Satu pandangan yang indah (?) melintasi mata cokelat muda dan pinkish milik dua wanita dewasa yang kedapatan sedang berdiri dan memandang gerombolan tawuran ala kerusuhan Mei di halaman luas di belakang villa milik si gembong senjata berupa dua bilah besi disatukan alias gunting—aka Akashi. Sesekali mereka menyengir setan, membayangkan anak-anak didik kesayangan mereka bakal mencicipi yang namanya neraka—hingga salah satu dari mereka tiba-tiba ngeh akan sesuatu.

"Ya Tuhan, aku lupa satu hal." gumam wanita berambut pinkish itu, mengernyitkan dahinya dengan ngeri.

"Oh? Apa itu, Momoi?" tanya wanita yang satunya, penasaran.

Ia lalu menelan ludah. Dikeluarkannya sebuah surat dari tas mininya, dan ia lantas menjawabnya dengan suara serak, "Aku lupa kalau aku dan Mayuzumi—sensei di kelas IX A yang keceh badai itu—sudah memasang jebakan betmen di sekitar sana dan situ, kemarin malam. Dan lupa bilang soal Kelompok 6 sampai 10. Mudah-mudahan mereka enggak pulang dengan siraman oli dan api kemarahan..."

Wanita berambut cokelat itu lantas menaikkan satu alis, penasaran dengan apa makna 'jebakan' tersebut, "Apaan tuh, Momoi...?"

.

.

.

The Basketball Which Kuroko Plays ~ Kelulusan!

© Himomo Senohara (is now 09. kokono)

Disclaimer : The Basketball Which Kuroko Plays © Tadatoshi Fujimaki

Warnings : OOC, AU, parah banget, typo, kerusuhan Mei /?/ dan berbagai macam kegilaan lainnya. Ada OC dan beberapa tokoh dari anime/game lain, anggap saja mereka satu sekolah juga eue :3

A/N (Hiai) : Gue balik! O-OI JANGAN BUNUH KAMI DULU! Gue nyaris kehilangan akal buat lanjutin fanfik ini, untungnya Mun udah kumpulin apa-apa saja yang udah terjadi pada Mun bareng temen jaman SD-nya. Ini aja sudah fix banyak yang fiksi, nanti Day 3-nya akan kembali kayak apa yang diingat Mun! Trims buat ripiu dan cinta dari kalian ulalalala~

.

.

.

[Di lubang yang dibikin Takao, di kebun teh di belakang villa tersebut]

"..."

Serius, ia sepertinya mulai kehabisan akal dan ketenangannya.

Midorima Shintarou, usia 15 tahun, murid terjaim (?), tertsundere, terpintar nomor wahid seangkatan di sekolah kesayangannya, wakil ketua OSIS SMP swasta Teikou, kini harus menahan kemarahan yang siap meledak bak Stromboli. Sudah begitu para fansgirlnya siap menyerbu pemuda dengan feromon bak Dewa di game T*e W**ld G*d O**y K**s, kurang apa lagi dia? Atlit basket iya, badan bidang oke badai, tingginya tinggi banget untuk ukuran anak SMP. Sayang agak jumawa kalo urusan basket 1-on-1 sih—tidak usah ditanya alasannya.

Tapi sepertinya semua pujiannya enggak ngefek kepadanya kali ini.

Tahu kenapa?

Sudah sejam ia bertahan di dalam lubang ala L*bang B*aya, belum lagi matanya yang sontak menjadi sangat absurd dan abstrak, berterimakasihlah kepada miopi yang dideritanya. Udah gitu kacamata kesayangannya yang bagaikan belahan jiwa istrinya—oke, bagaikan belahan jiwanya, dibawa pergi entah kemana oleh satu orang bangsat yang tidak akan ia maafkan saat ini. Bangsat... Kubiarkan si Hyuuga-sensei menangkapnya...!

BRUK!

