Story Of My Destiny

Author : Kim Hye Sung / EXOSTics

Main Cast :

Byun Baek Hyun

Kim Jong In

Wu Yi Fan/ Kris Wu

Other Cast :

Park Chan Yeol

Pair:

KaiBaek [Main],KriBaek.

Other : BaekYeol

Rated : T

Disclaimer : Story and Plot is mine! Cast belongs to god, they parents. And bla..bla..bla, Intinya gak ada copas-copasan seenak jidat lebar hyeorin. /disantet star1/*ehh bener ga sih?*

Genre : Romance, Hurt(?)

Warning : YAOI, OOC, Thypos /maap kalau ada -_-/

.

.

.

[Chapter 3]

Author POV

Sepulang dari sekolah Jong In menyempatkan dirinya ke toko pakaian, tentu saja namja mungil yang berada dirumahnya—Kris, tidak mungkin terus-terusan hanya memakai piama.

"Jong In.." Jong In otomatis menoleh, saat mendengar suara yang sangat dia kenal.

" Lu Han.. ge.." Namja cantik itu tersenyum lembut pada Jong In yang diam mematung.

" Kau membeli pakaian untuk mu sendiri?" Jong In masih diam, membuat Lu Han memandangnya aneh.

"Jong In?" Tanya nya lagi, Jong In mengedipkan matanya berkali-kali. "Anni.." Lu Han diam, kemudian matanya menatap kedua lingkaran hitam di bawah mata Jong In, Selama dia mengenal Jong In, Jong In bukanlah namja yang suka begadang, dia sangat pemalas, dan jika dia tahu sebenarnya, mungkin dia akan menyalahkan namja cantik yang Jong In temukan kemarin.

" S-sedang apa ge disini?" Lu Han tersenyum, akhirnya Jong In mau meresponnya.

" Besok .. aku akan pergi kencan dengan Kris, jadi aku .."

Melihat wajah Lu Han yang memerah, menimbulkan rasa sakit tersendiri dihatinya, dia tersenyum miris, Lu Han tidak pernah mengerti dia, dari dulu. 'Ge, harusnya Kau tahu jika akulah yang mencintaimu tulus, bukan Kris.'

"Kau bahkan tahu ukuran bajunya ge?" Tanya Jong In sarkartis. Lu Han membulatkan matanya dengan wajah yang semakin memerah.

" Ti-tidak, ah, bukan begitu.." Lu Han salah tingkah, Jong In segera kekasir meninggalkan Lu Han tanpa sepatah katapun, percuma dia terus menatap wajah Lu Han, itu hanya menimbulkan sakit hati sendiri untuknya. Lu Han masih diam, dia yang sibuk dengan rasa malunya tidak menyadari bahwa Jong In sudah melewati pintu keluar dari tadi, membuatnya serba salah.

Setibanya dirumah Jong In langsung masuk tanpa aba-aba pada siapapun penghuni rumah.

" Baek Hyun.." Jong In punya kebiasaan baru, dulu sebelum dia bertemu Baek Hyun, eommanya lah yang dia cari, langsung kedapur, dan memeluk eommanya erat. Manis sekali, tapi sekarang eomma Jong In malah senyum-senyum didapur mengetahui Jong In-nya sudah besar sekarang, tidak adalagi pelukan untuknya, tapi itu lebih baik, tidak mungkin Jong In-nya harus menempel terus bukan?

KLEK

" Baek Hyun?" Baek Hyun masih memakai piama, hanya saja itu piama Jong In yang lain, Jong In tersenyum dan menghampiri Baek Hyun yang tengah membaca koleksi buku-bukunya.

" Jong In-ah..apa itu?" Baek Hyun menghampiri Jong In, Jong In kembali tersenyum, hatinya sangat lega mengetahui Baek Hyun-nya baik- baik saja, berlebihan? Benar, sangat berlebihan.

" Pakai ini.." Baek Hyun dengan senang hati mengambil baju dari kantong belanjaan Jong In, dan segera ke kamar mandi dengan tampang yang sungguh menggemaskan. " Dia manis sekali.." Gumam Jong In, dan sedetik berikutnya dia membekap mulutnya sendiri, kemudian pura-pura tidak ada yang dia bicarakan dan duduk di tepi tempat tidur. Jong In melirik jam dinding, sudah jam tiga sore. Bagus, dia bisa keluar sebentar, mungkin untuk menyegarkan otaknya, mengusir Lu Han dari otaknya.

