Hi there, Arisa is here. Sebelumnya mau berterima kasih kepada siapapun yang nge review dan favourite fanfic pertamaku, October. Kalian memberikanku keberanian untuk buat fanfic keduaku ini

Warning : nantinya mau ada RussPruss (semoga) karena mereka OTP ku :D

Disclaimer : I own nothing

Chapter 1 : Ich hasse meinen Bruder ( I hate My Brother)

"Kerja yang bagus, adiknya Gilbert." Kata guru Matematika Ludwig, Eduard sambil menyerahkan hasil ulangan dengan senyum. Ludwig menerimanya dengan muka masam.

"Nama saya Ludwig, Pak." Kata Ludwig dengan nada kesal.

"Tapi kau tetap adiknya Gilbert. Beri salam dari Bapaknya untuknya, oke ?". Ludwig hanya menganguk pelan lalu berjalan menuju meja belajarnya. Meski Ludwig mendapatkan nilai yang sempurna untuk nilai ujiannya, ia merasa kesal karena lagi-lagi Mr. Eduard lupa dengan namanya dan memanggilnya dengan panggilan yang ia tak suka.

"Hei, lihat." Ludwig dapat mendengar suara teman sekelasnya yang duduk di belakangnya berbisik pada teman sebangkunya. "Adiknya Gilbert lagi-lagi mendapat nilai sempurna !"

"Wah, pasti ia diajarin Gilbert kalau di rumah ! hebat ya, Gilbert !". Tanpa terasa Ludwig meremas kertas ujiannya saat ia mendengar pembicaraan teman sekelasnya.

Adiknya Gilbert, lagi-lagi adiknya Gilbert, aku punya nama !, kata Ludwig dengan kesal dalkam hati.

"Ada apa, Ludwig-san ?". Ludwig menoleh ke depan, saat ia mendengar suara sahabatnya memanggilnya. "Apa kau mendapat nilai jelek ?" Tanya Kiku Honda dengan nada sopan.

"Ah, tidak tidak. Nilaiku bagus kok." Kata Ludwig sambil berusaha tersenyum.

"Tapi kau terlihat tidak senang." Ludwig terdiam mendengarnya. Ia sadar ia tak bisa menyembunyikan sesuatu dai sahabatnya itu. "Apa ada masalah ?"

Ludwig menghela nafas. "Aku kesal lagi-lagi tidak ada yang ingat namaku dan memanggilku dengan 'adiknya Gilbert'. Kau tahu aku tak suka panggilan itu."

"Kakakmu disayang semua orang sepertinya." Kata Kiku sambil tersenyum.

"Iya, tapi aku benci padanya. Kau tahu kan ia sudah…"

"Ehm, adiknya Gilbert." Kalimat Ludwig terpotong saat ia mendengar suara di sampingnya. "Bisa kita lanjutkan pelajaran kita ?" Tanya sambil tersenyum. Ludwig hanya menganguk lalu meminta maaf.

Langit sudah berwarna oranye saat Ludwig berjalan pulang bersama Kiku. Mereka selalu pulang bersama karena mereka bertetangga sejak tiga tahun yang lalu, atau saat pertama kali Ludwig hidup berdua saja dengan Gilbert. Selama perjalanan, Ludwig mengeluhkan sikap kakaknya dan Kiku mendengarnya dengan berhenti sebentar di Supermarket karena Ludwig ingin berbelanja untuk makan malam nanti.

"Malam ini kau ingin makan apa ?" Tanya Kiku saat melihat Ludwig memilah milih bawang bombay.

"Entahlah. Ada ide ?" Tanya Ludwig yang meneliti bawang di tangan kanannya dengan bawang di tangan kirinya. Mana yang lebih bagus ?

"Bagaimana dengan kare ?" usul Kiku. Ludwig menganguk pelan, tanda ia setuju. Ia lalu memilih bawang di tangan kanannya dan memasukan bawang tersebut ke dalam keranjang. Selama berbelanja, Kiku membantu Ludwig memilih bahan makanan untuk kare. Kiku merasa sedikit lega karena Ludwig fokus dengan bahan makanan apa saja yang harus ia beli. Kiku tidak mau Ludwig mengeluh terus tentang kakaknya.

Kiku kenal baik dengan Beilschimdt bersaudara. Tiga tahun lalu mereka berdua datang ke rumah Kiku dan memperkenalkan diri sebagai tetangga baru. Pertama kali bertemu dengan Beilschimdt bersaudara, Kiku merasa Gilbert adalah orang yang ramah sedangkan Ludwig adalah anak yang pendiam dan pemarah. Ia tidak pernah mau berjalan berdua dengan Gilbert. Dan ia selalu menolak hadiah yang diberi Gilbert.

Kiku bingung dengan sikap Ludwig. Gilbert disenangi setiap orang. Ia ramah dan selalu bersemangat di setiap saat. Gilbert juga tidak segan segan mentraktir teman-teman Ludwig jika Ludwig membawa teman ke rumah. Gilbert juga disenangi para guru di sekolah. Sebagai wali, Gilbert selalu datang ke acara sekolah yang mengharuskan orang tua datang. Kenapa Ludwig bisa marah dengan kakak yang sempurna seperti Gilbert ?

