Flashback 5 years ago
Changmin POV
Malam ini adalah untuk kesekian kalinya, aku melihat Umma pulang sangat larut dengan diantar seorang pria. Seseorang yang akan disebut Umma rekan bisnisnya. Sebenarnya, seseorang itu bisa berganti-ganti tiap malam. Tetapi, jika bisnis perusahaan tempat Umma bekerja sedang fokus dengan pemenangan tender suatu proyek di suatu perusahaan, maka seseorang itu bisa sama dalam beberapa hari. Aku pernah bertanya mengenai hal itu, terutama apakah bisa Appa saja yang menjemputnya. Tetapi kata Umma itu adalah resiko pekerjaannya sebagai seorang public relation.
Aku telah mengatakan berkali-kali pada Umma bahwa aku sangat tak menyukai Umma yang seharian tak ada di rumah dan selalu pulang larut malam. Aku sangat tidak suka Umma diantar pulang pria-pria tidak jelas tiap harinya. Aku sangat benci ketika aku membutuhkan Umma, dia tak pernah bisa melakukannya. Aku tidak tega jika akhirnya Appa yang selalu menemaniku. Padahal aku juga tahu sebagai seorang aparat penegak hukum, apalagi menjadi seorang hakim, Appa pun tak kalah sibuk dengan Umma. Tetapi, kenapa Appa bisa menemaniku sedangkan Umma tidak? Kenapa Appa bersikap seolah semuanya akan tetap baik-baik saja? Aku tak mempercayai kata-kata Appa jika akhirnya Umma selalu menghancurkannya dengan mudah.
Kemudian hal itu memang benar-benar terjadi. Saat di mana kalimat Appa tidak bisa menjadi kenyataan.
Aku baru saja pulang dari kegiatan di klub fotografi sekolah, saat melihat Appa dan Umma bertengkar. Aku berusaha menyembunyikan tubuhku di sebuah pilar dekat pintu masuk. Dari tempatku bersembunyi, aku melihat Appa diam dengan ekspresi menahan marah. Aku tahu, Appa mencoba mengalah dengan tidak mengeluarkan kata-kata kasar pada Umma. Tetapi, di hadapannya, Umma tidak berhenti mengeluarkan segala bentakan dan kata-kata menyakitkan hati. Aku melihat saat Appa mencoba memegang tangan Umma untuk menghentikan segala bentakannya. Tetapi belum sempat tangan Appa menyentuhnya, Umma dengan sigap telah menepis tangan Appa. Sesungguhnya apa yang terjadi?
Tak lama kemudian, aku melihat sebuah mobil berhenti di depan rumahku lalu membunyikan klaksonnya. Beberapa saat kemudian, aku melihat Umma keluar dari rumah, tidak memperdulikan panggilan Appa. Dia pergi begitu saja lalu masuk ke mobil itu. Aku bisa melihat dari kaca mobil yang terbuka, Umma bersama seorang pria yang berbeda lagi. Kemudian mereka berlalu begitu saja.
Aku mengalihkan pandanganku pada Appa. Aku bisa melihatnya, ekspresi Appa yang tampak sangat menyesal. Kenapa? Seharusnya Umma-lah yang mempunyai ekspresi seperti itu. Dia yang meninggalkan Appa, kan?
Aku merasa sangat marah, bingung, dan frustasi secara bersamaan. Tetapi, aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan?
Keesokan harinya setelah jam sekolah berakhir, aku memilih untuk tidak langsung pulang ke rumah. Aku tidak tahu harus bagaimana bersikap jika bertemu Appa. Aku sangat tahu, Appa pasti butuh teman. Tetapi aku juga tidak tahu harus bicara apa. Aku belum tahu, siapa yang bersalah atau yang harus bertanggung jawab atas pertengkaran mereka semalam. Meskipun aku tidak suka dengan sikap Umma, bukan berarti aku bisa dengan mudah menuduhnya. Aku berharap mereka yang akan menjelaskannya padaku.
Sore ini, aku memilih mengistirahatkan pikiranku di sebuah café outdoor dekat sekolahku. Café ini, sebenarnya bukan café baru. Para pelajar sekolahku sering menggunakan café ini untuk tempat bersantai. Tetapi, aku bukanlah mereka yang suka menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti ini. Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan klub fotografi atau bepergian sendiri mencari inspirasi untuk hobi memotretku.