KLEK

Jong In membulatkan matanya melihat penampilan Baek Hyun yang—

" Jong In-ah.. apa kau tidak sedang bercanda?" Jong In menelan saliva nya kasar. Kemudian kakinya terasa bergetar hebat melihat penampilan Baek Hyun hingga dia tidak bisa berdiri. Jong In hanya bisa meremas sprei tempat tidur dengan mengalihkan pandangannya dari paha mulus yang terekspos itu.

" Ini terlalu besar.."

" A-aku tahu.."

GLEK

Jong In terpaku melihat Baek Hyun membetulkan kerahnya yang sangat longgar, menariknya tapi merosot kembali selain factor kebesaran, ketahuilah bahu putih itu sungguh sangat mulus.

" Mungkin.. aku lebih baik memakai piama itu lagi.." Ck, lihatlah Jong In ini semua salah mu, hanya karena kesal pada Lu Han kau sampai sembarangan membeli baju.

" Mianhae.. aku akan membelikannya lagi besok." Sesal Jong In tulus, dari matanya pun terlihat penyesalan yang luar biasa. Baek Hyun yang melihat ekspresi Jong In merasa bersalah, jadi dia memutuskan untuk menghampiri Jong In, tidak, Baek Hyun itu berbahaya.

" Jong In-ah.." Baek Hyun duduk di samping Jong In, Jong In membelalak kaget, dia sedikit bergeser lebih ketepi, membuat Baek Hyun makin kebingungan, tapi Baek Hyun tersenyum. " Gomawo.."

Jong In menoleh, tapi tetap tidak focus, banyak titik tubuh Baek Hyun yang terekspos didepan wajahnya, tepat didepan kedua matanya. Mengundang bisikan-bisikan aneh pada kedua telinganya.

" Che-cheonma.."

.

.

Kris akhirnya pulang jam dua belas tengah malam, bibi Kim langsung menyambar pintu saat mengetahui tuannya sudah pulang. Kris segera menjatuhkan dirinya disofa, memejamkan matanya dan dengan gerakan tidak teratur dia melonggarkan dasinya.

" Tuan, Butuh air hangat?" Kris menggeleng, dan bibi Kim melihatnya, Kris menumpukan tangannya diatas kepala. Bibi Kim beranjak kedalam dapur.

" Baek Hyun.." Baek Hyun ternyata tertidur menunggu Kris, tentu tidak sendiri, dia dan Jong In menunggu Kris didapur hingga tertidur dengan kepala diatas meja, dan Jong In entah memanfaatkan situasi atau apa dia memegang tangan Baek Hyun yang ada di atas meja, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Jong In sangat suka menggenggam tangan Baek Hyun, selalu ada raut tenang dalam wajahnya jika dia menggenggam jemari lentik itu. Eomma Jong In tersenyum lembut dia menghampiri Baek Hyun, dan sekedar mengguncang ringan bahu mungil itu, membuat Baek Hyun mengeluh dan akhirnya membuka matanya,

" Bibi Kim.." Bibi Kim tersenyum, Baek Hyun menegakkan dirinya.

" Tuan Kris sudah datang, " Baek Hyun tampak berfikir sejenak mungkin dia agak takut.

" Tapi, Tuan Kris pasti sangat lelah, aku fikir besok saja.." Ucapnya, dia mengangkat tangannya untuk sekedar menguap, tapi tangannya terasa sulit digerakkan. Baek Hyun menoleh.

BLUSH

Apa yang membuat pipi Baek Hyun tiba-tiba memerah, eomma Jong In juga tidak tahu, Baek Hyun ingin melepaskan tangannya, tapi tetap tak ada pergerakan berarti dari Jong In.

TUK

"Auwww.." Baek Hyun membulatkan matanya, menatap spatula yang berada di tangan Bibi Kim, Jong In masih mengaduh dengan mata memerah, dia mengusap-usap kepalanya dan tak berhenti meringis.

" Aku tahu kau sudah bangun Jong In, sekarang biarkan Baek Hyun pergi.." Jong In memandang eomma nya dan Baek Hyun bergantian, memang apa yang dia lakukan hingga Baek Hyun tidak bisa pergi?

