My Lovely Kid
Naruto © Masashi Kisimoto
Rated : K-T
Genre: Family & Romance
Warning: Terinspirasi dari sebuah komik tapi saya lupa *plak* dan beberapa fic semacam ini.
Typo.
.
.
Prolog
Suasana sore di taman bermain Konoha tampak ramai. Canda dan tawa anak-anak begitu riuh menghiasi taman bermain yang setiap sore memang selalu ramai. Keadaan ini sudah hampir berlangsung selama empat tahun. Perang besar dunia shinobi ke empat yang banyak merenggut nyawa telah berakhir dan menyisakan perdamain.
Berterimakasilah pada dua orang yang paling berjasa yaitu Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto yang telah mengorbankan apapun demi mengalahkan Madara. Namun sayangnya nasib dua pahlawan besar ini tidak sepenuhnya baik.
Eitsss!
Tunggu!
Tidak baik bukan berarti mereka tidak bahagia.
Mereka mungkin justru yang paling dikatakan beruntung disini karena tidak perlu mengingat kepedihan perang dan masa lalu mereka yang kelam.
Apa mereka lupa ingatan?
BUKAN!
"Kaa-chan, Huaaaaaaaa!" Tangis seorang anak berambut pirang yang baru saja terjatuh dari ayunan, cukup membuat gadis bersurai indigo panjang dan gadis bersurai permen kapas tersentak terkejut. Kedua gadis ini sontak menghentikan pembicaraannya di tepi taman dan langsung menghampiri bocah pirang yang sedang duduk memandangi lukanya yang lecet.
"Naruto-kun!"
Cup!
Cup!
Cup!
"Apanya yang sakit?" Tanya Hinata pada bocah yang jika dilihat sekilas berusia tujuh tahun atau mungkin belum genap.
Jari mungilnya menunjuk lutut yang berdarah. Mata blue safire itu membulat dengan air mata yang masih keluar.
Hinata tersenyum lembut memandangi wajah imut Naruto.
"Tidak apa-apa. Sini Kaa-chan obati." Kata Hinata sambil mengobati luka dengan cakra penyembuh. Perlahan-lahan luka kecil itu memudar dan membuat sang bocah berhenti menangis.
Bocah berambut pirang itu kemudian memandangi gadis berambut indigo dengan senyum lebar.
"Kaa-chanku hebat! Aku sayang Kaa-chan!" Kata Naruto sambil memeluk tubuh Hinata dengan tangan kecilnya.
Presh!
Wajah Hinata masih memerah mendapat pelukan dari Naruto. Ya, meski sudah hampir empat tahun hidup bersama dia masih tetap belum bisa menutupi kelemahannya yang satu ini. Sakura yang melihat itu hanya terkikik geli memandangi mereka berdua.
"Oka-chan." Panggil seorang anak kecil sambil menarik-narik rok Sakura. Nampaknya anak kecil ini heran melihat ibunya tertawa pada dua sosok di depan mereka.
Sakura berpaling ke bawah, kemudian tersenyum pada sang bocah berambut pantat bebek.
"Ya Sasuke-kun, ada apa?" Tanya Sakura dengan nada bingung melihat Sasuke menyembunyikan sesuatu dibalik punggung kecilnya.
"Ini, aku rangkaikan bunga dari taman untuk Oka-chanku yang paling cantik." Ujar Sasuke kecil dengan menyerahkan rangkaian bunga-bunga yang sedikit berantakan.
Entah mengapa wajah Sakura tiba-tiba memanas.
"Eh, ini untuk Oka-chan?" Tanya Sakura dengan nada tidak yakin.
Sasuke mengangguk.
"Itu, untuk Oka-chan. Aku sangat senang Oka-chan mendaftarkanku ke akademi." Kata Sasuke dengan semangat sambil tersenyum lebar.
"Terimakasih, Sasuke-kun." Ucap Sakura sambil berjongkok kemudian mencium pipi mulus dan chubby milik Sasuke. Ugh siapa yang menyangka Sasuke kecil semanis ini.
"He he he, ngomong-ngomong si dobe kenapa Oka-chan? Aku dengar tangisannya yang amat keras. Seperti bayi saja." Tanya Sasuke dengan nada polos dan ingin tahu. Sungguh dia sekarang jadi anak yang seutuhnya normal.
"Jatuh dari ayunan." Kata gadis beriris viridian dengan nada lembut.
"Huuu..gitu saja menangis, kemarin aku jatuh tersandung batu tapi aku tidak menangis seperti dirimu dobe. Kalau masih cengeng tidak boleh masuk akademi loh." Ujar Sasuke sambil mengejek Naruto.
Merasa diejek, Naruto dengan cepat berdiri namun masih digandeng Hinata.
"Teme jelek! Besok akan kubuktikan aku akan jadi ninja yang terhebat kalau perlu akan jadi Hokage! Weeee!" Balas Naruto sambil menjulurkan lidah.
"Mana mungkin anak bodoh jadi Hokage. Weee! Kalau sudah besar aku yang akan jadi Hokage tahu!" Ujar Sasuke tidak mau kalah.
"Huuu, ikut-ikutan. Besok kalau sudah besar aku mau punya istri yang cantik seperti Kaa-chan!" Timpal Naruto dengan semangat polos yang menggebu-gebu.
