My Prince [A NaruSaku Fanfiction]

.

Disclamer : Masashi Kishimoto

Warning : Typo(s), Out Of Character, AU, and more

Riz Riz 21

presented

.

.

.

Chapter I

.

.

.

'Pangeran dari Kerajaan Konoha telah tiba di Tokyo. Kerajaan Konoha terletak di'

Suara yang terdengar itu berada dari sebuah televise yang menyala di ruang keluarga dan terlihat seorang wanita paruh baya sedang duduk disofa yang berada tak jauh dari televisi itu tengah menonton berita terbaru hari ini atau mungkin bisa disebut sangat terbaru seperti yang terpampang pada layar televisi. Bahkan dikatakan bahwa sang pembawa acaranya pun baru mengetahui berita itu saat baru datang ke studiojelasnya disela-sela acara membawakan berita itu.

.

.

.

SAKURA POV

Aku menuruni tangga dengan terburu-buru dan mengabaikan fakta bahwa bisa saja aku terjatuh, dengan cepat kuikatkan dasi pada kerah kemeja sekolahku hingga berbentu pita, dan dilenganku terdapat sekolah yang kugantungkan. Kedua telingaku dapat mendengar suara televisi yang menyala di ruang keluarga samar-samar, aku yakin ibu pasti sedang menonton televisi.

"Kaasan, gomen. Aku bangun kesiangan!" seruku nyaring begitu melewati ruang keluarga lalu menuju ruang makan, dan begitu aku akan masuk kedalam ruang makan sudah tersedia sarapan diatas meja.

Ah, maafkan ketidak sopananku. Salam kenal, namaku Sakura Haruno yang tahun ini berumur enambelas tahun dan aku bersekolah disalah satu sekolah yang terkenal di Jepang, yaitu Tokyo High School.

"Ohayou Saku-chan, ada Pangeran lho," ujar ibuku dengan kalem dari ruang keluarga.

Pangeran? Aku terkekeh pelan, pasti ibu sedang bercanda? Lagi pula memangnya dijaman sekarang ini masih ada yang namanya Pangeran apalagi kerajaan? Kecuali kerajaan Inggris tentunya.

Ibu, ada-ada aja deh.

Aku langsung mengabaikan ucapan ibukuyang menurutku tidak masuk akal itu lalu masuk kedalam ruang makan, "Ah, kaasan istirahat saja. Badan kaasan kan lemah!" nasehatku dari ruang makan.

Begitu aku sampai di ruang makan, aku sudah selesai mengikat dasiku serta seragamku sudah terlihat rapi. Kakiku langsung melangkah menuju dapur yang memang berada satu ruangan dengan ruang makan dan hanya dibatasi oleh sebuah meja-lemari yang panjang, tanpa menunggu lagi aku langsung berjalan kearah bak cuci piring berada. Ah, sku benar-benar bangun kesiangan. Kedua mataku tergerak untuk menatap beberapa piring yang sepertinya baru-baru saja dipakai, pasti ini bekas ayah dan ibu sarapan tadi, kenapa mereka tidak membangunkanku sih?

Aku langsung menepuk jidatku pelan lalu meletakkan tasku diatas meja-lemari yang berada dibelakangku.

Ayah dan ibuku pasti sudah mencoba berulang kali untuk membangunkanku tapi tidak berhasil. Heh, salahkan diriku yang selalu saja tidur seperti sebuah patung hingga kedua orang tuaku saja akan sangat sulit atau mungkin tidak sanggup membangunkanku. Dengan cepat aku langsung mencuci piring-piring yang ada didalam bak cuci piring, kenapa aku mencuci piring? Mencuci piring memang adalah tugas yang harus aku tiap pagi untuk meringkangkan beban ibuku dan aku juga tidak mengeluh karena hal itu.

Selama ini aku telah memasang dua buah motto dalam hidupku, kedua mottoku itu adalah "Selalu ceria" dan "Makan enak".

Ngomong-ngomong soal makan enak, aku memang hobi makantapi tubuhku tidak pernah gemuk entah mengapa dan itu satuhal yang aku syukuri. Apa lagi kalau makan kue-kue kering, bahkan aku hampir selalu membeli sekotak biskuit setiap harinya jika saja ayahku melarang karena sering kali aku kebanyakan makan biskuit diluar kendali.

"Tadi malam aku mimpi makan biskuit raksasa!" kataku dengan nyaring sekalian mengadu pada ibuku begitu selesai mencuci piring dan aku langsung menuju ruang keluarga.

Tadi malam adalah mimpi yang indah dalam hidupku, kapan lagi bisa makan biskuit raksasameski itu dalam mimpi.

