You should let me love you
Let me be the one to give you everything you want and need

(Mario – You Should Let Me Love You)

Disclaimer : Naruto only belongs to our lovely Masashi Kishimoto. If i own it i'll change it into

Shojou manga instead and naruto and hinata will live happily ever after. Happy

Birthday Neji! Andai aja dia masih hidup di manga ^^

Hope you love the fiction guys!

Spellbound

By

Mizukaze-hime

-Pampering Atmosphere-

Dulu Ayah pernah mengatakan bahwa suatu hari nanti akan datang angin yang tak bisa kau lawan arahnya dan kau bisa terbang melayang menghilang. Hinata Hyuuga adalah siswa Konoha High yang jika ditinjau dari urutannya dalam rantai makanan di Konoha High tempatnya ia menempai the lowest place. Hinata sering sekali menjadi bahan empuk yang paling enak untuk di-bully. Ia tidak pernah melawan siapa pun yang bertindak kasar terhadapnya. Yang Hinata tahu kejahatan tidak pernah dibalas balik dengan kejahatan. Yang Hinata tahu dunia ini memang begitu kejam. Kekejaman itu pun tak pernah bosan menghampirinya bahkan dalam bentuk termanis sekali pun. Hinata tidak pernah tahu bahwa air besar akan menerpanya dan menghanyutkannya dan ia sama sekali belum mempunyai persiapan atas apapun yang akan terjadi.

oOo

Haruno Sakura sedang duduk manis di meja cafetaria Konoha High yang luas yang dikelilingi oleh taman yang hijau subur. Memang ide pembuatan bangunan Konoha High menonjolkan sisi eco-friendly yang membuat semua murid di sana tidak pernah bosan dengan sekolah favorit tersebut. Meja mahogany segi empat yang kokok tersebut dari tadi mengeluarkan bunyi pekak karena terus diketuk berulang – ulang oleh Sakura, cewek paling populer se-Konoha High. Ia melihat jam rolex pemberian Naruto berulang – ulang sambil memutar bola matanya, geram karena teman – temannya belum juga ada yang menampakkan batang hidungnya. Semua yang ada disekelilingnya tidak berani menatap Sakura, entah kenapa ada perasaan minder apabila bertatapan langsung dengan Sakura. Ia semacam punya aura yang mengatakan bahwa dirinya ini the one and only queen bee di Konoha High.

Sudah cukup lima belas menit ia duduk sendirian sambil meminum jus jeruk tanpa gula pesanannya. Ia bosan. Haruno Sakura tahu pasti dengan kedudukannya di Konoha high sebagai cewek nomor satu dan ia tahu pasti cara menunjukkannya. Sambil melirik ke penjuru arah akhirnya ia menemukan korban favoritnya. Cewek lemah yang bahkan dari aura tubuhnya sudah mengeluarkan aroma nobody yang sering sekali menjadi sasaran empuk Sakura. Sebenarnya Sakura sudah dari dulu benci dengan Hinata Hyuuga. Ia benci dengan tampang sok polosnya dan sikapnya yang pura – pura lemah. Kalau ada penghargaan the best facade , Sakura dengan senang hati menganugrahi Hyuuga Hinata dengan predikat tersebut. Sakura tahu benar bahwa sebenarnya hinata bisa masuk ke kumpulan segetiga emas yang merupakan kalangan anak – anak populer, tapi Hinata justru lebih memilih menjadi kalangan terinjak dan teraniaya.

Melihat Hyuuga Hinata yang sedang mengantre mengambil makanan sambil menunduk pun membuat Sakura mendapatkan ide untuk mengerjainya sekalian memberi pelajaran pada cewek Hyuuga tersebut, ia pun menunjukkan senyum jahilnya. Ia mulai berjalan perlahan menghampiri gadis berambut panjang yang dibiarkan digerai tersebut dengan rok di bawah lutut dan baju yang satu ukuran di atas ukuran sebenarnya. Sakura sudah menyiapkan jus jeruk yang baru ia seruput sedikit sambil berjalan menuju Hyuuga Hinata yang nampaknya mulai menyadari keberadaan Sakura. Sakura pun semakin bersemangat dan senyumnya semakin lebar saat melihat Hinata mulai bergetar dan mulai memejamkan mata. Sakura kemudian berhenti tepat di sebelah kiri hinata sambil satu tangan memegang stall antrian dan satu tangan lagi untuk menyembunyikan jus jeruk yang esnya mulai mencair dilawan angin. "Hey Hinata!" sapa Sakura dengan nada manis sedikit bersemangat ynag terdengar jelas sekali dibuat – buat.