"Takaooo.. AWAS KAMU! KUBURU KAU SAMPAI AKHIRAT!" pekik Midorima—si manusia yang tertimbun dalam lubang nista itu—bangkit dari penjaranya. Akhirnya ia mengeluarkan kata-kata kasarnya, pemirsa sekalian!

Pemuda go green itu sontak melenggang pergi usai menghancurkan tanah tempatnya ditimbun hingga setinggi lehernya—nyaris saja dia pergi ke akhirat kalau saja kepalanya tidak ikut ditimbun dalam-dalam. Blah, kalau dia sampai berani menimbun kepala Midorima, dijamin tak cuma bakal terdengar di seantero SMP, melainkan juga dunia! Orang macam apa yang berani melakukan hal segila itu selain Lim*ad?!

DRAP DRAP!

Langkah kakinya yang kuat membawanya kabur entah kemana. Saking luasnya halaman belakang villa si gembong gunting maniak Kuroko itu, ia sampai bingung harus melewati berhektar-hektar kebun teh, taman yang isinya bisa jadi ngalah-ngalahin Kebun Raya Bogor, dan bukan tak mungkin bakal disusupi oleh makhluk gaib (?) yang hendak menerkamnya. Kalau siang hari masih nggak apa-apa sih, tapi kalau malam hari... brrrr...

"Sialan! Kemana itu bocah keparat-nodayo?!" kutuk Midorima berusaha menyelamatkan diri sekaligus membalas dendamnya.

Midorima jelas berada dalam bahaya. Sepertinya tingkat keburaman matanya sudah parah; ia bahkan beberapa kali menabrak pohon yang kebetulan mejeng di dekatnya. Sudah begitu, ia juga kesulitan membedakan objek jauh di depannya—yang hanya bisa ditolong oleh kekasih tercintanya yang bernama kacamata minus tujuh miliknya. Aduhai, Midorima, kalau kamu menolak kemauan si bocak Hawk Eyes unyu itu, seharusnya kamu enggak ikut-ikutan dong...

Oke, balik ke cerita.

Si shooter yang hobi koleksi Seto—oke, boneka kodok dan diam-diam juga koleksi Doraemon berkat Oha-Asa geje yang saban pagi ditontonnya ini lantas meraba-raba objek di sekitarnya sembari memandang sekali lagi keadaan di sekitarnya. Sial... Mau gue perbesar pake kaca pembesar kek apapun, tetep buram... Kudu rebut kacamata cintaku dari Takao itu! AARRGGHHHH MESTINYA GUE BEDA KELOMPOK SAMA DIA SIAL—.

Pluk!

"Hah, siapa nih—."

"Yo, Midorima-kun!" sapa si penepuk pundak si shooter itu, ceria.

Mata hijau go green milik si shooter andalan klub basket ini terpancang pada mozaik (?) sesosok pria dewasa. Saking parahnya rabun dekat Midorima, ia bahkan mengais-gais bentuk wajah pria asing yang menyapanya lewat tepukan pundak kanannya barusan. Tangan kanannya yang kurus tapi kuat itu lantas digerak-gerakkannya meraba bagian mukanya... hingga semua jarinya terantuk pada benda bulat berbentuk kaca. Tunggu... Kaca... Kacamata?

Kacamata? Seharusnya Imayoshi sedang sembunyi entah kemana—tunggu... Suara rendah yang khas ini... Terus bingkai kacamata yang agak elips begini... Kayaknya pernah kukenal di suatu tempat... Jangan-jangan...

Pemuda go green ini lantas menarik tangan kanannya, dan dengan ragu-ragu bertanya dengan suara lirih, "... Ettooo... Hyuuga-sensei?"

"BINGO~ Iya gue emang Hyuuga-sensei." jawab pria itu—Hyuuga-sensei—meninggikan suaranya; seolah-olah ia tertawa keji bak sang iblis.

Omaigat. Apes gue. Sontak keringat dingin membanjiri muka ohokgantengohok si shooter itu. Mampus sudah gue. Gak sempat dong gue bales dendam nih?!

Klop sudah.

"Kutangkap kamu yaaaa~ nanti gue balikin kacamata kamu, Midorima-kun~"

OH SHIT. TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK—.

