KITCHEN IN LOVE

Genre : Romance, humor?

Author : Miyazakie Erizawa

Rate : T (berkembang sesuai chapter. Hehee…)

Warning! Author baru, masih sangat hijau, many typos, BOY x BOY a.k.a SHOUNEN AI

Inspired by : Korean Drama "Pasta" and my daily life.

Flame boleh-boleh aja, tapi jangan terlalu kejam ya.. hati saya masih selembut kapas soalnya. #PLAKK

Chapter 1 : That's My Way for Being a Chef

TOK TOK

"Masuk!"

Terdengar sebuah sahutan singkat nan tegas dari balik pintu ebony setinggi dua meter berhiaskan ukiran klasik ala Eropa.

Pintu itu perlahan terbuka. Menampakkan siluet rambut pirang cerah yang menunduk – segan.

"Terlambat delapan menit dari jam interview, Tuan -…", Lelaki bersurai hitam itu menghentikan kata-katanya, mengambil map coklat di meja yang berada tepat di sampingnya, membukanya, dan membaca isinya singkat. "… -Uzumaki Naruto? Benar?".

Lelaki muda yang berusia sekitar dua puluh tahun itu mengangguk, namun tetap berdiri di belakang pintu menyembunyikan setengah badan dan wajahnya dari seseorang yang kini dianggapnya cukup mengerikan untuk diberikan cengiran lima jari khasnya.

Pemuda itu menatap Naruto, lalu mengarahkan kepalanya ke kursi yang berada tepat di depannya. "Duduk.", katanya tegas.

Perlahan, Naruto mulai melangkahkan kakinya masuk dan menyamankan duduknya di atas sofa single yang ternyata Oh-My-My sangat nyaman.

"Sebelumnya, kau tidak ingin mengatakan sesuatu kepadaku, Tuan Uzumaki?", matanya menatap tajam ke arah Naruto, menyilangkan jari jemarinya di depan hidungnya.

"Eh? Eetoo~… Maaf, Pak. Saya terlambat. Tadi Saya…"

"No Excuses!"

Naruto Panik. Dia gak tau interview bisa beraura se-meng-intimidasi seperti ini. Dia mau pulang!. Tapi kalau dia pulang, dia malu dong. Masa dijutekin aja udah nyerah. Ini semua karena Papa Minato!

.:: Flashback::.

Suara Ringtone handphone Naruto menggema mengumandangkan "Nexus 4"nya L'arc~en~Ciel di sebuah ruanga bernuansa oranye, sebuah kamar di asrama salah satu institute di Amerika. Si pemilik yang baru siap mandi langsung menyambar telefon genggamnya.

"Halo~…."

"NARUUUUUUUUUU~!", sontak Naruto menjauhkan telinganya dari speaker telefon genggam itu.

"Papa! Tidak perlu berteriak begitu kan!"

"Papa rinduu, Nak! Kapan kau kembali, Naru? Ini sudah 1 bulan sejak Papa menghadiri pesta wisudamu. Cepatlah pulang, dan bekerja di hotel Papa. Posisi apapun yang kau mau akan Papa berikan."

Naruto mendudukkan dirinya dipinggiran tempat tidur single-nya. Haaahh~… ini nih yang dia males dari Papanya. Menjadi seorang Chef, gak bisa dimulai langsung dari atas. Dia harus memulai semuanya dari awal.

Oh, iya.

Naruto Uzumaki atau yang sebenarnya bernama Naruto Namikaze merupakan lulusan Culinary Institute of America jurusan Kitchen. Seperti keterangan di atas, pemuda berumur 21 tahun ini baru saja lulus sebulan yang lalu dengan hasil yang mengagumkan. Dan yaaahh~ dia masih stuck di asrama ini dengan alasan masih mengikuti kegiatan alumni. Padahal sebenarnya sih dia males pulang. Dia tau kalau bakal kayak gini kejadiannya.

Ayahnya, Namikaze Minato, seorang bussinessman yang memiliki beberapa perusahaan bonafit dan pemilik hotel bintang lima kedua terbesar di Jepang menjadikannya seorang yang lumayan terkenal dan berpengaruh di Jepang.

