Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing :
Sakura Haruno
Sasuke Uchiha
Sasori Akasuna
Warning : OOC, Typos, OC (maybe), Ruwet, Pasaran, penuh dengan kengawuran de le le
Rated : T semi M
Tidak Suka? Saya mohon dengan sangat sopan tolong jangan dibaca!
.
Summary
Mereka bilang dunia ini akan hancur... Hingga para manusia rela bekerja sama dengan para pendosa untuk menyelamatkan dunia/"...semakin kuat iblis yang kau panggil maka semakin sulit untuk mengendalikan mereka, kau harus tahu itu Haruno."/"Beberapa diantara mereka dituntut menikah dangan sang pangeran dan menanggung cinta sang iblis..."/OOC, typos, abal, RnC minnaa.
Bagian 1 : Senjata Dewa Kematian
Satu lagi, mengenai pemerintahan dunia bawah, Dunia Bawah dipimpin oleh seorang ketua dari anggota senat. Wajah dan identitasnya tidak ada yang mengetahui, para magia berkata dia adalah orang yang bergerak di balik layar.
Senat sendiri di bagi menjadi 20 tingkatan penjaga pilar, yang masing-masing memiliki kepala pasukan dan seorang jenderal yang akan mengatur di masing masing wilayahnya. Mereka bertugas menjaga perdamaian dunia bawah. Yang dimaksudkan perdamaian dunia bawah adalah menjaga dari para gordon, yaitu iblis yang lepas dari neraka.
Sebenarnya ada lagi satu golongan yang keberadaan mereka hampir disejajarkan oleh para Kage, jika para kage kadang disebut dengan para pengikat kontrak maka mereka yang disejajarkan disebut para pemegang kontrak.
Jumlah mereka tak pasti, mereka adalah para magia yang rela menukar separuh jiwanya untuk iblis, beberapa diantara mereka ada yang berpihak pada senat namun beberapa diantara mereka ada yang mengacau di dua dunia.
.
.
Sakura menatap keluar dari jendela kamar asramanya, ditangannya terdapat sebuah buku bersampul cokelat yang terlihat usang karena termakan usia. Gadis bermata emerald itu nampak tak terlalu fokus dengan bukunya. Ia terlihat menatap sang dewi malam yang tengah bersinar terang di langit.
"Hhh... Tidak ada gunanya kalau hanya membayangkan. Lebih baik aku coba mempraktekkannya," gumamnya, Sakura lekas mengambil mantel coklat yang ia sampirkan di bahu kursi. Tak lupa buku coklat pemberian Ayahnya ia bawa. Ia melangkah keluar dari kamar asramanya. Sejak ia tiba di Konohaferrelie 12 jam yang lalu, Magis Master –nenek angkatnya– menempatkannya di sebuah gedung asrama bersebelahan tepat dengan gedung sekolah.
Langkah Sakura menggema di setiap lorong sepi itu –satu hal yang ia tak mengerti bahwa ia adalah satu-satunya penghuni gedung asrama itu.
"Kau bebas menggunakan gedung ini... Hanya saja jangan pernah keluar dari dalam gedung saat jam sekolah berlangsung,"
Pesan dari nenek angkatnya itu berputar-putar di benaknya. Sakura tau jadwal belajar para Kage dimulai saat sang dewi malam telah berada pada posisi paling atas –tengah malam. Dan jam sekolah normal di Konohaferrelie adalah saat matahari terbit hingga jam malam telah berlaku. Karena di Konohaferrelie matahari hanya dua jam berpendar, maka jam berakhir sekolah normal disini adalah pukul 6 sore –jika didunia manusia.
"...aku tahu kau merencanakan sesuatu yang menarik, Haruno Sakura."
Sakura mendadak menghentikan langkahnya, ia mengencangkan pegangan pada buku yang ia bawa. Mata emerald-nya menatap lantai marmer coklat gedung itu. Matanya menatap lurus, dan seolah memikirkan sesuatu yang penting.
"Seharusnya aku tidak menatap matanya," Sakura kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah pintu besar tepat di ujung lorong, masih ada 6 jam lagi sebelum pelaksanan ujian pertamanya. Dan ia tau ia tak boleh gagal untuk ini.