Dengan enggak elitnya—malah bisa dikatakan ngenes—Midorima, sang shooter andalan klub basket SMP Teikou yang bersemboyankan "Bersatu kita bak dewa bercerai kita bak butiran debu" ini lantas diseret paksa oleh guru tersadis seantero SMP kesayangannya tersebut. Bagaimana tidak, guru kebal kutukan maut (?) yang satu ini menyeret kaus bagian belakang Midorima, belum-belum si makhluk go green yang maniak Oha-Asa ini sudah terkulai lemas seperti mayat.

Namun yang mencurigakan, di balik rimba teh yang bergumul membentuk kebun teh, terlihat samar-samar sosok pemuda asing yang membuntuti guru sadistis yang dengan sukarela-coret-setengah hati menjadi pemburu murid-murid somplak tetapi gelo dan aneh tersebut. Di tangannya, ada beberapa buah gunting mini, dan matanya berwarna merah nyala. Entah mustahil atau apa, sepertinya pemuda itu mengincar salah satu dari mereka.

Status :

2 dari 5 orang Kelompok 4 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 1 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 2 tertangkap. (Atau melarikan diri?)

1 dari 5 orang Kelompok 3 tertangkap.

-xXx-

[Loteng villa Akashi]

Tersebutlah sebuah tempat yang engga bakalan disantet—baiklah, dijajal anak-anak nista nan berakal fulus ini, alias loteng villa yang mewah tersebut. Akashi—marga keluarga pemilik villa super mewah itu—pernah mengingatkan seluruh rekan-rekan satu sekolah maupun sensei untuk enggak mencoba-coba menjelajahi loteng tersebut. Meski demikian, pada jalan menuju loteng itu, terlihat bekas gerebekan di pintu masuk loteng itu. Dan beberapa benda yang berserakan dengan luar biasanya seperti kapal pecah.

Serta seorang remaja laki-laki yang tengah asyik mengutak-atik sebuah peta yang cukup tua, di atas lantai kayu loteng tersebut

"Iya, Taiga. Bentar... Coba cari musuh lainnya. Tandai dalam keadaan tersembunyi, pastikan kamu enggak ketahuan sama musuh, oke?" ujar remaja itu sedikit tegang lewat handtalkie pada tangan kirinya. Tangan yang satunya lantas menandai suatu daerah dengan sebuah paku kecil yang biasa dipakai untuk memasang reminder. Ekspresinya serius—tetapi ada guratan ngeri barangkali ia mengingat ancaman sakti bernama makanan dari Neraka.

"Oke... Gue lagi di dekat kolam, sepertinya ada bekas orang yang menyeret sesuatu. Airnya belum kering di tanah, dan membentuk jalur khusus... Entah kemana tujuannya. Bentar aku cek... Tidak ada musuh." ujar si pemuda yang bernama Taiga, dari handtalkienya.

Remaja yang berdiam di loteng itu lantas menggangguk, dan ganti mengambil sebuah pulpen berwarna hitam di sisi kanannya. Ia kemudian menuliskan catatan yang ia dengar dari teman satu kelompok nistanya dengan hati-hati dan cermat. Di sekitar denah kolam renang yang berada di arah timur laut, sudah tersebar dua paku mini—pertanda ada musuh yang mengintai teman kelompoknya tersebut.

"Pastikan dirimu selamat!" bisik remaja ini harap-harap cemas.

"Roger~"

TUT!

Sambungan handtalkie-nya segera diputus oleh remaja tersebut.

Ia lantas menyibak poni yang menutup mata sebelah kirinya—menunjukkan mata yang sama seperti yang di sebelahnya—dan mulai mengamati peta yang didapatkannya dengan sumber terpercayanya. Blah, faktanya ia mencuri—kalau diperkenankan—peta itu dari gudang yang kebetulan dilewatinya kala mencoba mencari loteng yang konon menjadi salah satu legenda horor tujuh turunan keluarga Akashi semenjak dahulu.

