Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Yaoi, gaje, OOC, M-preg (mgkn) dan hal-hal lainnya.

Pairing: NaruxSasu

Rating: M for Mature and Sexual content


My Wife And My Son

.

.

(part 5)

Hi, Dobe, I Love You


Sudah tiga jam sejak Sasuke meninggalkan Naruto di dalam kamar. Cowok pirang itu masih meringkuk bingung disamping ranjangnya. Pikirannya kacau dan kalut disaat bersamaan. Dia berharap Sasuke bercanda, dia berharap Sasuke kembali. Tapi tidak! Sampai sekarang Sasuke belum kembali, yang berarti cowok raven itu tidak bercanda sama sekali.

Naruto melirik Ramen yang masih tertidur di ranjang kecilnya. Dia belum membawa Ramen, berarti... Naruto tiba-tiba langsung berdiri... Sasuke akan kembali untuk menjemput Ramen. Cowok pirang itu hampir kesenangan, dia tidak boleh menyerah. Apapun yang terjadi dia akan membuat Sasuke berubah pikiran. Lihat saja Teme!

-Tok-Tok- Sebuah ketukan halus di pintu kamar, membuat Naruto mengalihkan pandangannya. Cowok pirang itu berjalan ke arah pintu dan memutar kenopnya.

"Hai..." Gaara berdiri didepan pintu kamar Naruto dengan senyumnya.

Naruto sedikit bingung." Ada apa?" Tanya cowok pirang itu. Gaara tidak menjawab hanya masuk ke kamar dan berkeliling di ruangan itu.

"Aku lihat Sasuke tidak ada." Kata Gaara, "Kemana dia?"

Naruto diam, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, "Dia berencana untuk kembali ke masa depan." Jawab Naruto seadanya.

Gaara berhenti berkeliling kamar, kemudian menyenderkan tubuhnya kedinding, "Oh.." Katanya lagi sambil menatap Naruto, "Kurasa itu pilihannya yang tepat, benarkan?"

Naruto tidak menjawab, "Aku tidak tahu..." Sahutnya, "Perasaanku ingin Sasuke tetap disini."

Gaara memutar bola matanya malas, "Oh Ayolah..." Katanya sambil berjalan ke arah Naruto, "Kau tidak pernah se-sentimentil ini?" Gaara mencengkram lengan Naruto, memandang mata biru cowok pirang itu. "Berjanjilah padaku untuk melupakan cowok itu." Tegas Gaara. Lagi-lagi Naruto hanya diam.

"Kenapa kau ingin sekali aku menyingkirkan Sasuke?" Tanya Naruto yang menepis pelan genggaman Gaara dilengannya. Cowok berattato itu mengangkat kedua tangannya.

"Jangan salah paham." Katanya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Aku melakukan ini bukan untuk menyingkirkan Sasuke, tapi ini demi ramen, demi dirimu dan cewek it-" Gaara terkesiap kaget dengan kalimatnya sendiri, terlebih lagi lidahnya sudah terlanjur mengucapkan kata 'cewek itu'.

Naruto memandangnya bingung.

"Gaara." Naruto memanggilnya, "Apa maksudmu dengan cewek itu?"

Gaara terdiam, dia menatap Naruto perlahan, "Maksudku, cowok itu... Sasuke." Jelas Gaara berupaya bersilat lidah didepan Naruto tetapi sepertinya terlambat, cowok pirang itu menatapnya tajam.

"Darimana kau tahu 'cewek itu' sudah datang kemasa ini? Padahal menurutku kau belum bertemu dengannya..." Naruto bergerak ke arah Gaara, cowok berambut merah itu mundur perlahan.

"K..Kau sering membicarakan 'cewek itu' di sekolah." Timpal Gaara yang merasa beberapa butir keringat menetes dipelipisnya.

"Aku tidak pernah membicarakan 'cewek itu' denganmu." Jelas Naruto dengan tatapan tajam, tangannya merenggut kerah baju Gaara, "Katakan..." Naruto mulai mendesis marah, "Katakan sejujurnya, Gaara."

Cowok bertatto 'Ai' itu meneguk air liurnya susah payah, percuma dia berbohong sekarang. Naruto sudah mengetahui segalanya, ini gara-gara lidahnya yang bodoh! Kenapa harus mengucapkan kata 'cewek itu'! Kenapa dia tidak bersikap tenang seperti biasa?! Seharusnya dia tidak gegabah dalam merangkai kalimat. Sial!

"Ini semua demi dirimu!" Seru Gaara menepis pegangan Naruto dari kerahnya, "Kau pikir bagaimana perasaanku saat kau bersama dengan Sasuke?!" Teriaknya frustasi.

"Gaara ini tidak ada hub-!"

"DIAM!" Gaara mencengkram lengan Naruto erat. "Kenapa harus Sasuke!" Matanya terlihat terluka, "KENAPA KAU MEMILIH SASUKE DIBANDINGKAN AKU!" Jeritnya, kali ini dengan suara lantang.

"Aku memilh kalian berdua!" Naruto balas meneriaki kebodohan Gaara. Matanya marah.

Gaara menggigit bibir bawahnya berusaha meredam rasa ingin membunuh Naruto, "Kau..." Gaara mendesis menakutkan, "Kau hanya memilih Sasuke."

"A...Ap-?"

"KAU HANYA MEMILIH SASUKE!" Gaara meraung ke arah Naruto, "KAU TIDAK PERNAH MELIHATKU SAMA SEKALI! KAU TIDAK PERNAH TAHU PERASAANKU!" Jeritan Gaara berbaur dengan rasa kecewa dan marah.

Kepala Naruto berdenyut sakit, dia balas meneriaki Gaara, "AKU MENYUKAIMU SEBAGAI TEMAN GAARA!"

"TEMAN TIDAK CUKUP!" Gaara menerjang Naruto dan membuat cowok itu terjatuh ke lantai. "AKU INGIN LEBIH!" Gaara meninju wajah Naruto-BUGH!- "AKU MENCINTAIMU!" Cowok itu meraung lagi. Beberapa tinju dilayangkan Gaara ke wajah Naruto-BUGH!- Gaara meneteskan airmatanya, "AKU BENCI SASUKE!" -BUGH!- "AKU INGIN MEMBUNUHNYA!"-BUGH!-BUGH!- "Aku..." Gaara terisak, "Aku... Benar-benar mencintaimu..." Gaara menghentikan raungan dan tinjunya. Naruto yang berada dibawah Gaara hanya diam menerima pukulan 'teman' nya itu. Beberapa lebam diwajah Naruto tidak membuat cowok pirang itu marah atau sakit, yang dirasakannya hanya sedih.

Naruto bangun lalu memeluk pelan Gaara, "Maaf..." Kata Naruto. Cowok berambut merah itu masih terisak di dada Naruto, dia mencengkram baju Naruto erat, seakan-akan bila dia melepaskan cengkramannya Naruto akan hilang dari hadapannya.