Ibuku hanya tersenyum menatapku, lalu matanya menatap kearah jam dinding yang ada di ruang keluarga. "Saku-chan, gak telat?" tanya ibuku dengan polosnya dan itu berhasil membuatnya tidak terlihat seperti wanita paruh baya yang memiliki satu anak gadis.

Sontak aku mengikuti arah pandangan ibu dan kedua mataku langsung melebar saat melihat jam, "KYAAA! Aku pergi dulu!" pekikku nyaring dan dengan cepat kembali ke ruang makan untuk mengambil tasku.

Dengan secepat yang kubisa aku mengenakan kenakan sepatu dan membuka pintu rumah, "Aku berangkat, kaasan!"

"Sakura-chan, kamu belum sarapan kan?" kata ibu yang sedikit keras dan bisa terdengar dengan jelas sebelum aku benar-benar pergi.

Ah, bagaimana bisa aku melupakan sarapan? Tapi sekarang ini aku sudah sangat telat! Mungkin nanti aku bisa makan di sekolah? Iya, kan?

END SAKURA POV

.

.

.

BRUKK!

Padahal baru beberapa menit yang lalu Sakura mulai berlari-lari kecil dari rumahnya menuju sekolah dan sekolah saja masih cukup jauh, tapi sekarang? Sakura sudah jatuh ambruk dengan posisi tengkurap dijalan setapak, setidaknya Sakura sudah tahu bahwa dirinya akan ambruk dan bisa mencegah terambilnya first kiss-nya oleh jalan setapak.

"Kalau gak makan pasti ambruk deh," bisik Sakura pelan yang masih betah tengkurap diatas jalan setapak.

Kruyukkk.

Ah, perut Sakura berbunyi dengan cukup keras, hingga membuat kedua mata gadis berambut merah muda itu berkaca-kaca.

Berharap ada seseorang yang datang dan menolongnya seperti seorang pahlawan penegak kebenaran.

"Lapar." Sakura lemas dan itu membuatnya tidak memiliki inisiatif untuk berdiri sama sekali, dirinya masih betah tengkurap disana.

Tanpa diduga tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat badan Sakura, gadis itu hanya terdiam dengan mata melebar karena kaget. Sakura langsung menundukkan kepalanya dan menatap kebawah, terlihat sepasang kaki milik orang yang tengah mengangkat badanya dan kedua kakinya tidak menginjak tanah sama sekali. Apa tubuhnya seringan itu? Dengan cepat Sakura mendongkakkan kepalanya untuk menatap siapakah gerangan seseorang yang mengangatnya dari posisi lemes-tengkurap-diatas-jalan-nya tadi.

'Eh?' batin Sakura dengan heran hingga kedua matanya berkedip beberapa kali lalu tubuhnya kembali menginjak tanah.

NYAMM!

Satu onigiri tiba-tiba masuk kedalam mulut Sakura yang sempat terbuka sedikit dan tanpa ragu langsung memakan habis onigiri itu dengan cepat cepat, seperti hamster yang sedang memakan biji bunga matahari.

Terlihat sangat manis.

"Kalau kau mau aku masih punya banyak," sahut seseorang yang ada dihadapan Sakura sambil memperlihatkan sekotak onigiri yang ada ditangannya.

"Arigatou." Sakura mengambil satu onigiri lagi dan menatap mata seseorang yang menolongnya.

Seketika itu, Sakura terdiam. Matanya melebar karena kaget dan kagum dengan sosok lelaki yang ada dihadapannya, lelaki itu tersenyum lebar dan secerah matahari hingga membuat wajah Sakura terasa panas.

'Eh? La-laki-laki keren berambut pirang dan bermata biru!' batin Sakura berteriak kaget begitu menyadari warna rambut dan mata laki-laki dihadapannya ini.

Laki-laki dengan rambut pirang dan bermata biru itukan sangat jarang ada di Jepang. Apa laki-laki ini orang luar negeri, ya?

"Sakura Haruno-desu. Kamu siapa?" secara repleks Sakura langsung memperkenalkan dirinya pada.

"Aku Naruto. Jangan sampai ambruk lagi ya, Sakura-chan." Oh, jadi Naruto adalah nama laki-laki itu. Naruto memperlihatkan senyuman lebarnya saat Sakura yang kembali terpersona dengan mata birunya hingga tanpa disadari

CHU.

Narutolaki-laki bermata biru itu dengan santainya mencium pipi kiri Sakura yang langsung diam membeku. Tunggu dulu, Naruto itukan laki-laki yang baru dikenal alias bukan siapa-siapa dan laki-laki seenaknya mencium pipi seorang gadis?!

'Na-naruto mencium pipiku,' batin Sakura yang kaget dan tidak percaya.

DEG.

"Dah. Sakura-chan!" seru Naruto sebelum akhirnya pergi meninggalkan Sakura yang mukanya sudah merona dengan hebat.

Pergi?

Lah, Naruto enak banget langsung pergi gitu aja!

