EXO (EXtra Ordinary)

.EXOolfeu Present.

Cast : Member EXO

Pairing : Official Couple—lebih fokus ke Kaisoo—

Slight : KrisLu, JongMin (Jongin-Taemin)

Genre : Fantasy, Romance

Disclaimer : Member EXO punya Tuhan YME, keluarga, serta fansnya. Alur cerita dan Chanyeol (?) mutlak milik author.

Summary : Kyungsoo, murid pindahan dari Busan masuk ke dalam EXO—sebuah perkumpulan dari anak-anak 'luar biasa' di SM High School—membuatnya merasakan 'flavour of love'. Bad summary! Kaisoo Area! IT'S YAOI! BOY X BOY! BL! SHONEN AI!

.

.

IF YOU DON'T LIKE

.

.

PLEASE DON'T READ!

.

.

DON'T BE PLAGIARISM!

EXOolfeu Present

.xxx.

Hari-hari yang dinantikan datang juga. Bak para pelajar yang menantikan dentingan bel pulang sekolah, akhirnya mereka semua berkumpul di depan Mansion besar kebanggaan sang pemilik. Hari telah berlalu dan kini saatnya mereka semua berangkat menuju tempat dimana mereka akan saling berbagi kasih. Jinan!

Namja dengan kulit putih bermata bulat itu mencoba menghilangkan semua beban pikirannya. Ini waktunya untuk dia bersenang-senang. Bersama Kai tentunya. Sudah cukup ia memikirkan tentang ini dan itu yang ia saja tidak yakin dapat menemukan jawabannya. Jadi, ia akan bertingkah seolah ia baik-baik saja dan menganggap ia memang baik-baik saja.

Matanya beralih pada sosok tinggi yang memimpin perjalanan ini, wajahnya tampak kurang bersemangat dan enggan bertemu pandang dengan sosok lainnya yang kini mengeratkan pelukan pada boneka panda miliknya. Ia bukannya ingin sok tahu, hanya saja ia yakin ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Apalagi tadi pagi laki-laki blasteran kanada itu menyuruh Chanyeol untuk menjemput Tao. Bukan dirinya sendiri. Kyungsoo sudah cukup penasaran, tapi apa daya, ada beberapa hal yang mungkin tak seharusnya ia ketahui. Ia yakin Kris jauh lebih mengerti mengenai langkah yang harus ia ambil. Kris bukan tipe orang yang berpikiran pendek.

"Kyungsoo? Kenapa kau melamun?"

Kyungsoo tersentak merasakan sentuhan pada lengannya. ia melamun terlalu lama hingga tak menyadari seluruh member sudah memasuki mobil masing-masing. Kyungsoo memasuki mobil silver yang dikendarai oleh Chanyeol. Disini memang ada 3 mobil, mengingat banyaknya jumlah orang yang ikut. Jadi Suho berinisiatif mengambil satu lagi mobilnya yang ada dirumah.

Kyungsoo duduk di bangku belakang dengan Kai ditengah dan Taemin disamping Kai. Sedangkan didepan ada Chanyeol dan Baekhyun. Di mobil belakang, ada Kris dan Tao yang duduk di bangku depan dan Sehun serta Luhan. Di mobil putih yang dikendarai Suho, ada lay di sampingnya dan Chen serta Xiumin dibelakang.

Kai menyandarkan kepalanya pada bahu Kyungsoo saat mobil itu dijalankan. Kyungsoo hanya tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang kekanakkan. Jemarinya menelusup ke helai-helai surai hitam Kai. Terasa amat lembut.

"Hei, ingat tempat, bocah." Dengusan Baekhyun didepan membuat Kai dan Kyungsoo tertawa pelan. Bukannya menghiraukan, Kai malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Kyungsoo. Kyungsoo sendiri sibuk merasakan tekstur lembut rambut Kai.

"Kenapa? Kau juga ingin aku manjakan seperti mereka?" Chanyeol mencubit gemas pipi Baekhyun. Membuat sang namja pecinta strawberry itu mengerucutkan bibirnya. Chanyeol mati-matian menahan diri agar tidak menepikan mobil ini dan menyerang Baekhyun dihadapan yang lain.

"Fokus saja pada apa yang kau kerjakan, Park."

.

.

.

Dalam keterdiaman, Kris sesekali mencuri pandang ke arah makhluk yang menurutnya lebih imut dari panda manapun didunia ini. Oke itu terlalu berlebihan, tapi memang itu adanya. Lihat saja bagaimana sosok itu kini tengah memainkan telinga boneka panda miliknya dengan sesekali bibir kucing itu bergerak menggumamkan sesuatu. Bagaimana bibir itu pula tersenyum mereka entah pada apa yang ada dipikirannya. Hal itu tak luput dari pandangan Kris. Kris sesekali ikut tersenyum melihat tingkah Tao disampingnya. Entah ia sadar atau tidak telah dipandangi Kris seperti itu.