" Apa maksud-AAWW"

" Lepaskan tanganmu itu pabbo!" Jong In spontan menatap tangannya yang masih menggenggam erat jemari lentik Baek Hyun, Jong In segera melepaskannya meski ada rasa tidak rela disana, dia mengalihkan tatapannya kemana-mana, karena gugup.

" Eomma, kepalaku~" Rengek Jong In, dia juga merasa malu melihat Baek Hyun sepertinya menahan geli melihatnya diperlakukan seperti anak kecil. Jong In menarik tangan Baek Hyun dan membawanya mungkin pada Kris. " Baiklah, Kajja.." Baek Hyun masih diam, meski dia sebenarnya ingin bicara, banyak, tapi genggaman tangan Jong In sungguh sangat mengganggu pikirannya, banyak sekali ilusi diotaknya, dan mematikan fungsi otaknya untuk tetap berkonsentrasi pada genggaman hangat Jong In.

" Jong In.." Jong In menghentikan langkahnya saat Baek Hyun berhenti tiba-tiba.

" Wae?" Baek Hyun menatap Jong In ragu, tapi Jong In masih sabar menunggu kalimat selanjutnya dari Jong In.

" Kita mau pergi kemana?" Jong In mengerutkan keningnya, tadi kata eommanya 'Biarkan Baek Hyun pergi', " Bukankah kau ingin pergi tidur?" Tanya Jong In dengan raut tanpa dosanya, Baek Hyun menghela nafas kesal, apa sebegitu penting harga dirinya Hingga dia tidak mendengarkan eommanya yang memang memperlakukannya seperti anak kecil?

" Jon In, bukan itu.."

" Lalu?" Baek Hyun berdecak kemudian menarik tangan Jong In, Jong In menelan ludahnya kasar, jika dia yang menggenggam semuanya masih wajar, tapi jika Baek Hyun yang menggengam tangannya terasa sekali kehangatan menyelimuti hatinya, hingga membuatnya diam saja diseret seperti itu.

" Kenapa kau membawa ku kesini?" Tanya Jong In, tanpa Baek Hyun sadari karena terlalu takut, nada yang Jong In keluarkan tadi sangat dingin, dan penuh dengan rasa ketidaksukaan. Kris ternyata masih disana. Tapi tak lama, Baek Hyun tersentak saat melihat Kris menaiki tangga dan sepertinya akan ke kamarnya.

" Kajja.." Baek Hyun menarik tangan Jong In, tapi Jong In tidak menurut, dia masih kekeuh ditempatnya. Baek Hyun menoleh dan menatap Jong In heran. " Jong In, kajja, sebelum Tuan Kris benar-benar tidur.."

" Besok saja.."

" Eh? Tapi.." Jong In berdecak tidak sabar, dia menarik tangan Baek Hyun dan menyeretnya kekamar disebelah dapur.

Jong In melepaskan tangan Baek Hyun dan merebahkan dirinya ditempat tidur, " Tidurlah.." Tegas Jong In, Tapi Baek Hyun sama sekali tidak menurut, dia masih berdiri memandang Jong In yang sudah telentang diatas kasur dengan mata tertutup.

" Jong In.."

" Hm?"

" Aku tidur di .. kamar tamu saja," Jong In langsung membuka matanya dan menoleh ke sebelah dimana Baek Hyun dengan takut memainkan ujung Kaos pas badan yang pernah melekat ditubuh Jong Intapi pada saat Jong In masih Smp. Beruntung masih ada, jika tidak Baek Hyun akan tetap mengenakan baju kebesaran yang Jong In beli tadi.

GREEP

BUGH

Baek Hyun membelalakkan matanya, dia jatuh tepat diatas tubuh Jong In, karena tarikan yang dia terima dari Jong In sangat tiba-tiba. Jong In memperbaiki posisinya menaruh Baek Hyun disebelah dan tanpa jeda kembali dimendekap tubuh mungil itu, dikurungnya dengan erat, reaksi tiba-tiba Jong In membuat Baek Hyun bingung, tapi semuanya terjadi begitu cepat hingga dia tidak sempat mengelak, dan saat semuanya terjadi dia tidak ingin menolak, sangat hangat, dan apa sesuatu yang berdetak sangat keras ini juga terdengar sangat menenangkan.

" Jong In-ah.."

" Ssstt.. kau tidak lelah eoh?" Baek Hyun tiba-tiba merasa sangat gugup.