Ups, anak baik enggak boleh meniru sikap remaja ini, oke?

Jiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.

Remaja itu langsung saja mendapatkan aura dingin dan menusuk, entah darimana. Ia lalu menoleh sekitarnya, dan tidak menemukan sesuatu yang janggal. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan barunya selama liburan nista nan fulus tersebut, ketika ada sesuatu yang kembali mengamatinya dengan intens, dari salah satu sudut termisterius loteng yang tidak pernah dipakai tersebut.

Jiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.

"H-Horor mak... Kayaknya gue musti memanggil miko deh." ujar remaja itu bergidik ngeri—ia bahkan menggosok-gosok kedua lengan atasnya dengan dua tangannya sendiri.

Jiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.

"Takkan kumaafkan... Takkan..." Akhirnya si pengintai itu bersuara juga.

"E-Eh... Barusan tadi... Suara si-siapa...?!" bisik remaja ini merunduk; ia bahkan mendekatkan dirinya ke pojok loteng tersebut.

Sosok si pengintai itu perlahan menampakkan dirinya—sesosok pemuda lain yang berkulit pucat, bermanik ungu menyala dan tajam. Rambutnya putih keunguan—nyaris saja remaja itu menyangka warna rambutnya beneran putih. Dan sebuah tanda yang jelas di sisi kiri wajah si pengintai—stigma yang khas dan terasa berbeda. Pemuda pengintai itu lantas mempersiapkan sebuah benda aneh—sebuah Dynamo—pada genggaman tangan kanannya.

Si pengintai itu lantas tersenyum nista, "Ketemu kamu, Himuro Tatsuyaaaaa~"

"O-Omaigat... Kim Add! Lu kan anaknya Kelompok 6 yang diberitahu sama Izuki-sensei kemarin malam!" jerit remaja bernama Himuro itu, ngeri. Ia sampai menabrak tembok loteng itu dengan punggungnya, saking ngerinya.

Add—nama kecil si pengintai itu—lantas tersenyum super duper anjrit evil, dan mulai mengancamnya dengan indah, "Khu khu khu... Kayaknya kamu mesti digebug bokongnya. Loteng ini udah gue kuasai sejak tadi, kampret! Beraninya nganggu gue yang bereksperimen di sini!"

"Ha-Hah?! Sejak kapan kamu di sini?! Perasaan pintu masuk ke sini masih rapi ketika gue sampai ke sini!" debat Himuro ngeyel sambil menunjuk-nunjuk remaja bandel—alias si Add—dengan berani dan perkasanya.

"Itu sih gue yang ngunci tauk, Himuro. Keluar sana!" hardik Add sambil menunjuk pintu satu-satunya loteng itu.

"Ogah!" bentak Himuro bersikukuh dengan teguh.

"Berarti kamu minta pertempuran yaaaa... Bagaimana kalo duel di sini, heh?" Pemuda yang duduk di kelas IX-B ini lantas menyengir jahat. Duh, Add, kamu ini!

Alis Himuro naik satu, dan remaja yang memiliki trademark berupa tahi lalat di mata sebelah kanannya ini lantas bertanya dengan wajah bego, "Hah? Duel apaan, Add?"

Pemuda berambut putih keunguan ini lantas mengeluarkan sebuah kotak rubik yang masih belum beres, dan memancingnya dengan pedenya, "Bagaimana kalo duel selesaiin kotak rubik ini? Kebetulan sekali kotak ini bukan cuma kotak biasa; ini adalah robot berbentuk kotak rubik bernama Apocalypse. Kita akan berkompetisi dalam menyempurnakan warna pada masing-masing Apocalypse; yang paling cepat menyelesaikannya adalah pemenang!"

Remaja berponi sebelah ini lantas tersenyum iblis—tentunya di balik wajah malaikatnya—dan menerima tantangannya dengan suara keji dicover dengan suara cewek manis, "Baiklah Add. Jangan menyesal kalau kamu bakal kalah di sesi ini. Bersiaplaaaaah~!"

