadap Jaejoong tersenyum kecil melihat senyuman cerah di wajah Jaejoong yang terpesona oleh indahnya langit di atas mereka.

"Darimana kau menemukan tempat ini, Yun? Ini indah sekali!" Jaejoong memekik pelan memandang apa yang tersaji di depan matanya. Pepohonan yang tumbuh di sekeliling mereka bagaikan sebuah frame, menciptakan sebuah ilusi cantik yang membuat bintang-bintang itu terasa sangat dekat dengan tempatnya berdiri.

Jaejoong merasakan tarikan halus di dagunya yang membuatnya memalingkan pandangannya dari langit. Manik matanya bertemu dengan manik mata Yunho yang menatapnya dengan…. Lembut?

"Yun-" mata Jaejoong melebar kaget saat merasakan bibir nya ditekan oleh bibir Yunho dengan lembut.


-The Moon and The Sun :: Phase 12 : END-


chapter ke 11 update bulan November dan sekarang bulan april ._. Aduh, maafkan aku !

Bukannya nggak pengen ngelanjutin fanfic ini, tapi writers block menyerang dan itu susah banget buat disembuhinnya ;_;

Chapter berikutnya pun aku nggak bisa janji bakal bisa update cepet atau bakal keluar selama ini. Kemungkinan besar sih lama ._.

Yosh! Buat readers yang masih mengingat fanfic ini ataupun yang baru membaca, selamat menikmati! *wave*