" ehmm.."

" Hm?"

" Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" Tanya Baek Hyun pelan, masih menyandarkan telingannya didada Jong In, Jong In semakin mengeratkan pelukannya, namun bukannya sesak Baek Hyun malah merasa sangat nyaman.

" Molla.."

" Ehmm.."

" Tidur disini saja ya?"

" Ehmm.."

" Hm, selamat tidur.." Jong In berusaha mengendalikan fikirannya. Tapi tetap ada rasa resah disana, dan jika dia belum memastikannya dia akan pernah bisa tenang.

" Kau sudah tidur?"

" Enghh.." Baek Hyun mengeluh sedikit kemudian mendongak membuat tatapan keduanya bertemu, Jong In menapat dalam kedua bola mata Baek Hyun yang memandangnya bingung.

" Menurutmu Kris seperti apa?" Baek Hyun mengerutkan alisnya dan mencoba berfikir.

" Apanya?"

" Ya.. Kris, bagaimana dia menurutmu?"

" Tam..pan?"

DEG

Jong In menatap Baek Hyun serius, " Lalu?"

" Kaya… pintar dan-"

" kenapa berhenti?" Baek Hyun menjilati bibirnya yang terasa kering. " Bagaimana aku bisa menilainya jika aku saja tidak mengenal Tuan Kris?" Tanya Baek Hyun polos, Jong In sedikit berfikir 'Benar juga'.

" Lalu apa kau penasaran Kris seperti apa? Apa kau ingin dekat dengannya?" Baek Hyun mengangguk ragu, memang jika dia ingin mengenal Kris, apa Kris juga ingin mengenalnya?

" Dia bukan pria yang baik.." Ucap Jong In sewot, Baek Hyun diam, Jong In melepaskan pelukannya dan merentangkan kedua tangannya. Menarik leher Baek Hyun agar tidur dilengan kekar nya. Baek Hyun menghadap wajah Jong In dari samping, lekuk wajah Jong In sangat sempurna meski dari samping, lekukan wajah tampannya semakin terlihat dengan jelas. Baek Hyun benar-benar terpesona, meski remang-remang dikamar ini tapi wajah Jong In terlihat bersinar, begitu pula menurut Jong In, ditempat gelap sekalipun Baek Hyun akan selalu bersinar.

" Dia suka merebut milik seseorang, dia juga tidak senang bergaul, sikapnya dingin, tidak bisa diajak bercanda, bawaannya selalu serius menanggapi sesuatu, membosankan, tidak mau mengalah, keras kepala-"

" Eum.. Jong In-ah, dia majikan mu, bagaimana bisa Kau mengatainya seperti itu?" Kau menarik tengkuk Baek Hyun dan kembali memeluk Baek Hyun. " Karena aku tidak ingin kau dekat-dekat dengannya."

" Wae?"

" Kau akan tahu nanti Baek Hyun, saat aku yakin kau pun merasakan perasaan yang sama untukku.." Baek Hyun membeku ditempatnya mendengarkan bisikan Jong In yang sangat halus menyapu helaian rambutnya membuat sensasi aneh didada kirinya makin menjadi.

" Perasaan apa itu?" Jong In diam, dan masih mengecup pelan rambut Baek Hyun berulang-ulang terbuai dengan harumnya rambut halus itu.

" Jong In-ah?"

" Sttt, aku merasa sudah bisa tidur sekarang, jangan menggangguku, atau.."

" Atau?"

" Tidurlah.."

" Yahh, atau apa?!" Baek Hyun sedikit kesal, tapi dia langsung merinding mendengar geraman rendah dari Jong In.

CHUP

DEG

Jong In tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil mengecup pipi halus Baek Hyun. Menyisakan Baek Hyun yang anehnya tidak marah atau melawan, malah diam dengan wajah semerah tomat.

" Tidur. jika, kau tidak ingin bibir mu menjadi yang berikutnya.."

BLUSH

" Ish, kau menyebalkan.." Baek Hyun langsung memeluk tubuh Jong In erat saat namja itu hampir saja merenggangkan pelukannya dan mungkin akan melakukan hal tadi lagi, dan kali ini benar-benar dibibir, Jong In terkekeh, niatnya menghukum Baek Hyun hanya karena tidak bisa diam urung, karena namja cantik itu sudah belajar dari kesalahan. " Hey.."