Status :

2 dari 5 orang Kelompok 4 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 1 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 2 tertangkap. (Atau melarikan diri?)

1 dari 5 orang Kelompok 3 tertangkap.

2 orang dari Kelompok 4 dan Kelompok 6 berduel di loteng.

-xXx-

[Dapur]

Tek!

Tiga langkah maju, ambil kartu di tempat yang telah ditentukan.

Tangan yang kurus dan kuat, lantas mengambil selembar kartu di tumpukan kartu-kartu yang ditaruh di tengah-tengahnya. Di situ dibacanya, 'Anda sungguh sial. Kembalilah ke penjara hingga tiga kali giliran.'

Hening.

"Gue ambil makanan lu ya, Murasakibara." ujar sang lawan, sambil menyabotase—sebenarnya sih hanya menyerobot, tidak sampai mengambil seluruh snacknya—makanan yang dipegang remaja titan yang maniak makanan manis dan renyah dan nyaris tanpa gizi tersebut.

Si remaja titan—alias Murasakibara—langsung memasang ekspresi sebal. Diaduk-aduknya cemilan favoritnya dengan kasar, dan ia sontak menjauhkan snack kesayangan satu-satunya dari tangan jahanam milik si lawannya. Menatap lawannya dengan wajah 'jangan-culik-istriku-atau-kuamuk-ini', remaja raksasa ini lantas mengdumelnya, "Kamu kan sudah menyatroni nyaris semua snack gue, masa mau menyatroni yang ini lagi?!"

Terkadang Murasakibara bisa menyesali keputusannya berada satu klub dengan remaja yang kini menghancurkan mimpinya hingga berkeping-keping ini.

Seolah tanpa dosa dan dengan polosnya merebut snack Murasakibara, sang lawan lantas tersenyum sinis dan mengomentari sifat kekanakkan yang muncul dari remaja tersebut, "Bodoh amat. Kau kan bilang bakal bertaruh demi semua snack lu, dan bakal kasih snack kalo udah dijebak dalam penjara. Ini udah berapa kali sih kamu terjebak ke situ mulu?! Udah gitu landmark lu semuanya udah kusatroni nih!"

"TIDAAAAAAAAAAAKKKK! DEMI APA, GUE GA MAU MAIN SAMA LU LAGI, NIJICHIIIIIIIIIIIN!" pekik si titan itu berderai air mata.

Tamatlah sudah nasibnya; semua snacknya sudah disatroni dengan indahnya oleh pemuda yang disebut-sebutnya Nijichin itu.

"HAHAHAHAHAHA! TUNDUKLAH KEPADAKU, HAI ANAK KECILLLL!" teriak Nijimura—nama asli si pemuda yang menjadi lawan Murasakibara—tertawa menggelegar bak setan abis kejatuhan durian runtuh. Sadis memang mantan kapten klub basket Teikou yang satu ini.

PLUUUUK!

Setumpuk uang mainan sontak saja mendarat dengan mulus pada muka Nijimura. Oh ternyata oh, Murasakibara sudah melempar benda abstrak itu dengan ekspresi setengah mau menangis. Sambil memeluk boneka Pooh—darimana dia mendapatkannya hah—ia lantas balas menyakiti kokoronya si kapten itu, "NIJIMURA JAHAAAAAT! TAK KULAPORIN KE HYUUGA-SENSEI BUAT TANGKEP LU! BIARIN LU DISIKSA AAAAAAAAAAAAHHHH!"

Lantas si titan itu berdiri dan kabur entah kemana.

"Hahahaha, biar tau sendiri betapa kekanakkannya dia! Weeekk!" ledek Nijimura tertawa polos dan tanpa dosa. Udah gitu sambil mengembat semua sisa snacknya.

Yang jadi pertanyaan, mengapa Murasakibara malah kabur dari Nijimura layaknya istri yang kabur tunggang langgang berakting sinetron serta berderai air mata bak artis di sinetron gak mutunya Ind*nesia?! Ah sudahlah, anak kecil—ups, Murasakibara memang dikenal kekanakkan dan kadang bisa bersikap out of reach kalau kekasih yang diramalkan akan menjadi istri seumur hidup yang satu itu sampai hilang dari genggaman tangannya.