Yang di sapa justru semakin menunduk saja. Sakura pun mengeluarkan desahan panjang yang cukup bisa membuat Hinata bergidik ngeri. "Hey princess...kenapa kau sombong sekali!" ujar Sakura sekali lagi. Ia tahu benar bahwa Hinata paling tidak suka dipanggil princess oleh siapa pun.

Kemarahan itu pun mulai mencuat. Hinata mengepalkan tangannya sekuat mungkin sampai sudah mulai memutih karena aliran darahnya mulai tersumbat di daerah telapak tangan akibat berusaha menahan kemarahannya. Hinata pun mulai mengumpulkan keberanian untuk menatap Sakura. Saat ia mulai melihat mata Sakura tiba – tiba sekejap ia menutup matanya rapat – rapat merasakan perih akibat asam dari jus jeruk yang disiram oleh Sakura. "Itu balasan untuk orang sombong. Anggap saja masker untuk nona besar." Sakura pun kembali ke mejanya sambil tertawa riang diikuti oleh tawa oleh murid lainnya. Hinata pun sudah tidak sanggup berdiri dipermalukan di cafetaria oleh seisi Konoha High. Ia pun menaruh nampan yang masih kosong di atas meja terdekat dan berlari keluar cafetaria sambil menunduk. Rambutnya lepek, matanya memerah karena menahan tangis dan juga akibat asam dari jeruk.

Sakura tersenyum bangga. Setidaknya ada hiburan yang cukup ampuh mengusir kejenuhannya. Saat ia kembali ia pun sudah ditunggu oleh teman – temannya. Sasuke yang sedang asyik memainkan gadget-nya pun mengalihkan padangannya dan melirik Sakura yang mulai berseri – seri saat melihat wajah orang yang ia sukai.

"Satisfied? " tanya Sasuke sambil kembali memainkan gadgetnya. Sakura pun hanya menganggukkan kepalanya dan semakin ceria saat melihat Sasuke menunjukkan seringainya. Ia pun mulai memesan makanan. Ino dan Shikamaru pun datang menghampiri meja mereka sambil bergenggaman tangan. Dari wajah Sakura mereka dapat menebak apa yang sudah terjadi.

Mereka populer dan mereka tahu cara menunjukkannya.

"Mana Naruto?" tanya Ino sambil mencoba melihat menelusuri seisi cafetaria tapi tak kunjung melihat orang yang sedang dicari. Sasuke menggeleng pelan lebih tertarik dengan apapun itu yang ada di gadgetnya dibandingkan meladeni si blonde Ino.

"Mungkin sedang diluar mencari rasa baru," ucap Shikamaru datar. Mereka tahu pasti siapa Naruto, kalau pun ia telat pasti ia sedang bermesraan entah dengan wanita mana lagi.

oOo

Hyuuga Hinata tidak pernah menceritakan apapun tentang kehidupan sekolahnya kepada ayahnya. Ia tidak mau membuat Hiashi cemas dan terus memikirkannya. Ia ingin ayahnya bisa bekerja dengan baik dan tetap menyayanginya. Itu saja dan Hinata sudah bisa melupakan semua kesusahan yang ia alami dari dulu dan semakin menjadi – jadi saat memasuki Konoha High. Ia tidak mau menambah beban ayahnya. Ia tahu pasti bahwa angin sekuat apapun pasti akan berlalu. Ia hanya perlu berdiri cukup kuat agar tak terbawa arus. Setidaknya itu yang menjadi pendiriannya.

