Sorry, sorry banget udah lama gak update fic ini, bukan karena males, aku lama update fic ini karena ada hutang di fic lain, gomen banget ya :( tapi ini bakalan update kok, dan ini adalah puncak dari fic ini, ini juga, cuma segini yang dapat aku berikan kepada para readers sekalian, maaf yah kalo endingnya gak sesuai dengan yang kalian mau, aku minta maaf sebesar-besarnya

.

.

.

disclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: NaruHina

Warning: Typo, OOC, alur ngebut, tidak membashing chara apapun, kayak sinetron, dll

No FLAME please..

.

.

.

okey, kita bales review dulu deh

JihanFitrina-chan: makasih udah mau review fic ini yah :') ya Hinata sadar, oke nih udah lanjut kok

gilang363: makasih udah review fic ini :D review kamu sangat berharga

Minyak Tanah:makasih udah ngereview fic ini :) nih udah dilanjutin kok

Guest: makasih ya :)

Reyvanrifqi:oke, nih udah lanjut kok

Anna. Fitry: makasih banyak uda ngereview fic ini ya :') btw nih udah dilanjutin kok

Yuriski. Suryani: makasih banyak udah ngereview fic ini :') rencananya ini chapter yang terakhir

.

.

.


Normal POV

"Ha-haruno-san?" panggilnya dengan kepala yang masih pening, gadis bersurai indigo itu berusaha duduk dengan sempurna. 'Hinata! kau sudah sadar?" terang saja Sakura kaget bukan main.

"Me-memangnya sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanya Hinata kaget.

"Kau tidak bangun selama berhari-hari, kau tidak tahu?" Sakura heran.

"A-aku tidak tahu, bahkan aku tidak mengingat apapun yang terjadi, hal yang kuingat adalah ketika itu aku sedang menuju rumah Naruto-kun, lalu..." tiba-tiba Hinata diam bergeming, membuat Sakura khawatir, iapun menepuk pundak Hinata, berusaha menyadarkannya.

"H-hinata? kau tak apa kan?" tanyanya khawatir.

"Naruto-kun! dimana ia? dimana Naruto-kun?" tanya Hinata denga keras. Hinata pun berusaha mencabut selang infusnya, kalau saja tidak ditahan oleh Sakura.

"Hinata! jangan bertindak bodoh! Naruto sedang ada dirumahnya, tak lama lagi ia pasti kesini!" Sakura mencegah Hinata untuk melakukan hal bodoh. "Lebih baik aku segera panggilkan dokter untukmu, nanti aku ingin bicara berdua denganmu." ucap Sakura seraya berlalu keluar ruangan untuk memanggil dokter.

Sakura berjalan dilorong untuk menemui dokter, sebenarnya ia merasa jengah atas sifat Hinata yang kekanakan tadi, seperti bukan Hinata saja pikirnya. Ternyata sebegitu besarnya cinta Hinata untuk naruto, hingga ketika baru sadar yang pertama dicarinya adalah pria bodoh bermanik safir yang bahkan tak menyadari bahwa ada gadis yang benar-benar mencintainya.

Akhirnya ia menemui dokter yang merawat Hinata, memberitahunya bahwa Hinata telah siuman, dan memintanya untuk memeriksa kondisi Hinata sekarang, bahkan Sakura sampai menyeretnya.

...

Sakura menggandeng dokter itu sambil berlari menuju ruangan tempat Hinata berada, ketika sudah sampai didepan ruangannya, Sakura terperanjat melihat seseorang yang sedang berdiri didepan pintu.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Sakura.

"Justru aku yang harusnya bertanya! apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya orang yang berada didean pintu dengan geram.

"A-aku hanya ingin menjenguknya." jawab Sakura terbata-bata.

"Bohong! aku tahu kau bohong! kau pasti ingin mencelakai Hinata saat dirinya masih tak sadar kan? aku pernah melihat adegan itu di film-film!" ujar orang itu sambil menunjuk tepat di wajah Sakura.

Yang ditunjuk jengkel, Sakura jengkel karena ucapan bodoh yang keluar dari orang itu, "Naruto bakka! aku kesini untuk menjenguk Hinata! lagipula Hinata kini telah sadar, dan orang pertama yang dicarinya adalah kau bodoh!" ucapnya pada orang yang tak lain adalah Naruto. Sementara Naruto kaget bukan main, ia bergidik ketika mendengar kata demi kata yang keluar dari wanita didepannya itu.