Langkah Sakura berhenti ketika ia tiba di pintu coklat dengan banyak ukiran sulur dan daun di permukaannya. Di kedua sisi pintu itu terdapat patung hitam berbentuk seorang gadis berpakaian baju zirah perang dengan sebuah tombak di tangan mereka. Setelah puas mengamati keadaan luar, Sakura segera mendorong pintu –yang di atas nya terdapat tulisan Aula Asrama– di balik pintu itu terdapat sebuah ruangan hampa yang sangat luas. Sakura melangkah semakin dalam setelah ia menutup pintu itu.
Gadis itu tampak tak takut dengan kondisi ruangan yang gelap, setelah Sakura yakin berada di tengah-tengah ruangan itu ia memejamkan matanya. Dan menggumamkan sebuah kata.
"Accenditur." Ruangan yang tadinya terlihat hampa karena gelap tersebut menjadi terang karena bola-bola kaca cahaya yang terlihat melayang di atas langit-langit membentuk formasi bintang enam.
.
.
.
"Tsunade-sama..." panggilnya pada seseorang yang tengah duduk membelakanginya. Orang yang mengenakan topeng rubah itu terlihat menundukkan tubuhnya. "Kau sudah kembali Iruka..." seseorang yang dipangggil Tsunade itu memutar kursinya hingga mereka sekarang saling berhadapan.
"Jadi bagaimana?" tanya Tsunade, mata coklat madu itu menajam memandang sosok berjubah hitam didepannya.
"Ini akan sedikit sulit, tapi saya sudah memerintahkan divisi 12 untuk mengawasi daerah sekitar asrama," ujarnya penuh hormat. Wanita bernama Tsunade itu tersenyum penuh arti.
"Baiklah, anak itu pasti melakukan sesuatu sekarang. Tapi kita beruntung karena dia berpihak pada kita." Tsunade bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah jendela kaca dan menatap rembulan.
"Tapi, apakah tidak apa-apa... Anda memata-matai cucu anda sendiri." Iruka semakin menundukkan kepalanya. Tsunade tertawa pelan.
"Kau bercanda? dia hanya cucu angkat... Dan terlebih, sangat jarang kita menemukan keturunan dari eve seperti dia, yah walau hanya seperempat. Sejak 150 tahun yang lalu magia yang berhubungan dengan manusia akan di bantai." Tsunade mengalihkan atensinya menatap sebuah rak buku di sampingnya, wanita yang masih terlihat muda itu berjalan mengambil sebuah buku bersampul biru.
"Saya mengerti. Selama 17 tahun ini anda mati-matian menghapus keberadaannya agar tidak diketahui para senat dan juga para pemegang kontrak." Iruka kembali bersuara, wajahnya yang tertutup topeng itu ia buka.
"Kau benar, dan aku sudah memastikan bahwa Kurenai tidak akan membocorkan hal ini pada anggota senat." Tsunade membalikkan halaman buku itu, didalamnya berisi banyak foto, buku itu adalah album foto.
"Aku berjanji padanya untuk melindunginya, tapi di lain sisi dia bisa menjadi senjata untuk memulai kembali perang." Tsunade menatap sendu sebuah foto yang berada di dalam buku itu.
"Jangan lupa persiapkan bawahanmu, kau tahu 'kan hari ini adalah ujian pertama para Kage... Pasang kekkai disekitar gedung. Pastikan para iblis itu tidak keluar dan mengacau seperti dulu." Tsunade meletakkan kembali buku itu, dan berjalan ke tempat duduknya lagi.
"Baik!" sosok itupun menghilang.
.
.
.
"Kyaaa...!"
"Buagh –Duar"
Sakura memegang pergelangan tangannya yang masih meneteskan darah. Setelah terlempar dan kesekaliannya ia membentur dinding, Sakura mencoba bangkit dan menatap tajam pemandangan di depannya. Sebuah simbol berbentuk Hexagram itu melayang dengan beberapa tulisan kuno disekitarnya.
Sedangkan ditengah-tengah simbol yang bercahaya itu terdapat sebuah sabit hitam berkilau. "Sial, kalau seperti ini terus aku tidak akan bisa mengambilnya."
Sebelumnya ia hanya mengulang kembali latihan yang di ajarkan ayahnya, tentang bagaimana cara mendapatkan sebuah senjata dari Dewa Kematian, ia sering gagal dalam mengambilnya tapi kali ini harus berbeda. Bukan tanpa alasan Sakura menginginkan senjata yang bisa mengurangi umur itu. Karena pada dasarnya ia membutuhkan sebuah senjata untuk mengalahkan iblis yang akan ia jadikan Anemor.