oOo

Hinata berjalan menuju loker miliknya yang kebetulan ada di dekat ruang Kimia. Ia terus berlari menunduk sambil sekali – kali mengelap air matanya yang mulai terurai tak sanggup terbendung. Hari memang sudah agak sore, Hinata bisa melihat lorong sekolah yang mulai lengang dan angin yang menyeruak yang menemani kesenduan Hinata. Ia pun sampai di loker miliknya yang ada di deretan paling bawah. Ia mulai mencari kunci lokernya di dalam tas ransel ungu miliknya. Saat ia mulai mendapatkan kunci loker tersebut Hinata pun mulai membuka loker tersebut dengan tangan yang masih gemetaran. Kemudian tiba – tiba ia mulai mendengar bunyi orang terhimpit di sebelah kanannya. Hinata pun mulai melihat dari mana asal suara.

Air mata itu pun semakin jatuh tak tertahan saat ia melihat orang yang ia sukai sedang mencumbui seorang gadis yang sedang dijerat oleh kedua lengan kokoh Naruto yang menghalangi wanita yang sedang diicumbuinya pergi. Kakinya mengapit paha perempuan tersebut dan mulut mereka beradu dalam ciuman panas. Sadar sedang diamati oleh orang lain Naruto pun menghentikan aktivitasnya sambil mengambil nafas, lalu mengutuk siapa pun itu yang sedang mengganggunya.

Namikaze Naruto melihat Hyuuga Hinata yang sedang meneteskan air mata dengan baju seragamnya yang sudah berwarna kuning orange dengan mata sembab. Ia pun tertawa pelan sambil menunjukkan tampang tak pedulinya pada Hinata kemudian menfokuskan perhatiannya pada mainan barunya yang sudah bergelayut manja minta diperhatikan.

Hinata yang tak habis pikir melihat Naruto yang justru melanjutkan make out session-nya membanting lokernya sambil menutup loker tersebut setelah mengambil baju olahraganya. Ia berjalan dengan cepat ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang kotor dan menangis, mengeluarkan semua curahan hatinya di dalam kamar mandi yang sudah lengang tersebut.

Terkadang Hinata letih juga diperlakukan seperti ini terus.

oOo

Naruto berhenti sekali lagi dari kegiatan yang hanya Tuhan yang tahu saat Hyuuga Hinata membanting pintu loker dengan kuat. Tiba – tiba Naruto tersenyum tipis saat menyadari bahwa ternyata Hyuuga Hinata bisa juga menunjukkan amarahnya. Naruto pun tak mengelak bahwa Hyuuga Hinata yang marah dan berjalan dengan tangan terkepal menjauhi loker itu benar – benar merangsang. Rentetan pikir kotor Naruto pun terhenti saat Karin mulai mencium bibir naruto sekali lagi tetapi justru tunggal Namikaze tersebut tidak meresponnya sama sekali.

"Sudah Karin, aku sedang tidak mood," kata Naruto sambil melepaskan kedua tangan yang tadi ia gunakan untuk menahan Karin. "Ayolah...," bujuk Karin berusaha mengembalikkan mood Naruto.

Naruto pun pergi sambil mengeluarkan kunci mobil sport hadiah ulang tahunnya. Karin yang melihat mood Naruto berubah itu pun geram. "Dasar Hyuuga..., bisanya hanya merusak suasana."

oOo

Hinata memasuki rumahnya yang mungkin lebih tepat disebut mansion tersebut. Ia pun disambut oleh pelayan – pelayan yang sudah berbaris menyambutnya. Sungguh hinata tidak mengerti kenapa ayahnya mempekerjakan banyak sekali pelayan. Ia pernah menanyakannya kepada ayah tercintanya saat liburan musim panas.

Hiashi berpendapat bahwa mansion yang besar ini pasti lebih hangat jika lebih banyak orang di dalamnya, lagi pula dengan begitu lebih banyak juga orang yang bisa menjaga putri sulungnya tersebut.