Dokter yang dari tadi diam melihat pertengkaran itu, memilih untuk segera masuk kedalam ruangan untuk segera memeriksa pasiennya.

"Benarkah Hinata telah siuman?" tanya Naruto tak percaya.

"Ya, itu benar, dan tahukah kau? Hinata hampir melepas selang infusnya untuk mencarimu, kalau saja tidak kutahan.." ujar Sakura.

"Jika memang Hinata telah siuman, maka ada baiknya untukku kembali kerumah." ucap naruto seraya berbalik untuk pulang. Namun Sakura segera mencegatnya, ia menarik pergelangan tangan Naruto, "bukankah harusnya giliranmu untuk menjenguknya? kau tidak mau melihat kondisinya?" tanya Sakura.

"Sepertinya tidak." jawab Naruto singkat, dan menghempaskan tangan Sakura yang menahannya.

"Bodoh! kenapa memangnya? bukankah kau sangat dekat dengan Hinata? bahkan sebelum kau dan aku jadi sepasang kekasih, kenapa kau tak mau melihatnya?" tanya Sakura mencoba untuk menahannya lebih lama lagi.

'Apakah perlu orang munafik sepertimu tahu alasannya?" ujar Naruto yang tiba-tiba menjadi dingin. Sontak Sakura hanya diam, masih tak menjawabnya, mungkin ia masih kaget atas lontaran pertanyaan dari mantan kekasihnya itu.

Naruto baru mulai melangkah, namun Sakura menahannya kembali, kali ini ia memutar tubuh Naruto untuk bicara padanya. "Naruto! aku tahu aku dulu adalah orang yang benar-benar bodoh, dulu aku menerimamu hanya untuk pelampiasan, dulu aku sering mengejek, bahkan menganggu Hinata, namun seiring berjalannya waktu aku benar-benar menyayangimu, aku tahu aku bukanlah yang terbaik untukmu, dan aku juga melihat bahwa Hinata juga mencintaimu, bahkan cintanya jauh lebih besar daripada cintaku, aku tahu bahwa Hinata mencintaimu setulus hatinya, bahkan rela terluka untukmu, jadi aku percayakan dirimu pada Hinata, Naruto! namun kenapa kau jadi seperti ini?" jelas Sakura dengan panjang lebar.

"Apa kau masih mau bicara lagi? jika tidak, karena aku akan segera pergi." balas Naruto yang masih tetap dingin bak es di kutub utara.

"Naruto! tunggu! Naruto! kenapa kau seperti itu? jika begini kau terlihat seperti tokoh antagonis bodooh!" teriak Sakura, namun sia-sia saja, karena toh, sosok Naruto sudah hilang dari seluk pandangan gadis bersurai merah muda itu. Untungnya lorong itu kosong, tak ada satupun orang yang berlalu-lalang, sehingga tak ada yang mendengar pertikaian mereka, kecuali sang dokter dan juga...

Hinata...

.

.

.

XXX

Hinata POV

"Naruto! tunggu! Naruto! kenapa kau seperti itu? jika begini kau terlihat seperti tokoh antagonis bodooh!"

Itulah akhir pertikaian yang sempat kudengar, yang menggeretakan hatiku. Aku mendengarnya sendiri, mendengar bagaimana Naruto-kun tak peduli padaku, apakah ia masih marah? harusnya masalahku sudah selesai kalau saja tidak ada kecelakaan itu, harusnya aku dan Naruto-kun sudah tak memiliki masalah apapun lagi. Kudengar suara pintu terbuka, dan kulihat sosok gadis yang sangat sering menyiksaku, dan tadi dengan telinga yang masih berfungsi dengan baik, kudengar ia membelaku.

"Apakah kau sudah merasa lebih baik, Hinata?" tanyanya, namun aku masih terpaku sunyi, mulutku serasa kaku, mataku terasa panas, entah yang kurasakan sekarang ini karena apa.

