Yunho terlalu sibuk dengan pekerjaannya menarik para investor untuk proyek mobil limitide edition yang akan ia produksi. Hal ini pun menjadi pembicaraan panas bagi para investor dalam negeri. Sayangnya, banyak tanggapan pesimis yang pria itu dapatkan. Begitupun enginer nyentrik yang sulit dibujuk itu. Terakhir kesana ia harus menunggu berjam-jam, untuk menunggu sang enginer bermain rumah-rumahan dengan putrinya yang masih berumur 5 tahun itu. Jalannya tidak semulus yang ia bayangkan.
Seorang pelayan menawarinya wine. Yunho menerimanya sambil tersenyum. Matanya mencari seseorang disekeliling. Mencari sosok pria kaya, seorang investor yang baru saja mengubah kewarganegaraanya. Disebelahnya, Yoochun berbisik agar ia mengarahkan pandangan ke sebelah kanan. Siwon baru saja datang bersama Jaejoong dan seorang pria asing bertubuh tinggi-kurus seperti batang korek api. Siwon berbasa-basi dengan seorang wanita seumuran dengannya, Ketua asosiasi Miss Korea. Wanita bergaun hitam itu, terburu-buru menghampiri Siwon ketika pria kaya itu datang. Selalu ada sambutan kehormatan untuk orang sukses macam Siwon. Wanita itu terlihat sekali ingin menjadikan Siwon investor untuk asosiasinya, seperti Donal Trum, investor asosiasi Miss Universe.
Yunho menunggu waktu yang tepat dan ketika Jaejoong tanpa sengaja menoleh kearahnya, Ia pun langsung tersenyum dan menghampiri.
"Apa kabar, Mr. Andrew?" Sapa Yunho sambil membungkukkan badan. Siwon langsung menoleh. Membungkukkan badan sedikit.
"Apa kabar." Jawab Siwon. Wajahnya terlihat sangat happy dan bersahabat. Berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu.
"Apa kabar Jae?"
"Apa kabar." Jawab Jaejoong.
"Tidak aku sangka kau mengenal Yunho-ssi, Mr. Choi." Ujar wanita ketua asosiasi miss korea itu.
"Oh, dia adalah teman istriku." Ujar Siwon. Wanita itu terlihat terkejut mengetahuinya dan melihat Yunho sambil menganggukkan kepala. Entah apa yang dipikirkan wanita itu.
"Wah, beruntung sekali kau bisa berkenalan dengan Nyonya Choi." Ujar wanita itu yang ditanggapi dengan tawa dari mereka. Kenyataanya, Kibum bukanlah seorang Nyonya. Mereka berbasa basi sampai wanita itu kemudian pergi menyambut tamu lain di acaranya.
Tinggal mereka berlima. "Aku tidak menyangka bahwa aku adalah orang terakhir yang kau temui." Ujar Siwon tiba-tiba. Siwon sudah tahu gosip Yunho yang menawarkan kerja sama pada beberapa investor terkait masalah proyek mobil limited edition miliknya.
Yunho hanya tersenyum. "Apa kau tertarik untuk menjadi investornya?"
"Mungkin. Berikan saja proposalnya pada James." Ujar Siwon. Ia menunjuk pria kurus-tinggi disampingnya.
Yunho terlihat terkejut bukan main tetapi tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya yang besar.
"Jangan senang dulu. Aku melakukannya untuk Kibum. Anggap saja sebagai balas budiku pada orang tuamu. Berapa banyak yang kuberikan tergantung pada presentasimu." Ujar Siwon berbisik. Kemudian beberapa orang datang menghampirinya. Mereka berbasa-basi. Jaejoong kembali tersenyum kearah Yunho dan memutuskan untuk mengikuti pria itu dari pada mengekori Siwon seperti bebek seperti kemauan Kibum yang mengaku jengah melihat Jaejoong dirumah.
"Jadi, kau akan membuat mobil mewah itu?" Tanya Jaejoong sambil memasukkan kue kering ke mulutnya. Mereka berdua mendekati meja saji.
Yunho meneguk Wine-nya. "Tentu saja. Aku yakin ini dapat menghasilkan keuntungan besar."