" Tidur Jong In-ah.."

" Tidak, aku belum 'menghukummu'.."

BLUSH'

" Diam atau.." Ancam Baek Hyun berhenti membuat Jong In penasaran. " Atau?"

CHUP

Jong In diam dengan mata membulat besar, Baek Hyun kembali memeluk Jong In setelah berhasil mengecup pipi namja tampan itu, lama diam termangu akhirnya Jong In sadar dan tersenyum lebar, dia memeluk namja cantik-nya itu lebih erat dari apa yang dilakukan namja cantik itu padanya.

" Rasakan itu.." Bisik Baek Hyun sebenarnya sangat lirih karena malu. Jong In memejamkan matanya dan bergumam. " Aku suka hukumanmu.."

' Mungkin aku juga menyukai mu..'

.

.

.

" Sudah cukup,"

" Tapi.."

" Pergilah.." Yeoja seksi itu turun dari atas tubuh Chan Yeol yang terbaring diatas sofa, yeoja itu membetulkan dressnya dan mengambil tasnya yang ada dimeja dan berlalu dengan wajah kesal, menginggalkan Chan Yeol yang hanya diam dan masih membaringkan dirinya diatas sofa dengan nafas yang memburu, baju yang berantakan, dan rambut yang acak-acakan.

" Byun Baek Hyun… sebenarnya dimana kau?!" Geram Chan Yeol dan kembali meremas kengingnya yang terasa sangat pening. Dia meraih ponselnya, membuka screenlock dan kembali membuang nafas karena tidak ada satupun pesan atau panggilan dari orang yang membuatnya resah, Baek Hyun.

" Apa yang kau fikirkan Park Chan Yeol? Harusnya Kau senang, dia tidak lagi mengemis hidup padamu, dia tidak lagi menjadi beban bagimu, dan men, kau bebas sekarang,"

Bebas?

Apa dulu dia tidak bebas?

Dia merasa tidak bebas karena Baek Hyun yang bahkan tidak pernah menangis atau membentaknya secara terang-terangan dihadapan nya yang sering kali bercumbu dengan banyak gadis dan namja lain?

Merasa tidak bebas hanya karena semua orang mengetahui hubungan kalian? Yang bahkan kau sendiri yang mengumumkan hal itu karena takut ada namja lain yang mendekati Baek Hyun, sedangkan kau sendiri, come on?

Atau.. merasa tidak bebas karena rasa bersalah setiap kali kau menghianatinya?

Dia hanya tidak tahu sekeras apa Baek Hyun menangis ditengah hujan, berteman dengan hujan untuk meredam tangis nya, dia tidak tahu sesakit apa itu ditindih oleh batu raksasa berukurang beribu kali lebih besar dari tubuh mungilnya, dan dia tidak tahu, Park Chan Yeol tidak tahu seberapa parah luka seorang Byun Baek Hyun yang setiap hari merasa hatinya digores dan diiris-iris setiap kali dia melihat apa yang tidak ingin dia lihat.

Kekasih yang sungguh tidak berguna. Kau yang membuatnya terluka seperti sekarang, kau fikir dia baik-baik saja? Kau fikir sifatnya yang terkesan tidak peduli dan sangat penyabar itu tidak bisa terluka, dia rapuh, dank au lagi-lagi tidak tahu hal itu, apa semudah itu waktu mengubah semuanya?

Kau tidak ingat saat kau orang pertama yang membuat Baek Hyun bangkit dari keterpurukannya?

Tidak, kau lupa, dan hanya Baek Hyunlah yang ingat, bagimu itu hanya bagian dari masa lalu yang sudah tidak berlaku sekarang, tapi bagi Baek Hyun itu sebuah kenangan, bahkan sejarah yang sangat penting dalam hidupnya, semua yang kau fikir biasa, tidak dengan Baek Hyun, sekecil apapun bentuk perhatian Chan Yeol untuk Baek Hyun, sungguh itu sangat berarti Bagi Baek Hyun, jika Chan Yeol sadar akan hal itu.

Kehidupan bukan hanya tentang bagaiman kita bisa puas dengan bersenang-senang.

Tapi bagaimana kau bisa membuat orang lain senang dengan adanya kau, membuat keberadaanmu berguna untuk orang lain, dan membuat orang yang kau cintai menjadi orang yang paling bahagia karena adanya kau disisinya.

