Yosh, my first published fanfic ever! Maaf kalau saya nulisnya abal, ngga jelas, OOC atau sebagainya. Hanya menyukai ide kalau semua Hetalians lagi bareng-bareng. Berhubung saya masih pemula, jadi mohon bantuannya *bows*

RnR, please!

Disclaimer: Hetalia udah jelas-jelas bukan punya Selena Ravenheart XD


"Ivan, menikahlah denganku!" pagi yang berisik itu dimulai dengan teriakan Natalya Arlovskaya yang sibuk ngejar-ngejar Ivan. Yang dikejar buru-buru masuk ke kelas dan sembunyi di balik Berwald. "Sembunyikan aku, da!" serunya panik.

Kiku cuma bisa menghela napas sambil tetep baca buku. Hebatnya Kiku masih bisa baca buku di situasi kayak gini. Di sebelahnya Caelum malah sibuk ngakak. Meskipun ini sudah seperti ritual pagi kelas ini, tetep aja ajaib ngeliat Ivan yang disebut – sebut sebagai mafiya terseram tunduk pada adiknya. Kayutsha yang tertinggal akhirnya sampai di kelas sambil tepuk tangan. Mereka emang kakak beradik yang aneh.

"BLOODY HELL! ALFRED BALIKIN PENSIL GUE, GUE BELUM BERES NGERJAIN PR NIH!" Arthur secara harfiah nyekek Alfred yang lagi nyalin pr dengan kecepatan melebihi suara. Maklum, pelajaran pertama adalah pelajaran matematika yang gurunya super-duper killer.

"BERISIK IGGY CARI AJA PENSIL LAIN SANA" teriak Alfred yang nggak rela kerjaannya nyalin jawaban dari buku tulis Ludwig diganggu gugat.

"YANG LU PAKE SEKARANG TUH PENSIL GUE SATU-SATUNYA, GIT!" Arthur bales teriak. Sebuah pensil melayang kearah Arthur dan menimpuknya dengan ketepatan 1000 persen. "Tuh, pensil aru!" kata Yao yang lagi ngobrol sama Kaoru.

"YAO NGAPAIN LU NIMPUK GUE PAKE PENSIL!?" sekarang Yao-lah yang jadi sasaran kemarahan Arthur.

"Arthur daripada berisik mending kamu ngerjain sekarang deh pake pensilnya Yao," Francis yang udah nggak tahan akhirnya memberikan nasihat bersahabat ke Arthur. Setelah ngelirik sekilas kearah jam dan menyadari kalau mereka masuk 5 menit lagi, Arthur pun mulai mengerjakan pr secepat kilat. Seenggaknya kelas jadi lumayan tenang sampe Lovino bisa mendengar suara kucing.

...Kucing?

"What the- darimana kucing sebanyak ini!" seru Lovi kaget. Udah ada sekitar lima ekor binatang berkuping runcing itu di kelas. "Heracles lu gila ya? Ngapain bawa-bawa kucing ke kelas!?"

Cowok berkebangsaan Yunani itu malah asyik tidur di bangkunya.

"WOI HERACLES KARPUSI BANGUN! KELUARIN KUCING-KUCING INI SEKARANG JUGA!" Lovino menaikkan volume suaranya beberapa puluh desibel. Orang yang diteriakin pun mau nggak mau bangun juga.

"Apa sih, toh adik lu juga asyik main sama mereka kok," Heracles dengan malas menunjuk Feliciano yang lagi asyik mainin seekor kucing berbulu abu-abu.

"What the hell Feli berenti main sama kucing itu sekarang juga! Apa jadinya kalau pak guru udah masuk tapi masih ada makhluk-makhluk itu disini!?"

"Tapi Lovi, mereka lucu bangeeeeeeeeeet," wajah Feli berubah jadi mirip sama hewan yang lagi dipegangnya. "Emang-gue-peduli-cepet-keluarin-aja" bales Lovi gondok. Akhirnya sementara Lovino ditenangin sama temen sebangkunya Antonio Fernandez Carriedo, Kirana dan Eliza ngebantuin ngeluarin kucing-kucing itu tepat pas bel masuk bunyi.