Jaejoong mengangguk.
"Apa kau ingin berinvestasi?" Tanya Yunho menggoda.
Jaejoong mendengus. "Aku tidak punya uang. Pria galak itu tidak pernah memberikan sepeserpun uang untukku." Ujar Jaejoong sambil menyinggung-nyinggung Kibum. Jaejoong pun mengambil wine dari pelayan yang kemudian dihalangi oleh Yunho.
"Aku rasa ibumu tidak akan senang jika tahu." Ujar Yunho. Ia pun mengganti minuman itu dengan jus jeruk. Jaejoong hanya memutar bola matanya. Yunho tidak tahu jika Kibum ahli dalam minum dan Jaejoong belajar minum dari ahlinya.
...
Siwon dan Jaejoong pulang jam dua pagi. Kepulangan mereka disambut oleh butler Park. Jangan tanyakan Kibum dimana. Pria Korea itu pasti sudah tidur. Siwon berjalan ke kamar mereka. Ia menggantung mantel dan jasnya lalu meletakkan tas kerja di meja dekat jendela. Ia melihat Kibum tidur pulas diranjang. Warna merah bed cover sangat cocok dengan tubuh Kibum. Terlihat menggoda dan membakar gairah. Siwon menggulung lengan kemejanya dan berdiri di depan ranjang. Matanya tidak henti memandangi tubuh Kibum yang terbalut kaos putih tipis dan celana panjama. Pria Korea itu tertidur dengan posisi miring dengan bokong yang terangkat keatas. Siwon bertolak pinggang. Otak kotornya membayangkan jika Kibum tanpa busana. Aish!
Siwon mulai bergairah. Ia naik keranjang dan memeluk Kibum dari belakang. Ia kecupi belakang telinga sampai leher suaminya. Sesekali menjilat, juga mengigiti. Tangannya pun tidak hanya diam. Tubuh mulus itu terasa lembut dan kenyal seperti bayi ditangan Siwon. Kibum mengerang terganggu. Dengan mata sayu, Kibum melihat Siwon.
"Kau sudah tidur yah?" Tanya Siwon basa-basi. Ia hanya ingin berbasa-basi agar Kibum bangun dan melayaninya berolahraga. Olahraga menurut versinya.
Kibum yang terlalu lelah hanya menggumam dan kemudian tidur kembali.
Siwon kembali melakukan aksinya, semakin bersemangat membuat Kibum bergairah. Akhirnya, mau tidak mau, Kibum terbangun dan mendapati dirinya tengah telanjang bulat.
"Kau sudah tidur yah?" Kembali Siwon bertanya. Kibum diam tak menjawab. Beberapa saat mereka berpandangan, Siwon akhirnya tersenyum dan mulai melanjutkan aksinya karena Kibum sepertinya memberi izin.
...
Jaejoong sedang memakan sarapannya dimeja makan. Siwon baru saja turun dan langsung duduk di kursinya. Daddy-nya terlihat segar akhir-akhir ini, setelah pertengkaran orang tuanya minggu lalu. Beberapa saat kemudian, Kibum menyusul. Terlihat terburu-buru sambil mengancingkan kemeja putihnya dimeja makan.
"Aku terlambat. Hari ini aku akan ke Nami Island. Jaejoong, mana kartu visaku?" Tanya Kibum sambil mengulurkan tangannya pada Jaejoong.
"Kau tidak bilang kau mau pergi." Ujar Siwon
"Kau tidak tanya!" Sahut Kibum ketus.
Siwon mendengus kemudian pergi tanpa sarapan dengan jengkel. Kibum langsung mengutuk ucapan ketusnya tadi. Sial! Siwon kembali marah.
"Siwon! Hei, aku lupa mengatakannya. Jangan marah. Aku hanya bercanda." Kibum terburu-buru mengekori Siwon keluar sambil mengeluarkan suara manja yang menjijikan.
Jaejoong merinding mendengar suara Kibum sambil memegangi kartu visa milik mommy-nya, 'Mereka kenapa?'
...