" Semua hanya masa lalu, aku tidak ingin terjebak dalam masa lalu, kehidupanku yang sekarang sangat sempurna, tapi.."

Meremehkan masa lalu eoh? Tidak akan ada masa depan tanpa masa lalu.

.

.

.

Bibi Kim tidak henti-hentinya berdecak kagum pada anak manis yang tengah memotong sayuran dengan lihainya.

" Kau biasa memasak Baek Hyunnie?"

" Anniya, aku baru belajar.." Bibi Kim membulatkan bibirnya tidak percaya.

" Kau sangat hebat untuk ukuran pemula Baek Hyunnie.." Baek Hyun menghentikan kegiatannya dan menatap bibi Kim dengan sangat antusias. " Benarkah?"

" Hm, ah, tuan Kris sudah menunggumu diruang makan, biar aku saja yang meneruskannya Baek Hyunnie."

" Geure,"

Baek Hyun melepas celemek nya dan hendak melangkah keluar, " Tapi kau yakin tidak perlu bantuanku atau.. Jong In?" Baek Hyun tersenyum manis, dan menggeleng.

" Ah, tunggu .. anak itu kenapa belum bangun juga?" Tanya Bibi Kim agak frustasi, mengundang Baek Hyun untuk mengundur dulu keinginannya untuk bertemu Kris. " Waeyo?"

" Dia ada pertandingan Dance, antar SMA," Baek Hyun membulatkan matanya, jadi Jong In itu punya bakat dance? Apa dia tahu sebelum nya?

" Kalau begitu aku saja yang membangunkannya ahjumma.."

" Tidak, biar aku saja, kau temui Tuan Kris saja.."

" Tapi masakannya.." Cegat Baek Hyun. " Biarkan saja, membangunkan Jong In tidak akan lebih lama dari menunggu sup nya mendidih.." Baek Hyun mengangguk-ngagguk mengerti.

Tidak lama, jika menggunakan air.

.

.

.

TAK

" Ng.."

Kris tersentak dan langsung menoleh kea rah Baek Hyun yang entah sejak kapan berada didepannya.

" Kau?" Baek Hyun tersenyum canggung, dan menggaruk tengkuknya yang entah kenapa tiba-tiba gatal. Namja ini berhutang banyak sekali penjelasan, kenapa dia belum pergi dan kenapa malam kemarin dia tidur dikamarnya, tapi Kris seolah lupa akan hal itu, karena dia malah sibuk mengamati Baek Hyun.

" Ne.. perkenalkan, Byun Baek Hyun imnida.. Tuan." Kris masih terpaku hingga dia sadar sendiri dan segera meletakkan ponselnya diatas meja, benda yang membuatnya tidak sadar bahwa Baek Hyun berada tepat didepannya, " Ada apa?"

" Tuan, boleh kah aku bekerja ..disini?" Kris diam, memperhatikan Baek Hyun dengan sangat teramat lekat, membuat Baek Hyun gugup, bagaimana jika Kris tidak mau? Bagaimana jika justru dia diusir atau diminta ganti rugi?

Tunggu?

Tapi untuk apa? Kau terlalu khawatir Baek Hyun.

" Kau yakin?" Tanya Kris, Baek Hyun mengangguk lemah, dengan bibir yang digigit sekeras-kerasnya, Kris merasa jantung nya tidak bisa diam, dia terus saja terpaku dengan lekuk wajah sempurna dihadapannya itu.

" Untuk apa?" Tapi Kris sangat pintar menyembunyikan semuanya, tetap dingin dan datar.

" Apa bekerja disini akan digaji?" Tanya Baek Hyun balik. Kris diam, kemudian mengepalkan kedua tangan didepan mulutnya, Baek Hyun merutuk dalam hati dan menunduk.

" Jadi, seperti kebanyakan orang kau kesini untuk uang?" Baek Hyun segera mengangkat wajahnya dan menggeleng cepat.

" Lalu?"

" A-aku.."

Baek Hyun memutar kembali otaknya, tidak ada, tidak ada satupun alasan disana. Dia mengaduh pelan hendak menepuk jidatnya seperti kebiasaannya jika tertekan tapi dia ingat dia ada dimana, dan siapa yang berada didepannya kini.