"Aku tidak jamin kita akan sampai di Jinan dengan selamat, Lu-ge." Sindiran halus Sehun membuat Kris berhenti mencuri pandang ke arah Tao. hal itu membuat Luhan tertawa kencang. Ah, adik kakak yang aneh.

"Biarkan gege-mu itu menikmati pemandangannya, Sehun-ah."

"Diam atau aku turunkan kalian berdua." Desisan Kris disambut tawa kencang Sehun dan Luhan, serta kebingungan Tao. ia tidak mengerti dimana letak lucunya hingga dua orang dibangku belakang tak kunjung berhenti tertawa.

Hampir lima belas menit lamanya dua orang berisik itu tak henti-hentinya tertawa membuat berkali-kali pula Kris mendoakan mereka tersedak. Ia sudah seperti ketahuan mencuri. Well, mencuri pandang juga termasuk.

Matanya memandang tubuh Tao yang menyandar lelah dengan mata terpejam. Anak ini cepat sekali tidurnya. Sehun dan Luhanpun sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Maafkan aku."

Kris mengusap surai hitam kelam itu perlahan.

.

.

.

"Diamlah kalian berdua!"

Kekehan itu berhenti saat suara Xiumin terdengar. Sang tersangka—Chen dan Suho—hanya cengengesan melihat Xiumin memutar bola matanya malas. Sejak berangkat dari pagar Mansion Suho, dua orang ini tidak dapat diam. Saling mem-bully satu sama lain atau tertawa tidak jelas. Xiumin yang sibuk dengan bacaannya tentu saja terganggu. Sedangkan Lay hanya tersenyum memaklumi.

"Min, kau sibuk dengan bukumu terus, apa salahnya aku membunuh kebosanan dengan bercanda bersama Suho hyung?" Chen menarik-narik lengan kemeja merah kotak-kotak milik Min-ge-nya. Hampir saja buku tebal yang dibaca Xiumin mendarat mulus dikepalanya. Menjijikkan sekali nada bicara sok imutnya Kim Jongdae.

"Sebenarnya kekasihmu itu buku atau Jongdae?" sindiran Suho membuat Xiumin menghela napas pelan. Ditutupnya lembaran kertas itu, lalu beralih pada unta disampingnya. Xiumin tertawa geli melihat raut memelas wajah kekasihnya. Satu gerakan, bibir mungil Xiumin mencapai pipi Chen. Mengecup pelan pipi tirus itu.

"Kenapa hanya dibibir?" dan sepersekian detik setelahnya, bibir keduanya menempel erat. Tentu saja ulah si dinosaurus Chen.

"Yak! Kenapa kalian melakukannya dihadapan Yixing-ku yang polos ini? Ah, kalian benar-benar."

Lay memutar bola matanya malas saat telapak putih itu menutupi matanya. Polos darimana, rasanya ia benar-benar ingin mencekik Kim Joonmyeon. Mana ada orang polos kalau kekasihnya saja meminta jatah hampir tiap malam. Sudah berkali-kali pula ia mendapatkan ciuman hangat.

Ketiga mobil itu menepi pada halaman sebuah penginapan. Rumah ini tidak terlalu besar, lebih terlihat seperti rumah kuno jaman Joseon. Satu persatu di antara mereka keluar dan menuju bagasi untuk memasukkan barang-barang kedalam rumah itu.

Kris, Chanyeol dan Kai yang bertugas membawa barang-barang itu kedalam rumah dan membagikan kamar. Di tempat itu ada sekitar 8 kamar, dan 2 kamar mandi. Karena alasan tidak ingin tidur terpisah dengan kekasih, lima pasangan itu dengan semena-mena mengambil posisi dimana kamar yang mereka inginkan. Tersisalah Kris, Tao dan Taemin yang bingung ingin tidur dimana. Well, sebenarnya Kris tidur dengan siapa saja juga tidak apa-apa. Tapi karena Tao yang sudah komplain tidak mau tidur sendiri karena alasan takut hantu, jadilah sekarang Kris dengan Tao.

"Aku tak apa, lagipula aku sudah biasa tidur sendiri jika di apartement." Taemin kembali meyakinkan ke-dua belas orang ini agar tidak terus-terusan minta maaf.

Setelah sibuk dengan membereskan ini dan itu, mereka semua sepakat untuk berjalan-jalan keliling Jinan menikmati sejuknya udara dan pemandangan pohon-pohon yang indah. Sangat disayangkan jika mereka lebih memilih berdiam diri di dalam kamar. Walaupun sepertinya kata diam bukan hal yang tepat untuk menggambarkannya. Percayalah, didalam kamarpun mereka memiliki kegiatan.