Hari ini sekolah Jaejoong luar biasa sibuk. Efek dari ajang pencarian bakat yang akan ditayangkan oleh televisi swasta, membuat seluruh siswa berlatih seharian disekolah. Ruang musik penuh setiap jam istirahat dan pulang sekolah. Jaejoong memang tidak berniat ikut ajang pencarian bakat. Untuk apa? Keluarganya kaya raya. Kaya tetapi tidak populer. Mungkin ini bisa menjadi kesempatan untuknya mencari teman. Akhirnya Jaejoong pun memutuskan untuk ikut dalam ajang bakat itu.
Tetapi apa yang ia bisa? Tidak ada! Hanya mengirit uang jajanlah yang ia tahu.
Dari informasi diinternet, pemenang ajang bakat yang sudah berjalan tiga season itu adalah penyanyi solo, boyband, dan girlband. Jaejoong berkesimpulan dia harus bisa menyanyi dan menari sebagai kemampuan dasar untuk memenangi kontes. Ia langsung melesu memikirnya. Kedua kemampuan itu sama sekali tidak ia miliki. Mengambil les menari dan menyanyi tidak akan menghasilkan apapun karena seleksi akan diadakan satu bulan lagi.
Changmin sih enak, Suaranya bagus dan pemuda itu mahir memainkan alat musik. Ia akan lolos seleksi pertama. Jaejoong berkaca dicermin kamarnya dan terkagum-kagum mengaggumi wajah serta tubuhnya. Menurutnya ia sangat sexy. Digulungnya kemeja sekolah yang ia kenakan sampai ke ketiak. Lengannya ia lekuk sampai otot bisepnya yang kecil keluar. Tanpa sadar ia tertawa sendiri dan melupakan persoalan ajang pencarian bakat itu. Dasar ABG!
...
Esok harinya, tanpa diketahui oleh Kibum, Jaejoong mengambil les nyanyi selesainya ia les piano. Setiap malam, ia selalu keluar diam-diam dari rumah. Untungnya, Kibum dan Siwon juga sedang sibuk dengan masalah rumah tangga mereka. Menyanyi sangat sulit baginya. Baru tiga puluh menit ia berlatih, tubuhnya sudah berkeringat seperti sehabis lari maraton. Kerap beberapa kali ia habis dimarahi oleh sang guru karena selalu salah nada. Berbeda dari miss Rey yang sangat sabar dan telaten, guru lesnya saat ini sangat tempramen dan kasar. Jika salah nada, tanpa segan wanita gendut itu menoyor kepalanya. Kalau bukan karena predikat wanita itu yang digadang-gadang sebagai guru vokal terbaik di Korea, tidak sudi Jaejoong berlatih padanya. Apalagi biaya lesnya sangat mahal. Esoknya Jaejoong melihat situasi. Ia ingin melihat sampai mana kemampuan Changmin saat ini. Mendapati Changmin sangat baik dalam bernyanyi, ia kembali down. Apa mungkin ia mampu mengikuti ajang pencarian bakat itu?
Jaejoong pun akhirnya bertanya pada guru vokalnya. Wanita gendut itu tertawa. Jaejoong langsung merengut tidak suka. Ia menyarankan Jaejoong untuk tidak bermimpi menang saat ini karena kemampuannya masih sangat standart. Lebih baik ia berlatih dua hingga tiga tahun jika ingin menjadi penyanyi profesional. Sayangnya, jawaban wanita gendut itu tidak membuat Jaejoong puas.
"Apa jika aku berlatih dua hingga tida tahun lagi aku akan menjadi penyanyi terkenal?" Tanya Jaejoong. Ia kembali ingin memastikan.
"Aku bilang profesional bukan penyanyi terkenal. Menjadi terkenal bukan perkara gampang. Kalau ingin menjadi artis lebih baik kau masuk trainning di agensi bukan datang padaku. Oh, itupun belum cukup kau harus memiliki koneksi dengan orang industri hiburan. Banyak dari para trainer yang tidak memiliki kesempatan debut karena hal ini."
Jaejoong mendengus. "Bukankah yang belajar darimu akan menjadi penyanyi terkenal."
"Menjadi artist. Mereka bernyanyi untuk konser-konser di Milan dan beberapa kota musik di dunia." Ujar sang guru membenarkan.