Dari dulu Papa Minato sudah bersikeras memaksa anak tunggalnya itu bekerja di Grand Space International Hotel, hotel yang telah dirintisnya dari yang bukan apa-apa sampai menjadi hotel bintang lima seperti sekarang. Posisi apapun akan ia berikan, asalkan Naruto mau bekerja disana dan gak jauh-jauh dari ia dan istrinya, Namikaze Kushina.

Memang bisa dikatakan pasangan ini sangat protektif terhadap anaknya karena memang Naruto memiliki tubuh yang lebih mungil dari laki-laki umumnya yang seumuran dengannya. Tak jarang Naruto dikira perempuan dikarenakan jakun yang tidak terlalu terlihat, kulit yang halus dan tubuh yang berlekuk dibagian pinggang. Dan tak jarang juga mendapatkan pelecehan di kerata api atau tiba-tiba ditarik masuk ke gang sempit dan lain sebagainya. Karena itulah dari SMP ayah Naruto menyewa bodyguard agar menjaga Naru secara diam-diam.

Awalnya Minato dan Kushina menolak mentah-mentah itikad baik Naruto untuk melanjutkan sekolah kuliner di Amerika. Memang dasar Naruto yang keras kepala – keturunan dari Kushina dan Minato yang sama-sama keras kepala – akhirnya pasang ini pun meyerah dengan syarat Naruto harus mau diawasi oleh sepupunya yang juga tinggal di Amerika, keponakan dari Kushina, yang Naruto terima dengan lapang dada. Huff….

"Papa, Naru gak mau…"

"…."

"Apa yang kau katakan, Namikaze Naruto?!", Minato menaikkan nadanya satu oktaf.

Naruto menghela nafasnya, dia tau keputusannya ini akan mendapat penolakan dari sang ayah. "Aku ingin berdiri di kakiku sendiri. Kalau aku terus berlindung di bawah naungan Papa, gak akan ada yang akan mengakuiku sebagai seorang Chef. Mereka hanya akan berfikir kalau aku bisa menduduki posisi itu karena Papa. Aku mau menghapuskan nama Namikaze ini sebentar, Pa. Sampai aku benar-benar diakui. Aku harap Papa ngerti. "

"…"

Minato tidak menjawab apapun. Dia bisa membaca keseriusan anaknya dari kata ganti yang digunakan Naruto. Naruto tidak pernah menggunakan kata 'aku' saat berbicara baik dengannya, maupun dengan Kushina. Minato sadar, Naruto sudah menjajaki usia 21 tahun, usia dimana ia tidak bisa lagi menganggap Naruto sebagai rubah kecil-nya. Dia harus menerima bahwa Naruto yang sekarang, berhak menjalani hidup dengan keputusannya sendiri. Namun Minato tetap tidak bisa mengingkari kekhawatirannya sebagai seorang ayah. Dia tetap harus memaksa Naruto untuk disisinya bagaimanapun caranya, tapi tidak menghentikan keinginan anaknya untuk memulai semuanya dari nol.

"Naru.."

"Iya, Pa?"

"Papa mengizinkanmu mengganti marga. Gunakan marga ibumu, ne?"

"PAPA! BENERAN?!", suara riang Naruto menunjukkan kebahagiaan. Gak nyangka banget keputusannya ini diterima tanpa syarat.

"Tapi ada syaratnya"

"Bhuuu….. ", Naruto ngambek. Kecewa. Kirain gak pake syarat.

"Mau gaaak?"

"Apaaa ituu yaa, Paaa…. ?", tanya Naruto. gak tertarik.

"Bekerjalah di perusahaan Papa."

"Hiiieee~.. itu sama ajaaaaaaa..", Naruto protes sambil banting handuk yang nyampir di bahunya ke lantai.

"Antar surat lamaranmu dalam bahasa Inggris ke HRD dengan menggunakan nama Uzumaki Naruto. Hotel kita membuka lowongan untuk Chef de Apperentie. Ayah yakin, lulusan CIA sepertimu pasti bisa diperhitungkan oleh Executive Chef kita. Tanpa harus Papa bantu tentunya."

Bagaikan dapat jackpot, Naruto melompat dengan riang gembira. "Papa! Arigato~… Naru sayang Papa. Kuadrat!."