Sementara dokter yang baru saja memeriksaku telah selesai dan segera keluar dari ruanganku, membiarkan kami berdua dalam suasana canggung. "Hinata! jangan membuatku takut! kenapa kau tidak menjawabku?" dia masih bersikeras, dan sesekali mengguncang tubuhku.

"Kau membelaku tadi." hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.

Sakura menyandarkan tubuhnya pada dinding, menatapku sejenak, hingga kemudian menatap bawah. "Kenapa kau membelaku, apakah ini rencanamu selanjutnya untuk menyiksaku?"

Terang saja aku tak percaya, jangan salahkan aku jika berprasangka buruk, itu karena semua yang selalu ia perbuat terhadapku. Wanita yang pernah menjadi kekasih dari Naruto-kun, dan ternyata menerimanya hanya karena pelampiasan, sungguh sangat kejam. Bahkan aku sempat marah, namun apa yang bisa kulakukan? aku hanya gadis lemah, aku sangat bersimpati pada Naruto-kun, namun biar bagaimanapun aku tetap menganggap haruno-san temanku, aku tak bisa mencelakai temanku.

"Hinata, dengarkan aku, percayalah! sekarang aku telah berubah! sekarang aku sudah berbeda dari aku yang dulu!" bujuk Sakura, ia berusaha untuk membuatku percaya.

"Dulu aku memang membencimu, sangat. Namun setelah semuanya berlalu aku ercaya bahwa cintamu pada naruto sangat amat nyata, sekarang aku akan mempercayakan Naruto padamu, aku akan membantumu agar bisa bersama Naruto."

Aku terpaku, aku sungguh kaget mendengar kata demi kata yang Sakura lepaskan, dan dar yang aku lihat, aku tahu bahwa itu adalah kalimat yang tulus yang baru pertama kali kudengar dari mulut Sakura. "Arigatou Haruno-san." ucapku, aku sungguh terharu, dan kuharap aku dan Sakura bisa bersahabat selamanya, dan kuharap Naruto-kun percaya dengan kata-kataku.

Hinata POV end

...

Normal POV

Rumah Naruto

Naruto masih asyik duduk dikursi sambil mengetuk-ngetuk meja belajarnya, ia mengingat betapa bodohnya ia tadi saat di rumah sakit. Bukankah ia kesana untuk menjenguk Hinata? lalu mengapa ia langsung pulang begitu saja? egonya mempermainkannya. Hanya karena melihat Sakura disitu amarahnya kembali membuncah, namun disisi lain ia juga merasa tidak pantas bertemu dengan Hinata, ia adalah orang yang menuduh Hinata melakukan hal yang tidak-tidak, hingga membuat gadis itu sedih, apakah masih pantas ia bertemu dengannya? Naruto kini tengah mengalami dilema yang besar.

Naruto memilih untuk menyibukkan diri dengan membaca buku pelajaran yang selama ini hampir tak pernah dibacanya, ia berharap dapat melupakan seluruh masalahnya. Namun tetap saja walaupun sudah dipaksakan, dia masih memikirkan masalah yang sedang ia hadapi itu.

.

.

.

xXx

Normal POV

10 Hari kemudian

Sekolah

Hinata sudah diperbolehkan untuk beraktivitas seperti sediakala, selama masa pemulihan dirumah pamannya, Sakura selalu datang menemani, ia juga menemani Hinta terapi, mereka berdua jadi dekat akhir-akhir ini. Begitupun sekarang, Sakura tampak menuntun Hinata dengan hati-hati, membuat semua orang yang melihatnya terperanjat, tentu saja mereka kaget, biasanya Sakura hanya mengganggu Hinata, namun kini ia membantunya.

Sakura tak peduli dengan segala ucapan dan tatapan para siswa, karena sekarang Hinata adalah prioritas utamanya, ia berniat untuk menebus segala kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Hinata, juga terhadap Naruto. Kini mereka telah sampai didalam kelas, Sakura masih memapah Hinata untuk duduk dikursinya.

Suasana yang sangat ia rindukan, suasana kelas yang ramai, banyak siswa yang segera menghampiri Hinata untuk menanyakan kabarnya. Banyak candaan yang Hinata rindukan, namun yang benar-benar Hinata rindukan adalah candaan yang keluar dari pemuda bermanik saphire yang selalu menghiburnya dikala sedih. "Ngomong-ngomong, apakah Naruto-kun sudah datang?" tanya Hinata yang celingukan mencari sesosok pemuda, kemungkinan pemuda itu untuk datang di pagi hari memang sangat kecil.

