Y (Why)
Created by Lee Suhae
Main Cast
Lee Donghae and others,
Rated
T –M
Genre
Romance story, boy x boy, AOC
Don't like, Don't read! Happy reading guys –
~OoO~
Chapter III
Aku mencoba untuk menemukan 'aku' yang sebenarnya. Meski aku tahu, itu sulit dan tidak akan pernah terjadi. Sebab, 'aku' yang sedang aku cari telah mati saat ia meninggalkanku …
-LSuhae-
Last chapter –
"Kita belum berkenalan, siapa namamu?" tanyanya, Donghae tersenyum dan menyambut uluran pemuda itu. "Lee Donghae, kalau kau?". Pemuda itu tersenyum dan mulai membuka mulutnya,
"Nama ku –"
~OoO~
Suasana mencekam kentara sekali terasa disalah satu ruang makan Apartemen mewah yang terletak dikawasan Gangnam. Suasana yang begitu terasa kaku dan menakutkan. Apalagi, tatapan tajam yang diberikan seorang pemuda tampan kepada pemuda yang tengah duduk bersebrangan dengannya –didepannya. Matanya tak berkedip, menatap wajah manis pemuda yang berstatus sebagai adik laki –laki satu –satunya yang kini hanya menundukkan wajahnya dalam. Menghindari tatapan sadis milik kakak laki –lakinya itu. Sebenarnya, kakak laki –lakinya itu tidaklah bengis. Ia sungguh baik. Tapi, dalam situasi ini sikap aslinya itu harus ia simpan terlebih dahulu. Apalagi saat berhadapan dengan adik laki –lakinya yang ia sangat tahu dan hafal. Sangat –sangat nakal dan brutal.
"Mau sampai kapan kau mendiamkan Hyung –mu ini, Hae?". Mulailah ia membuka suara, setelah 30 menit ia bertanya dan tak ada jawaban dari sang adik. Meski, ia sabar sebelumnya. Tapi, ia sudah lelah, jika harus mendapatkan reaksi dingin dari adiknya. Ia memutar bola matanya malas. Lalu, menarik tangan adiknya –kedua tangan adiknya yang berada diatas meja. Sedang memegang garpu dan sendok. Dan kini kedua alat makan itu jatuh begitu saja. Sebenarnya ia tak makan, hanya memainkannya saja. Menghilangkan rasa gugup, mungkin.
"Angkat wajahmu dan lihatlah wajah Hyung!" pintanya dengan nada yang benar –benar ia tahan agar tidak berteriak. Ia tahu, kalau adiknya ini tidak bisa dikasari sedikitpun, meskipun dengan ucapan.
Ia mengeram, "Hae .." panggilnya yang akhirnya, membuat adiknya itu mengangkat wajahnya. Dengan perlahan, memberanikan diri untuk menatap wajah tampan sang kakak yang begitu lekat memandangi wajahnya.
Yunho memejamkan matanya. Tak tega jika harus memarahi adiknya lebih dari sebelumnya tadi. Bagaimana ia hampir saja membanting gelas akibat adiknya –Donghae memilih bungkam saat ia bertanya. Apalagi saat ini, Donghae tengah mengeluarkan jurus andalannya. Memandanginya dengan mata berkaca –kaca. Percis seperti anak anjing manis yang malang.
Yunho menyerah.
"Baiklah .. Hyung tidak akan menghukummu. Kau senang?". Pertanyaan yang terlontar dari mulut Yunho dengan nada yang lembut. Seperti biasanya, Yunho. Yunho yang baik, ramah dan penyayang. Lihatlah, bagaimana cara ia memanjakan si nakal Donghae dengan usapan lembut dipunggung tangan Donghae.
Donghae tersenyum dan mengangguk lucu. Senang, akhirnya ia tidak akan kehilangan mobil pemberian Kibum kepadanya. Mobil mewah bewarna biru. Warna kesukaannya. Padahal, Yunho telah mengancamnya, kalau ia tak menjawab, maka mobil mewah itu akan segera dikembalikan ke pemiliknya. Dan membuat dirinya harus diantar –jemput oleh Yunho –nya itu. Untung saja hal itu tidak terwujud saat ini. Dan seharusnya, tidak akan pernah terwujud. Bisa –bisa, misi dirinya untuk menyakiti hati seorang pria akan lenyap seketika.
"Tapi .. kau tetap harus menjawab pertanyaan dari Hyung!"