" Baiklah," Baek Hyun membulatkan matanya penuh, membuat Kris memejamkan matanya, semua yang melihat pasti itu wajar, karena Kris tengah menghela nafas lelah, tapi sebenarnya Kris sedang menutup mata dia tidak sanggup melihat mata Baek Hyun seperti itu menatapnya.

'Ini aneh..'

" Jeongmal?" Kris kembali membuka matanya setelah dia bisa mengendalikan detakan jantungnya.

" Hm.."

" Lalu apa yang harus aku kerjakan Tuan?"

" Aku butuh.." Kalimat Kris tergantung seenak jidat, membuat Baek Hyun tidak sabar menunggu kelanjutannya.

" Supir.." Baek Hyun membuka mulut nya lebar-lebar.

" S-supir?" Ulang Baek Hyun berharap telinganya yang bermasalah.

" Wae? Tidak mau?" Tanya Kris santai, Baek Hyun sontak terkejut dengan mata yang membelalak lebar, kesempatan tidak akan datang dua kali. " Ba-baik..Ta-tapi.."

Kris kembali mengambil ponselnya," Tenanglah, kau akan bekerja disini seperti Bibi Kim dan Jong In, tapi supir ku mengambil cuti untuk beberapa hari, dan untuk itu kau yang menggantikannya, aku hanya akan minta diantar saat ada acara pertemuan penting dengan klien." Baek Hyun baru menutup mulutnya saat Kris mengadah menghentikan gerakan jarinya dibenda persegi itu.

" Kau mengerti?" Baek Hyun mengangguk cepat, dia pernah belajar mengendarai mobil, tapi hanya beberapa kali, dan tidak bisa disebut handal. " Tuan?"

" Hm?"

" Apa hari ini Tuan akan menemui klien?"

" Tidak."

" Lalu..?"

" Kencan.." Baek Hyun diam, Jadi orang seperti Kris juga bisa kencan?. Tanpa Baek Hyun sadari—karna sibuk dengan pikirannya sendiri, Kris membelalakkan matanya, kenapa dia bisa seterbuka itu? Pada Baek Hyun? Siapa dia?

" Apa tuan sudah punya Kekasih?" Tanya Baek Hyun hati-hati, " Ah, maaf—"

" Benar, nama nya Lu Han.." Baek Hyun mengangguk-angguk mengerti. Kemudian hendak berbalik, dan pergi, Kris seperti orang kebingungan, dia ingin mencegah Baek Hyun pergi, tapi kenapa? Kenapa berada didekat Baek Hyun terasa sangat menyenangkan? Dan kenapa dia merasa masih banyak yang ingin dia tanyakan.

" Baek Hyun!" Teriak Kris, Baek Hyun tersentak dan menoleh.

" NE?" Baek Hyun kembali ke tempat Kris. " Ada apa Tuan?"

" Antarkan aku.. "

DEG

Matilah kau Byun Baek Hyun.

GLEK

" Tapi .. 'kan anda sedang berkencan? Bukan bertemu klien?"

" Kau menolak?" Dan dengan nada tidak suka itu Baek Hyun langsung gelagapan. " Tidak, Baiklah tuan."

" Kau mau kemana?" Oh, ayolah Kris kenapa denganmu?, Baek Hyun kali ini benar-benar bingung.

" Dapur, aku harus .."

" Biarkan Bibi Kim saja, kau tunggu saja disini.." Pinta Kris, oke, Kris benar-benar merasa dia sangat konyol, ditambah dengan tampang bingung dari raut wajah Baek Hyun. Kris berdehem sebentar dan kembali berpura-pura memainkan ponselnya. Baek Hyun pun menyeret kursi dan akhirnya duduk berhadapan dengan Kris.

" Kau tidak sekolah?"

" Sekolah.."

" Lalu?" Baek Hyun diam sebentar. " Oh dan selama kau menjadi supir ku maka biaya sekolahmu akan aku tanggung."

DEG

Baek Hyun merasa dirinya benar-benar menjadi orang paling beruntung didunia ini, semuanya berjalan dengan sangat lancar, tanpa hambatan, dia kira membujuk Kris untuk mengijinkannya bekerja disini saja itu seperti sangat sulit, tapi namja dingin ini bahkan mau membiayai sekolahnya.