Status :

2 dari 5 orang Kelompok 4 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 1 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 2 tertangkap. (Atau melarikan diri?)

1 dari 5 orang Kelompok 3 tertangkap.

2 orang dari Kelompok 4 dan Kelompok 6 berduel di loteng.

1 dari 5 orang Kelompok 4 kabur entah kemana dari persembunyiannya.

-xXx-

[Kamar Akashi Seijuurou]

"Mpppfff—."

"Nngghh—nyesek amir... Hnngg..."

Di balik kegelapan abadi—persisnya, di dalam suatu benda di kamar yang diklaim sebagai tempat tersakral di villa mewah ini—terlihat dua pasang mata, saling memeluk satu sama lain. Berdesakan berdua, di tempat yang gelap, sudah begitu kurang dapat dijangkau saking terlupakannya (?), siapa yang engga mau kena sial kalau ada apa-apa?! Apalagi jika pasangan yang berada satu tempat dengan Anda itu cowok, gimana rasanya? Pasti ada apa-apanya!

Nah, mari kembali ke cerita.

Si pemuda berambut pirang sedikit seperti jeruk lantas menepuk-nepuk dengan panik sesuatu—yang pastinya adalah manusia yang berada dalam satu TKP dengannya—dan berbisik setengah mampus, "O-Oi Kimura... G-Gue keluar duluan nih... Sesek amir di-disini—."

Bruuk.

Kimura—si pemuda gagah dan kurang terkenal—lantas menoleh ke sisi kanannya. Ia melihat sesosok pemuda berambut pirang—walau tidak terlalu jelas karena pencahayaannya yang nyaris nol—yang ternyata sudah pingsan duluan. Mengetahui bahaya kalau berdiam di suatu tempat yang sangat minim oksigen yang diciptakan dengan cinta oleh pohon—okeh, pengetahuan yang sesat—ia langsung memutuskan untuk membongkar paksa tempatnya berlindung.

GRASAK GRUSUK KRASAK KRUSUK!

Niat pemuda ini untuk menyelamatkan sahabatnya gagal total.

"O-Oi beneran ga bisa dibuka nih?! Gila ini orang—uunnghhh..."

Tanpa disadari olehnya, ia sendiri malah berujung pingsan juga di dalam koper itu—berterimakasihlah kepada karbon dioksida yang dengan cintanya menemani mereka berdua di dalam 'penjara' itu. Dan di tangannya tergenggam handtalkienya yang rupanya lupa dimatikannya. Plus, di situ terdengar suara teriakan panik dan pekikan pendek dari dua cowok yang berada di seberangnya.

"Ho-Hoi Miyaji-saaan?!"

"Kimura-saaan!"

"Ada apa?! Oi!"

Satu kesalahan terburuk seumur hidup Miyaji Kiyoshi dam Kimura adalah : lupa mengirimkan SOS ke comrade terdekatnya untuk berangkat ASAP ke TKP untuk menyelamatkan mereka berdua dari penjara yang sungguh tidak awesome tersebut.

Dan yang tidak akan pernah mereka ketahui, di luar sebuah koper super besar tersebut, ternyata sudah digembok dengan kejinya dan terdapat sebuah kertas ukuran A4 yang terselip diantara gembok tersebut. Kertas itu sendiri bertuliskan absurd dan abstrak dengan spidol berwarna hitam sebagai berikut :

"Mayuzumi-sensei, serahkan dua pelajar ini ke Hyuuga-sensei dong~ by : si awesome kesesese~"

Status :

2 dari 5 orang Kelompok 4 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 1 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 2 tertangkap. (Atau melarikan diri?)

1 dari 5 orang Kelompok 3 tertangkap.

2 orang dari Kelompok 4 dan Kelompok 6 berduel di loteng.

1 dari 5 orang Kelompok 4 kabur entah kemana dari persembunyiannya.