Semua mata seolah terkunci. Tak ingin melewatkan sedetikpun untuk berkedip saat ke-tiga belas orang itu berjalan beriringan. Saling tertawa dan menggandeng tangan pasangan masing-masing. Sesekali salah seorang darinya membuat ulah dan disambut gelak tawa yang lainnya. Pasangan Chanyeol-Baekhyun-lah yang lebih sering berulah. Entah itu membuat pose aneh atau menirukan hal-hal bodoh lainnya.

.

.

.

Kris dan Tao terdiam dengan pikiran masing-masing. Ah, tidak, hanya Kris yang sibuk dengan pikirannya. Sedangkan Tao sibuk dengan eskrim di genggamannya yang dibelikan Suho beberapa saat yang lalu sebelum mereka sepakat berpencar.

"Tao—"

"Hm?"

Kris menghela napas melihat Tao bahkan mengabaikan panggilannya hanya karena sebuah eskrim. "Tao, Gege sedang bicara denganmu."

"Ah, duibuqi, Gege~" Tao membuat mimik sedih yang justru disambut dengan tatapan gemas oleh Kris. Kris terkekeh pelan sebelum mengulurkan tangannya untuk menarik dagu Tao. tepat beberapa senti sebelum bibir kissable-nya menyentuh bibir Tao, kenyataan bahwa ia bukan siapa-siapanya Tao seolah menyadarkannya akan tindakan senonohnya ini. Kris menjauhkan wajahnya dan mengeluarkan sapu tangan untuk menghapus eskrim disudut bibir Tao.

"M-maafkan Gege."

Tao menunduk dalam. Ia ingin menangis sekarang, tapi ia yakin Kris tidak menyukai anak cengeng. Ia tidak ingin membuat Kris semakin jauh dari jangkauannya.

"Tak apa, Ge."

"Maaf juga untuk— yang waktu itu. yah— kau tau, kan? Yang waktu itu." Kris menggaruk kepalanya kaku.

"Tidak apa-apa, selama Gege bahagia itu sudah cukup untukku."

Bodohnya kau telah menyia-nyiakan orang sebaik Tao, Wu Yifan. Kris hampir saja menangis kalau Tao tidak memeluknya erat. Kris tau ia sangat bodoh karena menyia-nyiakan Tao. ia ingin, amat sangat ingin menjadikan orang dalam dekapannya ini menjadi satu-satunya orang yang ia temui diranjangnya pagi hari. Orang yang menyiapkannya sarapan dan menata segala keperluannya. Hanya saja, sekali lagi ia mengingat untuk apa ia setelah ini. Setelah kegiatan liburan mereka ke Jinan, ia akan mengakhiri semuanya. Ia akan pergi dari dunia ini dan melaksanakan tugasnya. Meninggalkan Tao.

"Maafkan aku atas semuanya, Tao. aku tak bermaksud menyakitimu, hanya saja aku benar-benar tidak bisa."

"Aku tahu, Gege belum bisa melupakan Lu-ge. Aku maklumi itu. lagipula, mana mungkin kau menyukai orang manja sepertiku." Hanya tertawa pelan. Hambar dan dipaksakan.

Kris berjanji untuk tidak menangis, tapi untuk kali ini saja, ijinkan Kris untuk mengingkari janjinya. Ia ingin menumpahkan segala yang ia rasakan lewat bulir kristalnya. Bukan soal Luhan, bukan Luhan yang menajdi penyebab utama ia menolak Tao. Oke, memang ia belum bisa melupakan Luhan sepenuhnya, hanya saja memang bukan Luhan penyebabnya. Ia tidak mungkin menerima Tao sekarang, memberikannya kenangan indah, memberinya harapan, lalu pada saat yang sudah ditentukan, ia akan menghilang begitu saja. Ia bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa perasaan Tao saat itu.

"Ijinkan aku menciummu."

Dan segenap perasaan itu tersampaikan lewat pagutan hangat yang Kris berikan.

.

.

.

Tawa renyah terdengar dari keduanya. Dua orang yang kini sibuk dengan rangkaian besi beroda dua di taman yang cukup besar. Sosok yang jauh lebih tinggi terkadang berlarian dengan panik saat satu sosok lainnya jatuh tertimpa benda besi beroda itu atau tidak sengaja menabrak pohon yang jelas-jelas diam ditempat. Lalu setelah itu, mereka kembali tertawa.

"Sudah kubilang, kau harus fokus ke jalanan. Jangan fokus ke rodanya."

"Aku sudah fokus ke jalanan, Channie."

"Tanganmu terlalu kaku, lemaskan saja jangan tegang."

"Aku takut nanti terlepas."

"Tidak akan lepas, kalau kau menggenggamnya se-erat ini kau akan membuatnya retak."

"Ini besi, bodoh. Mana mungkin bisa retak. Kau pikir tenagaku ini kuda?"