Aku tidak tahu berapa lama melamun, hingga seseorang menepuk-nepuk pelan tanganku. Mataku melihat seorang namja dengan seragam pelayan tersenyum ke arahku. Aku menyipitkan mataku untuk memastikan aku salah atau tidak menebaknya sebagai seorang namja. Dia mempunyai wajah yang terlalu cantik. Garis wajahnya lembut, dengan mata besar dan iris bening. Bahkan bulu matanya lentik. Hidungnya mancung dan bibirnya tipis berwarna merah muda, bahkan menurutku warna buah cherry akan kalah menggoda dengan warna bibirnya. Jika aku tak melihat ke dadanya yang rata, aku pasti akan mengira dia seorang yeoja.
"Apakah Anda sudah selesai mencatat pesanan? Saya akan mengambil catatan pesanan Anda jika sudah selesai," ucap namja berparas cantik itu dengan bibirnya tersenyum hangat.
Aku melihat notes tempat mencatat pesanan. Masih kosong. Aku hanya tak berselera memesan menu.
Melihatku hanya diam, namja berparas cantik itu mendekat ke samping kananku. Posisinya yang menjadi sangat dekat denganku, membuat aku bisa mencium wangi tubuhnya.
"Maaf, jika mungkin Anda belum mempunyai ide untuk memesan apa, saya bisa memberikan saran," katanya lagi.
Aku hanya mengangguk.
Namja cantik, ah-tentu saja aku akan menyebutnya demikian-, dia mulai menerangkan beberapa menu yang disebutnya sebagai menu andalan café ini. Sesungguhnya setiap kalimat yang dia ucapkan sama sekali tak ku dengar dengan baik. Ekspresinya yang memikat saat berbicara itu lebih membuatku tertarik. Cara berbicaranya yang tertata dengan gesture berubah-ubah itu sungguh mempesona. Bola matanya yang berwarna cokelat bening itu bergerak-gerak lincah diselingi kedipan pelan bulu matanya. Pipinya yang agak tirus mengikuti garis wajah lembutnya itu tersapu warna merah muda alami. Keindahan wajahnya memang sempurna. Itu sangat didukung kurva tubuhnya yang langsing. Bagaimana bisa ada seseorang seindah dia?
Sesekali aku menganggukan kepalaku jika dia bertanya kesediaanku tentang menu-menu yang ditawarkannya. Aku tersenyum kecil merasakan aura yang dipancarkannya. Melihatnya itu, bagaikan merasakan langit musim semi dan padang bunga matahari secara bersamaan. Terasa cerah, hangat, tenang, dan menjanjikan kebahagiaan. Ah, apakah aku sudah terlalu berlebihan?
"Terima kasih pesanannnya. Silahkan menunggu beberapa saat," ucapnya sembari menundukkan kepalanya sedikit.
Aku menganggukkan kepalaku pelan dengan mata yang tak lepas memandangnya. Namja berparas cantik itu akan segera beranjak tetapi refleks tanganku mencegahnya untuk pergi.
Matanya mengerjap pelan, "Ada yang ingin Anda pesan lagi?" tanyanya.
Aku tersenyum lalu menggelengkan kepala.
"Tidak. Emm, bolehkah aku tahu namamu? Mungkin, kita bisa menjadi teman. Jujur, aku butuh teman saat ini,"
Mata doe-nya kembali mengerjap. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum sangat cerah. Dia menganggukkan kepalanya terlihat antusias. Melihat reaksinya, bukankah dia terlihat sangat bersahabat? Dia segera mengulurkan tangannya untuk memulai perkenalan. Aku menerima salamnya.
"Namaku Kim Jaejoong,"
.
.
Chapter 7
.
.
Cast : Shim ChangMin dan Cho KyuHyun
Genre : Romance, Angst, Drama
Rating : M (aman untuk chapter ini)
Warning : TYPO(S), ngebosenin, YAOI, OOC (Out Of Character)
Bagi yang tidak suka YAOI a.k.a Boy x Boy harap menjauh dari fic ini. Tidak melayani genderswitch!
Dan yang tidak suka jika Changmin dan Kyuhyun berpasangan atau jadi couple harap segera angkat kaki. Silahkan pergi jauh-jauh! Tidak melayani bash atau protes merugikan.
.
.
Selamat membaca!
.
.
ChangKyu
.
.
"Kyu-ie, apakah kau yakin baik-baik saja, hmm?"