"Hahaha… Papa juga sayang kau, Naru. Chef de apperentie sudah cukup nol kan? Atau kau mau lebih dari bawah lagi? Stewards mungkin?"

"Hee~… Stewards bukan koki, Pa… Chef de Apperentie sudah cukup…"

"Baiklah. Papa sudah pesan tiket untuk kepulanganmu besok."

"A-Apa? B-Besok?"

"Pagi. Sepupumu tercinta akan mengurusnya. Bye, Naru-chaaann~…"

"Ap-.. Hey! Jangan panggil Naru dengan embel-embel it-…"

TUT TUT TUT TUT

Sambungan telefon terputus.

"… - tu. Haaah~ Papa no baka".

.:: flashback end ::.

"Tuan Uzumaki?"

"…", Naruto ngelamun. Teringat rentetan cerita kenapa dia bisa sampe disini. Di depan bapak-bapak jutek yang akan nge-interview dia ini. Ada Nametag-nya. Tapi gak ada keterangan jabatannya.

"Tuan UZUMAKI?"

"…", tapi kalo dilihat-lihat, bapak ini masih muda ya. Naruto memprediksi umurnya gak jauh dari dia. 23 mungkin? Atau 25? Jadi Naruto harus manggil apa dong? Bapak? Ketuaan. Mas? Naruto bukan orang Jawa. Om? Kapan dia sodaraan sama Mama-Papa Naru?. Dan ini dan itu. Naruto sibuk bergumul dengan pikirannya sendiri

Si pemuda yang-gak-jelas-mau-dipanggil-apa itu pun menyadari lawan bicaranya sekarang lagi asik ngelamun. Ia cuma menghela nafas berat dan memejamkan matanya. Gak nyangka menginterview pemuda ini lumayan buat dongkol. "Dasar dobe."

"Eh? Ap- Apa?", Naruto sadar dari lamunannya. Dia salah dengar, atau memang tadi laki-laki itu bilangin dia 'Dobe'?

" Huh?", Pemuda jutek dengan Name tag Uchiha Sasuke itu melihat ekspresi terkejut Naruto. 'Wooww~ anak ini manis juga. Dia melamar jadi Chef de apperentie, dengan tubuh semungil itu? Memangnya bisa? Tapi di CV ini menuliskan dia lulusan CIA dan nilainya tidak bisa dianggap remeh. Kalaupun dia masuk ke Kitchen, dia pasti jadi primadona mengingat semua staff kitchen laki-laki.'

"D-Doushite?", Naruto salting diliatin kayak gitu.

"Kau tau kan, perempuan sulit bersaing dalam dunia belakang dapur. Jarang ada kitchen yang mau menerima perempuan. Huh?.", Sasuke tersenyum meremehkan. Belum ada perempuan yang ia terima bekerja di kitchen Grand Space International Hotel ini.

"Eh? Perempu…. HIIIEEE~! Aku ini laki-laki tulen, Teme!", bentak Naruto. Emosi.

"Ha? Kau yakin?", Sasuke OOC, kaget total. Diantara keseluruhan penampilan Naruto, tidak ada yang mengindiksikan bahwa ia laki-laki yang tulen. Memang sekarang ia menggunakan coat tebal sepanjang lutut, celana bahan dan sepatu pantovel biasa, tidak terlihat dia mempunyai dada atau tidak. Tapi jika dilihat dari takstur wajah, rahang yang halus, bibir yang merah dan segar *eh? XD*, mata yang besar dan terlihat innocent, jakun yang tidak ada sama sekali, benar-benar sulit dipercaya bahwa dia laki-laki.

"Y-yakin Lah! Aku-…. ", sadar lagi interview, Naruto mengganti kata ganti orang pertamanya. "Saya… sudah 21 tahun hidup sebagai laki-laki!"

"Hoo~…", Sasuke mengagguk sekilas. Lalu kembali ke Curriculum Vitae milik Naruto.

'Responnya hanya itu?! Mana permintaan maafmu, dasar Teme!' umpat Naruto dalam hati. Kesal. Naru berharap semoga setelah interview ini ia gak akan lagi berurusan dengan si Teme.