Perdebatan kecil itu terus berlanjut kala Baekhyun mencoba menyeimbangkan sepedanya dan Chanyeol dengan setia memegang dari belakang. Beberapa saat yang lalu Baekhyun berbinar melihat banyak sepeda yang disewakan. Alhasil ia ngotot ingin diajari oleh Chanyeol. Dan disinilah mereka berdua, ditaman besar dengan sebuah sepeda berwarna merah.

"Dengarkan aku, pegang setirnya, jangan terlalu erat. Lemaskan tanganmu, fokus pada jalanan didepanmu agar kau tidak menabrak, dan kayuh. Jangan ragu-ragu, kalau kau takut jatuh kau akan benar-benar jatuh. Aku akan memegangmu dari belakang. Kau mendengarku, Baek?"

"Baiklah! Aku bisa!" kekehan Baekhyun membuat hati Chanyeol menghangat. Inilah yang ia suka dari sosok Byun Baekhyun. Tingkah sok taunya yang tidak mudah putus asa. Ia tetap ngotot ingin di ajari walaupun tak sedikit luka di kulit mulusnya.

"Aku memegangmu dari belakang. Percayalah padaku. Cukup kayuh dan jangan ragu."

Baekhyun mulai menjaga keseimbangan, mengayuh sepeda dan percaya bahwa Chanyeol akan menjaganya.

"Aku memegangmu, Baek!" teriakan Chanyeol seolah mengecil, tapi Baekhyun tak punya waktu untuk memikirkan itu, yang perlu ia lakukan hanya mengayuh dan mengayuh.

"Sudah kubilang kalau kau pasti bisa!"

"Aku bisa!" Baekhyun berteriak kencang dan tertawa saat menyadari bahwa Chanyeol tidak memeganginya dari belakang. Itu artinya ia bisa mengendarai sepeda. Ia kembali mengayuh benda itu untuk menghampiri Chanyeol. ia tersenyum saat Chanyeol sudah berada di hadapannya.

"Aku mempercayaimu tapi kau membohongiku, dasar raksasa sok tampan."

Keduanya tersenyum bersama. "Aku senang mengetahui bahwa kau mempercayaiku, Baek."

"Ah, bagaimana mungkin aku bisa menyerahkan hidupku pada orang bodoh sepertimu?"

"Lalu apa sebutan orang yang mencintai orang bodoh sepertiku?"

"Kurasa aku sudah idiot."

Baekhyun menyusupkan badannya pada tubuh Chanyeol, menikmati kehangatan tubuh itu dan tertawa bersama. Ada saja yang mereka debatkan dan berakhir dengan hangat seperti ini. Ia bahkan tidak pernah bosan melakukan hal kecil yang berkesan romantis dengan Chanyeol. Ia merasa sangat beruntung memiliki orang seperti pria bodoh yang memeluknya kini.

"Aku mencintaimu."

"Aku jauh lebih mencintaimu, Park Baekhyun."

Baekhyun melepaskan pelukannya, "Kau cari mati, ya? Seenaknya mengganti margaku. Kau harus menikahiku dulu, Tuan Park bodoh."

"Tenang saja, aku akan membuatkanmu pesta pernikahan paling mewah yang mengalahkan putra kerajaan inggris."

Baekhyun mendengus.

"Kau ingin kita punya berapa anak?"

Pertanyaan bodoh Chanyeol berhasil membuat pipi Baekhyun memerah. Ugh— bisa tidak jangan membiacarakan hal-hal sensitif seperti ini.

"K-kau ini bicara apa!"

"Bagaimana kalau kita menyicilnya dari sekarang? kurasa taman ini cukup sepi untuk melakukan kau-tahu-itu-apa."

"PARK CHANYEOL BODOH! KAU PIKIR ANAK ITU APA? MANA BISA DICICIL!"

Keduanya berlari dengan Baekhyun yang mengejar Chanyeol.

.

.

.

"Tidakkah kau pikir ini seperti de javu?" Luhan membenarkan letak beanie-nya.

"Apanya?"

"Dulu kita pernah melakukan ini juga. Aku pernah menggunakan bando rusa dan kita jalan-jalan di taman bermain mencoba banyak makanan. Tidakkah kau pikir sekarang yang kita lakukan ini de javu?"

Sehun tersenyum mendengar ocehan Luhan. "Iya, dan dulu kita melakukan ini, bukan?"

Sehun mengeluarkan ponselnya dan menekan ikon kamera. Luhan yang mengerti, ikut berpose menyamai Sehun meski wajahnya jauh berbeda. Luhan yang tampak imut dan Sehun yang tak memiliki ekspresi. Tapi itu tak luput membuatnya kehilangan ketampanan.

Keduanya tertawa bersama saat melihat hasil jepretan Sehun. Sehun menyimpan ponselnya dan merengkuh pundak Luhan, membawanya menuju bangku dibawah pohon sakura itu. menikmati pemandangan beratus-ratus orang yang sibuk dengan pasangannya masing-masing.