Jaejoong beringsut mendekati dongsaengnya yang duduk di ranjang kamarnya. Kyuhyun membantunya membereskan beberapa keperluan yang akan dibawanya ke Paris. Ya, Jaejoong memang akan berangkat ke Paris besok pagi dan malam ini, Kyuhyun menawarkan bantuan sekaligus ingin menghabiskan quality time bersama hyungnya.
Sayangnya, hanya raga Kyuhyun yang ada bersama Jaejoong. Namja cantik itu bisa merasakan jiwa Kyuhyun entah di mana saat ini. Lalu pertanyaan yang ditanyakan Jaejoong sebenarnya itu adalah pertanyaan kesekian kalinya, tapi hanya mendapat gelengan sebagai jawaban dari Kyuhyun.
Jaejoong menyentuh pelan bahu Kyuhyun yang membuat dongsaengnya agak berjengit. Namja cantik itu mendesah pelan, ketika mengetahui ternyata dongsaengnya tidak mendengarkan pertanyaannya. Sekarang mata doe-nya melihat ke wajah Kyuhyun yang seolah menyampaikan pertanyaan kenapa Jaejoong menyentuh bahunya.
"Hei, apa kau marah karena hyung akan pergi lagi?" tanya Jaejoong lagi sedikit menduga penyebab kemurungan Kyuhyun.
Mata Kyuhyun melebar sekian detik, lalu namja manis itu tersenyum ringan.
"Tidak, hyung. Aku ini sudah terlalu terbiasa dengan agendamu yang padat. Untuk apa aku marah?" balasnya yang memberikan pertanyaan balik.
Jaejoong menghela nafas pelan. Dugaannya salah.
"Lalu kenapa dari tadi wajahmu tidak tersenyum? Jiwamu sedang tidak di sini, kan? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Kyuhyun benar-benar tidak menduga pertanyaan hyungnya. Mata bulatnya yang menyamai Jaejoong mengerjap beberapa kali. Itu memang benar jika ada yang sedang dia pikirkan, hingga membuatnya tidak fokus dengan hyungnya. Tapi, tidak mungkin untuk menceritakan apa yang dia pikirkan dan rasakan. Ah, bukannya tidak mungkin, tapi belum. Dia ingin mencoba mengatasi sendiri masalahnya. Dia tidak ingin membebani hyungnya. Apalagi dengan agenda padat hyungnya itu, tentulah Jaejoong harus berkonsentrasi penuh.
"Maaf, hyung. Aku ada sedikit masalah dengan temanku. Emm, jadi membuatmu khawatir," jawab Kyuhyun memilih beralasan.
"Tapi, hyung tak perlu khawatir. Aku akan segera menyelesaikannya. Yang terpenting sekarang adalah hyung fokus dengan pekerjaan. Jangan memikirkan apapun, okay?"
Jaejoong menghela nafas pelan lalu tersenyum.
"Baiklah. Jika ada yang bisa hyung lakukan untuk membantumu, katakan saja, ya?"
"Siap!" jawab Kyuhyun cepat dengan senyuman lebar agar tidak membuat hyungnya khawatir.
Setelah memastikan Kyuhyun tidak terlarut dalam lamunannya lagi, Jaejoong segera kembali ke walk in closet-nya untuk mengambil beberapa busana hasil rancangannya yang belum ditata dalam koper.
Kyuhyun yang telah mengepak barang-barang hyung-nya dalam koper khusus mengamati sekitarnya untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Matanya caramelnya yang bening tertumbuk pada buku sketsa hyung-nya yang berada di atas nakas. Tangannya tergerak untuk mengambil buku sketsa itu. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba tertarik untuk mengambilnya. Padahal selama ini dia cenderung tidak peduli dengan buku-buku sketsa hyung-nya yang sudah sangat banyak.
Namja manis itu mengedikkan bahunya sekilas, dia berpikir dia hanya ingin melihat-lihat. Kemudian, matanya terlihat berbinar saat desain-desain hasil kreasi hyungnya tersaji indah di kertas-kertas yang dibaliknya. Dia tersenyum merasa bangga sekaligus kagum dengan hyung-nya.