Sebelum mengikat kontrak dengan para iblis para Kage diharuskan bertarung dengan iblis mereka. Tentu saja, untuk membuktikan bahwa mereka dianggap pantas menggunakan kekuatan iblis.
Sakura kembali memejamkan matanya, masih ada 3 jam sebelum ujiannya dimulai, dan ia harus mendapatkan senjata itu. Bagaimanapun caranya. Ingatannya kembali berputar pada masa-masa saat ia masih bersama ayahnya.
.
.
"Kau lihat Sakura, ini adalah Deathscythe, senjata para Shinigami. Para magia berdarah murni tidak akan bisa menggunakannya sembarangan."
"Kenapa ayah?"
"Hahaha...tentu saja... Karena ini milik Shinigami, umur mereka akan berkurang setengahnya jika menggunakan senjata ini. Tapi berbeda jika magia itu memiliki darah manusia,"
Gadis kecil berumur 12 tahun itu memiringkan kepalanya menatap pria di depannya.
"Kau adalah prajurit dunia bawah, ingatlah tidak semua manusia itu buruk, beberapa diantara mereka ada yang berhati mulia." Laki-laki dengan rambut senada dengan bunga Sakura itu mensejajarkan tubuhnya setelah meletakkan pedang yang ia genggam.
"Tapi karena aku memiliki darah manusia aku jadi tidak punya teman..." mata hijau besar gadis kecil itu terlihat mulai berkaca-kaca. Pria itu tersenyum, tangan besarnya menepuk kepala pink Sakura.
"Suatu saat akan ada orang yang menyebutmu sebagai seorang teman, kau hanya perlu menunggu... Nah, sekarang ayah akan mengajarkan padamu cara memanggil Deathscythe,"
.
.
Sakura kembali membuka matanya, memperlihatkan sebuah emerald yang begitu menyejukkan. Tangan kirinya mengambil sebuah pisau yang berada di saku mantelnya. Ia membuat luka di pergelangan tangannya semakin melebar dengan pisau itu.
'Ayah! Aku tidak akan menyerah... Akan kubuat para magia itu berpikir sama seperti dirimu' ucapnya dalam hati
Sakura merentangkan kedua tangannya, sehingga membuat darahnya mengucur kelantai. Darah merah pekat itu menggenang di sekitar sepatu boot hitamnya.
"Sihir dari palung bumi yang terbakar dengan tungku api neraka, aku memintamu memenuhi panggilan sebagai balasan jiwaku dimasa lalu... Cahaya dari kegelapan cahaya menyalalah sebagai bentuk patuhnya akan perintahku..." genangan darah dari pergelangan tangan Sakura tiba-tiba mengeluarkan sebuah sinar biru, sinar itu menyelubungi tubuhnya. Dan darah yang menggenang tadi perlahan-lahan berkumpul dan membentuk sebuah molekul tepat di depan Sakura... Darah itu memadat dan membentuk sebuah tombak merah. Sinar yang menyelubunginya tadi menyatu bersama tombak yang kini dipegangnya.
"Hyaaaa...!" Sakura berlari ke arah sabit hitam itu, ia melompat ke atas dan mengacungkan tombak darahnya.
'Traang'
Tombak Sakura membentur sebuah perisai yang berada di sekitar simbol hexagram tersebut. Berbeda dari sebelumnya, Sakura tidak terpental ia mempertahankan posisinya, mencoba masuk ke dalam perisai simbol tersebut. Bahkan Sakura sampai tidak tau bahwa kini ada seseorang yang tengah melihatnya dari balik pintu yang sedikit terbuka.
"Sial!" perisai itu perlahan-lahan menarik tombak Sakura dan menyedotnya ke dalam.
.
.
"Baiklah Sakura Ayah akan menjelaskan dari titik ini, simbol ini bernama Hestronomus, untuk membentuknya kau harus mengorbankan darahmu dan menulis beberapa huruf kuno di sekitarnya..." gadis kecil itu tampak hikmat mendengar penjelasan Ayahnya mata hijau besarnya tertuju pada sebuah gambar yang dibuat ayahnya di atas tanah.
"Saat mencapai titik dimana perisai ini akan menghisapmu kau harus merelakan dirimu masuk hingga hampir titik penuh, lalu lepaskan mantra pelepasmu... Ingat Sakura, jangan sampai kau terhisap sepenuhnya, kalau itu terjadi kau bisa bertemu dengan pemilik sesungguhnya dari senjata yang kau panggil," terangnya lagi.
"Maksud Ayah Shinigami-sama?" pria itu mengangguk.