"Perlu kubantu ?" tawar Kiku saat mereka keluar dari Supermarket.

"Ah, tidak usah. Aku bisa sendiri." tolak Ludwig halus. Kiku dan Ludwig terdiam sesaat. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka bicarakan. Ludwig sudah merasa cukup mengeluh tentang kakaknya kepada Kiku sebelum mereka pergi ke Supermarket. Tanpa terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Ludwig.

Kiku melihat lampu depan rumah Ludwig menyala. "Gilbert-san ada di rumah ?" Tanya Kiku.

"Ya, katanya hari ini ia tidak ada kuliah jadi ia seharian di rumah. Sudah dulu ya. Sampai jumpa besok." Kata Ludwig pamit lalu membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumah. Kiku menghela nafas saat pintu rumah Ludwig tertutup.

"Hah, semoga Ludwig-san baik-baik saja…"

Ludwig berjalan memasuki rumah tanpa kata. Bahkan saat berjalan memasuki dapur dan melewati ruang keluarga tempat Gilbert sedang tidur di sofa, ia tidak berbicara apa-apa. Ia mulai membongkar belanjaannya. Saat Ludwig menyalakan kompor, ia sadar kakaknya sudah bangun dan berjalan memasuki dapur.

"Kau sudah pulang ? selamat datang." sapa Gilbert. Ludwig tidak membalas sapaan kakaknya. Ia terlalu sibuk untuk memasak. Gilbert sedikit kecewa dengan sikap dingin adiknya. Tapi ia tidak menyerah. Ia tahu adiknya selalu bersikap dingin dengannya. Tapi bukan berarti ia juga boleh bersikap dingin dengan adiknya. "Ne West, malam ini kita makan apa ?" Tanya Gilbert dengan memanggil nama kesayangan Ludwig.

"Kare." Jawab Ludwig singkat. Gilbert sedikit senang usaha kecilnya berhasil. Kalau aku memanggilnya dengan panggilan saying, mungkin ia tidak akan dingin denganku !, pikir Gilbert senang dalam hati.

"Ne West, apa kau akan memakai…."

"Kak, bisakah kau diam ?" kata Ludwig memotong kalimat Gilbert dan berhenti memotong bawang. "Aku sedang sibuk memasak. Bisakah kau tidak menggangguku ?" tanya Ludwig. Gilbert menganguk pelan. Ia tahu adiknya marah. Dan ia sedikit sakit saat mengetahuinya.

"Baiklah…" kata Gilbert lalu keluar dari dapur dan berjalan menuju ruang keluarga. Suasana rumah Beilschimdt bersaudara hening. Yang ada hanyalah suara pisau dari dapur dan suara tv dari ruang keluarga. Gilbert tidak tertawa ataupun berkomentar tentang acara tv seperti yang biasa ia lakukan saat menonton tv. Ia masih sedih saat Ludwig membentaknya tadi. Walaupun Gilbert saar Ludwig pantas marah padanya.

Beberapa saat kemudian, Gilbert sudah tidak mendengar suara dari dapur lagi. Ia melihat ke arah meja makan dan menemukan Ludwig sedang mempersiapkan piring untuk makan malam. "Makan malam sudah siap, makanlah." Kata Ludwig sambil berjalan menuju kamarnya.

"Kau mau kemana ?" Tanya Gilbert bingung.

"Mandi. Aku tidak lapar. Kau makan dulu saja." Kata Ludwig lalu menutup pintu kamarnya. Gilbert semakin kecewa dengan sikap Ludwig. Ia tahu Ludwig tak pernah mau makan semeja dengannya. Tapi ia tak menduga bahwa hari ini Ludwig juga tidak mau makan bersamanya. Mungkin ia harus bersabar sampai Ludwig mau memaafkannya.

Jam sudah menunjukkan jam 10 malam, tapi Ludwig masih bertahan di meja belajarnya. Ia belajar sambil mengelus perutnya yang kelaparan. Ia belum makan malam. Biasanya ia makan jika Gilbert sudah tidur atau sedang pergi bermain keluar. Ia tidak mau makan jika ada kakaknya di rumah. Jika ada Gilbert di rumah saat ia ingin makan, pasti Gilbert akan mengajak Ludwig berbicara dan mengganggunya. Ludwig tidak suka itu.

Beberapa saat kemudian, Ludwig mendengar suara pintu terbuka. Ia melihat kakaknya pergi keluar rumah. Ludwig menghela nafas lega. Akhirnya ia bisa makan. Ia keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan. Ludwig melihat kare yang tersisa masih banyak. Ia sudah menduga karena kakaknya tidak terlalu suka makan. Saat Ludwig hendak mengambil piring, ia melihat ada sebuah note kecil tertempel di dinding.

aku pergi main ke rumah Antonio dulu ya

dan besok aku ada kuliah pagi, jadi bangunkan aku

gilbert

Ludwig menghela nafas setelah membaca tulisan kakaknya itu. Ia paling malas jika disuruh membangunkan kakaknya supaya bisa bangun pagi karena kakaknya bukanlah orang yang bisa bangun pagi.

Hah, merepotkan. Aku ingin ia menghilang saja, kata Ludwig kesal dalam hati

Chapter kedua nanti akan menceritakan Alferd dan Matthew

R & R please