Disclaimer: Masashi Kishimoto

Tittle: Wellcome Kiss

Pairing: Naruto x Hinata

Genre: Romance, little humor

Rate: T

Warning: AU, OOC, typo(s), DLDR, minim deskripsi, dan lain-lain

Mohon maaf bila ada kesamaan cerita, latar, dan sebagainya, tapi ide ini murni dari saya yang salah satu dialognya terinspirasi dari drama Korea "Stairway to Heaven"

Summary: Ditinggal oleh orang yang sangat disayangi pastilah menyisakan rasa ketidakrelaan yang mendalam. Hal itulah yang dirasakan oleh Hinata dan ketika Naruto kembali, Naruto meminta hadiah sambutan, apa sebenarnya permintaan Naruto?/ "Yang barusan itu, pasti akan ku rindukan," bisiknya pelan di telinga Hinata sehingga tak ayal membuat Hinata bergidik ngeri setelah melihat seringaian Naruto.

Happy Reading ^^

**** Final Chapter of Wellcome Kiss ****

Check it out

.

.

.

Setelah membaca sms dari sang pacar, seringaiannya kian jelas terlihat ketika ia mengingat kembali permintaannya di bandara. Permintaan yang ia inginkan sebagai hadiah sambutan ketika ia pulang nanti.

Flashback On

"Yang barusan itu,,,, pasti akan ku rindukan," bisiknya pelan di telinga Hinata sehingga tak ayal membuat Hinata bergidik ngeri setelah melihat seringaian Naruto.

"Ketika aku pulang nanti, aku ingin hadiah sambutan!" bisiknya lagi dengan seringaian yang makin terlihat.

"Sebuah ciuman darimu- " ucapnya pelan.

" -disini!" tambahnya sambil menyentuh bibirnya sendiri dengan jari telunjuknya.

Dan... blusshh ! Hal itu sukses membuat semburat merah di pipi Hinata semakin kentara.

Flashback Off

Rasanya pemuda pirang itu sudah tidak sabar untuk pulang, menggoda gadis manis itu pastilah sangat menyenangkan, begitu pikirnya.

.

.

.

**** Wellcome Kiss ****

"Baiklah, pelajaran kali ini saya anggap selesai, bagi yang belum mengerti kalian bisa belajar kelompok," tutur Kurenai-sensei mengakhiri pelajarannya setelah 2 jam dia menjelaskan panjang lebar.

Sebenarnya jam pelajarannya masih kurang 30 menit lagi, karena melihat siswanya sudah tidak fokus, akhirnya sensei muda itu memutuskan untuk menyudahinya.

Dan benar saja semua siswanya memang sudah tidak semangat tak terkecuali gadis yang sedang duduk di deretan kedua baris ketiga itu. Gadis bermata bulan itu baru saja menyelesaikan catatan pelajarannya hari ini. Sebenarnya tidak bisa disebut catatan karena yang ditulisnya justru kebanyakan nama pemuda yang sedang dirindukannya, Namikaze Naruto. Sepertinya rasa rindu itu sudah tidak bisa ditahan lagi.

Bukankah satu-satunya obat rindu adalah bertemu?

"Hinata-chan, kau mendengarkanku tidah sih?" gerutu seorang gadis permen kapas yang terlihat sedikit kesal. Pasalnya dari tadi gadis pink itu bertanya pada Hinata sambil mengguncang bahunya, namun tak kunjung mendapat respon dari Hinata.

"Eh, maaf, apa Sakura-chan?" sahutnya setelah sadar dari kegiatan melamunnya.

"Ck, memikirkan Naruto-senpai lagi?" tanya Sakura-gadis pink itu. Sakura sudah sering melihat Hinata melamunkan mantan senpai-nya dulu itu.

"Eh, t-tidak kok," elak Hinata dengan wajah yang memerah karena ketahuan lagi. Lagi? Ckckck,,,,,

"Hihihi... sudahlah, nanti jam 7 aku ke apartemenmu ya, pinjam catatan yang kemarin, jaa ne." Cengir gadis pink itu dan langsung melesat keluar kelas.

Apartemen? Ya, selama ini Hinata tinggal di apartemen, dia hanya pulang ke rumahnya ketika hari libur. Hinata memutuskan untuk hidup mandiri.

Hm,,,, benar-benar gadis yang baik. Naruto, kau pandai memilih pacar. Blushhh! Dan rona merah pun sukses bertengger di paras cantik Hinata.

.

.

**** Wellcome Kiss ****

"Naruto-kun," lirih Hinata pelan ketika memandangi foto kekasihnya.

Tak lama, dia mengalihkan pandangannya pada kalender yang tertempel di dinding kamarnya tepat di sisi kiri tempat tidurnya. Tanggal 17 pada kalender itu terlihat berbeda dengan tinta merah yang melingkarinya. Satu minggu sebelum kepulangan kekasihnya itu justru membuat ia semakin rindu.

"Hiks, Naruto-kun," lirihnya disertai isakan kecil. Air mata pun menetes.

