Author Note: Akhirnyaaaa... bisa ngetik juga~ setelah sibuk mengurusi OSN Biologi (dan berakhir kalah di tingkat provinsi) dan UKK yang sangat, sangat sulit... (Astagaa... kebiasaan rakyat indonesia menyontek membuatku gak bisa konsen) Dan saat ini aku puas – puasin nulis novel dan Fanfic HAHAHAHAHA! #ehem

Tahukah kamu, kalau nulis novel dan Fanfic sambil dengarin lagu harus hati – hati. Biar gak kayak saya yang jauh lebih suka nikmati lagu ketimbang nulis XP

Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn punya Amano Akira. Jadi yah, saya hanya mampu mengklaim fanfic ini yang gak bisa buat biaya-in saya minum teh Jakun (orang yang jualan teh terlaris di sekolah saya, SMPN 226 Jakarta *promosi*)

Don't like, don't READ!

Chapter 1. Prologue of Odd Ends

"You're are at loss and fallen into the sadness"

―ODDS&ENDS [Hatsune Miku]

"Ibu menyesal melahirkanmu!"

Deruan emosi wanita itu terdengar sangat menyakitkan. Mata coklat karamelku menatap jelas sinar matanya yang menyiratkan perasaan sedih, emosi, marah dan penyesalan. Lama kelamaan aku merasakan cairan hangat di pipiku.

Aku―menangis?

"Seandainya saja kau tidak pernah ada! Untuk apa aku memiliki anak pecundang, pembunuh MONSTER! AKU MENYESAL MEMBESARKANMU MONSTER!"

Pria itu teriak―menyerukan penyesalannya berserta amukan amarahnya. Entah kenapa dadaku terasa sakit sekali, seperti ribuan pisau menusuk seluruh tubuhku. Mungkin raut wajahku sudah berantakan. Tapi yang jelas... aku menyesal, sedih, dan putus asa.

Tapi, kenapa aku tidak marah?

"Inikah pembalasan yang kuajarkan selama ini, pembunuh? Kupikir kau adalah orang yang berbeda. Ternyata kau sama sekali tidak pantas menerima ajaranku. Lebih baik kau tidak pernah ada."

Suara dingin itu terdengar jelas oleh telingaku. Bayi berpenampilan setelan jas layaknya orang dewasa menatapku seperti sampah. Haha... apakah dia bercanda? Atau mungkin serius dengan seluruh perkataanya?

Aku tidak tahu...

"Kupikir kau adikku yang terbaik, ternyata aku salah. KAU TIDAK BERHAK MEMANGGILKU DENGAN JULUKAN KAKAK!"

Lagi – lagi ada pria yang berteriak. Kakak? Apakah dia kakakku sesungguhnya. Aku tidak tahu secara pasti. Tapi yang jelas, dia tidak mengakuiku sebagai seorang adik. Dia sudah tidak mengakui keberadaanku lagi.

Kenapa rasanya sakit sekali?

"UNTUK APA AKU MENJADI TANGAN KANAN SEORANG MONSTER!"

"Kupikir kau berbeda, tapi ternyata kau sama saja. Aku menyesal menjadi temanmu."

"Aku tidak memiliki kakak seorang monster!"

"Karnivora, kau karnivora menjijikan yang pernah kutemui."

"Bossu-ku adalah orang baik! Kau bukanlah Bossu-ku lagi, monster!"

"Kufufu, aku tidak punya minat lagi padamu. Kupikir kau orang yang berbeda dengan mafia, tapi kau sama saja."

Kata demi kata mereka sampaikan. Lama kelamaan aku merasakan rasa sakit yang lebih di dadaku. Air mataku sudah tak kuasa kubendung. Inikah rasanya penolakan? Putus asa? Aku tidak tahu mana yang lebih dominan.

Haruskah aku marah? Atau mungkin sedih?

Aku tidak tahu...

"Kau hanya bisa membawa kehancuran Vongola, sampah."

"Kenapa kau berubah menjadi monster?"