"Aku ingin kita seperti ini sampai nanti. Apa menurutmu disana akan seindah ini?" Luhan menyandarkan kepalanya pada bahu Sehun. Membuat pengunjung lain memekik iri melihat keduanya. Luhan tersenyum bangga dalam hati, ia tahu bahwa ia amat beruntung mendapatkan laki-laki setampan Sehun.

"Kenapa kau bertanya padaku? Kau bahkan jauh lebih dulu bergabung dengan EXO. Tapi bagaimanapun, aku akan menjadikan hari-harimu seindah hari ini."

"Berhenti menggombaliku bocah ingusan."

Sehun terkekeh pelan, "Aku bocah ingusan yang tampan."

Keduanya terdiam menikmati hembusan angin sejuk yang menerbangkan helaian surai coklat milik Luhan dan blonde milik Sehun. Seolah seperti mimpi, apa yang telah mereka lewati. Takdir Tuhan yang benar-benar tidak bisa ditebak. Selalu indah bagaimanapun jalannya.

"Aku akan menikahimu."

Luhan terpaku mendengar penuturan singkat dari mulut kekasihnya. Mata itu masih terpejam damai seolah apa yang ia ucapkan tidak memerlukan degup jantung sekencang milik Luhan. kelopak mata seputih salju itu terbuka, onix hitam itu memandang teduh ke bola mata Luhan. menguarkan rasa cinta yang akan ia jaga sampai kapanpun.

"Aku akan meminta izin Kris-ge untuk menikahimu. Maaf jika aku tidak bisa membuat pesta mewah untukmu. Aku akan berjanji untuk menjagamu dan mencintaimu. Aku akan—"

"Cukup Oh Sehun. Kau membuatku sulit bernapas." Isakan pelan Luhan membuatnya tersenyum hangat. Ia sudah mendapatkan apa yang ia incar. Ia bahkan sudah mengorbankan hati kakak tersayangnya, ia tidak akan menyia-nyiakan Luhan seperti yang ia lakukan pada wanita-wanitanya dulu.

"Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu. Bukan mencintaimu karena aku membutuhkanmu."

.

.

.

Keadaan malam itu amat berbeda. Seolah sejuknya udara pagi ini menghantarkan kesejukan tersendiri untuk masing-masing hati. Dua orang yang sejak tadi disibukkan dengan resep-resep makanan kini datang menjadi penolong perut kelaparan. Jangan lupakan fakta bahwa Kai dan Sehun sudah berisik memukuli meja makan dengan sendok mereka hingga Kris terpaksa menyumpal mulut keduanya dengan kaos kaki.

Maklum saja, ini memang melewati batas makan malam yang seharusnya. Salahkan saja mereka masing-masing yang terlalu sibuk dengan kegiatan tadi siang hingga baru menampakkan kaki di villa sekitar pukul sembilan malam. Jangan tanya siapa yang belum mandi karena jawabannya adalah tak ada satupun yang mandi.

Kesemuanya sibuk dengan makanan dipiring masing-masing, kecuali Suho yang juga sibuk dengan ponselnya hingga Lay mendengus kesal. Sejak tadi siang makhluk kerdil itu mengacuhkannya. Kalau saja ia tega, ia tidak akan memberikan jatah makan Suho sampai besok pagi. Untung saja ia masih memiliki perikekerdilan.

"Taemin-ah, apa masakanku kurang enak?" Kyungsoo bersuara saat didapatinya Taemin hanya mengaduk makanan malas.

"Ah? Tidak— aku hanya sedikit lelah." Sanggahnya. Masakan Kyungsoo memang tidak ada kata tidak enak. Apa saja yang dihasilkan dari jemari mungil itu seolah makanan terlezat diseluruh dunia. Hanya saja hari ini ia seolah memiliki beban berat.

"Kau tadi pergi kemana? Maaf kami meninggalkanmu sendiri." Xiumin yang memang duduk disebelah Taemin mengusap pelan punggung itu. Ia sungguh-sungguh, ia merasa sungkan meninggalkan Taemin sendiri sedangkan yang lain berpasangan. Salahkan saja jumlah member yang ganjil.

"Aku hanya berputar-putar sebentar. Aku cukup menikmati hari ini, Ge. Aku tak apa."

Xiumin tersenyum sekilas lalu menikmati lagi makanannya. Terlalu sayang jika harus membuang makanan selezat ini.

Beberapa saat berlalu, semuanya memilih untuk langsung memasuki kamar. Ini sudah hampir pukul sebelas malam dan mereka benar-benar lelah. Tersisalah Kris dan Tao diruang tamu menikmati acara TV. Tao memaksa Kris untuk menemaninya menonton film. Ia tidak akan melewatkan film idolanya—Jackie Chan—barang sedetik-pun. Ia sudah lama bermimpi ingin menjadi sosok aktor yang mendunia itu.