Dipeluknya bingkai foto itu seakan yang dipeluk adalah Naruto. Bahkan hanya dengan sms atau telepon pun tidak mampu mengobati rasa rindunya. Bulan ini sudah bulan kedelapan sejak perginya Naruto, dan seminggu lagi kekasihnya itu akan kembali. Seharusnya ia bisa menahan rasa rindu itu sampai 7 hari kedepan, tapi sepertinya tidak bisa. Hinata terlihat begitu menyedihkan saat ini.

Semua barang-barang kenangan mereka ia buka, berharap dengan itu rasa rindunya bisa terobati. Bahkan saat ini dia memakai hadiah ulang tahunnya yang ke 18 yang diberi Naruto. Dress cantik berwarna ungu muda, lengan pendek dress itu ia kombinasikan dengan cardigan berwarna ungu tua, menambah kesan kulitnya yang bak porselein. Sedangkan bawahannya, ia memakai jeans sebatas mata kakinya, terlihat begitu manis.

.

.

**** Wellcome Kiss ****

"Moshi- moshi," terdengar sahutan dari seberang yang mengundang senyum Naruto. Pemuda itu mengenal suara yang baru saja didengarnya dan sadar bahwa yang mengangkat teleponnya bukanlah Hinata, tapi calon adik iparnya.

"Hanabi, apa nee-chan mu ada di rumah?" Naruto menanyakan keberadaan Hinata. Padahal ia tau bahwa hari ini bukan hari libur dan Hinata tidak mungkin ada di rumah. Namun, sejak pagi tadi, ponsel Hinata-nya tak bisa dihubungi.

"Naruto-nii? Tidak, nee-chan tidak pulang," jelas Hanabi pada Naruto, "memangnya ada apa?" tambahnya.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa, hanya memberitahukan kalau aku pulang hari ini." Mendengarnya Hanabi tersenyum lebar. Sebentar lagi ia akan apa yang dijanjikan Naruto.

"Pesananku tidak lupa 'kan, Naruto-nii?" tanyanya tak sabar, membuat Naruto menghela napas pelan.

"Iya iya," jawab Naruto malas. Jawaban itu sukses membuat sang adik ipar lebih melebarkan senyumnya.

"Hihihi... em,,, apa aku harus memberitahu nee-chan tentang hal ini?" tanya Hanabi lagi. Setelah menjawab 'tidak perlu' Naruto pun mengakhiri percakapannya dengan Hanabi. Naruto ingin kepulangannya yang 1 minggu lebih cepat menjadi kejutan untuk gadisnya.

.

.

**** Wellcome Kiss ****

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu membuat Hinata menghentikan tangisnya. Tidak lucu 'kan ketahuan menangis oleh Sakura?

'Sekarang 'kan masih jam 5?' batin Hinata heran. Kalau tidak salah, tadi pagi dia mendengar Sakura akan datang jam 7.

Apa sebegitu besarnya efek merindukan seorang Naruto?

Tok tok tok...

Dan ketukan kedua memaksa Hinata untuk melangkahkan kakinya menuju pintu, ia tidak mau mendapat semburan dari Sakura.

Cklekk !

Hinata hanya mampu menatap sosok di depannya dengan mata tak berkedip. Ia mendengar ucapan 'tadaima' dari sosok itu, namun lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar menjawab salam itu. Cengiran khas Naruto yang ia lihat seperti nyata, bukan lagi bayang-bayang yang selama 2 bulan terakhir ini selalu menghantuinya.

Iris amethyst-nya tiba-tiba berair tak kala sosok itu tak bisa ia sentuh. Hinata tersenyum getir menyadari untuk kesekian kalinya ia berhalusinasi. Namun, ia merasa ada yang menjanggal, kenapa tubuhnya serasa ada yang memeluk?

'Bagus ! aku sudah stres rupanya,' batinnya lirih.

NARUTO'S POV

Setelah mengakhiri telepon dengan Hanabi, aku segera menuju ke apartemen Hinata. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya.

'Merindukan seseorang itu tidak enak –ttebayo!' seruku dalam hati

Setibanya di apartemen Hinata, aku segera mengetuk pintunya. Setelah 2 kali mengetuk, baru lah gadis manisku itu tampak. Ku pandangi dirinya dari atas ke bawah.

'Hei, pacarku ini semakin manis saja' batinku menyeringai.

Aku tersentak melihat ketika melihat matanya sembab dan terdapat jejak air mata di pipinya.

'Apa dia habis menangis?' batinku bertanya.

"Tadaima," sapaku sambil memperlihatkan cengiran khasku. Tak ada jawaban maupun gerakan darinya. Yang kulihat justru mata seindah bulan yang saat ini ku rindukan itu berair. Tanpa menunggu air mata itu jatuh langsung saja ku peluk sosok yang selama ini ku rindukan ini.

Dekapanku padanya semakin ku eratkan saat tangannya bergerak, tapi tangan itu tidak membalas pelukanku.