Hinata pun bergegas pergi ke lantai atas menuju kamarnya yang dindingnya bercatkan warna purple - orange garis – garis. Ia ingat sekali meminta ayahnya untuk mebelikan cat untuk mengecat sendiri kamarnya. Awalnya Hiashi menolak tapi karena rasa sayangnya kepada Hinata ia pun mengizinkan putrinya tersebut. Hinata mengecat kamarnya bersama Hanabi yang sedang liburan dari sekolahnya di Paris. Hanabi memang nekat ingin sekolah di negara menara eiffel tersebut dan tinggal bersama pamannya. Di rumah besar ini hanya Hanabi lah yang tahu alasan Hinata mengecat kamar tersebut purple – orange.

Hinata mengeluarkan baju kotornya kemudian mulai merendam bajunya dengan larutan pemutih dan menunggu beberapa saat sebelum ia bilas. Ia tidak mau menyusahkan pelayan di rumahnya hanya untuk urusan mencuci satu buah baju. Selain itu ia juga tidak ingin membuat ayahnya khawatir.

Hinata menuruni tangga melingkar dirumahnya dan bergegas menuju dapur ikut memasak bersama pelayan sekalian minta diajarkan memasak. Semua kesialan Hinata pun mulai menguap saat Hiashi datang dari kantor. Mereka pun makan malam bersama sambil bercerita tentang Hanabi yang ingin pulang ke Jepang.

oOo

Haruno Sakura mendesah panjang, mengeluarkan nafas kuat – kuat dan menarik oksigen cukup dalam setelah ia sampai di depan pintu gerbang keluarga Haruno. Ia sedikit berat hati saat melihat rumah yang dari dulu ia tinggali. Ada banyak kenangan buruk di sini dan itu tak pernah terlepas dari kenangan Sakura. Rasanya lebih baik ia menginap di rumah Naruto atau Sasuke yang merupakan sahabatnya dibandingkan pulang ke rumahnya. Betapa besar rumah tersebut tak bisa menggambarkan kehangatan yang ada. Bahkan Sakura bisa bersumpah bahwa tidak pernah ada ketenangan di rumah ini. Kalau ia boleh jujur ia sungguh iri dengan kediaman Naruto yang begitu hangat dan suara tante Kushina yang menggema sampai ke halaman kediaman Namikaze saat mengomeli Naruto atau kelembutan dari tante Mikoto yang begitu menyayangi kedua puteranya walaupun Sasuke selalu berpura – pura tidak mau dimanjakan oleh ibunya tersebut karena alasan bukan anak kecil lagi. Ia mau menukar dunianya dengan apapun asal dapat merasakan arti sebuah keluarga.

Dulu saat kecil, Sakura hanya mengira bahwa orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak punya kesempatan yang cukup untuk memberikan perhatian kepada dirinya. Semakin ia dewasa semakin ia menyadari bahwa Sakura berbeda dari kedua orang tuanya. Sampai suatu hari Sakura mengetahui bahwa dirinya adalah anak angkat keluarga Haruno. Awalnya orang tuanya beranggapan dengan mengadopsi anak akan membawa keajaiban dan akan memudahkan jalan mereka untuk mendapatkan buah hati. Selang dua tahun mengadopsi Sakura justru membuat keluarga Haruno ditimpa krisis. Mulai dari usaha orang tuanya yang anjlok sampai pertengkaran internal keluarga Haruno yang sempat menggegerkan dunia bisnis Jepang. Sejak saat itu ayah dan ibu Sakura menyalahkan Sakura dan mencapnya sebagai pembawa sial. Itu terus berlanjut sampai usaha keluarganya bangkit lagi dan mulai mengusai pasar Jepang. Hanya saja kasih sayang itu tak pernah seperti dulu lagi. Hal itulah yang membuat Sasuke dan Naruto berteman dengan Sakura dan persahabatan mereka berlanjut sampai dewasa.