Donghae menarik tangannya, menyilangkan tangannya didepan dada. Lantas, memandang Yunho dengan tajam. "Tsk. Apa maumu, Hyung!" . Merasa tak suka, saat ia merasa dipermainkan. Ia tak suka, saat seseorang semena –mena atas dirinya.
"Aku adalah Hyungmu, Hae! Jadi aku berhak atas dirimu"
Donghae merasakan matanya memanas. Entah kenapa, hatinya terasa sakit saat mendengar kata –kata Yunho yang selalu mengklaim kalau dirinya adalah milik pribadi. Mungkin benar, ia adalah tanggung jawab Yunho. Tapi, apa Yunho bertanggung jawab saat ia sakit hati? Sedih? Terluka? Bahkan harus kesepian setiap malam saat kakak tercintanya itu pergi karena urusan bisnis?
"Hyung khawatir saat kau harus tinggal diluar sana. Hyung takut kehilanganmu, Hae!"
Donghae menahan air matanya agar tak tumpah didepan Yunho. Sebisa mungkin ia menahannya. Ia menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia menatap dalam mata Yunho dengan satu pandangan lurus. Lantas, tersenyum. Senyum yang begitu pedih terlihat.
"Jika Hyung takut kehilanganku, jika Hyung benar –benar mencintaiku. Dimana Hyung saat aku kesepian? Dimana Hyung saat aku sakit? Dimana Hyung .." ucapannya terhenti seketika, saat ia tak kuasa untuk menahan isak tangisnya. Ia menarik nafasnya dalam, membiarkan air mata yang ia tahan jatuh begitu saja, bergulir tanpa halangan. Turun membasahi pipi mulusnya.
"Saat aku benar –benar terjatuh kala itu. Saat aku dibuang begitu saja, Hyung tidak ada. Hyung pergi meninggalkanku saat aku terpuruk .. hikks". Isaknya tak bisa diredam begitu saja. Tangisnya semakin jelas terdengar ditelinga Yunho. Ruangan itu tiba –tiba saja menjadi renungan air mata untuk Yunho yang merasa bersalah sepenuhnya.
"Kemana Hyung pergi saat dia meninggalkanku?" . Ia membuka matanya dengan jelas, meski air mata menutupi pandangannya untuk menatap Yunho yang saat ini begitu sedih dan menahan air mata memandangnya. "Hyung tahu? Saat itu aku berpikir, kalau aku tak punya siapapun lagi didunia ini. Tak ada yang bisa mengertiku selain dia dan kau, Hyung. Tapi, nyatanya berbeda .. tak sesuai dengan yang ku harapkan". Ia tersenyum seraya menghapus air mata yang terus saja berjatuhan dari mata indahnya.
Ia mulai menggerakkan tubuhnya, bangkit secara perlahan. Berdiri kini ia, memandang teduh ke arah Yunho yang sepertinya, juga ikut berdiri.
"Hingga aku mengerti satu hal. Kalau, didunia ini tidak ada yang benar –benar mencintaiku dengan tulus. Tidak ada.. semua orang didunia ini sama! Sama –sama busuk!"
Ia menggebrak meja, "Tutup mulutmu, Hae!" teriaknya tertahan dengan kasar. Lantas, menatap Donghae yang kini hanya bisa menatapnya dengan buliran air mata yang terus saja berguguran dari mata indah itu. Sungguh. Yunho tak kuasa melihat adiknya dalam keadaan buruk seperti ini. Ia tak bisa kalau harus melihat Donghae –nya menangis. Dan kini, adiknya menangis karena dirinya. Karena Donghae mengingat masa lalunya yang begitu kelam.
Donghae mengangguk pelan, "Baik, aku akan diam". Ia melangkahkan kakinya mundur, menghapus air matanya dengan usapan kasar.
"Setidaknya ..". Ia menarik nafas dalam, sedikit susah karena isak tangisnya yang semakin tak berbendung. Hatinya terasa sakit disana. Jujur, hatinya benar –benar terasa perih saat ini.
"Aku tahu, kalau kau tidak pernah mencintaiku. Hikks .. dia juga tidak pernah mencintaiku" lanjutnya dengan nada pilu yang menyayat hati. Suaranya pun bergetar, bukan hanya suara melainkan tubuhnya juga.