" Tissuenya mana?" Tanya Kris, membuat Baek Hyun gelagapan, dia segera berlari dan hendak mengambil tissue, tapi pergelangan tangannya dicekal oleh Kris, sungguh dia tidak bisa membiarkan Baek Hyun pergi dalam ke adaan mata berembun seperti ini, Kris tahu Baek Hyun pasti sangat terharu saat ini.

" Pakai ini saja.."

DEG

Baek Hyun tidak pernah menyangka sebelum nya jika Kris yang dia lihat selalu sangat dingin dengan wajah datarnya itu bisa bersikap sangat lembut seperti ini, dia mencari tissue bukan karna dia perlu, tapi dia tahu jika Baek Hyun terharu, Baek Hyun mengambil sapu tangan Kris. Kris terus memperhatikan setiap gerakan Baek Hyun, semuanya terasa sangat istimewa membuatnya tidak rela untuk melepaskan pandangannya dari namja cantik itu.

" Tuan?"

" Ya?" Baek Hyun menatap pergelangan tangannya yang masih digenggam oleh Kris, Kris tersentak dan langsung melepaskan tangan Baek Hyun. " Maaf.."

" Gwaenchana tuan.. dan gomawo." Ucap Baek Hyun dengan senyuman manisnya.

DEG

" N-ne.."

" Biar kusimpan, aku akan mengembalikannya nanti.." Kris hanya bisa mengangguk, dan tersenyum kaku, meski kaku itu sudah cukup membuat Baek Hyun terpukau, ya, karena orang seperti Kris sangat jarang tersenyum.

.

.

.

Jong In kembali membeli baju setelah pulang sekolah, moodnya kembali buruk sejak pagi tadi, berawal dia basah kuyup dan berakhir dengan rasa dongkol melihat Kris yang 'sok' akrab pada Baek Hyun-nya. Tapi dia juga senang, Baek Hyun akan segera masuk kesekolah yang sama dengannya. Itu bagus, dia akan memiliki banyak waktu bersama Baek Hyun.

Dan jika sekarang bukan Lu Han, maka orang lain yang tengah mengganggu konsentrasi Jon In memilih baju untuk Baek Hyun-nya, sekarang namja tinggi dengan kulit putih berjalan menghampirinya.

" Hebat ya, Kim Jong In mengalahkan juara tahun lalu, Lay." Namja itu tertawa meremehkan dan bertepuk tangan dihadapan Jong In yang menatapnya datar.

" Mau apa kau?"

" Sambutan, sampai ketemu difinal." Ucap namja itu. Dan berlalu meninggalkan Jong In yang berusaha mengontrol dirinya untuk tidak menyobek baju—

SREET—yang ada ditangannya.

Jong In menaruh baju itu kembali ketempatnya dan bersiul-siul seolah dia tidak bersalah. " Ah, iya, Ketua Tim basket SMA apa? Aku lupa namanya, ah yang penting, Jong In, kau hebat, Kau juga akan segera bertemu dengan teman ku dipertandingan semi final nanti!" Teriak Se Hun yang sudah berada diambang pintu, membuat semua pengunjung menatap Jong In aneh, dan kagum, banyak yeoja yang memuji-muji ketampanannya dan talenta nya yang tidak hanya dance, tapi juga basket, tentu saja mereka tahu dari namja kurang waras yang sedah pergi tadi.

" Awas kau Oh Se Hun.." Geram Jong In.

.

.

.

TBC

Lama? Benar, -_-

Sebenarnya saya lebih suka membaca timbang menulis -_-

Jadi kesimpulannya Hye Sung lebih rajin jadi readers . mianhae.

Tapi ini sudah lanjut, harap turunkan obor-obor anda sekalian. ._.

Buat 'Kyukyute' , mianhae, namanya saya nistakan di special thanks 'Y' kemarin.

Hm, Hye Sung gak haus akan review /ngopi/ -_- tapi, saya harap kalian review, kenapa? Memang gak akan ngebuat saya bunuh diri, tapi jika kalian tidak review semangat saya bisa menurun tiba-tiba, dan jika kalian review semangat saya langsung nanjak (?) tanpa alasan, saya senang kalian menghargai karya hye sung—bagi yang review.

Ah, percuma bacot panjang lebar, paling-paling pas udah TBC, kalian pergi gitu aja, sign.

Ya udah, saya pergi, makasih udah sempet baca FF aneh saya. -_- /dance growl bareng KaiBaek/

Hye Sung.