Halo minna-san, selamat datang di rumah (cerita) saya. Saya author baru di fandom naruto. Jadi minta bantuannya ya!

Saya pindah gara-gara kok kayaknya fanfic saya gak ada yang nge-revew, karena kan saya juga butuh saran untuk tulisan saya. Dan juga sekarang saya mulai suka dengan fanfic naruto *peluk naruto* atau lebih tepatnya ke arah pasangannya *lirik hinata*-plak-.

Kok gue malah curhat. Langsung aja.

Desclaimer : Karakter milik Masashi Kishimoto

Rated : T

Genere : adventure

Warning[!] : Thypo[s], OOC, AU

Story by Aftu-kun

Dark sun and Moon Light

Matahari yang mulai muncul dari arah timur mulai menyinari sudut kota. Bangunan tinggi yang menjulang tinggi. Dan mempunyai banyak corak yang mengandung nilai seni, menjadi terlihat seperti kota kuno. Meskipun banyak bangunan juga district di Konohagakure.

Suasana yang masih asri. Pohon menjulang tinggi dengan warna daun hijau gelap dan beberapa pohon pinus di tepi jalanan.

Terlihat anak kecil berambut kuning jabrik berlari ke arah kamar mandi. Sambil mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang membawa beberapa peralatan mandi di ember kecilnya.

Dengan rambut kuning jabriknya yang masih basah karena mandi. Tidak biasanya dia mencuci rambutnya di pagi hari mungkin karena sekarang adalah hari special untuknya. Hari yang di tunggu selama beberapa bulan ini.

Anak kecil itu langsung masuk ke kamarnya. Sembari menyampirkan handuknya di belakang pintu. Dia mengambil beberapa pakaian yang akan di gunakan kegiatan pagi ini. Sekarang dia berdiri di depan cermin dengan senyuman lebarnya.

Dia memakai kaos hitam dan di lapisi dengan rompi oranye cerah. Dan juga terusan celana senada dengan rompinya ditambah garis putih dan biru di lutut sebelah kanan. Dan tak lupa memakai gelang berwarna putih yang di berikan oleh pihak sekolah yang menandakan bahwa dia seorang murid.

"Yosh! Aku harus bersemangat karena hari ini adalah hari special." Anak itu langsung menutup pintu apartemennya yang sebelumnya dia sudah mencuci piring yang menumpuk setelah sarapan.

-[ ftu]-

Hiruk pikuk terlihat di sebuah ruangan besar. 'tok..tok..tok..' seorang berambut putih panjang dengan beberapa garis warna merah di wajahnya menggetokkan palu kayunya di lingkaran yang terdapat di meja.

"BIsakah kalian senyap!" ucapnya keras dan tegas. Seketika itu ruangan senyap kembali. "Ehem.. berarti sudah diputuskan bahwa dialah yang terakhir sebagai obyek kita" sambil mengambil botol minuman di depannya dan meneguknya.

"Jiraya bisakah kau sopan sedikit" ucap seorang perempuan berambut pirang pucat dan memakai baju hijau yeng sedikit kebesaran ditubuhnya.

"Hm?" yang dipanggil Jiraya pun menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya. 'Jduk' satu pukulan tepat mengenai kepala berambut putih itu.

"Apa yang kau lakukan Tsunade?" Jiraya menggosok-gosok kepalanya yang benjol karena di pukul oleh wanita di sampingnya.

"BIsakah kau lebih sopan sedikit. Sekarang masih rapat belum waktunya istirahat bodoh." Tsunade mulai kesal dengan tingkah laku suaminya yang tidak menghargai orang lain. Apa di kira kami semua tidak haus? Kami semua menahan haus dan kau malah meminum air di waktu rapat dasar suami bodoh batin Stunade kesal.

Yah, seperti inilah suasana yang sering dilihat para peserta rapat. Pertengkaran kedua pemimpin mereka yang sudah menikah tapi masih banyak masalah. Yang biasanya diakhiri dengan benjolnya kepala Jiraya.

"Sudahlah sekarang cepat kau bubarkan rapat ini!" suruh Tsunade yang mulai naik darah karena alasan-alasan yang tidak masuk akal. Seperti 'kalau aku tidak minum aku nanti dehidrasi dan mati'. Tsunade sudah bosan dengan ocehan suaminya yang tidak jelas.

"Oke..oke.. Dan sekarang rapat di bubarkan". Dan kemudian terdengarlah suara ketokan palu kayu seperti tadi. Dan langsung saja semua peserta rapat keluar dari ruangan itu.

Tsunade dan jiraya yang masih duduk di singgasananya. Tsunade mulai menatap suaminya dengan serius. "Apa kau yakin dengan pilihan terakhirmu?". Sekarang Jiraya dan Tsunade berhadapan.

"Aku yakin dengan pilihanku, apa kau ragu?" Jawabnya tegas dan diakhiri dengan tanda Tanya besar. Jiwa kepemimpinannya keluar.