"Aku tidak mau begitu. Bagiku cukup tampil ditelevisi korea sebagai penyanyi terkenal. Tidak perlu bernyanyi pada konser-konser seperti itu. Aku tidak butuh." Ujar Jaejoong. Ia tidak pernah membayangkan akan menjadi profesional singer untuk masa depannya. Ia hanya ingin sekedar terkenal, dikagumi dan memiliki teman banyak.
"Kalau begitu kau salah datang padaku." Wanita gendut itu memainkan melodi melalui piano miliknya. "Jadi, apa kau ingin meneruskan latihan vokal ini?" Tanya wanita gendut itu.
Jaejoong cemberut. "Tentu saja. Akukan sudah bayar full." Ujarnya tidak mau rugi.
...
Dirumah Jaejoong kembali berfikir. Ia ingin menjadi artis dikorea, berarti dia harus mengenal orang dunia hiburan tetapi selama ini keluarganya tidak pernah bersentuhan dengan hal-hal seperti itu. Jaejoong tertegun beberapa saat sebelum berjalan ke perpustakaan dirumahnya untuk bertemu dengan Siwon. Setibanya disana ia dibuat malu oleh tingkah kedua orang tuanya yang sedang bergulat disofa dengan Kibum yang sudah tanpa pakaian. Keduanya terlihat kikuk mengetahui Jaejoong datang tetapi Siwon menolak merubah posisinya yang sedang mengurung Kibum dibawah tubuhnya.
Jaejoong diam dan langsung berjalan cepat keluar dari perpustakaan. Beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan dari balik pintu. "Dad, Mom, Kalian menjijikan!" teriaknya.
Choi Kibum hanya menghela nafas sementara Siwon terkekeh pelan.
"Kamu sih!"
"Biarkan saja. Diakan sudah dewasa. Nanti dia juga begini dengan pacarnya. Ayo mulai lagi?"
"Pakai kondom!"
"Oke."
Sial! Jaejoong mengutuk dikamarnya. Betapa menggelikannya mereka berdua. Ia buru-buru kekamar mandi membasuh matanya yang sudah ternoda dan segera pergi tidur.
...
Ini adalah hari audisi pencarian bakat. Jaejoong sampai harus membolos sekolah untuk audisi ini. ditempat audisi sudah banyak antrian para remaja. Gaya mereka nyentrik dan keren khas model majalah remaja. Jaejoong jadi malu melihat dirinya sendiri yang agak lusuh dan berkeringat karena tadi ia sempat salah jalan. Kalau tahu begitu ia akan meminjam pakaian daddy-nya saja agar terlihat lebih 'kinclong'. Ia pun ingin memperbaiki penampilannya sedikit di toilet yang ternyata sedang penuh oleh remaja yang memiliki niat yang sama dengannya. Setelah beberapa saat menunggu giliran Jaejoong yang bercermin di depan westafel. Rambut pirang pucatnya sangat lepek karena kepanasan. Kalau begini Jaejoong hanya bisa jengkel dalam hati, mengutuki gen Siwon yang kuat sehingga turun padanya. Andai saja warna rambutnya hitam seperti Kibum, wajah putihnya akan terlihat bercahaya bukan seperti vampir pucat yang kekurangan darah dengan rambut pirangnya.
Jaejoong berjongkok bersama beberapa remaja lainnya yang tidak kebagian tempat duduk. Sudah lima jam ia menunggu disana. Ia melihat beberapa teman sekolahnya dari ribuan remaja yang ada disana yang berlatih menari dan menyanyi. Ugh, Jaejoong benar-benar gugup. Antrian dengan cepat berganti tetapi masih enam ratus orang lagi sampai nomor antrian Jaejoong dipanggil. Remaja blasteran itu pun mulai lapar. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli makanan di toko klontong terdekat. Saat keluar dari gedung, ia tak sengaja melihat Changmin dari barisan penonton yang sedang diliput oleh MC stasiun tv. Jaejoong menghampirinya dan mengajak Changmin makan. Sayangnya, pemuda itu cuek. Akhirnya Jaejoong pergi sendiri.