"Sekarang, sebutkan Nama lengkapmu, umur, jenjang pendidikan, dan Motivasimu masuk ke hotel ini.", Sasuke meletekkan kembali map tersebut di meja yang berada di sebelahnya, lalu menyilangkan jarinya di depan hidung dan menunggu penjelasan dari pemuda blondie itu.

"Yosh! Nama saya Nami−….. Uzumaki Naruto, 21 tahun. Dari kecil sampai SMA saya menerima pendidikan di Jepang, lalu masuk ke Culinary Institute of America setelahnya. Baru saja jadi Fresh Graduate 2 bulan yang lalu. Motivasi saya ingin memasuki dunia kerja di Grand Space International Hotel, karena pada era ini, hotel Grand Space merupakan Hotel berbintang lima yang terbesar kedua setelah hotel Greenhills International, dan juga hotel ini memiliki Brigade de Cuisine terlengkap dan telah banyak memunculkan bibit-bibit chef muda yang cukup diperhitungkan.", Naruto menjawab dengan kepercayaan diri yang tinggi. Dia yakin bakalan keterima kalo dia percaya diri. Berjuanglah, Naru!

"Hm… America. So, you can speak English, right?", Sasuke menegakkan duduknya. Gak nyender lagi. Menumpukan kedua sikunya diatas meja dan menatap Naru dengan pandangan yang datar namun terkesan menyelidik.

" Yes. I'm using English in my daily life too. Because it's hard to find Japanese there. I seldom go out when weekend. I prefer go to library to find an interesting culinary book. So I cannot find another Japanese, except my Cousins."

"You're such a talkative person, huh?", dibalik jarinya yang menyilang, Sasuke tersenyum geli. Padahal tadi dia cuma nanya Naruto bisa bahasa Inggris atau enggak. Cukup jawab bisa atau enggak, ini malah dijelasin sampe ke akar-akarnya. Dasar dobe.

"Eetoo~… Gomennasai..", Naruto Pundung.

"Okay then.", Sasuke menyilangkan kakinya dan meletakkan kedua tangannya di atas pahanya dengan keren. "You have a plus point of capability to speak English. As we know, when we're working on culinary department you should know how to speak English fluently."

"Thank you, Sir.", Naruto mengembangkan senyum lima jarinya.

Sasuke terlihat sendang berfikir. Hal apa lagi yang akan ditanyakannya kepada anak baru ini. Tes kemampuan dasar, hm? Itu saja.

"Lalu, menurut anda, apa yang paling penting dalam hidangan western?"

"Eh?", Pertanyaan lelaki ini seperti orang yang tidak awam dalam dunia kuliner. Apa dia salah satu pekerja di kitchen juga?

"Yang paling penting dalam hidangan western itu adalah saus.", Naruto menjawab dengan gamblang dan kepercayaandirinya full.

"Jelaskan."

"Menurut saya bisa dikatakan western food memiliki pengolahan yang standart dalam bahan utamanya. Bukan berarti pemasakan bahan utama tidak penting, itu juga sangat penting diperhatikan untuk menjaga keadaan kualitas bahan utama saat dimakan, kombinasi dengan saus dan juga selera pelanggan. Bisa saja bahan utama hanya di goreng, atau di grill, atau dipanggang. Namun keadaan yang rare, half done, done maupun well done memberikan tantangan tersendiri dalam pemasakan bahan utama. Namun yang lebih penting diantara itu semua adalah keadaan saus atau dressingnya. Menurut saya saus adalah nyawa dari masakan western. Kekurangan dari pemasakan bahan utama dapat disamarkan dengan saus yang lezat. Maka dari itu tingkat Sous-Chef berada di bawah Executive Chef karena mereka berperan sangat penting dalam taste dan appearance masakan western tersebut."

"Accepted. Lalu, saus apa saja yang kau ketahui?"

"Pada dasarnya basic saus hanya ada 3. White sauce, blonde sauce, dan brown sauce. White sauce dibuat dari white stock, blond sauce dibuat dari blonde stock, dan brown sauce dibuat dari brown stock dengan penambahan pengental berupa roux, mentega satu berbanding satu dengan tepung terigu. Dengan mengetahui basicnya, sudah banyak turunan dari saus tersebut yang dapat dibuat."