Yunho beranjak, berjalan mendekati Donghae yang sepertinya enggan bila Yunho mendekat. Donghae hendak berjalan menjauh. Masuk ke dalam kamar, kalau saja Yunho tak berhasil menahan lengannya. Mencengkeram lengannya dengan sangat kuat. Membuat Donghae meringis kesakitan. Yunho tersadar, dan segera memperlonggar cengkeramannya itu.
Ia menatap dalam mata Donghae yang sudah sembab akibat tangisnya. Ia, ia mengangkat tangannya. Mengulur ke depan kea rah wajah Donghae. Lantas, ia hapus air mata itu dengan usapan lembut sang kakak. Donghae tak berontak, hanya saja .. tangisnya semakin keras terdengar dan … sakit hatinya semakin terasa. Begitu sakit mengoyak kalbunya.
Ia, menarik tubuh Donghae ke dalam dekapan hangatnya. Mendekap erat tubuh mungil Donghae dalam jangkauan lengannya. Menyelimuti tubuh bergetar itu dengan pelukan hangatnya. Ia tersenyum, sambil mengusap lembut punggung dan kepala Donghae secara bergantian. Rambut Donghae terasa basah akibat peluh keringat. Ruangan ini begitu panas.
"Hyung mohon, jangan pernah katakan kalau Hyung tidak mencintaimu. Hyung sangat mencintaimu, Hae. Appa dan Eomma. Mereka begitu mencintaimu. Dia juga, Hae "
Donghae mengangkat tangannya. Mencoba membalas pelukan dari kakak laki –lakinya itu. Ia menidurkan kepalanya pada dada bidang Yunho, sambil memejamkan matanya. Sekaligus, menenangkan jatungnya yang masih berdegup dengan sangat kencang. Tangis itu juga mulai reda, meski isaknya masih jelas kentara.
"Hiikks .. Tapi, kenapa .. kenapa dia meninggalkanku, Hyung" lirihnya begitu dalam dengan tumpahan air mata yang kini kembali terulang. Ia membuka matanya, sesaat wajah 'dia' yang begitu sangat menyakitinya masuk ke dalam ingatannya. Meski, ia begitu merindukan wajah tampan itu.
Yunho hanya bisa mengelus punggung Donghae, menenangkannya. Hatinya juga ikut sakit saat ia melihat Donghae menangis seperti ini. Menangis karna masa lalunya.
"Hyung .. dia jahat, sangat jahat" lanjutnya. Ia mengcengkeram baju belakang Yunho. Seakan –akan menumpahkan segala kekesalan hatinya selama beberapa tahun ini.
Yunho tak bisa berkata. Ia tahu bagaimana rasa sakit hati adiknya itu. meskipun ia sama sekali tidak pernah merasakannya secara langsung.
"Sudah Hae, cukup. Jangan lagi bicarakan dia"
"Hatiku sakit .."
Yunho meringis sekilas saat mendengar lirihan untaian kata Donghae yang begitu memilukan hatinya. Ia merenggangkan pelukannya. Hingga kini mata elangnya bisa dengan jelas menatap wajah Donghae yang basah air mata.
Ia angkat kedua tangannya. Menghapus dengan lembut wajah manis tersenyum, "Hyung tahu bagaimana perasaanmu, Hae. Hyung juga minta maaf karna saat itu, Hyung tidak ada disampingmu". Ia menggenggam erat tangan Donghae, membawanya ke depan dadanya. Lantas, mengecup keningnya dengan gerakan lembut.
"Jangan menangis lagi hm?". Donghae mengangguk sekilas, lalu merapatkan diri ke tubuh Yunho. Ia, menidurkan kepalanya pada dada bidangnya. "Hyung, aku lelah. Aku mau tidur" ucapnya pelan sambil memejamkan matanya. Yunho, melepaskan genggaman tangannya pada tangan Donghae. Memindahkannya untuk bisa merengkuh tubuh Donghae dalam dekapannya.
"Kalau begitu, tidurlah. Hyung akan memelukmu sampai kau benar –benar tertidur". Donghae tersenyum. Ia teringat akan Kibum –nya tiba –tiba. Bagaimana sosok dingin itu berubah drastis saat bersamanya. Mungkinkah kalau ia benar –benar jatuh cinta dengan sosok itu. Tapi, kenapa wajah Kibum tiba –tiba hilang dan tergantikan oleh sosok yang ia temui beberapa saat lalu ketika di bandara.