"Selesaiiiiiiii!" dengan penuh kemenangan Alfred meninju udara. Di belakangnya, Arthur berhasil menyelesaikan prnya pada detik-detik terakhir. Pak guru Fro, sang guru matematika melangkah dengan susah payah ke meja guru karena bobot tubuhnya yang sudah nyaris tidak bisa ditopang oleh kakinya. Ini, ditambah matanya yang agak menonjol, membuat trio Matthias, Gilbert dan Alfred memanggilnya Frog. Tidak di depannya, tentu saja, itu sih cari mati namanya... [Author's note: ini gurunya bukan chara Hetalia manapun, author ngarang hehe]

Sebagai ketua kelas yang baik, Roderich memimpin semua murid memberi salam pada Pak Fro.

"Baiklah, kita mulai absen dulu ya. Semuanya hadir? Matthew mana?" suara guru itu pun serak-serak gitu. Bener-bener kayak doppelgaggernya kodok deh.

"WOOOIIIII MATTHEW LU DIMANA?" Seisi kelas langsung nyari-nyari sampe Gilbert nyaris naik ke meja. "Unawesome banget sih ngilang mulu!" Pasalnya, perasaan tadi tuh anak dateng ke sekolah deh.

"Sa-saya disini pak..." Matthew melambai-lambaikan tangannya di samping Alfred. Anak itu... Lagi-lagi dia jadi invisible. Saudara kembarnya menarik tangannya lebih tinggi. "Lebih keras dodol!" bisik Alfred. Cowok berkebangsaan Kanada itu mengangguk dan mencoba lagi. Dia bisa-bisanya nurut sama Alfred.

"Ah, disitu kau rupanya. Saya kira Anda tidak masuk tadi," Pak Fro menulis sesuatu di buku absen. "Kumpulkan pr kalian." Semua anak bergerak maju, termasuk Alfred dan Arthur yang berhasil ngerjain pr di sekolah.

Pelajaran yang sangat membosankan tentang trigonometri ditambah dengan udara panas otomatis bikin semuanya ngantuk. Dengan segera Emil malah asyik main hangman sama Lukas. Alfred sibuk perang mulut tanpa suara (lagi) sama Arthur sementara Matthew dengan sia-sia berusaha memerhatikan Pak Fro. Gilbert memiliki misi tersendiri gangguin adiknya yang duduk di sebelah Feli dengan cara nimpukin Ludwig pake bola kertas. Ludwig -yang awalnya berusaha bersabar- akhirnya nggak tahan dan balik ngelempar bola kertas yang menumpuk di sekelilingnya, tapi ups- meleset. Dan kena Lovino yang berarti satu hal: masalah. Karena kagak tau siapa yang tadi sukses nimpuk dia, Lovi nimpuk satu-satu para tersangka: Gilbert, Matthias dan Alfred sebagai tersangka utama plus Williem dan Caelum sebagai tersangka tambahan ditambah satu bola nyasar yang kena Basch. Basch, yang gak rela kena timpuk walau gak salah apa-apa, ngebales Lovi. Terjadilah perang dunia ketiga tanpa suara di dalam kelas Hetalia. Pak Fro yang sibuk ngoceh di depan papan tulis tidak melihat ini semua. Entah dia buta atau apa.

SIALNYA SALAH SATU BOLA KERTAS YANG DILEMPAR WILLIEM MENGENAI IVAN YANG DUDUK DI POJOK BELAKANG. Semuanya berasa slow-motion.

"Kolkolkolkolkolkolkolkol..."

KELUAR! Aura jahat Ivan Braginski... *glek* Saatnya berdoa untuk keselamatan masing-masing. Semua anak langsung freeze.