"Aku... Mencintaimu.." Gaara terus dan terus terisak, dia benar-benar rapuh dalam pelukan Naruto. Cowok pirang itu terlihat terluka. Dia memejamkan matanya erat.

"Maaf... Gaara..." Bisik Naruto pelan. Matanya terbuka perlahan, "Aku... Minta maaf."

Gaara tidak menjawab, dia hanya mengendurkan pelukannya dari Naruto. Cowok berambut merah itu hanya terisak menatap lantai, "Seberapa besar aku berusaha, kau tetap tidak menyukaiku." Katanya lagi berusaha menutupi getar dari nada suaranya.

"Gaara..."

"Aku menyedihkan." Ucap Gaara lagi sambil meringkuk memeluk kedua lututnya. Naruto diam, wajahnya menyiratkan sedih dan getir melihat Gaara.

Naruto yakin tidak akan berguna mengatakan apapun pada Gaara sekarang. Jadi dia hanya memeluk cowok rapuh itu diantara dadanya, Naruto dapat merasakan setiap hembusan napas yang ditarik dan dikeluarkan Gaara diantara isak tangisnya. Naruto mengangkat wajah Gaara, melihat matanya yang memerah karena menangis.

"Hei..." Naruto memanggil Gaara, "Jangan menangis lagi." Kata Naruto yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh cowok bertatto itu.

Naruto berusaha tersenyum, tapi bibirnya hanya dapat menyunggingkan senyum getir yang langsung dilihat oleh Gaara. Naruto memejamkan matanya, kemudian mendekatkan wajahnya ke bibir Gaara. Sebelum cowok bertatto itu sempat bicara, bibirnya sudah dibungkan oleh kecupan halus Naruto. Hanya kecupan ringan. Sebuah kecupan yang bersahabat. Dan Gaara tahu, ini ciuman pertama dan terakhirnya dengan Naruto. Karena cowok pirang itu akan memilih Sasuke dibandingkan dirinya.

Naruto melepaskan sentuhan bibirnya dari bibir cowok berambut merah itu. Dia mengelus pipi Gaara lembut.

"Terima kasih." Kata Naruto, "...Terima kasih sudah mencintaiku."

.

.

.

.

Naruto berlari disepanjang jalan Konoha, napasnya memburu liar. Tekadnya kali ini adalah menemukan Sasuke dan menculiknya secara paksa. Dia tidak peduli harus dihajar wanita 'gila' itu atau dibunuhnya, yang pasti dia tidak akan membiarkan Sasuke pulang begitu saja.

Matanya beralih kesetiap bangunan dikota. Toko, kedai dan tempat-tempat tinggi, tapi Sasuke tidak ditemukan sama sekali... Nihil! Mata Naruto beralih pada jam taman yang menunjukkan pukul 7 malam. Cowok pirang itu terlihat gusar dan letih.

Ramen yang berada dalam gendongan Naruto hanya menatap cowok itu bingung. Sedangkan Naruto masih berusaha menemukan Sasuke yang menghilang-entah-kemana itu.

Cowok pirang itu masih mengingat pembicaraannya dengan Gaara di rumahnya.

.


Gaara yang sudah terlihat tenang kemudian duduk sambil bersender ke tembok, matanya nanar menatap lantai. Entah karena kecewa ditolak Naruto atau sedih karena dia tidak pernah menjadi yang terpenting dihati Naruto.

"Gaara..." Suara Naruto membuat cowok berambut merah itu menatapnya pelan. Gaara mendesah pelan.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan." Gaara menatap Naruto, "Kau ingin tahu dimana Sasuke'kan?"


.

Naruto kembali berlari, uap napasnya terlihat mengepul di udara malam yang dingin. Sunguh! Mencari Sasuke diantara beberapa gedung di Konoha membuatnya sakit kepala.

.


Gaara berjalan menuju jendela, "Aku berpapasan dengan Sasuke dan 'cewek itu' di jalan, mereka terlihat buru-buru."

"Lalu dimana Sasuke?" Tanya Naruto tidak sabaran.

Gaara membuka mulutnya pelan, "Sasuke bilang, dia mencari tempat tertinggi di Konoha."


.

Naruto mendongakkan wajahnya. Gedung-gedung dihadapannya sangat tinggi, tapi tidak ada satupun dari gedung itu yang menunjukkan adanya Sasuke. Naruto berdecak pelan, kepalanya sakit harus memikirkan kemana lagi dia akan mencari Sasuke. Si Teme itu benar-benar 'teme'!

.


Naruto ingin segera pergi mencari Sasuke, tetapi tangan Gaara menahannya. "Ada apa?" Tanya Naruto bingung.

Gaara tidak menjawab, dia hanya menunduk, "Bawa Ramen." Katanya lagi.

"Kenapa?" Tanya cowok pirang itu bingung.

Gaara menatap Naruto tajam, "Apa kau tidak sadar?" Ucapnya lagi. "Aku membuat sebuah kesimpulan." Gaara memandangku, "Dimensi portal hanya bisa dilalui maksimal dua orang dan itu mengharuskan salah satunya membayar dengan berkurangnya umur akibat distorsi waktu. Untuk masalah ini, Sasuke yang berkurang umurnya."

"Lalu apa hubungannya dengan Ramen?"

Gaara diam, kemudian menggigit bibir bawahnya, "Menurut teoriku, bila portal dimasuki tiga orang maka ketiga orang itu akan mati, jadi Sasuke meninggalkan anaknya di masa ini agar Ramen tetap hidup." Gaara menatap Naruto lagi, "Dan kalau Ramen kau bawa, mungkin saja Sasuke berubah pikiran untuk pulang, terlebih lagi Ramen pasti berteriak memanggil Sasuke... Tapi..." Kemudian jeda dari kalimat Gaara membuat Naruto yakin masih ada masalah lainnya.

Gaara menatap cowok pirang itu tajam, "Walaupun Sasuke dan 'cewek itu' berhasil masuk ke portal dimensi, maka..." Cowok bertatto itu tidak melanjutkannya karena dia sudah melihat jawabannya dari wajah Naruto yang ketakutan.

"Distorsi waktu... Berkurangnya umur... Maka salah satu dari mereka akan mati." Jawab Naruto lagi dengan nada yang tidak menyembunyikan rasa ketakutannya sama sekali. Gaara mengangguk.

"Benar, tidak peduli kau akan kemasa depan atau masa lalu, distorsi waktu akan membuat umurmu terus berkurang." Jelas Gaara lagi.