Ouch. Lebih baik, ia harus segera tidur. Dan memikirkan bagaimana caranya agar besok ia tak diantar oleh Yunho. Ia ingin sekali bertemu dengan Kibum.
Nah lo .. sepertinya pemuda manis yang berusaha menjadi jahat ini sudah terjerumus dalam cinta seorang Kim Kibum.
Yunho tersenyum, sambil tangannya tk berhenti untuk mengusap –usap punggung dan rambut Donghae secara bergantian. Ia merenggangkan pelukannya, saat ia merasa tubuh Donghae mulai bertambah berat. Jatuh menimpa ke arahnya. Ternyata … ia sudah tertidur dengan lelap.
Yunho mengelus pipi Donghae dengan lembut. Matanya dengan lekat, memandangi wajah manis milik adiknya itu. Tanpa sadar, air mata turun membasahi pipinya. Jatuh begitu saja ke lehernya.
Andai saja kau tahu yang sebenarnya, Hae. Masihkah kau seperti ini?
Tidak bisa dipungkiri. Yunho adalah salah satu orang yang benar –benar dekat dengan Donghae. Melebihi orang tua mereka. Ia sangat tahu betul siapa Donghae sebenarnya. Dan, ia juga tahu kalau adiknya selalu dekat dengan pria –pria tampan juga kaya. Ia tak habis pikir, bagaimana adik polosnya bisa berubah menjadi pemuda matre seperti itu. Dan ia juga tahu, kalau saat ini Donghae sedang dekat dengan siapa setelah putus dari Hangeng.
Sebenarnya, setiap gerak –gerik Donghae selalu terekam oleh mata –mata yang sengaja Yunho sediakan. Meskipun, Yunho masih tak tahu kalau adiknya itu sudah tinggal satu apartemen dengan Kibum. Karena, orang suruhan Yunho yang memperhatikan Donghae saat disekolah dan dijalan. Hanya ingin memastikan, kalau adik dari bos –nya itu baik –baik saja. Karena ia sendiri tahu, kalau Donghae selalu menghabiskan waktu dengan Kibum dan Hangeng kala itu.
Yunho mengangkat tubuh Donghae, membawa tubuh lelah itu ke dalam kamar tidur miliknya. Entah kenapa, ia ingin sekali menghabiskan malam dengan adik tercintanya.
Ia tersenyum saat melihat wajah damai Donghae saat terlelap. Itulah adiknya. Donghae –nya yang kini tengah mencari jati dirinya yang hilang. Ia mengusap kening Donghae dengan usapan perlahan dan lembut. Lantas, memberikan satu kecupan hangat untuk adiknya itu. Ia berdiri, hendak keluar untuk menyelesaikan pekerjaannya yang benar –benar banyak. Maklum, perusahaan yang ia rintis sedang berkembang pesat. Namun belum sempat kakinya melangkah, sebuah tangan halus meraih tangannya. Menggenggam lengannya dengan cukup erat. Ia terkejut dan segera berbalik.
Bisa ia lihat, bagaimana Donghae kini sedang menatap dirinya. Hingga, mata mereka berdua bertemu dan saling menghantarkan rasa sayang satu sama lain.
"Hyung mau kemana?" tanya Donghae dengan nada parau dan lemah. Yunho menggeleng pelan, lalu memilih duduk dipinggir ranjang. Ia tersenyum lembut ke arah Donghae. Membuat Donghae ikut tersenyum meski senyuman itu terlihat sekilas.
"Hyung tidak kemana –mana. Ada apa?"
"Temani aku. Aku takut tidur sendirian"
Yunho sedih mendengarnya. Bagaimana selama ini ia meninggalkan adiknya dalam kesepian dan kesendirian. Dan ia beruntung, setidaknya selama ini saat ia tidak ada. Ada sosok lain yang menemani adiknya. Sepertinya ia harus bertemu dengan sosok itu.
Yunho mengangguk, lalu mengambil diri untuk tidur disamping Donghae. Sedangkan Donghae memilih beringsut mendekati tubuh Yunho. Dan Yunho, langsung menarik tubuh Donghae ke dalam dekapannya.
"Hyung .."
"Hm"
Donghae memejamkan matanya dalam, sambil mencari kehangatan dalam tubuh Yunho. "Besok aku akan berangkat sekolah sendiri". Yunho tersenyum, "Tidak. Hyung akan mengantarkanmu". Donghae hendak berontak, namun dengan cepat Yunho mendekap tubuhnya dengan erat.