Sementara di atap sekolah ada pemuda pirang yang sedang bersandar pada pembatas, ia mengamati awan yang berarak beriringan. "andainya semua ini tak pernah terjadi." kini ia berandai-andai, wajahnya tampak lesu, bahkan terlihat kantung mata yang sangat lebar di wajah Naruto. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, "Hyuuga Hinata telah kembali bersekolah." ternyata Shikamaru yang datang, ia menyarankan naruto agar segera turun.

Apa boleh buat, Naruto segera menuruni anak tangga demi menuju kelasnya, sementara Shikamaru yang biasanya jarang bicara mengajak naruto mengobrol. "Hei Naruto apakah kau tahu apa yang terjadi pada Sakura ketika Hinata sadar dari komanya?"

"Tck.. jangan tanyakan hal itu padaku Shika! aku tak tahu dan aku tak mau tahu!" jawab Naruto kesal.

"Tidak, hanya saja aku kaget ketika melihat Hyuuga-san sangat dekat dengan Sakura, bahkan Sakura membantu memapahnya untuk duduk." ujar Shikamaru yang membuat Naruto tak percaya.

'Niat buruk apalagi yang akan kau lakukan pada Hinata, Sakura?" batin Naruto meradang.

Naruto kembali ke kelasnya, dengan jelas disana ia melihat Hinata dan Sakura duduk berdampingan, tampak disana Sakura meminjamkan catatannya pada Hinata yang sudah banyak ketinggalan pelajaran. Ketika Naruto masuk kedalam kelas, semua pasang mata tertuju padanya, Naruto balas menatap mereka, kemudian mereka kembali dalam urusan masing-masing, kecuali Hinata yang masih dengan gugup menatap pujaan hatinya itu. Naruto hanya berlalu menuju mejany dan lebih memilih untuk tidur karena kebetulan guru hari ini sedang rapat kenaikan kelas.

Hinata sungguh tak tahan dengan sikap Naruto yang acuh tak acuh pada dirinya, seolah mendiamkan dirinya. Dengan sedikit memaksakan diri ia memilih untuk pergi ke meja Naruto, tentu saja dengan bantuan Sakura, padahal Hinata masih dalam tahap pemulihan. "N-Naruto-kun?" panggil Hinata, namun tak ada jawaban, sepertinya Naruto sudah pulas terbawa ke alam tidurnya. "Naruto-kun?' kini Hinata memanggil sekaligus menepuk punggung Naruto dengan lembut.

"Sssst, jangan dibangunkan, biarkan saja ia." bisik Shikamaru yang menghalangi niat Hinata untuk membangunkan Naruto.

"Ia tidak tidur semalaman, kini biarkan ia tidur." lanjut Shikamaru.

...

Kini waktu istirahat telah tiba, Naruto baru bangun, kebetulan sekali tidak ada guru yang mengajar. Naruto langsung pergi keluar tanpa melirik dua orang gadis yang sedang duduk dibangku paling ujung. Namun tentu saja Hinata geram melihat sikap pemuda itu, "Naruto-kun! tunggu!" Naruto masih tak menanggapi Hinata.

"Naruto! tunggu! kumohon! ada yang ingin kubicarakan denganmu! dengarlah pengakuanku!" jerit Hinata, namun tetap saja Naruto tak menggubris perkataan gadis malang itu. "aku tahu Hinata-chan, aku tahu." Naruto bergumam sambil jalan, pikirannya kosong, entah ia berjalan kemana, ia tak tentu arah. Namun, ada seseorang yang menghadangnya, seseorang bersurai merah, serta tato ai di dahinya.

"Kau mau kemana?" tanya Gaara.

Tak ada jawaban.

"Kau mau kemana?" tanya Gaara lagi yang mulai meninggikan suaranya.

"Jangan menghalangi jalanku." ucap Naruto singkat, dan kembali berjalalan, namun Gaara mendorongnya hingga hampir terjatuh. "Jawab aku!" ujar Gaara yang amarahnya mulai tersulut, kini Gaara menggenggam kerah baju Naruto dan menatap nanar kepadanya.