"Kau ingat 'kan mantra pelepas yang ayah ajarkan... Ingat, mantera dan kalimat sihir itu berbeda. Kita menggunakan mantera karena kita mampu melakukannya sendiri atau kemampuan itu berasal dari diri kita sendiri sedangkan–"
"–kalimat sihir digunakan saat kita meminta bantuan raja neraka 'kan Ayah?" pria yang dipanggil ayah itu mengangguk dan tersenyum sambil menepuk pucuk kepala putrinya.
"Dan terlebih saat kau menggunakan kalimat sihir kau harus mengorbankan sesuatu dari tubuhmu... Nah apa kau ingat mantera pelepasmu Sakura?"
"Tentu saja,"
.
.
"Libertas Alaero,"
'DUAR'
"Kyaaaa...!"
Lagi, suara ledakan kembali menyalak dari dalam asrama itu. Sakura terpental hingga tubuhnya kembali hampir membentur dinding, kalau saja dia tidak ditangkap oleh seseorang dari arah belakang.
"Ugh," Tubuh Sakura melemas, pandangannya mulai memburam, Ia sudah hampir di ujung batas staminanya, terlebih ia harus menggunakan kalimat sihir yang harus mengorbankan darahnya...sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya. Mata emerald-nya ia paksa terbuka dan menatap ke depan, satu hal yang ia sadari bahwa Hestronomus yang ia buat masih utuh beserta perisai yang masih menghalanginya.
"A–ku gagal la–gi." Tak bisa mempertahankan lagi kesadarannya membuat Sakura pingsan.
"Tidak, kau berhasil Haruno..." sayangnya Sakura tidak bisa mendengar sosok yang kini tengah merengkuhnya. Sosok itu membaringkan Sakura dan berjalan ke arah Hestronomus di depannya. Ia mengulurkan tangan kirinya ke depan, ke arah permukaan perisai itu.
"Perisainya memang tidak pecah tapi kau berhasil mengambil Deathscythe. Hh, Menarik... Extreminam,"
'Prang'
Perisai beserta simbol itu pecah seperti kaca saat sosok pria yang mengenakan penutup mulut itu menyentuh permukaannya dan mengucapkan mantera penghancur.
"Yare yare... padahal 2 jam 30 menit lagi ia harus menjalani ujian pertamanya... Ceroboh sekali," Sosok itu kemudian mengalihkan perhatiannya ke sebuah sabit hitam yang tergeletak 3 meter dari tempatnya berdiri. Kedua tangannya tenggelam dalam saku celananya. Pria itu menghampiri senjata itu dan berniat mengambilnya.
"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan menyentuhnya Kakashi..." gerakan tangan pria itu terhenti saat telinganya menangkap sebuah suara familiar, ia mengalihkan atensinya menatap seorang wanita berserta beberapa pengawal dibelakangnya.
"Tsunade-sama..." Wanita itu berjalan menghampiri Kakashi setelah mengisyaratkan tangannya pada beberapa pengawal dibelakangnya untuk segera menangani Sakura.
"Kau kesini bukan tanpa alasan 'kan?" ia tersenyum, sebuah senyuman yang selalu membuat Kakashi mati kutu. Sedang Deathscythe yang coba Kakashi sentuh tadi tiba-tiba menglihang. Bersamaan dengan itu sebuah gambar berbentuk sabit tercetak di punggung tangan Sakura.
.
.
.
Di sebuah ruangan ditemani temaram cahaya lampu, berisi sekitar 4 sosok orang yang salah satunya terbaring di atas tempat tidur. Gadis berambut peach itu sedikit mengerang karena cahaya yang menyelubungi tubuhnya.
"Bagaimana keadannya Shizune?" tanya Tsunade yang berdiri di samping tempat tidur Sakura.
"Tidak buruk tapi juga tidak baik, 3 tulang rusuknya patah, tumit kakinya juga membengkak, tulang pungungnya retak, dan ia kekurangan darah," jelas orang bernama Shizune. Tsunade memegang ujung dagu runcingnya dan terlihat berpikir sejenak.
"Ujian akan dimulai 1 jam lagi, percepat kesembuhannya kita tidak boleh membiarkannya gagal di hari pertamanya." Tsunade berkata dengan tegas.
"Baik," jawab Shizune sambil membungkuk. Wanita itu kemudian berjalan menuju ke tempat Kakashi berada.
"Jadi karena inilah Anda menempatkan divisi 12 di sekitar asrama?" ujar pria dengan masker itu yang berdiri di dekat jendela sambil mengawasi keadaan luar gedung asrama.