Presh! Wajah Hinata memerah.
"Tidak bisa, lihat saja besok istriku lebih cantik lagi seperti Oka-chan!" Tutur Sasuke tidak kalah menggebu-gebu.
Presh! Wajah Sakura tiba-tiba memerah.
"Pokoknya aku yang lebih hebat!" Ujar Naruto lagi.
"Tidak bisa! Aku!" Timpal Sasuke tidak mau kalah.
"Tidak bisa pantat bebek!" Hina Naruto pada Sasuke.
"Durian montong!" Timpal Sasuke.
Dug!
Dug!
"Kaa-chan/ Oka-chan!" Teriak Naruto dan Sasuke berbarengan. Kedua bocah itu reflek menatap kedua gadis yang mereka panggil sebagai ibu telah memelototi mereka.
"Kalian sampai kapan mau bertengkar ! Ini sudah sore!" Bentak Sakura pada keduanya.
Doa bocah itu berhasil diam.
Tidak dahulu tidak sekarang kedua pemuda itu masih saja ribut.
Mata black onix Sasuke menatap tajam Naruto begitu pula sebaliknya. Kedua gadis itu kemudian saling menatap dengan maksud yang sama.
"Pisahkan mereka!" Batin Sakura dan Hinata bersua.
"Naruto-kun, ayo pulang. Nanti Kaa-chan masakan ramen." Ujar Hinata dengan nada yang manis.
Mendengar kata ramen bola mata Naruto langsung berkaca-kaca. Memang anak kecil itu mudah dialihkan.
"Ye! Ye! Ramen buatan Kaa-chan! Ayo!" Kata Naruto dengan riang dan melupakan pertengkarannya dengan Sasuke. Seperti anak kecil umumnya mudah bertengkar dan cepat melupakan sesuatu.
Sakura menatap Sasuke yang memandang jengkel Naruto.
"Jangan khawatir, sup tomat special. Mau?" Tanya Sakura pada bocah yang digandengnya.
Senyum Sasuke melebar dan mengangguk.
"Ne, Sakura-chan pulang dulu ya. Sampai berjumpa lagi di akademi besok." Pamit Hinata pada Sakura sambil menggandeng tangan mungil Naruto.
"Dah bibi Sakura! Dah Teme jelek!" Kata Naruto sambil berjalan menuju rumah.
Sakura menghela nafas melihat sifat kekanakan Naruto. Hey sekarang mereka memang anak-anak.
"Hati-hati Hinata-chan, Naruto!" Ujar Sakura balik sambil melambaikan tangan.
Sepeninggal Naruto dan Hinata, Sakura menatap Sasuke yang masih dengan antengnya menatap kepergian sang sahabat bersama ibunya.
"Ayo, Sasuke-kun!" Ajak Sakura pada sang raven untuk pulang ke rumah.
Beginilah keadaan mereka setelah perang dunia shinobi. Naruto dan Sasuke sang pahlawan terkena jutsu aneh dari Madara dan membuat mereka berubah menjadi balita berusia tiga tahun. Menurut Tsunade, Sasuke dan Naruto juga kehilangan ingatan tentang masa lalu mereka.
Sejak saat itu Hinata dengan senang hati merawat Naruto dan Sakura merawat Sasuke sejak empat tahun lalu. Ingatan pertama Naruto adalah dia dipeluk oleh Hinata ketika selesai masa perang.
Ucapan pertama Naruto ketika baru saja menjadi anak-anak adalah Kaa-chan yang ditujukan pada Hinata. Hal yang serupa berlaku juga pada Sasuke yang mengenali Sakura sebagai ibunya. Miris, mereka mungkin sepasang kekasih walau belum pernah diungkap namun sekarang hubungan mereka layaknya ibu dan anak.
Nasib Sakura dan Hinata.
Tentu kedua gadis yang jadi pasangan Naruto dan Sasuke merasa sedih atas apa yang menimpa orang yang sangat dicintai. Meskipun begitu, mereka akan ada untuk lelaki yang dicintainya meskipun telah berubah fisik. Tidak jadi masalah mereka dianggap sebagai ibu asal mereka bisa bersama apapun keadannya.
Mengenai apa yang terjadi pada Sasuke dan Naruto tentu dirahasiakan dengan rapat. Hanya orang-orang yang ikut ke medan peranglah yang tahu jika pahlawan mereka masih hidup dan tidak menghilang secara misterius seperti berita yang tersebar.
Penduduk desa yang tidak terlibat perang hanya tahu jika Naruto dan Sasuke menghilang secara misterius. Dan bocah yang diasuh Sakura dan Hinata adalah korban perang yang lupa ingatan yang kebetulan memang mirip.
Mereka memanggilnya Sasuke Haruno dan Naruto Hyuuga. Tidak ada dari klan ini yang merasa keberatan dua pahlawan itu meminjam marga mereka, toh dua orang itu telah berjasa. Membiarkan mereka bahagia, apa salahnya?
Cerita ini sebuah permulaan atau sebuah akhir.
Siapa yang tahu?
.
.
Silahkan tinggalkan kritik dan saran. Terimakasih
Thank!
Berminat memberi Riview?