"Kau tidak lihat? Hinata mencarimu! dia ingin bicara denganmu! dia sudah sush payah datang ke sekolah dengan kondisinya yang seperti ini! dan kau hanya menghiraukannya?" sembur Gaara.

Naruto tersentak, garis pikirnya mulai menyambung dengan pasti, logika telah menyentuh kesadarannya. Dia menghindari Hinata hanya karena gadis manis itu mulai dekat dengan Sakura? alasan yang tak masuk akal, Hinata sama sekali tak bersalah, bahkan ia tak patut disalahkan. "Kenapa kau hanya bisu haah? cepat minta maaf padanya!" ujar Gaara yang masih emosi.

Maka Naruto hanya berlalu seperti angin sesaat, 'maafkan aku, sungguh, maafkan aku.'

.

.

.

xXx

Naruto POV

Di taman sekolah

Satu-satunya yang bodoh disini adalah aku, ya, aku yang paling-paling dungu, itulah yang aku rasakan. Tampaknya aku harus mengucapkan terimakasih kepada Gaara yang telah menyadarkanku, aku yang bodoh karena meninggalkan gadis baik yang mencintaiku dan tampaknya mulai kucintai. Mengingat dirinya ketika teriak memanggilku, rasa bersalahku kembali bergulir menuju dada yang semakin sesak.

Sebenarnya aku tidak membenci Hinata, tidak sama sekali, bahkan yang terlintas dipikiranku ketika dirinya mengalami kecelakaan adalah langsung berlari untuk menolongnya. Gadis bersurai pink itulah penyebabnya, mungkin ini terlalu berlebihan, tetapi aku masih sangat-sangat membencinya. Dulu aku mencintainya, sangat, namun ketika tahu dia hanya mempermainkanku, iblis memutar balikkan hatiku.

"Atau mungkin akulah yang terlalu berlebihan."

Kini aku bergumam sendiri, sungguh sangat tidak jelas, namun pendirianku mulai goyah ketika hal ini terus kupikir ulang. Seorang Hinata saja mampu memaafkan kesalahannya serta kini menjadi sahabatnya, bagaimana denganku? apakah aku terlalu lemah sehingga tak mampu membendung emosiku? apakah aku sebegitu egoisnya hingga tak membiarkan Hinata memilih dalam berteman?

Kelam, itulah kata yang dapat mendefinisikan hatiku sekarang ini. Risau menjerumus, menusuk dalam sukma, gadis indigo telah mencuri perhatianku, Kami-sama tolong beritahu apa yang harus kulakukan. Tak lama berselang ponselku berdering, ternyata ada pesan masuk, maka kubacalah pesan itu yang isinya membuatku malas seketika.

Naruto, pulang sekolah temui aku di atap sekolah. Ini penting, ada yang ingin kubicarakan denganmu

Haruno Sakura

Itulah pesan yang kudapat, seketika langsung kubanting ponselku. Aku tidak peduli, yang kuinginkan saat ini hanyalah melampiaskan amarahku. Entah pada siapa, aku tak tahu.

Naruto POV end

...

.

.

.

xXx

Normal POV

Sepulang sekolah

Benar-benar hari yang melelahkan, penat sekali rasanya, ditambah panas matahari yang agak terik membuat keringat mengucur di kulit tan milik Naruto. Namun demi menemui si pengirim SMS keparat itu Naruto datang ke atap sekolahnya yang sepi tanpa seorangpun kecuali dirinya dan orang yang ada didepan dirinya ini.

Ketika sedang menuju tempat ini, Naruto sempat berpapasan dengan Sasuke yang tersenyum penuh arti, dan berkata dengan lepas "masalahmu akan selesai hari ini, Dobe." yang Naruto tidak mengerti maksud dari kalimat itu. Kini beralih ke pertemuan yang panas ini, mereka berdua larut dalam diam, kosong, hanya udara yang berbisik lembut kepada mereka berdua.

Mereka berdua ada di ambang keraguan yang nyata, Sakura pun masih ragu dengan rencana nekad yang akan ia lakukan ini. "Cepatlah, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" tanya Naruto sembari melirik arloji miliknya.