Saat mereka masih kanak-kanak, dia tak pernah membayangkan hyung-nya akan seluar-biasa ini dalam berimajinasi, bahkan hingga akhirnya berkecimpung dalam dunia fashion. Ya, karena yang dia tahu sebelum perceraian orang tua mereka dan mereka berpisah sekian tahun, hyungnya adalah jagoan dalam urusan dapur. Makanya dia berpikir mungkin hyungnya akan menjadi seorang chef dan memiliki restorannya sendiri. Tetapi, ternyata tidak. Perceraian orang tua yang memisahkan mereka, ternyata membawa perubahan banyak.
Kyuhyun hampir menutup buku sketsa itu, saat matanya tak sengaja melihat sebuah kertas foto terselip keluar. Tangannya menarik foto itu lalu melihatnya dengan minat. Matanya yang bulat melebar beberapa saat karena foto yang dilihatnya. Foto itu adalah foto hyungnya dengan latar belakang dinding kaca di sebuah café, jika dia tidak salah menebak. Sepertinya itu foto candid, karena hyungnya tidak sadar bahwa dia menjadi obyek bidikan kamera. Hyungnya tampak sedang melihat view di balik dinding kaca dengan pandangan lembut. Entah apa yang sedang dilihat hyungnya. Tapi itu terlihat sangat natural.
Foto itu sangat indah. Tentu faktor utamanya adalah karena hyungnya memang mempesona, tapi yang Kyuhyun lihat lebih dari pesona hyungnya. Dia bisa merasakan keindahan yang diabadikan dalam foto itu adalah tentang pemujaan, rasa cinta, serta ketulusan. Hatinya bahkan terasa hangat, tapi sekaligus merasakan keirian dengan foto itu. Seseorang merekam keindahan yang luar biasa dan itu adalah hyungnya. Betapa seseorang itu pasti sangat mencintai dan memuja hyungnya. Namja manis itu berpikir, apa mungkin ini foto dari Yunho hyung? Tapi, setahunya Yunho hyung tidak pernah memegang kamera apalagi dia tidak mempunyai hobi fotografi. Bagaimana mungkin bisa memotret se-profesional ini?
"Kyu, sedang memikirkan apa lagi?"
Namja manis itu kembali berjengit dengan pertanyaan hyung-nya. Ternyata Jaejoong telah berdiri di depannya. Kyuhyun belum menemukan jawaban dan itu membuat Jaejoong mengalihkan pandangannya ke benda yang sedang dipegang dongsaengnya. Dahinya mengernyit dalam saat menyadari foto yang dipegang dongsaengnya.
"Kenapa dengan foto ini?" tanya Jaejoong sekali lagi. Tangannya segera mengambil foto yang dipegang Kyuhyun.
"Tidak apa-apa. Fotonya sangat indah. Dari Yunho hyung, ya?"
Jaejoong terdiam dengan pertanyaan itu. Dia tidak tahu harus menjawabnya bagaimana. Foto yang sekarang dipegangnya bukanlah dari Yunho. Foto itu mengingatkannya dengan seseorang di masa lalu. Seseorang yang tiba-tiba menghilang dari hidupnya tanpa penjelasan apapun.
"Hyung…" panggil Kyuhyun karena tidak ada jawaban dari Jaejoong.
Namja dengan paras cantik itu tersenyum, lalu segera menggeleng, "Bukan. Ini dari teman lama,"
"Teman lama? Teman yang mempunyai perasaan padamu, hyung?"
Jaejoong tersentak dengan pertanyaan Kyuhyun. Kenapa dongsaengnya bisa berpikir seperti itu? Jaejoong berusaha mempertahankan senyumannya yang terasa kaku.
"Em, hyung tidak tahu. Sudahlah, ini tidak penting. Nah, karena ini sudah larut malam dan kau besok harus sekolah, sekarang pergilah tidur. Okay?" balas Jaejoong berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia tidak tahu kenapa, tapi membicarakan seseorang itu, membuatnya merasa bersalah dan tidak nyaman secara bersamaan.
Kyuhyun memajukan bibirnya merasa agak kesal karena hyungnya mengusir secara halus. Tapi, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Namja manis itu beranjak dari duduknya lalu mengucapkan selamat malam pada Jaejoong.
Setelah Kyuhyun menutup pintu, Jaejoong mengamati kembali foto yang masih dipegangnya. Dia membalik foto itu lalu mengamati sebuah tanda tangan dari seseorang yang memotretnya.
"Foto yang indah, huh?"
.
.
ChangKyu
.
.