"Jadi Sasuke mengetahui hal itu, makanya selama ini dia enggan untuk pulang?" Tanya cowok pirang itu lagi seakan-akan yang dikatakan Gaara hanyalah dongeng sebelum tidur. Tapi tidak! Ini bukan dongeng... dan ini nyata! Umur Sasuke yang 30 tahun menjadi 18 tahun... Kalau dia masuk ke portal waktu lagi maka... Sasuke akan menghilang!

Gaara menunduk dengan perasaan bersalah, "Tetapi aku menyuruhnya untuk pulang... Aku mengusirnya..." Rasa getir merayapi Gaara.

"Tapi... Bagaimana dengan 'cewek itu'? 'Naruto' masa depan? Sasuke tidak mungkin membunuh Istr-"

"Ya, dia akan melakukannya." Gaara memotong perkataan Naruto dengan cepat, "Sasuke tidak akan peduli siapa yang akan mati, dari awal dia menginginkan 'cewek itu' mati dan menginginkan dirinya mati. Jadi, siapa yang akan mati itu tidak masalah baginya."

Naruto mengepalkan tangannya, "Itu... Kejam..." Desisnya pelan.

Gaara mencengkram bahu cowok itu, "Semua orang kejam... Aku... Kau... Dan Sasuke... Tidakkah kau mengerti?" Katanya lagi, "Kalau Sasuke kembali, cewek itu pasti akan memilih pulang dari pada dimasa ini melihatmu dan Sasuke bahagia, dan itu berarti kematian untuknya... See?! Semua orang kejam Naruto. Tidak ada peran malaikat disini." Jelas Gaara lagi.

Naruto terdiam. Tidak ada yang bisa dilakukannya... Yang dapat dikerjakannya disini adalah memilih satu pilihan...

Coeok pirang itu menatap Gaara.

Gaara membuka suaranya lagi, "Apa yang kau pilih? Memilih Sasuke mati atau 'Dirimu masa depan' yang mati?"


.

Naruto mengenyahkan pikiran 'jahat' dari otaknya. Matanya masih menatap setiap jengkal kota dan titik tertinggi di Konoha. Aku harus segera menemukan Sasuke. Apapun yang terjadi aku ingin menyelamatkan mereka berdua.

Cowok pirang itu kembali berlari. Derap langkah kakinya seperti orang kesurupan, dia tidak mau terlambat, Naruto harus menemukan mereka berdua, menyeruak diantara kerumunan orang yang berlalu-lalang, berusaha mencengkram pundak seseorang yang mirip Sasuke atau 'cewek itu' tetapi semua percuma. Mereka tidak ada disini, tidak ada di gedung tertinggi.

Naruto berhenti tepat di depan sekolahnya. Malam hari membuat bangunan itu terlihat menakutkan. Cowok pirang itu berpikir cepat, apakah Sasuke ada diatas atap sekolah? Hanya ada beberapa gedung yang tinggi, termasuk sekolah Naruto.

"Sial..." Desis Naruto sambil menyeka keringat dikeningnya, "...Mungkin aku harus mencari di gedung tinggi lain, bukit belakang sekolah tempat yang strategis untuk melihat tempat ting-" Naruto terdiam. Matanya terbelalak kaget, dan sebuah senyuman lebar tampil dibibirnya.

Benar! Bukit belakag sekolah merupakan 'tempat' yang tertinggi, karena dari sana kita bisa melihat seluruh bangunan Konoha. Puas dengan kesimpulannya, Naruto segera berlari menuju bukit belakang sekolah yang bisa memakan waktu hingga satu jam.

.

.

.

.

Cewek pirang bernama 'Naruto' itu terlihat sibuk merangkai beberapa kabel, "Kau yakin kita akan membuka portal disini?" Tanyanya ragu sambil menengok ke bawah. Tebing bukit itu sangat curam.

"Ya..." Jawab Sasuke singkat, "Ini tempat yang strategis." Cowok raven itu sibuk mengumpulkan lempengan-lempengan besi dan menyusunnya sedemikian rupa. Matanya memandang langit yang saat itu gelap dan suram.

Gadis itu ikut memandang keatas, "Tidak ada bintang."

Sasuke hanya ber 'Hn' saja, "Karena sebentar lagi akan hujan... Kita dapat mengalirkan petir menjadi aliran listrik." Jelas cowok raven itu lagi yang mendapat anggukan dari 'istrinya'.

Cewek pirang itu masih bergelut dengan kabel-kabel kemudian menghentikan kegiatannya untuk menatap Sasuke, "Sasuke..." Panggil cewek itu, "Kenapa kau tidak membawa Ramen?" Tanya cewek pirang itu lagi.

Sasuke diam, "Bahaya bagi anak kecil dekat dengan petir, nanti akan ku jemput setelah kita selesai membuka portal." Kata Sasuke bohong. Cewek itu hanya mengangguk mengerti.

"Sasuke.." Cewek itu memanggil lagi, "Saat kita pulang nanti, bagaimana kita merayakan pesta kecil-kecilan untuk kebersamaan kita bertiga? Kau, aku dan Ramen? Pasti akan sangat mengasyikan." Celoteh cewek itu sambil sesekali tersenyum memikirkan kue apa yang akan dibuatnya saat pesta.

Sasuke hanya diam... Cowok itu tidak menjawab sama sekali, karena dia tahu, tidak akan ada pesta kecuali acara pemakaman... Memperingati kematian salah satu diantara mereka berdua.

"Sudah selesai." Kata Sasuke sambil memandang hasil kerja kerasnya. Tinggal dipasang kabel-kabel dan portal akan segera terbentuk. Mata cowok raven itu menatap langit. Beberapa kilatan petir bermunculan diatas sana. Mungkin akan ada badai nanti.

Cewek pirang itu berbalik menatap Sasuke, "Disini juga selesai, beberapa kabel sudah terpasang."

"Akan kubuka portalnya." Kata Sasuke sambi mengotak-atik 'mesin' yang dibuatnya dari lempengan besi tadi. Petir menggelegar lagi, kali ini ditambah beberapa kilatan yang menyambar-nyambar. Angin bertiup lumayan kencang.

Mata cewek pirang itu terlihat khawatir. "Apakah aman?" Tanyanya yang agak sangsi melihat ganasnya langit malam itu. Sasuke tidak menjawab, dia berkonsentrasi.

"Aku tidak tahu." Jawab Sasuke, "Tapi akan kita coba."

-DUAR!- Petir menyambar tepat dilempengan besi dan mulai menghantarkan listriknya menuju kabel-kabel yang berada di bawah kaki gadis itu. Naruto 'cewek' berjingkit untuk menghindar dari sengatan listrik. Mata Sasuke menatap tajam sebuah medan gravitasi yang berbentuk lingkaran di bawah tebing dengan beberapa hantaran listrik didalamnya.

Portal dimensi terbuka.

Sasuke berjalan menuju cewek itu lalu menggenggam tangannya, "Ayo pergi." Kata cowok raven itu. Gadis itu bingung.