"Aku benar-benar minta maaf atas semuanya, aku memang seorang pengecut karena selama ini tak berani untuk meminta maaf kepadamu, selama ini aku memang salah, padamu dan Hinata, namun sekarang aku benar-benar berubah, aku telah merubah sifatku, bahkan Hinatapun kini berteman denganku, jadi, bisakah kita melupakan masa lalu dan mulai meniti masa depan? bisakah kita berteman lagi tanpa ada perasaan benci di dadamu?"

"Tidak semudah itu Sakura! tidak semudah itu! jika memang mudah untuk memaafkanmu, aku sudah memaafkanmu dari dulu! tapi ini perkara lain Sakura! kau telah membohongiku dengan kenyataan yang pahit." ujar Naruto dengan menggebu-gebu.

Baru saja Naruto hendak pergi ketika Sakura meneriaki kalimat yang membuat pria bersurai kuning itu kaget bukan main. "Naruto! Hinata menghilang entah kemana, terakhir kulihat ia ada di area parkir, dan katanya akan menyusulku, namun sampai sekarang ia belum datang!" namun Naruto menghiraukannya karena menganggapnya sebagai lelucon saja.

...

Namun ketika Naruto hendak keluar gerbang sekolah, ia melihat beberapa orang sedang berkumpul seakan sedang meributkan suatu hal. Naruto segera mendatanghi mereka, dan lantas bertanya pada mereka tentang masalah yang mereka hadapi. "Kalian ada ribut-ribut?" tanya Naruto penasaran, yang jawabannya langsung membuat Naruto terhenyak. "Hinata telah diculik, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ia berteriak meminta tolong!" ujar panik orang yang ditanya Naruto.

"Benarkah? seperti apa mobilnya? berapa plat nomernya?" tanya Naruto yang mulai ikut panik, 'kuso! ternyata Sakura benar.' dalam hati ia mengakui bahwa perkataan Sakura benar. Dari belakang tampak Sakura yang datang dengan tergesa-gesa dan dengan keingintahuannya ia bertanya, "kalian kenapa? apa ada masalah?"

"Sakura, Hinata diculik oleh seseorang!" akibat perkataan Naruto tersebut, terang saja membuat Sakura menjadi tak karuan. "Bagaimana bisa? terakhir kali kulihat ia ke area parkir, katanya ada seseorang yang memanggilnya."

"Cepat beritahu aku seperti apa mobil yang membawa Hinata pergi itu?"

"Mobil itu adalah honda jazz keluaran terbaru dan berwarna biru tua, aku tidak melihat plat nomernya, hanya itu yang ku tahu."

"Baiklah, terimakasih atas infonya." Naruto segera berlari sambil menyeret Sakura, ia cemas dan berharap Hinata segera ditemukan. "Ayo kita ke apartemennya." ujar naruto pada Sakura, dengan sigap Sakura pun mengangguk.

.

.

.

xXx

Sementara di suatu tempat

"Bukankah kau mau ia membalas cintamu?"

"Bahkan kini Sakura mengakuimu, kini kau tidak mempunyai halangan apapun."

"Satu-satunya kelemahanmu hanyalah kau sangat pemalu."

Seseorang duduk disamping Hinata dengan tatapan dingin nan serius, nada tatapannya sangat yakin dengan sesuatu yang sedang ia rencanakan ini. "Kau tahu dulu aku memiliki teman lama yang lucu, tidak seperti diriku, namun kini kami berjauhan, seolah-olah tidak saling kenal, bukankah menyedihkan?"

...

Sementara Naruto dan Sakura sudah sampai di depan kamar apartemen Hinata, namun percuma, kamar itu dikunci. Naruto masih terus memikirkan pentunjuk yang diberikan oleh orang yang ditemuinya tadi, "mobil biru tua... sepertinya aku tahu.."

Sampai Naruto juga Sakura bicara serentak.

"Sasuke!"

Naruto mengambil ponselnya dan lantas segera menghubungi Sasuke, namun percuma tidak diangkat oleh Sasuke. "Bagaimana kalau kita segera menuju rumah Sasuke saja?" saran Sakura yang tengah panik. Naruto langsung menyetujui ide Sakura, lantas mereka segera menuju rumah Sasuke yang jaraknya tidak begitu jauh dari apartemen Hinata.