Setelah bel sekolah tanda pulang untuk para pelajar berbunyi, Kyuhyun segera melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolahnya. Dia sungguhan ingin tidur. Pikirannya terasa lelah. Ya, lelah karena sekolah dan terutama lelah karena seseorang yang tidak ada kabar beritanya sama sekali setelah secara tiba-tiba mengatakan cinta padanya. Namja manis itu merutuk kesal. Jika tujuannya adalah membuatnya galau tingkat akut seperti yang dirasakannya sekarang, dia berhasil. Sangat berhasil.
Kyuhyun mengomel pada dirinya sendiri karena bisa sekacau ini. Dia tidak ingin terlalu terbawa perasaan, tapi nyatanya perasaan tidak bisa diajak berkompromi. Apakah jatuh cinta itu memang bisa se-frustasi ini?
Saat Kyuhyun hampir keluar dari gerbang sekolahnya, dia menghentikan langkahnya karena tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di hadapannya. Namja manis itu tak menyadarinya karena dia menunduk. Matanya mengamati sepasang sepatu di depannya, merasa dejavu. Mata bulatnya segera membesar dan dengan cepat mendongak untuk memastikan dugaannya.
"Kau!"
"Hai, Baby Kyu, merindukanku?"
Seseorang itu yang telah membuat pikiran dan perasaannya kacau, sedang tersenyum lebar dengan melambaikan tangannya. Wajahnya terlihat cerah dan itu membuatnya makin tampan. Siapa lagi, jika bukan Changmin?
Kyuhyun merutuki dirinya yang bisa-bisanya mengagumi hal seperti itu saat ini. Namja manis itu menggigit bibir bawahnya merasa jengkel, marah, dan rindu sekaligus. Raut wajahnya terlihat tertekuk dalam menunjukkan bahwa dia sangat emosi. Sedangkan kedua tangannya telah mengepal keras bersiap sewaktu-waktu untuk memukul Changmin yang menurutnya tidak tahu diri.
Changmin mengubah senyumannya dengan kerutan di dahi karena reaksi namja manis di depannya.
"Kenapa? Sepertinya kau tidak senang bertemu denganku?"
Kyuhyun menarik nafas dalam-dalam. Emosinya semakin memuncak karena ketidak-pekaan Changmin.
"Aaaargh! Aku membencimu! Kau sungguh menyebalkan! Dasar tidak tahu diri! Aku sangat membencimu!"
Kyuhyun berteriak tiba-tiba lalu tangannya yang terkepal telah bergerak brutal memukuli Changmin.
"Hei! Hei! Hei! Kau ini kenapa?" tanya Changmin tidak mengerti. Refleks namja tampan itu memegangi tangan Kyuhyun. Tapi, namja manis itu berusaha berontak. Dia sungguh ingin melampiaskan emosinya yang sangat kacau.
Kyuhyun menatapnya tajam dengan mata mengeras.
"Kau benar-benar tidak peka dan tidak tahu diri! Aaaargh! Aku sungguh membencimu!" teriaknya lagi.
Changmin yang masih memegangi tangan Kyuhyun, menghela nafas panjang. Matanya mengamati sekitar dan dia melihat orang-orang mulai tertarik melihat mereka. Jika ribut-ribut begini, bisa-bisa dia dituduh melakukan kejahatan. Namja tampan itu berpikir, tidak ada cara lain selain melakukan pemaksaan. Tanpa menunggu lebih lama, Changmin segera mengunci pergerakan Kyuhyun lalu membopong tubuh namja manis itu ke bahunya. Untuk kesekian kalinya hanya cara seperti ini yang bisa dilakukan untuk menjinakkan Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun yang terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Changmin, segera berteriak-teriak dan mencoba berontak. Tapi, Changmin tidak akan memperdulikannya.
.
.
ChangKyu
.
.
Setelah membiarkan Kyuhyun melampiaskan amarahnya dengan memukulinya sampai lelah, Changmin menarik nafas panjang lalu mengusap-usap pelan tubuh bagian atasnya yang agak nyeri. Namja manis itu benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya. Lihat saja sekarang namja manis itu duduk di sampingnya, memandanginya dengan sorot mata tajam, dengan nafas terengah-engah.
"Bagaimana kau sudah puas belum?" tanyanya yang dibalas pelototan tajam dari Kyuhyun.
Namja manis itu memalingkan mukanya yang memerah lalu menggerutu.