"Kita bersama –sama menemuinya"
Donghae membuka matanya cepat. Bingung, "Maksud Hyung?" tanyanya heran. Yunho tersenyum sambil menatap mata Donghae yang begitu polos menatapnya.
"Hyung tahu kau ingin menemui seseorang yang membelikan mobil mewah itukan?"
"Bagaimana Hyung tahu?"
"Kau baru saja memberitahunya". Donghae berdecak sebal, lalu menggigit dada Yunho sejenak. "Hyung menyebalkan". Hanya tawa yang Donghae dapat dari Yunho.
Yunho tersenyum begitu lebar saat ia melihat Donghae –nya ikut tertawa meski pelan. Ia tahu, kalau Donghaenya akan segera kembali. Dan melupakan masa lalunya itu segera. Karena ia tahu, sosok itu –Kibum benar –benar mencintai adiknya.
Meskipun disana, ada orang yang masih mencintaimu …
~OoO~
Pagi menjelang dengan sinar mentari menyapa. Kini Yunho tengah duduk di meja makan , sambil menunggu Donghae untuk sarapan pagi. Ia hendak memanggil, kalau saja langkah Donghae tidak terdengar oleh kedua telinganya.
"Pagi, Hae"
"Pagi juga, Hyung" balasnya saat dirinya sudah duduk disamping Yunho. Yunho mengacak lembut rambut Donghae sambil tersenyum.
"Bagaimana tidurmu, Hae?"
Donghae mengangguk sekilas, "Hmh, cukup tenang" jawabnya dengan menatap mata Yunho yang begitu lekat memandangnya. Yunho berdehem kecil, sebelum akhirnya menyodorkan segelas susu hangat kea rah Donghae.
Donghae menyambut segelas susu hangat kesukaannya. Apalagi jika Yunho yang membuatnya. Lalu, segera ia minum tanpa memperdulikan senyuman kecil dari bibir Yunho.
Itu adalah Donghaenya. Donghae yang sangat manja.
"Eh?" Yunho terkejut saat Donghae berdiri setelah habis meminum susu buatannya. "Kau mau kemana? Tidak sarapan dulu? Hyung sudah membuatkanmu roti bakar, Hae" tegurnya dan ikut berdiri.
"Tidak. Aku sudah terlambat"
Yunho menarik lengan Donghae saat adik manisnya itu hendak berlenggang pergi. "Bukankah ini baru setengah tujuh, Hae? Masih banyak waktu untukmu makan". Donghae menghela nafasnya saat sekilas menatap tengan Yunho yang menggenggam erat lengannya.
Ia mengangkat wajahnya, mendongak untuk bisa menjangkau wajah tampan Hyungnya itu. "Dia sudah menungguku, Hyung" jawabnya dengan nada malu –malu. Dan jangan lupakan semburat merah dikedua pipi chubby nya itu.
Perlahan, bibir Yunho terangkat untuk membentuk senyuman. Ia melepaskan genggamannya, beralih untuk menarik tubuh Donghae ke dalam pelukannya.
"Hyung harap kau tidak akan menyakitinya, Hae. Hyung tahu kau sudah jatuh cinta dengannya"
Donghae memilih diam, memilih meresapi usapan tangan Yunho yang begitu lembut diatas punggung dan rambutnya. Ia tersenyum saat Yunho merenggangkan pelukan, dan mulai menyentuh wajah manisnya.
"Jangan pernah lagi untuk menyakiti hati orang lain, Hae"
"Tapi, mereka tidak mengeluh saat aku menyakiti hati mereka"
"Mereka memendamnya, Hae. Kau bisa merasakannya bukan?"
Donghae membuka mulut, namun ia tutup kembali dan mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Yunho. Hatinya merasa tak tenang jika ia harus kembali diingatkan dengan masa lalu. Luka lama yang telah berusaha ia simpan dan ia kunci, perlahan – perlahan mulai terkuak dan terbawa oleh angin duka yang begitu menyakitkan insannya.
Tak disadarinya, setetes air mata miliknya jatuh. Dengan cepat, Yunho menyeka air mata itu dengan usapan ibu jarinya. Ia tak bermaksud untuk kembali membuka luka lama sang adik, hanya saja ia tak ingin jika Donghaenya tumbuh menjadi seorang yang buruk.