Sungguh beruntung karena di depan rumahnya yang besar, Naruto melihat kakak Sasuke yang sedang beranjak keluar, entah kemana. "Itachi-san! hei Itachi-san." panggil Naruto yang melambai pada kakak Sasuke itu.

"Hnn.. Naruto? kau sedang apa? kebetulan Sasuke belum pulang sedari tadi." sapa Itachi.

"Apakah kau tahu Sasuke ada dimana?" tanya Naruto dengan mimik muka serius.

"Aku tidak tahu, tapi belakangan ini Sasuke selalu membicarakan kafe yang baru dibuka di dekat stasiun." jawab Itachi.

"Terima kasih, Itachi-san." wajah Naruto kembali segar.

.

.

.

xXx

Di tempat Sasuke

Pria berambut raven duduk berdampingan dengan gadis bermata lavender di sebuah bangku di taman. Mata lavender itu menerawang jauh, berharap Naruto segera menemukannya, ia berharap rencana yang dikatakan pemuda disampingnya ini berhasil. Terang saja Hinata kaget, ketika Sasuke memanggilnya, lalu menyeretnya, dan memasukannya ke dalam mobil, hingga membawanya ke tempat ini, sungguh membuat Hinata takut. Untungnya setelah sampai di taman Konoha, Sasuke memberitahu maksud dari semua ini.

Sasuke mengatakan bahwa semua ini tak lepas dari ide serta desakan Gaara, Shikamaru, Kiba, Chouji, serta Kankuro. Juga karena Sasuke adalah sahabat Naruto sedari kecil, walaupun terlihat dingin dan cuek pada Naruto, namun dari lubuk hati yang paling dalam sebenarnya ia sangat peduli pada pemuda berkulit tan itu, maka dari itulah rencana penculikan ini terbuat dan sampai sekarang telah berhasil dijalankan.

"kau mau ice cream?" Sasuke bertanya pada Hinata yang sejak tadi hanya diam, kebetulan di dekat mereka ada penjual ice cream.

"T-tidak usah repot-repot." sifat Hinata yang tidak mau menyusahkan orang lain membuat ia menolak tawaran Sasuke.

"Sabarlah sebentar, Naruto pasti akan datang menjemputmu, jika ia datang, bersikaplah seolah-olah aku ini pemeran antagonis." ujar Sasuke datar, seperti biasa, menampakkan aura dingin dan cool miliknya, sementara hinata hanya mengangguk.

Tanpa Hinata sadari di balik pohon besar yang ada di dekatnya ada lima pria yang mengintip dengan mimik penasaran. "Hei Shikamaru, apa kau yakin idemu ini akan berhasil? kulihat sepertinya Sasuke tak begitu mau mengikuti rencana ini." protes Kiba yang takut semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Sementara yang disebut namanya hanya menguap malas, "percaya saja padaku." hanya itu jawabnya singkat.

Sasuke masih asyik mengajak hinata mengobrol, hingga mereka berdua kaget dengan satu teriakan yang familiar. "SASUKE TEMEEEEE! KURANG AJAR KAU!" pekik Naruto yang berlari menuju ke arah mereka berdua, serta Sakura yang mengejar Naruto, terlihati a sangat panik. Setelah sampai tepat di depan Sasuke, sontak Naruto menghajar wajah mulus Sasuke, hingga pemuda raven tersebut terjengkal dan jatuh ke tanah.

"Na-Naruto-kun?" Hinata shock bukan kepalang melihat adegan yang begitu cepat berlangsung.

"Kenapa kau menculik Hinata? Sialan! dasar bakka! bukankah kita teman?" Naruto masih terus membuat memberi pukulan pada Sasuke, namun Sasuke mendorongnya dengan sekuat tenaga, hinga akhirnya naruto terjengkal.

"Bukan niatku untuk menculiknya, Dobe! ini semua rencana mereka!" ucap Sasuke seraya menunjuk pohon besar yang ada di taman tersebut. Naruto melongo dibuatnya, pikirannya yang dangkal membuatnya berpikir pohon itulah yang pelaku yang ditunjuk Sasuke.