Ia limpahkan kekesalannya pada bubur yang ia pesan. Ketika membayar pesanan, ia baru mengingat kalau masih memegang kartu visa Kibum. Dengan semangat remaja itu berbelanja untuk memperbaiki penampilannya. Jaejoong terlihat keren setelah berbelanja. Ia memakai kaos singlet yang dipadukan oleh kemeja biru kotak-kotak yang ia buka seluruh kancingnya. Jangan lupakan celana jeans belel dengan robekan di dengkul. Ia pun menyempatkan diri ke salon terdekat untuk memotong poninya agar terlihat lebih manly ala Justin beiber. Dengan bangga ia melihat dirinya di cermin, perpaduan Andrew Choi dan Kim Kibum ternyata sangat luar biasa.
...
Changmin tidak bisa memungkiri bahwa dirinya benar-benar lapar. Sejak pagi ia belum sekalipun makan dan hari sudah semakin siang. Antrian audisi berganti dengan cepat. Satu orang hanya memakan waktu tidak lebih dari satu menit. Changmin tetep bersabar ketika 20 antrian lagi, nomornya akan dipanggil tetapi ternyata juri meminta istirahat makan siang sampai jam satu. Changmin buru-buru keluar untuk membeli makanan hanya saja toko-toko terdekat sudah ramai oleh remaja yang juga ingin membeli makan siang. Changmin bahkan harus mengantri setengah jam hanya untuk membeli onigiri dan air mineral. Ia pun bergegas kembali ke gedung tempat audisi berlangsung dengan gugup sampai-sampai tidak melihat sebuah mobil berjalan lurus kearahnya.
Semua blank.
Changmin merasakan pipinya menempel diaspal setelah berguling karena sebuah dorongan keras dari belakang. Semua orang mengelilinginya tetapi pandangan mereka kebanyakan mengarah kebelakang. Ia berbalik dan mendapati si pria Male Pregnant itu tergeletak diaspal, satu meter dari depan mobil dengan darah di kepalanya. Changmin langsung berkeringat dingin. Mungkin ini akhir dari hidupnya.
...
Ia hanya duduk di depan ruangan ICU. Dokter sedang memeriksa pria male pregnant itu. Changmin masih berkeringat dingin. Jujur, ia takut. Sungguh takut. Bagaimana bisa Jaejoong tertabrak, ia yang seharusnya berada di posisi remaja itu. Kalau sampai Jaejoong mati. Ini akan menjadi bencana. Semua akan menyalahkannya untuk hal ini. Changmin pun sampai bergetar ketika akan menghubungi orang tua Jaejoong. Akhirnya, dari ponsel Jaejoong, Changmin menelfon Kibum dan tidak sampai setengah jam Siwon dan Kibum sudah datang kerumah sakit.
"Bagaimana bisa terjadi?!" Suara Kibum meledak, mengerikan. Matanya tajam menatap Changmin. Siwon hanya diam saja tetapi bukan berarti hal itu baik-baik saja.
Changmin menunduk. "I-ia menyelamatkanku dari laju mobil." Ujar Changmin mencicit, takut.
Kibum tertawa dengan suara yang berat. Ia memijat pangkal hidungnya, pening. Seorang suster keluar memanggil orang tua Jaejoong. Kibum berjalan menghampiri sang dokter yang berada di dalam.
"Dia mengalami benturan di kepala. Untungnya benturannya ringan. Mungkin besok dia sudah bisa sadar dan setelah rongsen dikepala, dia sudah bisa pulang."
Kibum menghembuskan nafas lega. "Aku ingin dia di rongsen seluruh tubuhnya. Aku takut hal yang tidak diinginkan terjadi."
"Baiklah. Itu tidak masalah."
"Boleh aku lihat catatan medisnya?"
"Silakan." Sang dokter memberikan catatan medis Jaejoong. Kibum mengangguk sambil membacanya. Kondisi Jaejoong tidak terlalu menghawatirkan seperti perkiraanya. Ia pun mengunjungi putranya itu sedangkan Changmin masih berada di luar karena terlalu takut untuk mendekat.
Sekarang, Changmin hanya bisa menggit jarinya. Kunci meraih cita-citanya lenyap begitu saja belum lagi jika masalah Jaejoong terdengar ditelinga ayahnya. Bisa dipastikan ia akan dihajar habis-habisan.
...