Untungnya saat itu Pak Fro berbalik, dan Ivan buru-buru switch on mode yandere-nya dan tersenyum (sok) polos. Yang lain, setelah latihan selama setahun penuh secepat kilat duduk manis di tempat masing-masing. Detensi Pak Fro termasuk kelas killer bro, bisa disamain sama Hitler.

"Baiklah, sampai disini saja pelajaran kita hari ini." Pak Fro mengambil tasnya dan melenggang keluar, diiringi tatapan semua anak. Guru itu emang ajaib. Masuk tepat waktu, keluar tepat waktu, pas ngajar super fokus sampe kayaknya bom atom pun gak akan bisa ngalihin perhatian dia. Tapi sekalinya kamu ketangkep basah ngelakuin sesuatu yang ngelanggar aturan baik di dalem kelas maupun di luar, jangan harap kamu bisa lolos dari detensi dia hidup – hidup deh.

Bel istirahat berbunyi. Di sekolah ini cuma ada 2 pelajaran yang diselingi istirahat sekali. Anak-anak yang udah watir sama aura Ivan langsung kabur dari kelas dengan setumpuk alasan.

"Elizaveta Herdevary tungguin aku!" Kirana lari nyusul Mei dan Elizaveta yang menuju kantin. Kalau disini, semua murid boleh masak sendiri~

"Aku penasaran apa yang akan Francis buatkan untuk kita hari ini," kata Mei.

"Asal bukan pasta lagi aja. Gara-gara Feli, kita udah makan pasta selama seminggu," gerutu Alyssa yang tiba-tiba bergabung.

Seperti biasa, mereka disambut oleh ruang kantin yang super ribut. Ributnya bahkan bisa nyaingin suara pesawat lepas landas di bandara. Kalau ngga terbiasa dijamin sakit telinga selama tiga hari.

"ALFREEED BERENTI MAKAN HAMBURGER TIAP HARI! GAK SEHAT TAU ARU!" Wang Yao teriak-teriak sampe abis suara. Percuma dia teriak kayak gitu ke Alfred yang muka tembok. "Coba minum teh daripada cola!"

"Tenang aja -nyam- Yao -slurp- ini bisa -nyam- dibilang sehat kok -sluuuuurp-" kata Alfred sambil terus ngunyah burger dan nyeruput cola. Ampun deh anak itu, nggak ada yang ngerti gimana dia bisa hidup cuma dari burger sama cola. Dia satu-satunya yang bawa bekel sendiri selain Vladimir yang selalu bekel darah plastikan. Tenang, dia nyolong dari puskesmas terdekat kok bukan nyari sendiri (walaupun sebenernya nggak boleh nyolong juga sih).

"Veee, Ludwig, Ludwig aku lapeeer~ kenapa aku nggak boleh masak sih?" tanya Feli polos.

"Udah tau kenapa kan!? Gara-gara kamu pengen masak trus bikinnya kebanyakan, kita makan pasta tujuh hari berturut-turut Feli! *sigh*" Ludwig nggak tau harus ngomong apalagi sama anak satu itu.

"Veeee? Tapi kan pasta enaaaaaaak~" Feliciano masih nggak ngerti salah dia dimana, bikin Feliks sama Toris yang ada di sebelahnya facepalm.

"FRANCIS BUKAIN PINTUNYA BLOODY HELL KENAPA GUE NGGAK BOLEH MASUK?" Arthur gedor-gedor pintu dapur. Dalam hati semua anak-anak di kantin bersyukur dengan prosedur-pencegahan-keracunan-massal yang dilakuin sama Francis.

"Udah, mending lu duduk manis bareng kita aja deh," Jack Kirkland nyeret saudaranya itu ke meja makan sebelum Arthur berhasil ngedobrak pintu dapur.

"Menu kita hari ini adalah... Steak ala Belgium!" kata Francis keluar setelah yakin Arthur nggak ada di deket-deket dapur sambil bawa setumpuk piring dibantuin Toris.