Changmin mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Kyuhyun yang mengepal di sisi tubuhnya. Sentuhan itu membuat Kyuhyun melihat Changmin lagi dengan ekspresi terkejut. Tubuhnya menegang tapi tak menolak genggaman tangan Changmin. Matanya mengamati ekspresi namja tampan di depannya lekat-lekat seolah ingin memastikan pergerakan yang akan dilakukan.
"Ya, sesungguhnya, ini adalah reaksi yang aku harapkan,"
Satu kalimat dari Changmin yang membuat Kyuhyun mengerutkan dahinya dalam. Reaksi yang diharapkan katanya. Jadi ini memang disengaja? Namja manis itu makin kesal karena simpulan yang dibuatnya.
"Apa maksudmu?!" tanyanya tajam tapi dibalas senyuman geli dari Changmin.
Namja tampan itu mendekatkan dirinya, lalu matanya bergulir mengamati wajah manis di depannya yang memerah karena marah, tapi justru terlihat semakin manis.
"Ini adalah caraku untuk melihat apakah kau mempunyai perasaan yang sama sepertiku atau tidak. Asal kau tahu, aku mengamatimu selama beberapa hari kemarin meskipun aku tak menghubungimu. Lalu melihat ekspresi wajahmu dan hal-hal yang kau lakukan karena tak bisa bertemu dan menghubungiku, itu membuatku sangat senang," jelas Changmin serius dengan mata kelamnya menatap dalam mata caramel Kyuhyun.
Ucapan dan tatapan Changmin padanya, membuat Kyuhyun tak berkutik. Bahkan untuk mengedipkan mata saja rasanya sulit. Namja manis itu susah payah menelan ludah lalu mencoba bersuara. Tapi, dia tak menemukan suaranya keluar, seperti tercekat di tenggorokannya. Dia ingin bisa bergerak, bersuara, membalas perkataan Changmin, tapi tatapan mata kelam itu begitu menghipnotisnya. Menariknya semakin dalam, jauh terjerat dalam pesona yang tak bisa ditolaknya. Apakah itu berarti benar bahwa dia memang telah takluk dalam perasaannya untuk Changmin?
Sedangkan Changmin tersenyum misterius melihat ekspresi Kyuhyun. Dia sepenuhnya tahu bahwa namja manis itu tak bisa menanggapi perkataannya. Dia bisa merasakan tubuh Kyuhyun yang menegang dan terasa panas lewat genggaman tangan mereka. Jika tidak ada respon suara, berarti respon tubuh adalah yang paling jujur bukan? Maka dari itu, Changmin dengan senang hati yang bertindak.
Tangan Changmin yang bebas bergerak menyentuh wajah Kyuhyun. Jari-jarinya yang panjang bergerak halus di sekitar dahi namja manis itu yang ditutupi poni, lalu turun perlahan menelusuri pelipis, menuju pipinya yang chubby, dan berakhir di dagu. Gerakan pelan yang terasa halus itu, membuat Kyuhyun meremang. Sentuhan Changmin selalu membawa efek besar untuk tubuhnya yang sensitif. Apalagi sejak keintiman yang mereka lakukan saat pertemuan pertama. Namja manis itu tak bisa menghilangkan sensasi berdebar dan penuh gairah itu.
Changmin kembali menggerakkan jarinya untuk mengusap bibir ranum Kyuhyun yang yang terasa halus saat disentuhnya. Bibir yang telah berkali-kali diciumnya, dari ciuman ringan sampai ciuman dalam itu, tak pernah kehilangan daya tariknya. Dengan warna menyerupai buah cherry, lembut, dan terasa manis saat dicium. Bibir Kyuhyun adalah salah satu bagian terbaik untuk diberikan perhatian, dan itulah yang diinginkannya sekarang.
Kyuhyun membelalakkan mata bulatnya saat Changmin menarik wajahnya lalu mempertemukan bibir mereka. Awalnya hanya kecupan, lalu lumatan lembut, dan sekarang Kyuhyun merasakan Changmin memagut bibirnya sangat intens. Namja manis itu mencoba menarik nafas sejenak, tapi Changmin dengan cepat mencuri nafas darinya dengan pergerakan bibir yang cepat.
Kyuhyun tak bisa bertahan dengan ciuman Changmin yang selalu berhasil melenakannya. Ini terlalu nikmat, terlalu memabukkan, dan dia menyukainya. Dia menuruti tubuhnya untuk mendekat pada tubuh Changmin, meminta agar Changmin semakin dalam menciumnya. Namja tampan itu menyeringai dalam ciumannya dengan respon namja manis di sampingnya. Tangannya yang masih menggenggam tangan Kyuhyun segera bergerak untuk menaruh tangan namja manis itu ke bahunya. Dengan cepat dia membawa Kyuhyun dalam pelukannya.