"Ta...Tapi Ramen? Kau akan menjemputnya dulu'kan?" Kata cewek itu berusaha membaca raut wajah Sasuke. Nihil! Cowok raven itu tidak bisa ditebak.

Gadis itu mulai gelisah, dia tahu ada yang tidak beres dengan Sasuke, "Aku harus menjemput Ramen." Katanya sambil berusaha melepaskan genggaman Sasuke tetapi cowok raven itu terus mencengkram tangannya lebih erat.

Cewek itu terlihat marah, "Sasuke! Lepaskan aku! Aku mau menjemput Ramen!"

Sasuke masih diam, gadis itu mulai menjerit ngeri ketika cowok raven itu mulai melangkah, "Sasuke! Hentikan! Aku mau Ramen! Aku akan membawa Ramen!"

Sasuke terus berjalan maju menuju portal yang terbuka dibawah tebing tanpa mempedulikan jeritan gadis itu. Portal dimensi berbentuk lingkaran horizontal yang berada di bawah tebing, terlihat seperti danau yang besar, hanya saja berisi aliran medan listrik dan magnet.

.

"SASUKE!" Teriakan Naruto membuat Sasuke dan cewek itu berbalik. Cowok raven itu terkesiap kaget.

"Kau... Kenapa kau bisa disini?!" Protes Sasuke yang terlihat tidak suka. Cewek pirang itu menatap Ramen yang berada digendongan Naruto.

"Ramen!" Seru gadis itu berusaha berlari menuju anaknya, tetapi hentakan dari Sasuke yang masih mencengkram tangannya membuatnya sulit untuk menjauh dari cowok raven itu.

Sasuke mendesis marah, "Pergi Naruto... Bawa Ramen pergi dari sini."

Cewek pirang itu menatap Sasuke tidak percaya, "Kenapa kau tega meninggalkan Ramen?! Jawab Sasuke!" Seru gadis itu tidak terima.

Sasuke hanya diam. Cewek itu masih terlihat berontak, "Sasuke Jawab Aku!" Serunya lagi.

"KARENA AKU TIDAK MAU MEMBUNUH RAMEN!" Teriak Sasuke lagi sambil memejamkan matanya erat. Gadis itu terperangah untuk beberapa detik.

"A...Apa maksudmu? Membunuh kenapa?" Tanya cewek itu makin bingung. Sasuke menggigit bibirnya getir.

Naruto 'cowok' menatap Sasuke dalam diam, "Kau berniat bunuh diri atau membunuh 'istrimu' kan, Sasuke?" Kata Naruto yang membuat Sasuke dan gadis itu kaget, "Kau tahu bahwa portal dimensi membuat umur berjalan mundur bagi salah satu dari kalian, sehingga hanya ada satu orang yang dapat bertahan hidup." Jelas Naruto lagi.

Gadis itu tercengang, "Ti..Tidak mungkin." Mata cewek pirang itu menatap Sasuke, meminta jawaban bahwa yang dikatakan Naruto tidak benar. Tetapi yang bisa dilakukan Sasuke hanya berdiri diam tanpa menjawab apapun. Cewek itu terbelalak ngeri, tidak diragukan lagi Sasuke ingin membunuhnya atau membunuh dirinya sendiri dalam portal dimensi.

"LEPASKAN AKU! AKU TIDAK MAU MATI!" Cewek itu meraung dan menjerit berusaha lari dari genggaman Sasuke. Cowok raven itu menatap dingin 'istrinya'.

"Kenapa?" Tanya Sasuke tanpa ekspresi, "Bukankah kau ingin sekali pulang?"

Gadis itu menggeleng sambil berurai airmata, "Tidak! Aku tidak mau! Aku mohon lepaskan aku!"

Sasuke tidak menjawab, hanya menatap gadis itu dengan pandangan jijik dan menyedihkan. Selama ini yang dinikahinya hanya segumpalan sampah yang mementingkan dirinya sendiri, egois dan 'kotor'.

"Sasuke!" Naruto memanggil, "Jangan lakukan apapun... ayo kita pulang!" Cowok pirang itu berusaha berjalan mendekat dengan perlahan, berusaha tidak membuat Sasuke bertindak gegabah. "Kita bisa memulai segalanya dari awal." Kata Naruto yang ditanggapi dengan dengusan tidak suka Sasuke.

"Tidak ada awal yang 'baik' ataupun 'happy ending' bagiku." Ucap Sasuke. Pandangan matanya terluka. "Begitupun kau, Naruto." Sasuke menatap Naruto lalu beralih menatap cewek pirang yang masih menangis, "Masa depanmu hanya akan berakhir menjadi 'sampah' seperti cewek ini."

Naruto tahu percuma mengatakan hal-hal yang baik, Sasuke tidak akan mendengarkan kalimat-kalimat yang penuh 'harapan' dan 'dongeng' itu. Jadi yang bisa dilakukan Naruto hanya mendesah dan tersenyum menyedihkan.

"Aku mencintaimu." Kata Naruto. Sasuke menatap cowok pirang itu tidak percaya.

"Kau bilang apa?" Tanya Sasuke.

Naruto mendongakkan wajah dan tersenyum lembut, "Aku mencintaimu." Katanya lagi.

Sasuke diam, kemudian tertawa, bukan tertawa senang atau gembira, lebih ke arah tertawa yang dipaksakan, "Percuma kau mengatakannya, tidak akan mengubah apapun." Kata Sasuke lagi. Kemudian tiba-tiba cowok itu terlihat berpikir lalu menatap Naruto, "Bagaimana kalau kau yang menentukan siapa yang paling kau cintai. Aku atau cewek ini?"

Naruto kaget, "Ma...Maksudmu apa?"

Sasuke menyeringai, "Pilih yang akan kau selamatkan, aku atau 'dirimu di masa depan' ini?" Tantang cowok raven itu.

Naruto membelalakkan mata birunya, dia tidak menyangka akan mendapatkan pilihan yang sulit. Memang Gaara sudah bertanya siapa yang akan mati dan hidup, tetapi tetap saja, Naruto sampai sekarang belum mengetahui jawabannya. Cowok pirang itu menunduk. Tangannya mengepal keras.

Sasuke mendengus tidak suka, "Sudah kuduga, kata-katamu yang sok membuatku muak." Ujar Sasuke. "Kau bahkan tidak bisa menjawab siapa yang akan kau pilih untuk tetap hidup." Sambung Sasuke sambil tertawa licik, "Aku yakin kau ingin mengatakan bahwa kau ingin menyelamatkan kami berdua. Tapi ini dunia nyata... dan dunia nyata tidak memiliki pilihan 'manis' begitu."