Yak, serbu! Meskipun punya berbagai kekurangan *author digantung fans Francis*, masakan Francis itu ranking satu di seluruh sekolah Hetalia.

"WOI ITU BAGIAN GUE GIL!" Basch ngasih Gilbert death glare-nya. Yang ditatap asik-asik aja makan. Tanpa basa-basi Basch langsung nodong Gil pake AK-47 nya yang entah kenapa selalu dia bawa kemana-mana bahkan ke kamar mandi.

"Tenang, masih ada kok," Francis berhasil menenangkan Basch sebelum terjadi peristiwa berdarah cuma gara-gara sepiring steak. Dengan mulut penuh Gilbert malah bilang dengan santainya, "Siapa cepat dia dapat."

Basch memutuskan untuk mengabaikannya dan mulai makan, sementara Gilbert tersenyum penuh kemenangan. "Aku emang awesome."

"Kenapa lu keliatan bingung gitu, Ris?" tanya Eduard ke Toris yang kayak nyari anak domba ilang.

"Ini nih... Masih nyisa satu piring. Siapa yang belum dapet ya?"

"Buat aku aja!"

"Jangan mending buat gue!"

"Enak aja itu punya gue yang awesome tau!"

...bentar, biasanya kalau udah gini...

"MATTHEW!" seru Feliks dan Tino berbarengan. Kalau ada sesuatu yang kelebihan gini, pasti deh anak itu kelupaan.

"Oh iya Matthew lu dimana? Kalai nggak kesini jatah lu buat gue yaaaa" kata Alfred semaunya. Terdengar suara yang sangat kecil... Dimana?

"Disini nih depan aku," kata Emil santai sambil makan. Bener aja, di seberangnya di ujung meja duduk sambil meluk Kumajirou adalah anak hilang kita itu. Pantes aja nggak keliatan soalnya selain mode invisiblenya, dia ketutupan sama Berwald yang duduk di sebelah kirinya. Sigh... Harus banget Matthew dicat warna apa gitu biar keliatan jelas?

"Nyari siapa Mei?" tanya Antonio yang ngeliatin Mei ikutan celingak-celinguk juga.

"Natalya belum dateng..."

"Oh... dia paling lagi ngintai Ivan dari balik pintu seperti biasa, jangan khawatir," kata Kayutsha ceria. Dia memang antara kakak paling pengertian di dunia ini atau yang paling cuek sih.

Setelah mencuci piring masing-masing, mereka masuk kelas kembali. Bener juga, semuanya nangkep basah Natalya yang lagi ngintai/ngintip Ivan di kelas lewat lubang kunci pintu. Cuma Natalya satu-satunya yang nggak takut sama aura hitamnya Ivan.

Sekarang waktunya guru pelajaran kimia yang menderita. Kejadian yang tadi pagi terulang lagi, cuma bedanya alih-alih bola kertas yang dilempar, sekarang berbagai alat tulis melayang di atas kepala. Mulai dari pensil, penghapus sampai cutter (oke ini sih pasti yang ngelempar Natalya). Perang dunia ke 3½ dimulai... Dan author yakin kalian nggak mau tahu akhirnya. Yah mari kita katakan saja ada beberapa pihak yang menderita kekalahan serius.

Itulah hari-hari biasa di kelas Hetalia. Seperti yang sudah menjadi pengetahuan umum, kelas berisi anak-anak Hetalia bisa jadi lucu, aneh, plus rame! (dan berbahaya tentunya)


Just in case you're wondering:

Caelum Kirkland = Scotland

Jack Kirkland = Australia

Alyssa Kirkland = Malaysia

Kirana Kusnapaharani = Indonesia

Kaoru Li Xiao = Hong Kong

Williem von Muller = Netherlands

Kayutsha Braginskaya = Ukraine

Emil Steilsson = Iceland

Lukas Bondevik = Norway

Matthias Kohler = Denmark