Jarum jam terus bergerak, detik beralih ke menit dan begitu seterusnya. Kris cukup lelah hari ini hingga ia rasanya ingin sekali mencekik Jackie Chan atau apapun itu namanya hingga membuatnya tidak bisa tidur. Tapi sekali lagi ia mengurungkan niatnya, untuk mencekik Jackie Chan ataupun untuk memejamkan matanya, karena ia tidak akan bisa melihat tatapan serius Tao kalau bukan karena film itu.

Matanya terus menelisik bentuk wajah sempurna Tao dari samping. Mulai dari rambut hitam kelamnya yang terlihat sangat lembut, alis tegasnya, mata tajamnya, lingkaran hitam yang membuatnya semakin terlihat imut, hidung mancungnya, pipi yang sering merona itu, belum lagi bibir kucing yang selalu tersenyum lucu. Bagaimana tipisnya bibir itu yang seolah mengundang untuk dikecup. Ah— Kris ingin merasakan yang lebih ketika matanya beralih ke leher jenjang milik tao. berterimakasihlah pada kaos v-neck yang Tao kenakan karena itu membuat leher jenjangnya terekspos jelas. Ia ingin menggigit dan meninggalkan bekas merah keunguan untuk memberitahu dunia bahwa Tao adalaha milik—

"Ge? K-kenapa kau memandangiku seperti itu?" Kris menggaruk tengkuknya salah tingkah saat ia ketahuan mencuri pandang.

"T-tidak. Apa filmnya sudah selesai? Ayo kita tidur!"

Tao mengedipkan matanya imut. Lalu mengangguk pelan.

Keduanya kini didalam kamar, diatas kasur. Berdua. Catat itu. Kris merutuki otaknya yang berpikir terlalu berlebihan hingga kini, berterimakasihlah, sesuatu dibawah sana bekerja.

"Kris-ge~"

Tao hanya mempoutkan bibirnya saat Kris hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas. "Gege! Badan Tao gatal~ tao mau mandi."

Kris menahan napasnya saat pemikiran lain mendadak memenuhi otak mesumnya. Mereka berdua kini seperti pasangan suami istri dimana sang istri pergi mandi dan sang suami menunggunya di ranjang. Setelah itu mereka akan—

"Gege!"

Kris tersentak, sekali lagi merutuki otaknya. "Mandilah, Tao-er."

"Uhm— Kris-ge, begini— Tao— ini kan sudah jam 1 malam, Tao— tidak berani mandi sendiri. Bagaimana kalau Kris-ge menemani Tao mandi?"

Dan demi uang yang amat di agung-agungkan oleh Tuan Crab, ia ingin sekali bergelinding sampai ke Seoul lagi. Begini, jika kau sedang berpikiran mesum tentang seseorang dan secara tiba-tiba orang itu mengajakmu mandi bersama, apa yang akan kau rasakan? Oh sungguh Kris semangat sekali malam ini. Tapi tunggu— ia hampir saja lupa kalau orang itu adalah Tao. si polos Tao. beranikah ia menjamah pria jelmaan bocah tiga tahun itu?

Kris menghembuskan napas, "Baiklah, ayo."

.

.

.

Keduanya terdiam didalam bathup sesaat setelah mereka melepaskan bajunya. Tolong ampuni Kris jika ia tidak bisa menahan diri. Ia membasahi dirinya, berharap otaknya juga ikut bersih seperti air. Demi masakan lezat Kyungsoo, ia tidak akan bisa menahan lebih lama lagi melihat tubuh Tao tersaji dihadapannya.

Tuhan ampuni Kris yang kini sudah dengan lancangnya memulai pergumulan mereka. Mengecup, menjilat, menjamah seolah menjadi perpaduan sempurna malam itu.

Kris tersentak ketika bibirnya mengecup daerah tulang sum-sum Tao. tangannya seolah bergetar hebat hingga kini ia memundurkan tubuhnya tidak percaya. Dipunggung halus itu, sesuatu bercahaya. Sesuatu berwarna merah pekat seperti darah yang membentuk jam pasir. Sesuatu yang selama ini ia cari—

"K-kenapa, Ge?"

Tao menyadari sesuatu dipunggungnya itu bercahaya. Ia membalikkan tubuhnya dan menutup tanda itu. ia menggeleng pelan dengan air yang sudah menggenang dipelupuk mata. Ia yakin Kris takut melihat tanda menyeramkan itu hingga kini pria yang ia amat kagumi memundurkan tubuhnya.

"Gege— Tao bisa jelaskan. Ini hanya tanda lahir biasa. Gege. Tao mohon jangan jauhi Tao hanya karena ini. Jangan seperti teman-temanku yang lain. Tao mohon, Ge." Isakan itu seolah mengembalikan kewarasan Kris. Ia merengkuh tubuh telanjang Tao dalam dekapannya.