"Hinata," lirihku sambil mengeratkan pelukanku di punggungnya. Ku rasakan ia tersentak pelan sebelum tangan mungilnya membalas pelukanku.

"Naruto-kun," lirihnya nyaris seperti bisikan. Aku tersenyum mendengar suaranya, suara yang selama ini ku rindukan. Ia membisikkan namaku berkali-kali disertai isakan pilunya seraya memelukku lebih erat, memastikan bahwa ini nyata.

"Aku pulang, Hime."

NORMAL POV

Pelukan itu berlangsung lama seakan keduanya tak rela kehilangan rasa hangat dekapan itu. Dekapan kerinduan yang mengobati rasa rindu mereka yang selama ini sangat menyiksa.

"Mana hadiah sambutannya?" tanya Naruto setelah melepas pelukannya. Tangannya beralih pada pinggang sang gadis saat justru mendengar pertanyaan yang dilontarkan sang gadis.

"H-hadiah a-apa?" tanya Hinata gugup melihat kerlingan nakal Naruto yang kini tengah menatapnya.

"Jangan pura-pura lupa, Hime." Naruto semakin mengeratkan pelukannya di pinggang sang gadis.

Tangan kanan Naruto terangkat lalu menyentuh bibirnya sendiri dengan telunjuknya, sama seperti waktu keberangkatannya di bandara. Kontan hal itu juga mengingatkan Hinata dan blush ! semburat merah sukses bertengger di pipi tembemnya.

Dengan sabar Naruto menunggu Hinata membalas tatapannya. Dan setelah merasa cukup berani, Hinata menatap iris safir yang begitu ia rindukan.

"Ayo, cepatlah, Hime-sama," titah Naruto seraya lebih mendekatkan wajahnya dan menunduk. Tentu saja karena tinggi badannya jauh di atas Hinata. Naruto tersenyum saat melihat Hinata gugup, gelisah, dan malu-malu. Ia tau karena selama ini Naruto lah yang selama ini melakukannya lebih dulu.

Deg deg deg

Detak jantung Hinata terasa begitu cepat. Kalau boleh memilih, ia lebih ingin pingsan saat itu juga. Tapi manusia hanya bisa berencana dan berharap, yang menentukan tetaplah sang Kami-sama, dan terbukti, Hinata tak kunjung pingsan!

Dengan gerakan pelan dan setengah mati menghilangkan rasa malunya, ia berjinjit ketika Naruto sengaja memejamkan matanya. Hah,,,, pasti wajahnya sekarang sudah merah padam. (/.\)

Naruto hanya mampu tersenyum saat ia merasakan bibir lembut itu –lagi -_-

Sudah lama ia ingin merasakannya kembali. Terasa kecupan pelan dari bibir sang gadis. Dari gerakan lembut bibir itu ia merasakan betapa rindunya Hinata padanya. Selama ini ia lah yang selalu mencium Hinata lebih dulu tapi sekarang ia menerima dan merasakan kecupan lembut Hinata. Kecupan lembut di atas bibirnya, sungguh membuat Naruto ingin berlama-lama.

Oh Kami-sama! Betapa mesumnya si duren pirang ini !

Saat ciuman itu berakhir, terlihat olehnya Hinata dengan wajah yang memerah. Dengan senyum yang lebih terlihat seperti seringaian, ia mendekat ke telinga Hinata.

"Kau sudah pandai melakukannya," bisiknya pelan dengan seringaian mautnya. Dan...

Blush! Hinata pun sukses menjelma jadi kepiting rebus kesukaan Author ! :D

.

.

.

- OWARI -

.

.

.

A/N:

Huwaaa,,,, :0 akhirnya selesai juga... fuihhh #ngelap keringat. Semoga tidak mengecewakan ya karena saya masih sangat amatir sekali. Kritik dan saran sangat saya butuhkan untuk perbaikan di fic-fic yang akan datang :)

Dan Thankz buat yang sudah review:

dhea Namikaze10 Hihihi... trimakasih sudah review ^^

resty. takaraipernama Eh? Hahaha,,, saya tidak punya pengalaman seperti itu :D thankz reviewnya

Hakane ryuuga Nih udah update, semoga tidak mengecewakan, thankz ya ^^

kirei-neko thankz ya

widhyie. shelawashe Hei saya tidak hentai tau :v ! Hehe thankz supportnya, semoga chapter 2 ini tidak mengecewakan

Nitya-chan Hihihi,,,, thankz ya reviewnya, ini sudah diupdate, semoga tidak mengecewakan

Nagasaki Terimakasih sudah review... ini lanjutannya

Guest OK (y) Thanks y :D

U. Dila-chan Hihihi... trimakasih... jadi malu :D. Smoga chap 2 ini tidak mengecewakan ya

SyHinataLavender Trimakasih nih chap 2 nya biar gak penasaran lagi :D

Akhir kata semoga NaruHina akan bersama selamanya dan sampai jumpa di fic ku yang akan datang ^^ #ojigi

Salam hangat,

Yui Kazu