.

.

.

AT TOKYO HIGH SCHOOL

"Ada apa ini?" tanya Sakura pada seorang gadis berambut pirang yang sama seperti laki-laki yang ditemuinya tadi hanya saja gadis ini adalah salah satu sahabatnyaIno Yamanaka, begitu melihat halaman Tokyo High School yang dipenuhi semua siswa-siswi.

Ino yang ditanyai oleh Sakura langsung menengok dan menatap gadis berambut merah muda tersebut dengan tatapan 'are-you-kidding-me' yang mungkin baru saja dipelajarinya dari sebuah situs online dengan nama 'ekspresi-mu-pada-mata-mu' dan itu semua super ngarang. Sakura yang mengerti tatapan mata Ino hanya bisa menggeleng pelan menandakan bahwa dirinya memang benar-benar tidak tahu apa yang terlah terjadi disini.

"Sakura-chan! Kamu benar-benar tidak tahu?!" Ino menatap Sakura dengan penuh selidik yang lagi-lagi dibalas oleh gelengan pelan. "Bakal ada murid baru yang keren, lho!" pekik Ino dengan nada frustasi dan jelas sekali bahwa Sakura tidak tahu berita itu.

Sakura Haruno bukanlah seorang Ino Yamanaka yang dijuluki Miss Up to the date! Update-nya Tokyo High School!

Tapi apa kata Ino tadi? Murid baru yang keren? Bukannya beberapa menit yang lalu sebelum sampai kesekolah Sakura juga bertemu dengan orang keren, iya kan?

"Kalau orang keren aku sih juga—"

"Dia datang!" pekik Ino yang memotong perkataan Sakura tanpa rasa bersalah, sedangkan Sakura yang sadar bahwa Ino memotong perkataanya cuma bisa cemberut sambil menatap sahabatnya yang masih asik mengacuhkannya itu.

Sahabat macam apa ini?

Akhirnya dengan perasaan menyerah kedua mata hijau milik Sakura mengikuti arah pandangan mata Ino, uhsesak sekali disini. Kenapa banyak siswa-siswi ini sih?! Atau mungkin jangan-jangan memang semua siswa-siswi Tokyo High School berada disini? Lalu saat itu juga terlihat sebuah Limosin Hitam berhenti tepat didepan gerbang utama Tokyo High School yang berhasil membuat semua orang yang melihatnya berdecak iri dan kagum, sedangkan Ino malah hampir nge-fly entah kemana.

"Mo-mobil nya keren banget!" pekik Ino lagitapi kali ini dengan akses manis-manis yang dibuat-buat, belum lagi dengan kedua tangannya yang dikatupkan dibawah pipinya.

Dalam sekejap sekelompok bodyguard berjas dan pelayan berseragam berbaris didepan mobil Limosin Hitam tersebut, mereka seakan-akan terlihat tengah mempersilahkan seseorang yang akan keluar dari mobil mewah itu. Belum lagi sebuah karpet merah yang tiba-tiba menjuntai panjang dari pintu mobil itu menuju pintu utama digedung Tokyo High School.

"Wuaah! Apa-apaan ini?!" teriak Sakura yang kaget saat melihat semua itu—Limosin Hitam, bodyguard, pelayan, dan karpet merah. 'Pasti orang ini yang sangat kaya!' batinnya pun ikut berteriak.

Tak lama seseorang keluar dari dalam Limosin Hitam yang sangat mewah itu, terlihat seorang laki-laki dengan rambut pirang yang mengenakan pakaian seragam Tokyo High School yang sepertinya sedikit dimodifikasi hingga terlihat sangat keren dan cocok dengan laki-laki itu dan jangan lupakan sepasang maka biru langitnya yang menawan dan bercahaya.

"Pangeran pertama Kerajaan Konoha, Naruto Namikaze. Telah tiba!" seru seorang pelayan dengan suara lantang dan rasa bangga.

Dengan susah payah Sakura menerobos siswa-siswi yang berdesakan untuk melihat Pangeran lebih dekat dan jelas, Ino saja sudah menghilang entah kemana dari sisinya. Tapi, Sakura terdiam sejenakberarti berita yang dibilang ibunya tadi pagi itu memang benar?

Sakura akhirnya mulai bisa keluar dari gerumbungan siswa-siswi itu, "Ak-akhirnya keluar jug—" kedua matanya langsung tertuju oleh sang Pangeran. '—Eh?! Itukan Naruto yang tadi?!' batinnya kembali berteriak dengan rasa tidak percaya.

Naruto terlihat tengah mengumbar senyuman ramah untuk para murid yang menatapnya maupun ditatapnya, kedua mata birunya yang awalnya melihat sekelilingnya terhenti begitu menangkap sosok gadis yang tidak asing dengan rambut merah muda yang khas itu adalah Sakura Haruno yang masih diam membatu antara percaya atau tidak dengan apa yang dilihatnya.