Kris terdiam, ia amat sangat bingung sekarang. bagaimana bisa dua orang memiliki tanda yang sama. Setahunya bahwa hanya ada 12 orang yang memiliki tanda seperti itu ditubuhnya. "Iya, kau harus menjelaskan semua ini padaku, Huang Zi Tao."

"A-aku sudah mendapatkan tanda ini sejak aku lahir. Aku juga tidak tahu kenapa tanda ini dapat menyala. Aku juga tidak tahu kenapa warnanya seseram itu. Gege jangan jauhi aku."

"Aku tidak akan menjauhimu asal kau jujur padaku. Adakah keanehan dalam dirimu?"

Cukup lama Tao terdiam. Keadaan menjadi jauh lebih hening dari sebelumnya. Mereka berdua seolah melupakan fakta bahwa tadi keduanya berusaha mendaki puncak kenikmatan bersama.

"—Aku dapat menghentikan waktu."

Kris menahan napasnya mendengar penuturan Tao. ia memejamkan matanya lelah. Ada dua orang yang memiliki tanda yang sama. Tidak mungkin keduanya adalah sang pengendali waktu. Itu bisa terjadi kalau satu diantara mereka— membohonginya.

Kris membuka matanya, menatap tajam Tao yang kini dihadapannya. "Tunjukkan padaku, maka aku akan berjanji tidak akan menjauhimu sampai aku mati."

Tao terdiam mencari cara, "Aku akan mengembalikan ke waktu dimana kita berciuman tadi siang."

.

.

.

Kris terdiam menatap dimana ia berada sekarang. Tao benar-benar membawanya kembali ke keadaan dimana mereka berciuman mesra tadi siang. Tao benar-benar dapat melakukan ini, berarti Taemin-lah yang membohonginya. Ia benar-benar harus meluruskan ini semua.

"Kita kembali lagi, Tao."

.

.

.

Kris memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Ia sudah tahu seperti ini jadinya jika orang yang bukan pengendali waktu ikut menjelajah waktu, maka kepalanya akan seperti terpukul kayu.

"Gege baik-baik saja? Maafkan Tao."

Kris mengecup bibir kucing itu, "Tak apa. Kau mau melihat sesuatu?"

Tao menatapnya bingung. Kris tersenyum memaklumi, "Lihat ini." Kris menunjukkan lambang naganya, "Aku adalah pemimpin kalian. Aku sama sepertimu, Tao-er. Aku bisa terbang dan mengeluarkan api."

Tao menganga lebar mendengar penuturan Kris.

"Baekhyun, Luhan dan yang lainnya, sama sepertimu juga. Sekarang kita harus beranjak dan memberitahu mereka agar semuanya selesai."

.

.

.

Kris dan Tao berdiri di depan pintu kamar Taemin. Kris menyuruh Tao menunggu di luar sedangkan kini ia menghampiri Taemin yang terlelap. Ia mengusap rambut hitam Taemin pelan, hingga sang empu merasa terganggu dan membuka matanya.

"Malam, Taemin-ah."

"K-kris— kenapa kau ada disini?"

"Untuk mencari kebenaran. Tunjukkan padaku bagaimana kau mengendalikan waktu."

Taemin menahan napasnya. Ia sudah yakin malam ini akan datang cepat atau lambat. Waktu dimana Kris akan menyadari kejanggalan dalam dirinya. Tapi sungguh, ia belum siap untuk menghadapi amarah Kris. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kris— ini sudah malam. Tidak bisakah besok pagi saja?"

"Besok pagi? Apa yang akan menjadi jaminanku bahwa kau tidak kabur malam ini?"

Lagi, Taemin tersentak dan menahan napasnya. Kris bahkan tahu apa yang ia rencanakan. Bukankah Mind Controller adalah Luhan?

"Apa tujuanmu membohongiku?"

"A-aku tidak membohongimu, Kris. Aku hanya—"

"KAU BENAR-BENAR CARI MATI DENGANKU!"

Beberapa menit kemudian, Tao dan seluruh member EXO datang menghampiri Kris yang kini sukses mencekik Taemin.

"KRIS! APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH!" Luhan menarik tangan Kris dan Lay dengan sigap menarik Taemin menjauhi Kris yang sudah diambang batas amarah. Ia sudah cukup terkejut dengan teriakan kencang Kris.

"Kau bilang apa yang kulakukan?" ia memandang Luhan tidak terima. Pandangannya kini beralih ke Kai, "Kim Jong In, tanya pada temanmu apa yang sudah dia lakukan!"

"Taemin-ah, ada apa?"

Taemin menunduk takut. Badannya bergetar hebat. Ia tidak membayangkan akan semenyeramkan itu amarah Kris. "Aku—"

"Dia bukan pengendali waktu, dia membohongi kita."