"Jangan membohongiku Teme! mana mungkin sebuah pohon membuat rencana penculikan." ujar Naruto yang tersenyum tak percaya.

"Kalian keluarlah." perintah Sasuke kepada tiga orang yang berada dibalik pohon tersebut. lalu keluarlah satu persatu orang yang Naruto kenal, Naruto tersentak. "K-kalian? kenapa kalian ada disini? apa yang sebenarnya terjadi disini?" Naruto pun bingung.

"Gomen Naruto, sebenarnya ini rencana kami bersama Gaara agar Hinata dan kau benar-benar menjadi sepasang kekasih." Hinata serta Naruto terlonjak kaget, mereka berdua kaget akan niatan teman-temannya itu. Naruto benar-benar tidak menyangka jika teman-temannya akan berbuat senekad itu.

Dan akhirnya Gaara mengambil alih pembicaraan, "maaf Naruto dan Hyuuga-san, disini aku bukan bermaksud ikut campur dalam hubungan kalian, namun aku melihat kalian berdua dalam satu kekeliruan, Naruto! jujurlah! siapa sebenarnya wanita yang kau cintai? Yuuga-san atau Haruno-san?"

"K-kau bicara apa?" Naruto balik bertanya.

"Jujurlah." ucap Gaara kembali.

"Baiklah, aku akan benar-benar jujur kepada kalian semua, dulu aku hanya menganggap Hinata sebagai teman, teman dekat tepatnya, namun lambat laun aku mempunyai perasaan yang lebih kepada Hinata, dan akhirnya perasaan yang kupunya itu berbuah cinta, namun aku bimbang karena disisi lain ketika itu aku sudah memiliki Sakura." begitulah pengakuan Naruto yang membuat Hinata kaget.

"Akhirnya kau mengakuinya Naruto, lalu bagaimana dengan kau Hyuuga-san?" tanya Gaara lagi.

"A-aku m-m-mencintai N-narut-to-kun." ungkapnya dengan malu-malu dan muka yang sangat merah.

BRUUK

Ya, akhirnya Hinata pingsan seperti biasa, mereka semua terlihqt panik dan naruto berusaha menggendong tubuh mungil Hinata. Tak lama berelang suasana telah kembali seperti semula, seolah tak ada masalah apapun yang terjadi di hari itu, hanya Naruto yang tetap bungkam hingga ia sampai kerumahnya. Ia turun dari mobil Sasuke, Sasuke yang melihatnya akhirnya buka mulut untuk menasehati Naruto.

"Hei dobe, aku sarankan kepadamu untuk segera mendapatkannya, karena pria yan baik tidak akan membiarkan wanita yang dicintainya menunggu terlalu lama."

Naruto tertegun untuk beberapa saat.

.

.

.

2 Bulan kemudian

Bel tanda istirahat telah berbunyi, siswa-siswa mulai berkeliaran, ada yang menuju kantin, taman sekolah, atau hanya di dalam kelas saja. Termasuk Naruto salah satu anak yang hanya berdiam dikelas saja.

Mengenai Naruto, banyak hal yang telah ia lalui dalam waktu dua bulan ini, dan banyak pula haal yang berubah dalam hidupnya.

Termasuk statusnya.

"Naruto-kun, aku membawakan bekal untukmu."

"Waah Hinata-chan, terimakasih, aku sudah menunggunya, aku sangat lapar." balas Naruto dengan senyum yang tulus.

Ya, kini Naruto dan Hinata telah menjadi sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, apapun yang mereka lewati terasa indah. Sementara Sakura sedang menikmati masa kesendiriannya dengan tenang, sementara yang lainnya? masih sama seperti biasanya.

Kadang kisah cinta akan dilalui oleh prahara, baik itu besar maupun kecil, namun jika kita mampu melewatinya, cinta kita akan menjadi cinta yang abadi, akan bertahan sampai maut meminta kita untuk kembali.

Tamat


author note

yaaaah akhirnya setelah setahun lebih aku dapat menyelesaikan fic ini ^^ terimakasih buat para reader yang bertahan membaca ficku ini, maaf jika masih banyak kekurangan dalam fic ini, dan maaf jika endingnya tidak sesuai dengan yg kslian inginkan. Arigatou minna-san