2 dari 5 orang Kelompok 5 terjebak di persembunyiannya.

-xXx-

[On the way ke posko pengumpulan tahanan (?)]

Pohon yang rindang nan hijau.

Angin yang sejuk menyapa tanah yang luas nan subur itu.

Sungguh, Hyuuga-sensei tidak tahu harus mengadakan pesta sake atau justru menyabotase tanah yang indah di villa mewah milik salah satu siswanya. Siapa sih, yang gak iri kalau melihat tanah yang sebegitu luas, diisi dengan kebun teh, taman herbal, terus ada juga kebun binatang mini di situ?! Belum lagi adanya kemungkinan berdiamnya makhluk-makhluk yang teridentifikasi dalam keadaan endangered di dalam kebun binatang mini itu. Kayaknya itu keluarga pake duit buat bikin kebun binatang mini...

Iyalah tong, duit itu segalanya buat keluarga Akashi—oke, tidak cuma duit tetapi juga gelar de es et.

Si guru dual kepribadian itu lantas menghela napas sembari menggotong mayat (?) Midorima yang masih tak 'bernyawa' setelah sukses berat ditangkapnya berkat kebodohannya keluar dari persembunyiannya—ditambah dengan parahnya penglihatan si shooter waketos ini. Ia lantas melirik sekumpulan bocah-bocah ingusan yang sukses ditangkapnya. Dilihatnya bocah berambut pirang—sebenernya sih hasil ngecat di salon terduga perkumpulan kaum y*oi—dan satunya juga berambut mirip seperti yang tadi. Eh tunggu...

Lho? Cuma Wakamatsu sama Hayama—wait... OH NO. SHIT. NOT AGAIN.

"KAMPRETOOOOOOSSS! KEMANA ITU BOCAH BERAMBUT MERAH SIALAN ITU?!" umpat Hyuuga syok sambil mengikat tangan dan kaki Midorima dengan tali plastiknya.

"Udah kabur Pak. Dia yang guntingin talinya Pak!" jawab Wakamatsu—si bocah ingusan yang hobi tereak-tereak absurd—sigap.

"Udah gitu ledekin kita lagi, Pak. Hati kita tersakiti bak Ros*linda." ujar Hayama—bocah yang satunya lagi—pura-pura trenyuh. Halah, paling juga akting karbitan, kali.

SWOOOOSSSSHHHH!

Hyuuga-sensei sontak berubah menjadi Super S*iyan, dan dari matanya kita bisa melihat betapa dendamnya guru Bahasa Jepang di SMP Teikou tercinta ini dengan bocah berambut merah maniak gunting dan juga Kuroko. Diambilnya satu utas tali rafia yang super panjang, si guru dual kepribadian ini lantas angkat kaki, kanan dan kiri, atas hingga melompati pot-pot yang susah payah ditata dengan cintanya dengan irama rock'n'rolls. Halah, apa ini?!

"SIALAN! AKASHI, KUBALAS KAU WALAU KAU BOCAH YANG GUE URUS DI KELOMPOKMU TAHUUUUKKK! ARGH! GUE BISA MATI DISURUH MAKAN MASAKAN DUA SETAN BERMUKA MALAIKAT ITUUUUUUUUU!" umpat Hyuuga-sensei dengan kencengnya berlari meninggalkan posko pengumpulan tahanan game gila dan super duper anjrit absurd dan diklaim sebagai game paling greget versi M*ddog (?).

Status :

2 dari 5 orang Kelompok 4 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 1 tertangkap.

1 dari 5 orang Kelompok 2 MELARIKAN DIRI. Menjadi buronan pertama (?) dalam game ini.

1 dari 5 orang Kelompok 3 tertangkap.

2 orang dari Kelompok 4 dan Kelompok 6 berduel di loteng.

1 dari 5 orang Kelompok 4 kabur entah kemana dari persembunyiannya.

2 dari 5 orang Kelompok 5 terjebak di persembunyiannya.

.

.

.

[ To be Continued~ ]