"Oke. Pertanyaan terakhir. Apa itu chef?", Sasuke membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja kerjanya sembari menunggu respon dari si pirang.

"He? Chef? Tukang masak, tentu saja", Naruto bingung. Nenek perawan goyang gayung aja tau kalo chef itu sama dengan koki sama dengan tukang masak.

"Aku tau, Dobe. Tapi bukan itu jawaban aku inginkan. Aku bertanya apa arti seorang chef bagimu."

Naruto terdiam sekejap, memandang lurus ke mata onyx yang menatapnya tajam, lalu tersenyum lembut, "Bagiku, menjadi seorang chef adalah suatu kehormatan. Membahagiakan orang lain dengan masakan yang dibuat sepenuh hati, menyampaikan perasaanku melalui sebuah masakan dan membuat orang lain merasakan rasa yang fantastis. Itulah jalan chef-ku!"

'Menarik' , Sasuke sungguh tak bisa menyembunyikan senyumnya kali ini. Lelaki ini benar-benar menarik perhatiannya.

"Uzumaki Naruto."

"Y-ya, Pak?"

"Kau bisa mulai bekerja besok sebagai Chef de Apperentie.", Sasuke memandang wajah Naruto, Intens. Tidak ingin kehilangan sedikitpun ekspressi yang akan dikeluarkan pria yang menarik perhatiannya itu.

Naruto mengembangkan senyumnya dengan wajah yang merona manis, "H-HONTOU?! YATTA~… ARIGATOO~!", Naruto sontak berdiri dan membungkukkan badannya berkali-kali. Sampai…

DUKK!

"Ittaaaiiii~ Mamaaaaaa~…", Naruto mengusap dahinya dan terduduh lagi. Kepentok meja. Terlalu semangat sih!

"Dasar Dobe, sudah sebesar ini saat merasa sakit kau masih memanggil ibumu ya..", Sasuke tersenyum geli, plus menghina.

"T-Teme! Aku sayang ibuku!"

"Seenaknya memanggilku begitu. Aku atasanmu bodoh
"Hiieeee~ Gomennasaaaaiiii~…"

Mungkin setelah ini aka nada banyak kejadian menarik yang akan terjadi – menurut Sasuke. Bocah di hadapannya ini benar-benar membutnya bergairah…

Tunggu!

Bergairah?

Ohh, tidakk…..

_Tsuzuku_

a/n: sebenarnya aku ga tau sih system di Culinary Institute of America itu gimana, tapi dalam cerita ini kau buat antara jurusan kitchen dan Pattissetie itu berbeda (untuk kepentingan cerita chapter-chapter kedepan tentunya)

mungkin ada banyak istilah kuliner yang agak kurang dipahami diatas sana. Maka saya membuatkan footnote untuk istilah-istilah tersebut.

Chef de Apperentie : Koki Perintis. Atau koki pemula. Biasanya koki ini belum dikasi masak sampe ahli jadi vegetable cutter (tukang motong sayuran).

Brigade de cuisine : brigade dapur. Berisi struktur organisasi dapur. Kalo dapur kecil biasanya Cuma terdiri dari executive chef, sous-chef, Chef de Partie (koki utama), commis 1, commis 2, dan commis 3. Tapi kalau udah besar kayak hotel, biasanya struktur organisasinya lebih ribet.

Rare, half done, done, well done : tingkat kematangan bahan utama. Rare = hampir mentah. Half done : setengah matang. Done : matang. Well done : Matang dengan sempurna.

White stock, Brown Stock, Blonde Stock : Stock = Kaldu. Sebenarnya intinya Cuma tulang yang direbus. Tapi kenapa bisa white, blonde atau brown itu karena tulangnya melewati proses pemanggangan dengan mirepoix (batang seledri, bawang Bombay, dan wortel). Kalo blonde, pemanggangan tulang sampe berwarna keemasan saja. Kalo brown, pemanggangannya sampe coklat banget (gak gosong ya). White stock itu teknik perebusan yang biasa aja, tulang, direbus pake mirepoix (baca : mirpoa).

Stewards : orang yang sangat membantu koki. Steward ini yang beresin kekacauan yang dibuat koki sehabis masak.

Jelek? Bagus?

Mind to review?