Naruto hanya diam, dia mengigit bibir bawahnya hingga terasa sakit... Benar, dunia nyata hanya berupa pilihan yang sulit, tidak ada kata-kata manis dan sok pahlawan. Ini bukan dongeng. Inilah kenyataannya.

Tidak ada peran malaikat disini, semua orang kejam... Kau... Aku... Dan Sasuke... Naruto ingat perkataan Gaara. Dan menerima bahwa perkataan Gaara benar makin membuat Naruto ingin mengigit bibirnya hingga putus. Dia harus membuat pilihan! Sasuke atau 'dirinya di masa depan'!

Naruto mendongakkan wajahnya dengan mantap, "Aku sudah membuat pilihanku." Katanya penuh dengan nada getir. Sasuke hanya terkekeh pelan sedangkan cewek itu mendongak terkejut.

"Kalau begitu pilih... Aku atau cewek ini." Tantang Sasuke. Naruto mengepalkan tangannya kemudian berjalan perlahan menuju arah Sasuke.

Cewek itu berteriak histeris, "KAU HARUS MEMILIHKU! KITA ADALAH SAMA!"

Naruto terdiam, dia memandang cewek itu yang berusaha menjangkau dirinya, "Kau dan aku, kita adalah satu orang." Desis cewek itu masih berusaha membujuk Naruto. Cowok pirang itu terdiam lalu berjalan pelan ke arah cewek tadi.

"Benar." Cewek itu tersenyum, tidak dapat menghilangkan kekeh gembiranya ketika Naruto berjalan ke arahnya. "Kau dan aku adalah sama." Ucapnya lagi sambil menyentuh pipi Naruto dengan lembut. Sasuke diam, wajahnya terluka.

Naruto membalas menyentuh lembut pipi cewek itu, "Aku memilihmu..." Ucap Naruto.

Gadis itu tertawa, dia gembira Naruto lebih memilih dirinya, cewek itu berbalik menatap Sasuke dengan nyalang, "Kau dengar brengsek! Kau menyedihkan! Naruto memilihku! Dia memilihku!" Kemudian histeria tawa keluar dari mulut cewek itu.

"AKU MENANG, SASUKE!" Teriak gadis itu girang, "AKU MEN-!" -Dug- belum sempat cewek itu menyelesaikan kalimatnya, dorongan kecil dari Naruto membuat gadis itu jatuh ke bawah tebing. Bagaikan gerak slow motion, cewek pirang itu menatap Naruto dengan pandangan ngeri, sebelum dia berteriak gadis itu dapat melihat bibir Naruto yang mengatakan, "Aku memilihmu untuk mati." dan setelah itu yang dapat dirasakan hanyalah tubuhnya tercabik-cabik masuk ke dalam portal dimensi waktu.

"GWWAAAAAAAAA!" Teriakan ngeri keluar dari mulut gadis itu. Melolong dan menjerit histeris ketika tubuhnya terhempas masuk ke dalam distorsi waktu. Selanjutnya bersamaan dengan petir yang menggelegar portal itu menutup dengan cepat. Kemudian segalanya menjadi hening sekejap.

Sasuke terduduk sambil tetap memandang portal yang sudah menghilang dengan tatapan nanar. Dia tidak percaya Naruto akan mendorong 'istrinya' ke jurang kematian. Cowok raven itu berbalik menatap Naruto yang berdiri ketakutan. Tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Dia telah memilih... Yaitu membuat Sasuke tetap hidup!

Sasuke berusaha mendekati cowok pirang itu, "Naruto..."

Tidak ada balasan, Naruto menatap kedua tangannya yang telah mendorong wanita itu ke portal. Sasuke tahu, cowok itu shock dengan kejadian yang nyaris cepat itu, dia memeluk Naruto... Memeluknya dengan erat, hingga dia bisa merasakan Naruto membalas pelukannya dengan tangan gemetar... Dan... Naruto... menangis di dadanya.

.

Tidak ada peran malaikat disini...

.

Semua orang kejam... Kau... Aku... Dan Sasuke...

.

.

.


.

Ini sudah 7 bulan sejak 'kepergian' Naruto 'cewek' ke dalam portal, dan sejak itu juga Naruto hanya mendesah pelan sambil menatap jendela luar kelas. Wajah cewek pirang itu yang menatapnya dengan ketakutan menjadi mimpi buruk disetiap malam Naruto.

Cowok pirang itu meringkuk di mejanya, teriakan-teriakan teman sekelas yang ribut tidak dipedulikan Naruto lagi. Dan... Naruto menatap punggung Gaara yang berada didepannya... Cowok berambut merah itu tidak mengatakan apapun setelah Sasuke dan dirinya kembali dari bukit belakang sekolah. Gaara tahu apa yang sudah dipilih Naruto. Yaitu Sasuke.

Naruto mendesah, kemudian sebuah tangan menyusuri helaian rambut pirangnya. Cowok pirang itu yakin pasti Gaara yang berusaha menghiburnya. Naruto mendongak dan disana bukan tangan Gaara yang menyentuh rambutnya melainkan tangan Sasuke. Cowok itu tersenyum.

"Hei..." Panggi Sasuke, "Kau tidak apa-apa?"

Naruto mengangguk, kemudian pandangannya beralih pada Gaara yang berjalan pergi tanpa mengucapkan apapun padanya. Sejak kepulangan Sasuke, cowok berambut merah itu menyerah untuk mendapatkan Naruto. Gaara mengaku kalah dan memilih pergi dari hidup cowok pirang itu. Sedikit sesak bagi Naruto, tapi itu pilihan Gaara.

Sasuke duduk disebelah Naruto sambil mengeluarkan buku ajar matematikanya, "Hari ini Iruka-sensei yang akan mengajar menggantikan Kurenai-sensei." Katanya tanpa memandangku.

Naruto hanya menatapnya kemudian pandangannya jatuh pada perut Sasuke yang entah-kenapa-terlihat-buncit seperti itu. Naruto yakin Sasuke banyak makan akhir-akhir ini. Dia minta makanan yang aneh-aneh seperti minta sushi dengan banyak wasabi-padahal Naruto yakin, Sasuke tidak tahan makanan pedas, kemudian bila disuruh makan ramen, Sasuke langsung muntah-muntah. Pernah suatu kali Naruto meminta obat pada Kushina untuk meredakan muntah Sasuke tapi Kushina bilang, "Itu wajar, Sasuke memang harus muntah-muntah dan makan banyak."

Tapi bagi Naruto sendiri itu tidak wajar. Sasuke terlihat tersiksa sekali, bahkan perutnya sekarang mirip om-om buncit. Apa Sasuke cacingan? Tubuhnya kurus, hanya perutnya yang makin hari kian membesar... Baiklah! Mungkin Naruto harus minta obat cacingan pada Kushina.

"Hei Sasuke..." Panggil Naruto, cowok raven itu menatapnya, "Aku rasa kau gemuk karena banyak makan... Atau bisa saja kau cacingan."