"Haha... kau memang tidak pantas mendapatkan kasih sayang."

"AKU MENYESAL MENJADIKANMU SAHABATKU!"

Aku hanya bisa menutup mata. Semuanya terasa sakit, ini semua terlalu perih. Aku tak kuat menahannya. Kenapa mereka mengatakan itu semua padaku? Aku tidak ingat apa yang telah kulakukan selama ini.

Rasa putus asa itu menyakitkan ya...

"Kami, Vindice sepakat menghukummu di penjara air seumur hidup. Kami juga akan memberikanmu Black flame sesuai keputusan kami, Vongola, Cavallone, Shimon, Varia, Millefiore. Kami tidak akan pernah mengizinkan siapapun mengunjungimu―bahkan mati sekalipun membusuk disana."

Bayi berbalut perban itu mengulurkan tangannya, seolah – olah menyuruh rantai dingin mereka menyentuh kulitku, mengikatku. Sebenarnya mungkin aku bisa melawannya lagi dengan Sky Flame milikku. Tapi berat sekali rasanya untuk mengeluarkannya, aku sudah terlalu putus asa.

Aku sekarang tidak tahu berapa lama aku disini, dipenjara air dingin ini.

Berapa lama aku menangis mengasihani nasibku yang telantar? Aku sama sekali tidak tahu pasti.

Sekarang, tubuhku sudah sulit digerakan. Suplai nutrisi yang diberikan pihak Vindice hanya cukup membuatku hidup dan terus sekarat di penjara air. Rambut coklat yang ibuku mewarisinya entah berapa tumbuh memanjang. Aku juga tidak tahu, kapan aku berbicara.

Tapi... sebenarnya siapa mereka ya?

Mereka yang menyesal, membenciku, dan berharap bahwa aku tidak pernah ada... aku tidak mengenalinya jelas. Mungkin efek black flame yang menjalar ketubuhku, membuatku merasakan penderitaan lebih.

Haha... sekarang untuk apa ya aku disini.

Aku sudah dibuang, tidak berguna, sampah, dan monster yang layak dilenyapkan. Kenapa mereka tidak langsung membunuhku saja. Apa mungkin mereka ingin aku mati secara perlahan – lahan. Itu bagiku tak masalah.

Asalkan aku cepat lenyap dari sini.

Mati – matian aku memerintahkan otak kecilku untuk menghentikan jantungku. Aku tak tahu apakah ini bisa, tapi dengan tekad pasti aku bisa. Aku bertekad kalau aku akan mati, tidak akan pernah melihat mereka yang mungkin sedang berbahagia atas penderitaanku.

Satu...

Dua...

Tiga...

Berapa lama ya... aku menghitung waktu? Entahlah, aku juga tidak terlalu peduli. Aku menghitung waktu hanya mengetahui berapa lama lagi aku akan mati.

Jadi...

Aku tidak sabar menunggu kematianku.

―To Be Continued―

Fiuhh! Pendek sekali prologue-nya!

Hahaha, lagian juga baru prolog, jadi tak papa pendek – pendekan. Semoga kalian menyukainya~ Btw, bisakah kalian me-review plisss... malah kalau ada beta'ed aku suka sekali! Yang mau beta'ed ini fanfiction PM saia

Okee, mungkin kalian beranggapan ini mirip Their Boss-nya ... tapi kusarankan jangan terlalu berpikir gitu. Setelah membaca Their Boss, dan kebetulan internetku lemot aku membayangkan Their boss dengan kalimat "Kepercayaan adalah penentuan, apakah kau cahaya atau kegelapan.". Bagusnya aku mendapat ide seperti ini

Nee, karena banyak fanfic yang belum kelar aku putuskan:

1 review = 250 kata (Makin cepat makin baik) Aku dapat ide ini dari fanfic No Logic by Exile Warth. Jika reviewnya dikit aku updatenya berdasarkan mood saja~

No Reveiw, Delete this story

Jadi banyak – banyak review ya~ See you later~