"Kau tidak akan mau tahu apa yang terjadi kalau sampai satu Shinigami saja datang kesini? Untuk itulah aku menyiapkan mereka." Kakashi tersenyum dibalik masker hitamnya.
"Lalu ada urusan apa anak adam dari eve sepertimu kesini?" tanya Tsunade langsung, matanya menajam menatap salah satu penghuni dunia atas itu. Mata Kakashi kembali menyipit menandakan bahwa pria itu kembali tersenyum.
"Benar juga, aku sampai lupa... Asuma-sama memerintahkan saya untuk memberikan ini pada Anda." Kakashi menjentikkan jarinya, lalu sebuah gulungan kertas muncul bersama kepulan asap. Tsunade menerima gulungan kertas yang di ikat pita merah tersebut, ia membuka kertas itu dan membacanya.
"Jadi, dia sudah kembali mulai bergerak?" tanya Tsunade.
"Sepertinya begitu, dia ingin mengulang peristiwa 300 tahun yang lalu lagi, bagaimanapun caranya Kage harus cepat dibentuk..." Atmosfir di ruangan itu berubah menjadi sedikit tegang.
"Bagaimanapun juga, jika dunia atas terancam bahaya... Dunia bawah akan terkena imbasnya juga... Karena itulah kami selalu menganggap manusia itu merepotkan." Kakashi tertawa, ia menggaruk belakang kepalanya sedikit canggung.
"Kalau begitu saya sebagai wakil manusia meminta maaf," pria itu membungkuk dihadapan Tsunade. Wanita itu hanya mendengus sembari kembali menyerahkan kertas gulungan tadi.
"Aku benci mengatakan ini tapi harapan kita satu-satunya hanya mereka..." Tsunade kembali menatap Sakura dalam diam, cahaya yang menyelubungi tubuh gadis itu mulai memudar, menandakan proses regenerasi luka dan penyembuhan sudah hampir selesai. Walau terkadang masih terdengar rintihan yang keluar dari bibirnya.
"Tsunade-sama saya punya satu pertanyaan untuk anda..." Tsunade menoleh memandang Kakashi.
"Kenapa anda tahu kalau Haruno akan mencoba memanggil Deathscythe?" tanya Kakashi pada wanita di depannya, Tsunade menyeringai.
"Itu karena dia adalah anak dari Kizashi Haruno, ceroboh, tidak memikirkan akibatnya, dan bertindak berdasarkan naluri tanpa menggunakann logika, tapi kau belum melihat seluruh kemampuan yang ia miliki Kakashi..." Kakashi mengernyitkan alisnya bingung. Tsunade masih terfokus menatap Sakura.
"...kau tidak bisa meremehkan anak dari seorang panglima perang 'kan?"
-Bersambung-
Kamus Author :
Hestronomus : Simbol lingkaran dan bintang enam sudut (ini Author ngarang sendiri *lol)
Deathscythe : Senjata Dewa Kematian, seatu saya kata-kata ini dipopulerkan oleh manga Soul Eater dan Black Butler tapi mungkin sudah ada sebelumnya (Tapi disini Deathscythe bentuknya bukan cuma sabit doang, bisa pedang, pisau, panah, pistol dll pokoknya senjata *lol lagi)
Accenditur : Menyalalah (Latin Modifikasi)
Libertas Alaero : Sayap kebebasan, sayap bebas (Latin Modifikasi)
Extreminam : Hancurkan (Latin modifikasi *lololol)
Gordon : Iblis liar, mereka iblis yang tidak terikat sebenarnya iblis ada 4 tingkatannya, ntar saya terangin selow aja deh XD *pentingya (ini juga ngarang *ngakak #duagh)
A/N : .-.
Maaf updatenya lamadan juga typo(S)nya... Saya bahkan tidak yakin masih ada yang mau membacanya. Terlebih saya merasa kata-katanya jadi kaku setelah hiatus yasudahlah.
Terima kasih atas kunjungannnya ^^v
Dan triple terima kasih bagi yang me-Review-nya ^-^v
Spoiler : Sasukenya muncul di chap depan ya... *lolololol
BIG THANK'S TO :
Akiko Rin, Minazuki miharu, agezia, Dark Courriel, cherryxsasuke, hanazono yuri, Brown Cinnamon, Sasusaku4ever, white moon uchiha, uchiharuno susi, Nyanmaru desu.
Sign,
Veoryxocie