Satu tarikan panjang memasuki paru-paru Sakura yang mencoba untuk tenang meski sebenarnya dirinya benar-benar tidak tenang sekarang. Jadi, Naruto itu seorangPangeran?! Seorang Pangeran tadi baru saja mencium pipinya?

"Sakura-chan! Ternyata kamu siswi disini?!" seru Naruto dengan ceria yang sekarang sudah ada dihadapan Sakura lalu memeluk gadis itu dengan erat.

"HYA!" pekik Sakura saat sadar dari lamunannya dan rona merah langsung merambat dikedua pipinya.

"Kebetulan sekali ya?" kata Naruto sambil tersenyum manis untuk gadis didalam pelukkannya itu.

'Masa sih?' batin Sakura dan menatap Naruto saat laki-laki itu sedikit melongarkan pelukan mereka, 'Ta-tapi, Naruto seorang Pangeran?!'

.

.

.

AT CLASSSAKURA POV

Aku sudah duduk tenang atau bisa dibilang mencoba untuk tenang dikursiku, tapi para siswi-siswi di kelasku terus saja menatapku dengan tatapan tidak suka atau iri yang sangat aku benci hanya dikarenakan beberapa menit yang lalu aku dipeluk dengan sangat erat oleh seorang Pangeran yang baru saja menginjakkan kaki di sekolah ini dan namaku yang dipanggil dengan akhiran suffix '-chan' oleh Pangeran itu.

Seseorang tolong kubur aku sekarang.

"Sakura-chan, kamu kok bisa kenal sama Pangeran?" tanya Ino yang akhirnya mendekatiku meski masih dengan tatapan tajamnya yang ditujukan untukku.

"Itu tidak sengaja," jawabku dengan mata yang berkaca-kaca sambil memakan cemilan yang aku beli, setidaknya cemilan ini bisa membuat rasa kaget dan takutku berkurang.

Ya, makan cemilan atau apapun itu yang penting makanan yang enak adalah caraku untuk menenangkan diri dari suatu kejadian yang dapat membuatku kaget, takut, tertekan ataupun syok berat hingga frustasi.

"Eh, Sakura-chan denger-denger neneknya Pangeran Naruto itu orang jepang dan dulunya nenek Pangeran dulu lulusan disini." Ino secara tiba-tiba memberikan info dan duduk dikursi yang ada didepan mejaku.

"Eh?" aku menatap Ino dengan tatapan tidak percaya, "Yang benar?"

Rasanya itu sangat sulit untuk dipercaya, aku kembali memakan cemilanku.

"Itu benar sekali!" seru seseorang yang secara tidak langsung menjawab pertanyaanku dan seseorang itu menepuk bahuku dengan pelan.

Saat aku menatap Ino yang hanya terdiam dan menatap orang yang menepuk bahuku dibelakang dengan sedikit heran, lalu secara perlahan kepalaku menoleh untuk menatap siapa yang gerangan menjawab pertanyaanku dan menepuk bahuku.

"Pa-Pangeran Naruto!? Apa yang anda lakukan disini?!" pekikku dengan kecil dan kata-kataku menjadi formal, aku hanya berusaha untuk sopan apalagi dengan derajat Naruto lebih tinggi dariku.

Seorang Pangeran dan seorang gadis biasa.

Keluarga bangsawan dan keluarga biasa.

"Aku ingin Saku-chan mengajakku berkeliling sekolah." ucap Naruto kalem dan tersenyum secerah matahari, belum lagi tatapan polosnya yang penuh harap hingga membuatku yakin bahwa aku tidak akan bisa menolak permintaannya.

"Ba-baiklah." kataku meski sedikit ragu.

Sekarang aku dan NarutoUps, maksudku Pangeran Naruto sedang berjalan dikoridor sekolah dengan berpuluh-puluh tatapan dari orang-orang yang menatap kami dengan tatapan kagum. Umm, mungkin sebenarnya tatapan kagum itu hanya ditujukan untuk Pangeran dan aku merasa di tatap dengan tatapan membunuh karna bejalan bersama alias disamping Pangeran Naruto.

Kenapa jadi begini sih?! Aku perlu sebuah cemilan yang lebih banyak!

.

.

.

To Be Continue


Author's Note :

Fanfic ini terinsipari dari sebuah komik dengan judul 'Please, My Prince' karya KUMAKI Eri. Mungkin ada yang pernah baca? Riz cuma ngambil beberapa poin aja dari komik itu, selebihnya berasal dari otak Riz sendiri, jadi fanfic ini gak bakalan mirip banget sama yang ada di komiknya.

Thanks for reading.

Mind to review?

XOXO,
Riz Riz 21 [Galaxy]