Sakura melangkahkan kakinya kemudian membuka daun pintu besar rumah tersebut. Sunyi dan sepi. Tidak ada sapaan selamat datang ataupun ibu yang menanyakan bagaimana sekolah? Sakura pun pergi ke kamarnya yang merupakan tempat persembunyiannya dan sering menjadi markas teman – teman sekolahnya. Kadang saat akhir pekan Sasuke dan Naruto sering main ke sini, bermain gitar ataupun bermain monopoli. Naruto selalu mendapat hukuman karena selalu berhutang banyak setiap main monopoli. Dari semua kedinginan orang tua Sakura ada satu hal yang ia syukuri, mereka tidak pernah ikut campur dengan siapa Sakura berteman. Walaupun begitu tetap ada perasaan yang menelusuk di hati Sakura untuk sedikit saja membuat ayah atau ibunya untuk memarahi dirinya saat kamar Sakura ribut karena suara tawa teman – temannya. Sakura selalu menginginkan perhatian. Dan sampai detik ini juga ia belum pernah merasakannya.

oOo

Ini sudah malam ketiga Namikaze Naruto pulang larut malam. Mungkin kata malam sudah tidak bisa menggambarkan dengan tepat waktu, ini sudah pagi hari. Suara deru ban yang bergeseka dengan lantai parkiran kediaman Namikaze terdengar. Naruto membuka pintu mobil sampil melihat keseliling memastikan bahwa semua orang di dalam rumah sudah tidur terlelap. Ia melihat telepon genggam yang sengaja ia silent-kan kemudian mengecek menu call log lalu melihat puluhan panggilan tak terjawab dari ibunya. Naruto pun tersenyum melihat ibunya yang begitu khawatir dengan putra satu-satunya itu. Jujur dari sekian banyak hobi Naruto, membuat Kushina marah – marah adalah hobi favorit Naruto. Ia bisa melihat kasih sayang yang begitu mendalam di tiap teriakan nyaring ibunya.

Naruto melangkahkan kakinya ke dalam kediaman Namikaze tersebut dengan pelan – pelan tak ingin membangunkan ibunya. Ayahnya sedang berada di luar negeri menangani masalah kantor cabang di sana. Ketika ia membuka pintu kamarnya yang masih gelap, ia mulai melepaskan nafas yang dari tadi ia tahan. Suara perutnya yang protes mulai terdengar menggambarkan ia yang belum makan dari tadi sore . Tiba – tiba ia terkejut saat menemukan lampu kamarnya tiba- tiba menyala menyilaukan matanya. Pupil mata Naruto pun mulai mengatur masuknya jumlah cahaya yang mendadak tersebut dan mulai menfokuskan pandangannya.

"Crap!" desah Naruto saat melihat ibunya yang berkacak pinggang dan siap menjewer telinga Naruto. Rumah yang tadi sepi pun tiba – tiba gaduh dengan omelan Kushina karena Naruto yang pulang malam dan tidak minta izin karena main di rumah Sasuke. Terdengar langkah cepat Naruto yang lari tidak mau ditangkap oleh ibunya dan suara tawa yang pecah di keluarga tersebut.

"Ampun bu! Jangan jewer Naruto lagi, aku sudah besarkan!" pinta Naruto dengan memohon. Kushina pura – pura menimbang – nimbang permintaan Naruto. Tiba – tiba terdengar lagi suara perut Naruto yang membuat Kushina menaikkan alis matanya.

"Kau belum makan Naruto?" Naruto hanya mengangguk kemudian diomeli lagi oleh Kushina karena Naruto yang bandel sekali dalam urusan makan teratur. Kemudian Kushina pun memanaskan lagi lauk yang tadi memang sudah dia siapkan untuk putera tercintanya.

oOo

Deretan mobil mahal itu pun satu persatu memasuki gerbang Konoha High. Sakura yang duduk di bangku penumpang mobil Naruto pun mulai melepaskan sabuk pengamannya sambil keluar dari mobil Naruto diikuti dengan Naruto, Sasuke, Ino, dan Shikamaru yang keluar dari mobil mereka masing – masing. Mereka berjalan menelusuri koridor sekolah menikmati popularitas mereka. Semua siswa di Konoha High pun tak bisa mengalihkan pandangannya dari para murid populer tersebut.

Naruto pun berbelok ke arah loker meninggalkan teman – temannya. Ia ingin mengambil buku paket Ekonomi yang sengaja ia taruh di loker karena berat. Ia pun membuka lokernya yang kebetulan ada di sebelah Hinata. Saat mulai memasukkan kunci lokernya ia pun sedikit tersenyum mengingat tingkah Hyuuga Hinata yang beda dari biasanya. Ia keluarkan buku paket yang ia cari setelah ketemu ia tutup kembali pintunya. Saat ia ingin berbalik ia menemukan Hyuuga Hinata yang sedang menuju lokernya.