Sasuke tidak menjawab hanya tersenyum manis, "Benarkah? Apa terlihat gemuk?"

Naruto mengangkat kedua tangannya, berusaha meregangkan otot-ototnya yang kaku, "Well, kalau kau pakai jas tidak akan terlihat kentara, paling-paling kau bisa menyamai Choji."

Sasuke tertawa pelan, Naruto terus mengomel, "Makanya, kau harus diet, kau itu banyak makan, jadinya kau gemuk dan cacing-"

"Aku hamil, Naruto."

"Ya... Dan hamil-" Naruto terdiam. Kemudian berbalik dengan cepat memandang Sasuke dengan tatapan horor, "Ka...Kau bilang apa?" Tanyanya gemetar.

Sasuke masih merapikan bukunya, matanya menatap Naruto, "Aku hamil." Kemudian seulas senyum terlihat di wajah cowok raven itu yang bagi Naruto terlihat seperti seringai yang menakutkan.

Naruto terbelalak ngeri, pernyataan Sasuke langsung membuat bulu kuduknya berdiri. Seakan-akan Sasuke baru bilang kalau dia makan bayi hidup-hidup dan menghisap otaknya hingga kering.

"A... APAA!" Naruto berteriak kaget dengan keras.

.

.

.

Jam pelajaran istirahat dihabiskan Naruto menarik tangan Sasuke untuk pergi ke ruang UKS. Dia berharap Iruka-sensei masih ada disana dan membantunya mencari jalan keluar. Sedangkan Sasuke berusaha menyeimbangkan larinya sambil memegangi perutnya.

"Bisakah kau pelan-pelan, Naruto? Perutku..."

"Tidak ada waktu untuk mengkhawatirkan perutmu. Aku perlu kepastian sekarang." Tegas Naruto.

-GRAK!- Pintu UKS dibuka paksa, "Iruka-Sen-!" Teriakan Naruto terhenti ketika dilihatnya tidak ada pria itu disana. Ruang UKS kosong, Sasuke masuk dan mendudukkan dirinya dikasur, agak capek memang. Sedangkan Naruto terduduk lemas di lantai.

"Bagaimana ini?!" Jerit Naruto frustasi.

Sasuke memandannya, "kau tidak suka aku hamil?" Tanya nya lagi. Naruto tidak menjawab, hanya menampilkan wajah cemberutnya.

"Bukannya tidak suka, hanya tidak siap... Maksudku, aku baru 18 tahun, dan aku sudah menghamilimu." Kata Naruto lagi sambil mengacak-acak rambut blondenya. Naruto ingat dulu pernah memaksa Sasuke memakan pil yang membuat siapa saja memakannya hamil. Sial! Rutuknya dalam hati.

"Lalu..." Naruto berbicara lagi, "Apa kaa-san tahu tentang kehamilanmu?"

Sasuke mengangguk, "Tentu saja, Kushina-san itu dokter, dia tidak mungkin tidak tahu."

Naruto mengacak-acak rambutnya lebih keras. Pantas saja ibunya itu membiarkan Sasuke muntah-muntah kemudian mengatakan pada Naruto, 'Kau tenang saja.' dan diakhiri dengan kedipan misterius yang selalu membuat cowok pirang itu bingung. Ternyata Kushina sudah tahu!

Sasuke melepaskan jas nya, agak sesak memakai jas saat kau hamil. Naruto meliriknya sekilas kemudian berjalan menuju Sasuke, menarik tangannya dan mengecupnya lembut. Cowok raven itu agak terkejut dengan perlakuan lembut Naruto.

"Ada apa? Tidak biasanya kau begini." Tanya Sasuke.

Naruto hanya ber'Hn' saja, pandangannya berubah ketika melihat wajah manis Sasuke. Wajah Naruto sekarang mirip 'serigala kelaparan' dan Sasuke tahu apa maksudnya, terlebih ketika cowok pirang itu menciumi rambut dan pelipis Sasuke.

"Tu... Tunggu, aku hamil, kau tidak bisa..." Sasuke berusaha berontak tetapi tangannya dipegangi dengan erat oleh Naruto.

"Aku akan pelan-pelan." Jawab Naruto sebelum Sasuke sempat protes, karena kini cowok pirang itu menciumi bibir manis Sasuke.

"Hmmhh-Nghh-" Sasuke memejamkan matanya erat, berusaha berontak. Tapi lidah Naruto yang bermain dimulutnya, membuat cowok raven itu pasrah sekali lagi oleh perlakuan Naruto.

Sasuke telentang diatas ranjang, kemejanya agak terbuka, dan wajahnya memerah, entah karena cuaca panas atau dia memang se-erotis ini. Naruto membuka kancing Sasuke satu persatu dan tangannya mengelus lembut dan mengecup perut Sasuke.

"Papa disini sayang." Kata Naruto mendekatkan kepalanya di bagian perut Sasuke, seakan-akan sedang berbicara pada bayi yang akan menjadi anak mereka nanti. Cowok raven itu menutupi wajahnya yang makin memerah, dia tidak menyangka wajah Naruto bisa se-kharismatik itu ketika menatap perut Sasuke. Seakan-akan anak yang dikandung Sasuke benar-benar berharga dibandingkan emas dan berlian.

Naruto mengecup kening Sasuke, membuat cowok raven itu menatapnya, "Jangan sekarang... Aku hamil..." Jelas Sasuke lagi. Naruto hanya tersenyum, kemudian berbisik lembut.

"Aku janji, 'milikku' tidak akan menganggu bayi kita."

Kemudian cowok pirang itu mulai melepas kemejanya, memperlihatkan tubuhnya yang atletis, sosok manis Sasuke yang berada dibawahnya makin membuat debaran jantungnya tidak berhenti.

Naruto mulai mengecup perut Sasuke dengan lembut kemudian menjilat dada Sasuke dan menghisapnya keras. Sengatan kenikmatan langsung menyerang Sasuke seketika.

"Ahk! Naruto-Nghh...Ahhh..." Sasuke menggeliat geli ketika Naruto mengecup bagian dadanya dan lehernya.

"Kau suka?" Tanya Naruto disela ciumannya. Sasuke hanya mengangguk lemah dan mendesah hebat. Cowok pirang itu menyeringai.

"Kau manis, Sasuke..." Naruto mengelus rambut hitam Sasuke. Cowok raven itu suka diperlakukan lembut oleh Naruto. Sasuke mencium bibir Naruto pelan.

"Naruto... Aku ingin menjilat milikmu." Desah Sasuke. Naruto terdiam sebentar lalu tersenyum lembut.