"Hyung tak akan mencampuri urusanmu, apa maumu. Tapi Hyung hanya minta. Lakukanlah apa yang menurutmu baik dan benar dengan hatimu, Hae. Bukan dengan emosimu. Karena Hyung tahu, kau adalah adik Hyung yang paling manis"
Donghae mengangguk, dan kembali menghambur ke pelukan Yunho. Ia menyembunyikan wajahnya, memejamkan matanya dalam sambil tersenyum.
"Gomawoyo Hyungie … " hanya itu yang bisa ia ucapkan. Tak banyak yang harus ia lontarkan disaat hatinya sedang berkecamuk saat ini.
Bisakah ia benar –benar tulus mencintai Kibum disaat bersamaan hatinya masih memendam luka dengan 'dia' yang sejujurnya masih ia cintai. Meskipun tertimbun dengan rasa benci berkepanjangan? Lalu bagaimana dengan sosok yang sempat ia temui kala itu. Kenapa hatinya merasa tertarik dengan sosok tampan itu? Apa karna sosok itu kaya?
O
O
~oOo~
Aku .. aku berusaha mencari apa yang hilang dari diriku. Kalian tahu apa yang hilang dariku? Yaitu, aku. Aku yang sudah mati dari dulu.
Donghae tersenyum begitu lebar saat melihat seseorang yang ia rindukan .. hmh, meski ia ragu dengan hal itu sebenarnya. Apa ia benar –benar rindu dengan sosok itu atau dengan 'uang' dari sosok itu? Entahlah.
Donghae menghampiri sosok tampan bebalut kemeja biru yang kini sudah berdiri. Menantinya dengan merentangkan tangannya. Hingga akhirnya tubuh Donghae mendekat, segera ia rengkuh tubuh yang selalu ia kagumi keindahannya itu.
"Aku merindukanmu, baby" ungkap hati seorang Kim Kibum sambil mememluk erat tubuh Donghae. Donghae tersenyum manis tanpa sadar. Senyuman tulus yang mendasar dari hatinya. Entah kenapa hatinya merasa tenang saat mendapatkan pelukan hangat dari seorang Kim Kibum yang sudah menyentuh tubuhnya berulang kali.
Pelukan mereka terlepas, tersadar jika mereka saat ini sedang berada ditempat umum. Yah, pinggir jalan yang selalu dilalui oleh banyak orang.
"Aku juga merindukanmu, Bumiie". Kibum tersenyum kecil, saat melihat dan mendengar ucapan manja sang kekasih yang teramat dicintainya itu.
Kibum mengenggam erat tangan Donghae, lalu mengajaknya ke dalam mobil mewahnya. "Apa kau sudah makan, baby?". Donghae menggeleng pelan, "Aku ingin sarapan pagi denganmu" jawabnya dengan nada manja yang sangat disukai Kibum.
Kibum, mencubit pipi Donghae sekilas. "Kau benar –benar menggemaskan baby". Sedangkan Donghae hanya bisa mengerucutkan bibirnya sesaat ia merasakan sakit dipipinya.
"Hey, jangan cemberut seperti itu? kau tahu? Aku seperti ingin memakanmu"
Mata Donghae membulat seketika, "Aish, kau sangat –sangat mesum Bumiie" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya heran. Kibum tertawa lepas, melihat tingkah lucu Donghae.
Donghae awalnya memasang wajah cemberutnya hingga akhirnya wajahnya berubah ceria. Lihatlah, senyuman manis yang terpasang dibibir tipisnya yang bewarna merah muda itu.
Kibum memandang wajah Donghae. Mata mereka saling beradu pandang. Saling menyiratkan rasa kasih sayang yang terpancar begitu tulus. Kentara sekali terlihat oleh mata indah Donghae. Tatapan lembut Kibum yang mampu menyihir hatinya menjadi lebih tenang daripada sebelumnya.
Tatapan yang … mengingatkan dirinya dengan masa lalu. Tatapan yang selalu berhasil membuat hatinya luluh bahkan, menangis.
Apa saat itu kau benar –benar mencintaiku?
"Hae?"
"Oh, ya ada apa Bumiie?"
"Tidak. Kau tidak apa –apa?" tanya Kibum, "Kau sakit?" seketika raut tenang Kibum berubah drastis. Lihatlah, bagaimana wajah tampan itu berubah gusar dan takut. Ia menepikan mobilnya, memilih untuk mengalihkan perhatiannya dari jalanan agar bisa melihat Donghaenya.