Naruto pun melihat Hinata dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ia amati lekat – lekat dan menyadari betapa berkilaunya rambut panjang Hinata yang selalu digerai. Sebenarnya ia tahu sekali bahwa Hinata punya badan yang bisa membuat iri se-isi Konoha, hanya saja ia tidak mau menunjukkannya. Hinata juga bukan tipe anak culun yang memakai kacamata besar dengan bingkai tebal dan gigi berkawat. Tidak dia jauh dari itu. Hanya saja kepasrahannya dan rasa rendah dirinya yang membuat ia menjadi korban ejekan se-isi Konoha High. Merasa sedang diperhatikan Hinata mengangkat kepalanya. Aliran darah pun tertuju ke kulit pipi Hinata yang mulai memerah. Jantungnya berdetak tak terkendali, keringat bercucuran karena syaraf hinata yang terpacu begitu kuat. Seandainya cowok dihadapannya ini tahu efek apa yang ia punya terhadap hinata sampai ia tidak bisa menggerakkan kakinya untuk maju selangkah ke arah lokernya.

Naruto pun menyadari Hinata ynag dari tadi terdiam memerah. Ia pun berjalan mendekati Hinata, membungkukkan badannya menyamai tinggi Hinata yang terbilang rata – rata seperti remaja seusianya. Hinata merasakan hembusan nafas Naruto ditelinga kiri Hinata. Ia tidak siap dengan semua ini. Apapun yang ada dipikiran Naruto ia belum siap. "Aku tidak pernah menyangka kalau seorang Hyuuga bisa marah?" ucap Naruto dengan suara serak dan rendahnya. Kemudian ia pergi meninggalkan Hinata yang kakinya mulai melemah dan perutnya yang seperti teraduk – aduk.

Ada angin apa Namikaze Naruto yang biasanya menganggap ia tidak ada dan sekarang dia tiba – tiba mengusik pagi hinata yang biasanya tenag dan tentram. Ia pun melihat ke belakang, memandang Naruto yang sudah menghilang di tengah keramaian siswa yang baru datang.

Tarik nafas, Hinata. Naruto tadi hanya jahil saja.

Hinata mengulang kata – kata itu dipikirannya. Kemudian ia pun membuka lokernya dan mengambil buku untuk pelajarannya hari ini. Kemudian ia membungkuk mengencangkan ikat tali sepatunya yang sudah melonggar. Matanya melihat ada kunci yang terjatuh tergeletak didepan kakinya. Ia ambil kunci yang merupakan kunci mobil tersebut dan melihat gantungan kunci hitam dengan bordiran "NN" di ujungnya. Tidak salah lagi ini punya Naruto.

Hinata menghela nafas dalam – dalam.

"Kami- sama..., apa salahku pagi – pagi begini harus berususan dengan Naruto-kun?" desah hinata meratapi nasibnya yang terbilang sial. Ia pun mulai memikirkan cara untuk mengembalikan kunci mobil tersebut kepada pemiliknya tanpa dipermalukan oleh teman – teman Naruto. Hinata pun mulai melangkahkan kakinya ke kelas Sastra Jepang dengan langkah gontai.

"Good job,Hinata. Ready for another disastrous encounter?" ucapnya pada diri sendiri.

oOo

Yup...That's it for now. Cuma pengen bilang kalau di fic ini gak ada karakter mary-sue. Semua karakter punya kekurangan dan kelebihan. Penasaran sama nasib our lovely hinata? Pokoknya tungguin aja. Jujur seneng banget bisa nulis fic naru-hina. Kalau ada yang mau ditanyain monggo...

Mizu dengan senang hati ngejawab. Berhubung lagi libur semester jadi banyak waktu buat nulis fic ini. Jangan lupa reviewnya NHL family! Kritik, saran, ide, bisa di salurkan dibawah.

Salam...

Mizukaze ^^