"Tentu saja, My precious uke." Naruto berdiri diantara wajah Sasuke dan membuka retsletingnya, mengeluarkan benda panjang dan keras itu. "Makanlah sesukamu." Kata Naruto. Sasuke meneguk air liurnya, aroma milik Naruto membuatnya makin berrgairah. Cowok raven itu bisa melihat precum yang keluar dari ujung benda Naruto. Bening, basah dan memabukkan.

"Itadakimasu." Kata Sasuke sambil membuka mulutnya. Lidahnya menyentuh benda Naruto, membuat cowok pirang itu harus menahan getaran nikmat.

"Ahh... Hhhh..." Desah Naruto yang melihat miliknya makin lama makin tenggelam dimulut hangat Sasuke. Cowok raven itu menatap wajah Naruto, membuat wajahnya sendiri makin erotis, Naruto menahan keinginannya untuk tidak melakukan hal yang kasar, dia tidak ingin menyakiti bayi yang dikandung Sasuke. Kali ini Naruto akan melakukannya lebih... Gentle.

"Hnnngghh-Hmmph-Naruto.. Milikmu enak-Nghhnn.." Erang Sasuke sambil memaju mundurkan kepalanya dengan cepat. Naruto mengatur napasnya yang makin tidak karuan. Ini tidak bagus, benar-benar tidak bagus buat jantung.

"Hhhh-Sasuke-Uhhh-Enak... Enak sayang." Desah Naruto sambil menikmati lidah Sasuke yang menyapu bersih miliknya. Cowok itu terbawa permainan lidah Sasuke, membuatnya ikut memaju-mundurkan miliknya dengan cepat. Sasuke harus berusah payah menahan gerakan Naruto yang terus menyodok kerongkongannya dengan ganas.

"Nar-Nghhhh-Hmmpph..." Sasuke berusaha bericara, tapi batang kemaluan Naruto terus menyodok kerongkongannya tanpa ampun. Beberapa tetes air liur Sasuke jatuh melewati sela bibirnya.

"Phuah-Hogh...Ohogh.." Sasuke langsung batuk ketika Naruto melepaskan batang kemaluannya dari mulut cowok raven itu. Naruto berusaha menahan gejolak miliknya untuk 'keluar'. Belum... Belum saatnya 'keluar', dia masih ingin mengeksplorasi tubuh Sasuke hingga titik terdalam. Memikirkan hal itu, benda milik Naruto langsung berkedut senang, aliran darahnya membuat benda panjang yang keras itu semakin keras.

Naruto mengelus perut Sasuke lalu berbisik lembut, "Sayang, papa ingin bertemu denganmu di 'dalam'." Kata Naruto. Sasuke yang sadar langsung berusaha menghindar ketika Naruto menarik kaki cowok raven itu dan membukanya lebar, memperlihatkan liang bawah Sasuke.

"Tu-Tunggu, aku hamil, kau tidak bisa memasukkan benda milkmu. Bagaimana kalau ada apa-apa dengan bayiku." Kata Sasuke panik, ketika Naruto mulai memposisikan miliknya di lubang Sasuke.

Naruto menjilat bibirnya bergairah, lalu mengelus perut Sasuke, "Aku hanya ingin melihat bayiku, dengan 'ini'." Kata Sasuke sambil menepuk-nepukkan batang kemaluannya ke lubang Sasuke.

Sasuke tidak menyangka 'suaminya' ini keterlaluan mesumnya. Cowok raven itu mendesah pasrah kemudian mengangkat kedua pahanya lebar, memperlihatkan lubangnya yang berkedut-kedut. Wajah Sasuke memerah, "Ta... Tapi sebentar saja, oke?"

Naruto menegak air liurnya susah payah, bahkan Sasuke yang hamil sanggup membuat libido Naruto terus naik. Miliknya makin keras, berusaha cepat-cepat merasakan lubang hangat Sasuke.

Cowok pirang itu mengelus perut Sasuke lagi,"Sayang, papa masuk ya..." Kata Naruto berusaha permisi dengan calon bayinya. Sasuke berusaha menahan erangnya ketika ujung milik Naruto mulai masuk.

"Hnnh-Naruto-Ahk!" Sasuke berteriak sedikit kesakitan. Kini, milik Naruto amblas ke dalam lubang Sasuke. Cowok pirang itu berusaha menahan hasratnya untuk menyodok lubang Sasuke dengan keras. Naruto tidak mau membuat anaknya geger otak.

"Papa akan bergerak pelan ya sayang." Ucap Naruto kepada calon bayinya. Cowok pirang itu mulai menggerakkan pinggulnya dengan irama konstan yang pelan. Sasuke dapat merasakan milik Naruto bergerak maju-mundur dengan lembut, menyentuh setiap dinding di lubangnya dan sesekali berkedut-kedut untuk menjaga agar tidak cepat 'keluar'.

Naruto mencium kening Sasuke dan mencumbu bibir cowok raven itu, "Kau suka, Sasuke?" Tanya Naruto yang masih menyodok-nyodok lubang Sasuke. Cowok raven itu mendesah, membuka mulutnya untuk mencari kadar oksigen bagi jantungnya yang berdebar kencang. Cairan liurnya jatuh menetes disela-sela bibir, mengalir turun ke leher putihnya.

Naruto menyentuh milik Sasuke yang penuh dengan precum, mengocoknya pelan dan menarik-nariknya karena gemas, "Ahh...Naruto-Nghh-Ahk-Hahh-Hentika-Gagh!" Sasuke tersedak ketika Naruto berusaha memasukkan jari telunjuknya ke lubang Sasuke. Sakit, nyeri dan nikmat makin membuat Sasuke kesulitan mengatur napasnya.

Sasuke mencengkram bahu Naruto, badan cowok raven itu tersentak-sentak, "Lepas-Ahk!... Aku mau pipis...Hagh!" Sasuke berusaha berbicara disela-sela rasa nyeri dibatang kemaluannya. Cowok raven itu mau 'keluar' dan disaat bersamaan dia ingin buang air kecil. Sakit! Benar-benar sakit!

Naruto menyeringai, "Oh ya? Aku ingin lihat." Ucap Naruto sambil terus berusaha mengocok batang kemaluan Sasuke dengan cepat. Napas Sasuke memburu liar, dia terengah-engah. Kemudian...

"Naruto-Ahk-Aku mau pipis-Hahhk! Ahhk!" Sasuke memuncratkan cairan putih kentalnya hingga mengenai bagian perutnya, lalu beberapa detik kemudian tubuh cowok raven itu bergetar dan air kencingnya keluar seperti air mancur hingga mengenai tubuh Naruto. Cowok pirang itu menyeringai senang.

"Kau nakal, Sasuke." Kata Naruto sambil mencengkram batang kemaluan Sasuke dengan erat. Sasuke berusaha menjauhkan tangan Naruto dari miliknya. Sakit dan nyeri menjalar diseluruh batang kemaluannya.