"Tubuhmu hangat?"
"Kalau dingin berarti aku sudah mati, Bumiie"
Kibum menatap tajam mata Donghae yang begitu polos menatapnya. "Ada apa?" tanya Donghae tak terima mendapat tatapan dingin dari Kibum seperti itu.
"Kita ke rumah sakit"
"Tapi aku tidak sakit"
Kibum menarik wajah Donghae, lalu memberikan kecupan diatas bibir Donghae. Membuat Donghae diam seketika dan jantungnya berdegup dengan sangat kencang.
"Aku tidak ingin kau sakit, jadi sebaiknya hari ini kau tidak sekolah. Kita akan kerumah sakit setelah makan" ujar Kibum setelah ciuman sepihak darinya terlepas. Donghae mengerjapkan matanya berkali –kali saat ia merasakan kalau rohnya telah kembali pada raganya.
"Aku tidak apa –apa Bumiie. Percayalah .." ia meminta, merengek sambil menahan lengan Kibum. Ia tersenyum, "Aku sehat –sehat saja" sekali lagi ia memberi keyakinan pada Kibum.
"Serius?"
"Ya!"
Kibum tersenyum aah .. menyeringai lebih tepatnya. Ia mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Donghae dan memberinya lumatan kecil. "Kalau begitu, apa kita bisa melakukannya pagi ini?"
Kibum mengelus pipi Donghae, "Aku rasa bisa. Masih ada waktu 45 menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi". Belum sempat Donghae membuka suara, Kibum sudah memutar arah mobilnya untuk menuju ke apartemennya.
"Kibumiiee … " kesalnya meski, senyuman terulas begitu saja. Dalam hati ia bersorak, tubuh Kibum yang begitu hangat akan mendekapnya dengan erat pagi ini. Walaupun begitu, entah bagaimana rasa cinta yang kini tertanam didalam hatinya masih ia abaikan? Apa ia merasa takut? Takut jika ia benar –benar jatuh cinta dengan Kibum?
O
O
~OoO~
Bip.
"Apa yang dikatakannya?" tanya Donghae sambil mendekatkan langkahnya ke arah Kibum. Kibum tersenyum, seraya membawa tubuh Donghae polos ke dalam ke dalam dekapan hangatnya.
"Beliau hanya bilang, semoga kau lekas sembuh" jawab Kibum. Menyampaikan pesan dari wali kelas kepada Donghae. Karena sebelumnya, ia mengatakan pada wali kelas dari Donghae kalau kekasihnya itu sedang sakit.
Donghae tersenyum, seraya merapatkan tubuhnya pada tubuh Kibum yang tidak berbalut apapun. Polos, sama dengannya. Karena .. beberapa saat yang lalu mereka baru saja menyelesaikan 'acara' mereka.
Ia memejamkan mata, "Hm, Bumiie .." ia memanggil, meski Kibum hanya menjawabnya dengan deheman kecil.
"Apa kau benar –benar mencintaiku dan tidak akan meninggalkanku?"
Kibum tersenyum mendengarnya. Ia mengelus punggung Donghae dengan begitu lembut. Lantas, memberikan satu kecupan panjang dipucuk kepala Donghae.
"Aku akan selalu mencintaimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang" ia merenggangkan pelukan, membawa wajah manis itu untuk memandang wajahnya. Hingga, mata mereka saling bertemu dengan satu pandangan lurus yang menorehkan pancaran kasih sayang yang begitu dalam. Walaupun, Donghae sepertinya meragu dengan hatinya. Entah kenapa. Apa ia mulai mengakui kalau ia benar –benar …
Kibum mendekatkan wajahnya, mencoba menyentuh bibir Donghae dengan bibir miliknya. Kecupan panjang tanpa lumatan terjadi cukup lama. Hingga, Kibum menjauhkan sedikit wajahnya sambil memandangi wajah Donghae yang memerah tomat.
Ah .. begitu menggemaskan.
"Aku selamanya .. " ia mengangkat tangannya, lalu mengelus wajah Donghae dengan usapan lembutnya. Hingga tangan itu turun ke bagian dadanya. Lantas, tersenyum begitu merekah ke arah Donghae yang sepertinya terbius akan senyum maut itu. Bisa Donghae rasakan, degupan jantungnya yang berpacu amat cepat. "Selalu berada dihatimu paling dalam. Jadi, jangan takut .." ia kecup kembali bibir tipis bewarna merah muda itu dengan lembut. Sedikit memberi lumatan pada bibir bawah Donghae, hingga menimbulkan desahan sexy yang begitu menggoda iman dari Kim Kibum.