"Tidak, aku tidak akan ragu dengan pilihanmu. Karena aku percaya padamu"

-[ ftu]-

"Terima kasih guruku…"

"nanananana"

Setelah lirik terakhir dinyanyikan terdengar semarak tepuk tangan dari penonton yang melihat penampilan dari murid TK Konoha.

Hari ini adalah hari perpisahan yang diadakan oleh TK Konoha. Semua wali murid datang kesini untuk melihat kelulusan anaknya. Dan yang membuat tambah ramai ialah datangnya Hokage Ke-tiga yaitu Hiruzen Surotobi.

Banyak paparazzi yang datang di acara kecil-kecilan TK Konoha itu. Yang menjadi pusatnya tak bukan dan tak lain adalah Hiruzen Surotobi. Hokage ke-tiga kota Konohagakure.

Hokage datang untuk melihat kelulusan dari cucu angkatnya. Dia adalah Naruto. Anak kecil yang sedang menerima gulungan kelulusan dengan cengiran khasnya. Anak kecil yang mayoritas bajunya berwarna oranye. Dan memiliki tiga garis di setiap pipinya.

.

Setelah acara selesai Naruto celingak-celinguk mencari seseorang yang dianggapnya kakek. Mata birunya menagkap seseorang berdiri di belakang bangku penonton menggunakan jas berwarna hitam dan juga rambutnya sudah memutih.

"Kakek!" Naruto berteriak sambil melambaikan tangannya kearah kakeknya Hiruzen Surotobi. Sang kakekpun menoleh ke arah sumber suara.

Surotobi berjalan ke arah Naruto sambil bergumam "Di sana rupanya."

"Kek sekarang aku menagih janji yang di berikan kakek" ucap Naruto seraya melepas topi khas kelulusan.

"Janji yang mana?" Surotobi mencoba menggoda cucu angkatnya dengan pura-pura lupa.

"Jangan bilang kalau kakek lupa?" Naruto agak kecewa ketika mengetahui bahwa kakeknya lupa akan janjinya.

"Tidak, kakek tidak akan lupa dengan janji kakek" seketika itu Naruto langsung melompat ke gendongan Surotobi.

Mereka berdua menuju mobil –Naruto di gendong Surotobi- berwana hitam. Seketika itu mereka berdua melesat dengan kecepatan tinggi ke arah tengah kota.

.

"Kek aku mau es krim rasa coklat" sambil menunjuk gambar yang ada di depan toko es krim.

"Oke.. sekarang kita masuk dulu di luar hawanya sangat panas" mengingat besok adalah musim panas mereka berdua langsung masuk ke toko es krim yang sudah ada pendingin ruangan.

"Setelah ini kakek akan mengajakmu ke toko bunga dahulu. Ke paman Inoichi" sambil meminum jus strawberry-nya.

Surotobi mengambil tisu yang ada di depannya dan mengusap sisa es krim di sekitar bibir merah naruto. Naruto hanya membalasnya dengan tersenyum seperti biasanya.

Setelah membayar ke kasir. Mereka berdua pergi ke arah tempat parkir dan mengemudikannya mobil hitam ke toko bunga keluarga Inoichi.

"Paman aku mau pesan buket bunga mawar dengan bunga matahari" Inoichi yang mengetahui pesanan seperti biasanya langsung merangkai bunganya menjadi sebuah buket yang indah.

"Terima kasih, paman" ucap naruto seraya meninggalkan toko bunga keluarga Inoichi.

.

Di sinilah mereka berdua. Sekarang mereka sedang berada di sebuah pemakaman umum konohana. Naruta yang tadi membawa dua buket bunga langsung menaruhnya di atas makam yang bertuliskan 'Minato Namikaze' dan 'Uzumaki Kushina'.

Ayah dan ibu Naruto mati dengan sebab yang tidak begitu jelas. Karena mayat mereka belum di temukan sampai sekarang. Jadi yang ada di dalam makam hanyalah sebuah peti kosong. Itu ialah kenyataan pahit yang harus diterima oleh Naruto.

"Ayah.. Ibu.. hari ini Naru datang bersama kakek" sambil menatap Surotobi yang ada di bawah pohon sakura. Menunggu. "Sebenarnya Naru ingin sekali waktu kelulusan Naru ada Ayah dan ibu yang melihat Naru bernyanyi di panggung" Naruto kecil mulai menangis tak bisa menahan hatinya yang haus akan kasih sayang orang tua."Naru juga ingin ada yang menyambut Naru di rumah agar Naru tidak merasa kesepian".

Naruto memang hidup sendiri di apartemennya. Sebenarnya naruto pernah ditawari untuk satu rumah dengan kakek angkatnya tapi dia tak mau. Karena takut mengganggu aktifitas kakeknya yang mengingat bahwa kakeknya seorang Hokage.