"Emmh-Cha-Changminh…"
Changmin melepaskan ciuman mereka lalu tersenyum melihat namja manis di depannya yang seolah tak rela ciuman mereka berhenti. Kyuhyun yang sadar dengan respon tubuhnya, segera mengalihkan pandangannya dan merutuki dirinya yang lepas kendali. Tapi, mau bagaimana lagi jika dia memang menyukai ciuman Changmin? Hanya saja, dia berpikir, tidak bisakah tubuhnya di ajak berkompromi untuk sedikit jual mahal? Kalau begini, Changmin akan semakin merasa di atas angin. Dia sangat jengkel.
Changmin mencium singkat pipi Kyuhyun yang masih memerah efek dari ciuman mereka, "Bagaimana? Apa jawabanmu?"
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya gemas. Dia ingin menjawab jujur, tapi dia tidak mau jika akan menjadi sangat mudah bagi Changmin mengetahuinya jawabannya.
Melihat Kyuhyun hanya diam sembari berpikir serius, Changmin mendengus kesal. Dia kira dengan mencium namja manis itu dengan sangat intens tadi bisa meluluhkannya. Tapi, ternyata dia masih saja sangat keras kepala untuk mengakui perasaannya sendiri.
"Ya, sudahlah. Mungkin aku terlalu terburu-buru. Kau pasti masih sangat marah. Ayo, ku antarkan kau pulang,"
Sekarang Kyuhyun mendongak melihat Changmin yang memandanginya tampak kecewa. Itu membuatnya tidak enak hati. Changmin serius ingin mengantarnya pulang? Tapi, dia belum memberikan jawaban apapun. Apakah namja tampan itu kecewa karena dia tidak bisa segera memberikan jawaban?
Changmin segera mengulurkan tangannya untuk mengajak Kyuhyun beranjak dari duduknya. Tapi, namja manis itu masih diam dengan wajah bingung. Akhirnya, Changmin memegang tangan Kyuhyun dan menariknya untuk berdiri. Tapi, namja manis itu segera menarik balik tangannya untuk menunjukkan penolakan.
"Aku tidak bilang kalau aku menyetujui tawaranmu untuk pulang. Kenapa kau seenaknya menarik tanganku?" tanyanya kesal.
"Daripada kau bingung, jadi aku berinisiatif memutuskan," balas Changmin sembari mengedikkan bahunya.
"Lalu aku kira kau butuh berpikir lagi di mana tidak ada aku, agar kau bisa memberikan jawaban yang tepat. Ya, sepertinya benar apa yang aku katakan tadi, aku terlalu terburu-buru menemuimu," lanjut Changmin tapi kali ini bola mata kelamnya seperti enggan melihat Kyuhyun. Melihatnya, Kyuhyun kembali menggigit bibir bawahnya merasa kecewa. Dia tidak suka saat Changmin tidak melihatnya. Dia tidak suka jika Changmin seperti akan menyerah untuk menunggu jawabannya. Itu membuat perasaannya tidak nyaman.
Namja manis itu lalu menarik wajah Changmin agar melihatnya. Setelah mata mereka bertemu, Kyuhyun segera mengecup singkat bibir Changmin, "Ya, aku juga mencintaimu. Kau puas sekarang?"
Changmin tak bisa untuk tidak sangat-sangat terkejut dengan pernyataan cinta tiba-tiba dari Kyuhyun. Oh, lihatlah sekarang namja manis itu telah memalingkan wajahnya yang memerah parah sampai di kedua sisi-sisi telinganya. Itu terlihat sangat manis dan cute. Changmin jadi ingin melakukan yang 'iya-iya' pada Kyuhyun. Tapi, tentulah tidak sekarang.
"Hei, jangan memalingkan wajahmu, Baby Kyu. Aku ingin melihat wajahmu yang manis ini…"
"Tidak mau!"
Kyuhyun merajuk lalu tangannya menghalang-halangi Changmin untuk menyentuh wajahnya. Tapi, Changmin tentu saja tidak akan menyerah. Setelah berhasil membujuk Kyuhyun melihatnya, dia tersenyum lalu membalas kecupan namja manis itu. Lalu Changmin menariknya dalam sebuah pelukan.