Donghae melenguh, sesaat jemari Kibum bermain liar diatas putingnya yang bewarna merah muda bercampur coklat itu. Sangat indah, pikir Kibum. Ia hanya bisa memejamkan matanya, sambil meremas surai Kibum yang cukup panjang dan bewarna hitam. Sungguh .. ia sangat menyukai sentuhan Kibum pada tubuhnya. Sampai –sampai ia merindukan sentuhan seseorang yang sudah menyakiti hatinya.
Apa kau percaya, jika aku akan meninggalkanmu?
"Tidak"
"Kenapa?"
"Karena aku tahu, kau tak bisa hidup tanpaku"
"Hahahah .. kau benar –benar Lee Donghaeku yang sangat percaya diri. Tentu saja. Aku … memang tidak akan pernah hidup tanpa nafasmu, Hae"
Donghae mengerang, sambil memeluk tubuh Kibum yang kini sedang mengerjai bagian tubuh bawahnya. Ia, memejamkan matanya sesaat rasa nikmat itu melanda dirinya. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan sesekali mendesahkan nama Kibum. Walaupun dalam hati ia menjerit kebingungan.
Apa yang terjadi dengan dirinya? Apa ia benar –benar telah jatuh cinta dengan Kibum? Kenapa ia merasa takut .. kalau nanti Kibum akan pergi meninggalkan dirinya juga?
~OoO~
Senja tengah menyapa, Donghae mencoba menikmati waktu santainya dengan berjalan kaki disekitar apartemen Kibum. Sebenarnya ia hanya ingin keluar untuk membeli minuman soda, tapi .. kenapa angin membawa langkahnya ke sebuah taman yang cukup luas didekat apartemen Kibum.
Ia menggenggam erat plastic kecil yang berisikan dua minuman soda. Untuk dirinya dan juga Kibum. Matanya teralihkan oleh sebuah kupu –kupu cantik yang melewatinya.
"Ahh .. indahnya" ucapnya tanpa sadar. Dirinya tertarik untuk melihat kupu –kupu itu yang kini terbang disekitar tubuhnya. Ia berbalik beberapa detik kemudian, saat sang kupu –kupu terbang kea rah belakang. Dan, tepat saat itulah ia melihat seorang pemuda tampan yang kini tengah tersenyum lebar ke arahnya.
"Haii .." sapa sosok itu sambil menyentuh wajah Donghae. "Kau masih ingat denganku?" tanyanya, dengan tangan yang masih berada diatas wajah Donghae.
Donghae mengedipkan matanya berulang kali. Memastikan sambil mengingat siapa pemuda tampan bertubuh tinggi yang kini berada tepat dihadapannya.
"Uhh …" mulut Donghae terbuka, ragu sejenak, meski akhirnya senyum terkembang diwajah manisnya. Ia tertawa kecil, "Tentu saja aku ingat denganmu. Cho Kyuhyun .."
Pemuda itu tertawa pelan, "Ah .. senang bertemu denganmu, manis".
Blush.
Pipi Donghae merona mendengar panggilan baru untuknya dari orang yang baru dua kali ini ditemuinya.
Ya Tuhan, ada apa dengan diriku?
~oOo~
Yunho duduk ditepi ranjang milik Donghae. Matanya tak lepas memandangi sebuah foto yang kini berada didalam genggamannya. Ia tersenyum sedih ..
"Maafkan aku yang tak bisa menjaga hati adikku untukmu .. maafkan aku"
Sekali lagi maafkan aku.
` Tbc`
Sorry for u all my friends … huhuhu TT TT TT TT ..
Mungkin aku sudah jarang sekali update .. sekali lagi maafkan ya! Aku benar –benar sibuk dengan dunia keartisanku #plaaakkk. Just joke friend ^^
Aku harap, munculnya ff ini akan membuat semangatku dalam menulis kembali lagi. I NEED HENRYYYYYYY… GIVE MEEE! #abaikan.
Ff ini sudah sangat lama .. semoga masih ada yang ingat TT TT jujur, aku juga lupa jalan ceritanya, lol
Ok, ok .. untuk semua yang udah ngerev .. thnks a lot hn? Im so happy .. yeya!
RnR PLS!