"Hentikan-Ahhk!-Sakit... Ahhk..." Erang Sasuke sambil memohon. Tapi Naruto hanya menyeringai senang melihat wajah menangis dan sakit Sasuke. Libido cowok pirang itu meningkat.

"Aku mulai ya Sasuke." Kata Naruto yang mengangkat kaki Sasuke lebar, lalu menyodok lubang cowok raven itu keras. Sasuke merintih kesakitan.

"Ahh-Gagh! Sakit-aahk!-Hentikan... Naruto-Ahhk-Bayiku-Stop-Haagh-ahh.." Sasuke mencengkram sisi seprei dengan erat, lubang miliknya sakit disodok begitu ganas oleh Naruto. Dia merasa lubangnya akan robek seketika.

Naruto mendesah dan mengerang, "Hhaah-Sial! Sempit-aahh! Ahhk!"

"Stop Naruto! Ahkk! Bayiku-Gagh!" Lagi-lagi Sasuke tersedak ketika Naruto menyodoknya keras dan mengenai titik sensitivenya.

Naruto menyentuh perut Sasuke, "Papa, ingin melihatmu dengan benda 'milik' papa sayang..." Ucap Naruto lagi sambil terus menyodok lubang Sasuke keras.

Sasuke tersentak ketika Naruto mempercepat sodokannya, "Ahk!-Naruto-Nghh-Ahhk!"

Ujung batang kemaluan Naruto menyentuh prostat Sasuke yang merupakan titik sensitive cowok itu. Batang kemaluan Sasuke mengeras lagi. "Haahh-Naruto-Aghh-peluk aku-" Pinta Sasuke sambil merentangkan kedua tangannya.

Naruto memeluknya tanpa mengurangi kecepatan hentakkannya. Dia terus menyodok Sasuke penuh nafsu, "Haahh-Sasuke aku mau keluar-Haahh-aahhk-"

"Keluarkan di dalam-aahhk! Naruto aku juga-Nghh!-Ahh-... Ahhkk!" Sasuke muncrat sekali lagi, hanya saja cairan putih yang keluar lebih sedikit.

Naruto mengejang, tubuhnya menghentak lubang Sasuke keras hingga, "Ahhkk! Keluar-Ghhgg!" Naruto melepaskan sperma miliknya di dalam lubang Sasuke. Membuat beberapa cairan putih itu mengalir keluar melewati sela-sela lubang cowok raven itu dan jatuh mengotori seprei. Naruto terengah-engah kecapekan, tetapi dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh menimpa tubuh Sasuke yang hamil. Naruto tidak mau mengambil resiko dengan bayinya, jadi cowok pirang itu bangun dan mulai berpakaian lagi.

Sasuke menahan tangan Naruto, "Aku mencintaimu." Kata cowok raven itu pelan.

Naruto terdiam, kemudian tersenyum lembut, "Aku mencintaimu juga." dan setelah itu Sasuke termangu selama sedetik lalu tersenyum lega. Karena baru kali ini Naruto mengatakan 'mencintainya' dengan senyum se-menawan itu.

.

.

.

_Omake_

.

Diluar ruang UKS, Gaara hanya terdiam menyender pada tembok. Sudah sejak beberapa menit yang lalu dia berdiri diam disana tapi cowok itu enggan untuk mengusik Sasuke dan Naruto yang sedang melakukan 'gulat panas' mereka. Padahal dia berniat untuk minta maaf pada Sasuke atas semua perbuatannya, tetapi sepertinya hal itu tidak bisa dilakukannya hari ini.

Gaara mendesah lalu pergi dengan tersenyum, "Mungkin besok." Bisiknya lagi pada diri sendiri.

Saat dia berjalan menuju halaman depan sekolah, beberapa penjaga sekolah berusaha menahan seorang cowok yang sepertinya sedang menggendong seorang anak.

"Biarkan aku masuk! Aku ingin menemui istriku!" Seru cowok berambut hitam panjang itu. Tetapi para penjaga tidak membolehkannya masuk karena tidak memakai seragam sekolah Konoha Gakuen. Gaara mendekat.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Gaara sambil mengusir beberapa penjaga sekolah dan mengatakan bahwa dia akan mengurus masalah ini.

Cowok yang berada didepannya hanya terbelalak kaget lalu tersenyum, "Akhirnya aku menemukanmu." Katanya dengan nada gembira.

Gaara bingung, cowok itu terlihat girang saat menatapnya. Pemuda dihadapannya ini memiliki rambut hitam yang panjang dan bermata lavender. Gaara mengalihkan pandangannya ke seorang anak yang digendong cowok itu. Anak itu berambut merah dan bermata lavender, mirip seperti pemuda itu.

"Kau... Siapa?" Tanya Gaara bingung. Cowok itu diam lalu berdehem sebentar.

"Namaku Neji." Katanya lagi, "Aku dari masa depan untuk menjemputmu, istriku." Katanya lagi sambil mengecup kening Gaara tanpa permisi.

Gaara diam. Suasana hening langsung merayapi dirinya. Kemudian...

"Ha..Ha...Ha..." Gaara tertawa sangat keras. Cowok itu bingung.

"Kenapa tertawa?" Tanyanya lagi.

Gaara menggeleng lemah kemudian mengusap air matanya. "Tidak apa-apa, aku hanya senang." Jawab cowok berambut merah itu. Dia tidak mengatakan bahwa kejadian yang dia alami mirip dengan kehidupan Naruto, yang berarti akan ada 'Happy Ending' untuk dirinya dan cowok ini.

Gaara tersenyum, lalu menggandeng cowok itu menuju ruang UKS, "Akan kuperkenalkan dengan temanku, Naruto dan Sasuke." Ucap Gaara yang tidak bisa menyembunyikan wajah gembiranya.

.

.

.

Fin

Maaf telat update (_ _) *bungkuk badan* dan maaf kalo endingnya gaje *Author siap-siap bunuh diri* Tapi terima kasih banyak bagi yang udah baca maupun review. Aku senang kalian menyukai fic q ini. Terima kasih banyak minna-san ^O^

RnR Please ^^

Special thanks:

XXX, Kirie, suki da shaany§, Akasaka Kirachiha, nashya, Black LIly, citra nanodayo, rere, miszshanty05, Sana Uchiga , Fishiie LophehaeUKE, Black Misty Rain, YukiMiku, mariashine87, opi , Icha Clalu Bhgia, Dee chan - tik , Akira veronica lianis, Nura, Samba, Rannada Youichi, Collin Blown a.k.a AnakYunJae, UchihakiranaUchihaItachi , CCloveRuki, kirika no karin, MORPH, Anisa Phantomhive, Aicinta, sheren, Noirouge, Augesteca, Kitsune Syhufellrs, Maneki Neko Azu-chan, Princess Visionaries of obsesi, Subaru Abe, Itiz-dawn.