"Ahhh, aku senang sekali. Sangat-sangat senang! Rasanya tidak bisa diungkapkan! Pokoknya aku luar biasa senang!" pekik Changmin terdengar ceria. Sesekali dia menciumi rambut sewarna almond Kyuhyun dengan gemas.
Kyuhyun tersenyum diam-diam mendengarnya. Dia juga senang karena akhirnya dia bisa mengatakan perasaannya. Tapi yang lebih membuatnya senang adalah pelukan Changmin saat ini. Rasanya sangat nyaman dan menenangkan. Hangat, hingga rasanya membuatnya meleleh. Dia merasa sangat disayangi terlebih lagi, dicintai. Oh, jika saja dia tahu dicintai seseorang yang bukan dari keluarganya akan se-menyenangkan ini, tentu sejak dulu dia akan membuka hati orang lain. Namja manis itu pun beringsut semakin mendekat pada Changmin dan balas memeluknya.
"Bagaimana jika aka dai kau menginap di sini saja, hmm?" tanya Changmin dengan mengintip wajah Kyuhyun di bawahnya.
Namja manis itu mendongak sekilas lalu kembali menyandarkan kepalanya pada dada bidang Changmin.
"Kau tidak merencanakan hal-hal yang aneh, kan?"
Changmin terkekeh mendengarnya, "Ya, Tuhan… Kau masih bisa berprasangka jelek pada kekasihmu ini?"
Kyuhyun mendengus kesal mendengarnya.
"Aku berprasangka buruk juga bukan tanpa alasan!"
"Hmm, kau harusnya tahu bagaimana jika berada di posisiku. Kau dengan pesonamu terlalu sayang jika dibiarkan. Aku bahkan gemas sekali ingin menciumimu sampai puas," balas Changmin innocent.
Kyuhyun refleks menegakkan tubuhnya lalu melihat Changmin yang seperti tidak berdosa sama sekali mengucapkan kata-kata tadi. Namja manis itu menutupi pipinya yang kembali dirambati semburat merah. Siapa yang tidak merasa malu dengan ucapan frontal Changmin? Ya, namja tampan itu jelas-jelas memujinya atau merayunya. Itu memang menyenangkan tapi dia malu….
"Hahahaha, kau imut sekali jika seperti ini, Baby! Baiklah, sebagai seorang gentleman, aku tidak akan macam-macam. Jadi menginap di sini, kan? Ya, ya, ya?"
Kyuhyun memicing tajam mendengarnya. Tapi, akhirnya toh dia menyetujui tawaran Changmin. Lagipula di rumah aka da siapa pun setelah hyungnya pergi ke Paris. Lalu ada bagian dari perasaannya yang memang ingin selalu berada di dekat Changmin.
"Ya, sudahlah. Tapi, aku tak membawa pakaian ganti,"
"Kau bisa memakai pakaianku, kan? Sekarang mandilah, nanti akan aku siapkan pakaiannya. Lalu, aku akan menunggumu di meja makan? Okay?"
Kyuhyun tersenyum dengan jawaban itu lalu mengangguk. Namja manis itu pun segera menuju kamar mandi menuruti Changmin. Sedangkan namja tampan itu tersenyum misterius dengan mata kelamnya yang masih mengikuti siluet tubuh Kyuhyun.
"Aku merasakan semuanya akan semakin lebih mudah, Kyuhyunie sayang," katanya pelan dengan seringaian tajam.
.
.
TBC
Halooo…..akhirnya saya memutuskan untuk update FF ini, mumpung idenya lagi ngalir lancar. Hehehehe…
Sekali lagi untuk kesekian kalinya saya minta maaf jika update FF ini tidak bisa rajin, karena jujur FF ini adalah FF dengan konflik paling susah di antara FF yang lain. Jadi saya perlu membangun feel yang pas kalo ingin ngetik. Ngatur plotnya terutama.
Terus, saya akhirnya ngasih flashback di chapter ini. Tapi, itu baru awal mula. Masih ada kelanjutan untuk flashback itu, yang akan tetap saya tulis dalam POV-nya si Changmin. Jadi itu sifatnya subyektif. Nanti seiring berjalannya cerita akan terungkap satu persatu, kok….
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih banyak untuk semua perhatian yang diberikan FF ini, semoga update kali ini memuaskan. See you!