Semuanya terdiam ditempat. Lay melepaskan tangannya dari tubuh Taemin dan membiarkan tubuh itu merosot begitu saja ke lantai.

"Tao adalah pengendali waktu yang asli, aku sudah membuktikannya beberapa saat yang lalu. Tao, tunjukkan tanda milikmu."

Tao menurut, ia sudah cukup syok mengetahui amarah Kris sebesar itu dan ia berencana mengikuti saja apa yang Kris ucapkan. Semua mata membelalak melihat tanda merah pekat di punggung Tao.

"Aku seharusnya sadar dari awal bahwa tanda yang asli semerah darah, bukan hitam." Kris melepaskan tangan Luhan dan Chanyeol dari tubuhnya.

"Kenapa kau melakukan ini, Taemin?" Kyungsoo menatap sendu ke sosok yang kini meringkuk di lantai. Ia sudah mencoba menerima kehadiran Taemin di antara mereka tapi kini ia baru sadar kalau ditipu habis-habisan.

"Aku ingin menghancurkan hubunganmu dengan Kkamjong. Aku— tidak rela orang yang mencintaiku kini melupakanku. Aku benci fakta bahwa orang yang berjanji untuk mencintaiku sampai mati kini membuka hatinya untuk orang lain. Aku sudah cukup tersakiti karena Minho-hyung lebih memilih Sulli dari pada aku. Aku akan merebut milikku darimu."

Kris menggeram marah. "BRENGSEK KAU LEE TAEMIN!"

.

.

.

TBC wkwkkwkwk

Preview Last Chapter:

"Kau mabuk, Kim Jongdae."

"Aku akan membelikannya untukmu."

"Mencintaimu adalah hal terindah yang kulakukan."

"Setiap kisah memiliki akhir yang bahagia."

.xxx.

Balasan Review:

hijkLEETEUK: iya itu tatto, Taemin sengaja buat tatto itu.

ChangChang: author sibuk ;A; demi apa beneran sibuk kok gak sok sibuk /?

GotchaCode: wkwkwkkwkw emang jinan. Maklum author penggemar film itu -_-

Yoonkie: owe sibuk mbak sibuk -_- tugas sekolah kan banyak wkwk.

Niel Hill: Chanbaeknya udah tuh diatas, gimana? Kurang? Wkwk kalau extra chapter gimana yaaaaaaa... umh... engga ah /plak/ wkkw kalau buat squel kemungkinan besar engga akan di buat hehe.

PandaCherry: iya sumpah author stress masalah school life mereka gimana wkkwk yaudah di stopin gitu aja -_- belum terlalu berbakat bikin yang rumit sih maaf ya~ ga ada war -_- bingung bikinnya gimana. Yakali yang terbang-terbang kayak di channel ikan terbang gitu kan gak banget.

Big Thanks To:

Kim soo jong, hijkLEETEUK, loveHEENJABUJA, opikyung0113, LeeYeon, army1004, sydmooo, Thousand Spring, 12Wolf, Hwang Yumi, sfsclouds, ryocchi, AmeliaShim, shinta lang, anisa r ramadhani1, zhe, ChangChang, junghyema, GotchaCode, yoonkie, kim jongsoo, fykaisoo, kaisoo13, futari chan, ajib4ff, Yurako Koizumi, Jung Eunhee, XoUnicornXing, Brigitta Bukan Brigittiw, Bacom ExoStan, Niel Hill, Crayson, leedongsun3, xelo, Kim Chan Soo, SeulByul, Guest (1), Dugundugun, 20Gag, ia, xoxory, Lee Hyo Na, Guest (2), HunHan's Real, Fujoshii G, Geobi, Jung Unn Soo, exxio baby, chiquitachika, kyeoptafadila, syafasalsabila67, WinterHeaven, Kimhyera96, Park Ri Rin, Michelle Chai, andini taoris, Rei Fujoshi Official Couple, PandaCherry, flowerdyo Kyungsoo, Guest (3), Guest (4), Park Byun Joon, Guest (5).

HARAP BACA!

Hehehehhe /ga/ gini author mau jelasin masalah hubungan KRIS-KYUNGSOO-CHANYEOL, jadi mereka itu ga ada hubungan spesial atau hubungan darah gitu ya. Disini author bikin Krisyeol sayang Kyungsoo itu murni buat nunjukkin kalau persahabatan mereka di Real Life juga gitu. Author mau mengedepankan dan menonjolkan persahabatan member EXO. Terimakasih/?

Well, maaf kalo moment couplenya kurang sweet :( karena sumpah demi uang suho yang begitu banyak, auhtor bukan tipe orang romantis. Lebih ke cuek sebenernya. Jadi maaf banget. Dan untuk tiga couple lainnya akan author sambung chap depan.

Terimakasih untuk yang review.

Selamat bertemu di akhir chap^^

Author sayang kalian~

Sign,

EXOolfeu.

_yooda