"Naru ingin merasakan tangan besar ayah" Naruto sekarang meletakkan kepalanya di atas nisan ayahnya. "Tahukah ayah kalau Naru biasanya di olok-olok oleh teman Naru kalau Naru anak tidak jelas, gara-gara tidak punya orang tua" Air bening nan suci itu mengalir dari matanya. Hatinya terasa tersayat ketika dia diolok oleh temannya sendiri kalu dia anak tidak jelas.

Naruto hanyalah anak kecil yang haus akan kasih sayang dan cinta orang tua. Dia tidak pernah menangis di depan kakek angkatnya. Meskipun masih kecil Naruto sudah tidak ingin menyusahkan orang lain.

Sekarang Naruto berpindah ke batu nisan ibunya. "Ibu Naru ingin merasakan masakan ibu dan yang terutama pelukan ibu" dan sekarang tumpahlah air yang sudah di bendung Naruto sejak dulu. Kehangatan yang ingin dirasakannya selama lima tahun dia hidup.

Setiap tahun Naruto memang mempunyai jadwal untuk berkunjung ke makam kedua orang tuanya. Tapi baru kali ini dia mengajak arang luar. Karena memang dia tak tahu siapa orang tuanya. Di apartemennya tidak ada foto orang tuanya sama sekali. Bahkan bukti kelahirannya 'pun tak ada.

Sebelumnya Naurto sudah pesan ke kakeknya untuk menunggu di bawah pohon tak jauh dari makam orang tua Naruto. Agar kakek angkatnya tidak melihatnya menangis dan mengeluarkan keluh kesahnya yang ia alami di sekolahnya.

Setelah membersihkan air matanya, Naruto memanggil kakeknya.

"Kakek!". Surotobi yang selesai menelpon dengan orang penting langsung menoleh ke Naruto.

"Ayo ke sini!" pintanya dengan manja. Surotobi langsung memasukkan kemabali ke dalam saku jas-nya dan berjalan tenag ke arah tempat naruto duduk memeluk nisan orang tuanya.

Naruto langsung berdiri dan menggaet tangan kakeknya. Naruto melepaskan pegangan tangannya tepat di tengah tengah antara makam orang tuanya Naruto.

"Sekarang Naru ingin mengenalkan kakek ke-kedua orang tua Naru" pintanya sambil tersenyum hangat.

Kakeknya langsung terkekeh kecil melihat tingkah lakunya.

Surotobi yang tadi berdiri sekarang duduk menghadap kedua batu nisan orang tua Naruto. "Perkenalkan namaku Hiruzen Surotobi" Surotobi mengambil nafas dan mengeluarkannya. "Tenang saja anak kalian pasti akan ku jaga. Dia anak yang baik yah meskipun sedikit berisik" Naruto mengerucutkan bibirnya dia tidak suka dibilang berisik.

"Oke, waktunya kita pulang Naruto" seraya menggandeng tangan Naruto. Sekarang memang hari sudah hampir malam. "Oke kek" jawabnya sambil tersenyum dengan mengusap mata. Mungkin karena lelah menangis.

.

Sekarang Naruto sudah berada di dedepan apartemennya. "Terima kasih kek karena sudah mengantarku". Surotobi yang ada di belakangnya hanya mengangguk. "Kalau begitu kakek pulang dulu ya. Selamat malam Naruto" ucap Surotobi setelah mencium dahi Naruto. "Selamat malam juga kek"

'Blam' ditutupnya pintu kayu apartemennya yang membuat gaung di apartemennya. Di apartemen Naruto hanya ada empat ruangan ruangan yaitu ruang tamu, kamar mandi, dapur dan kamar tidur. Semua biyayanya hidup di tanggung oleh kakeknya.

Naruto keluar dari kamar mandi setelah melakukan kebiasaan sebelum tidur. Di tatapnya jam dinding "Jam sepuluh" gumamnya. Sebelum masuk ke kamar mandi Naruto mematikan semu lampu yang tidak di gunakan.

Saat dia masuk ke kamar tidur di merasa tidak enak. Di tepisnya perasaan yang mengganggu hati. Tapi tiba tiba dia merasa kalau leher blakangnya tertusuk sesuatu yang membuat pendangannya mengabur.

Dan 'grep' seorang berbaju hitam langsung menangkapnya. 'orang' itu mencabut jarum yang di lemparkan ke arah Naruto tadi. Sekarang 'orang' itu keluar dari apartemen naruto melalui jendela dan menuju ke suatau tempat yang jauh.

Yosh! akhirnya selesai juga. Sebenarnya ini mau aku jadiin prolog. Tapi karena aku gak ngerti caranya dan inilah hasilnya.

Haduh sepertinya ending akhir cerita chepi ini sedikit saya paksakan. Karena kalo saya jadiin satu fic nanti jadi nggak penasaran lagi.

Oiya, saya juga mau pesen minta revew atau saran, untuk setiap bagian akhir chepi yang bagus agar yang baca penasaran gimana?

Baguskah? Jelaskah? yah terserah anda saya harap anda merevew memberi saran dan falme juga nggak apa-apa kok.

Terima kasih telah berkunjung dan membaca.

ftu

R

E

V

E

W

II

V