Junmeanssi proudly presents

"Different Definiton : Tortured"

Casts : Kai, Sehun.

A/N : Berdasarkan pengalaman pribadi yang sedikit tidak mengenakkan. Rasanya sangat aneh. I feel numb.

-xoxo-

Pekerjaan yang mengharuskan Sehun, lelaki yang berprofesi sebagai fotografer berumur 20 tahun untuk bangun pagi pagi sekali, menyiapkan roll film dan bergegas menuju lokasi pemotretan. Bukannya Sehun tidak suka dengan pekerjaan barunya ini, hanya saja dia merasa waktu tidurnya seperti dibatasi. Selalu pulang malam, kembali ke red room untuk mencuci beberapa hasil fotonya, mengirimkan fax berisi file scan foto pada pelanggan pelanggannya. Seakan tidak pernah selesai, hampir tiap malam ada yang menelpon untuk mendapatkan reservasi pemotretan dari seorang Oh Sehun.

Ya, karirnya memang saat ini sedang naik daun. Ini yang Sehun harapkan saat ini, dengan uang hasil pekerjaannya itu, dia bisa sedikit menabung, membeli lensa untuk kamera dslrnya, biaya hidupnya dan juga mengirimkan sedikit uang pada Ibunya.

Hari baru, pekerjaan yang baru menati. Sehun saat ini berjalan menuju lokasi pemotretan majalah terkenal Vogue edisi spesial, musim panas. Oh ayolah siapa yang tidak suka majalah edisi musim panas? Sudah tentu banyak yang menginginkan majalah ternama –terutama Vogue- untuk segera merilis edisinya di bulan ini. Sudah tentu peningkatan penjualan majalah akan meningkat drastis, dan itu artinya, honor untuk Sehun juga bertambah.

Lokasi pemotretan majalah ini terbilang sangat elite karena ya, Vogue memang slaah satu majalah te- eksklusif di Korea dan memiliki pelanggan dan pasar peredaran yang bagus, tak heran cabang dari majalah ini tersebar di seluruh dunia dan hal itu lagi lagi membuat Sehun bangga. Terfokus dengan lensa kamera dan kamera yang digenggam olehnya, Sehun sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang ke ruangan tempat pemotretan tersebut.

"Kau"

Sehun belum menoleh, dia masih berkutat dengan kameranya.

"Ya, kau yang memegang kamera!" suara panggilannya kali ini terdengar sedikit membentak dan membuat Sehun terkesiap.

"A-ah, maaf saya seda-"

Degup jantung Sehun terhenti saat dia menoleh ketika melihat seseorang yang saat ini berdiri dengan tampan di depannya.

"K-Kai?"

Batin Sehun mencelos. Hatinya tidak siap bertemu dengan Kai. Sehun selalu berharap dia tidak akan pernah lagi bertemu dengan Kai, karena hal itu mungkin akan membawa luka yang sama dan tidak akan bisa pulih dalam waktu yang sebentar. Sehun perlu waktu untuk memantapkan hatinya untuk bisa bertemu dengan Kai, namun kenapa harus sekarang? Kenapa tidak setahun atau dua tahun lagi?

"Y-ya. Maaf tuan aku tidak mendengar"

Sehun membungkukkan badannya berkali kali. Kai, si model terkenal itu memijat pelipisnya tanda tak tahan dengan semua yang dilakukan manajernya.

"Kau tuli hah? Mendengar saja tidak bisa." Bentak Kai. Sehun sedikit tersentak, sudah lama Kai tidak membentaknya. Bahkan bisa dibilang ini pertama kali Kai membentaknya. Sehun menahan semua ucapan –kasar, sepertinya- yang akan terlontar dari mulutnya. Kai lalu berbalik dan membentak manajernya yang ada di sebelah kiri meja resepsionis.

"Sudah aku bilang untuk mencari fotografer yang lebih baik daripada dia. Kenapa dia yang muncul? Kau ini tidak becus bekerja ya?"

"M-maaf. Tapi Oh Sehun adalah fotografer yang shootnya saat ini sedang naik daun dia jelas berbakat dan diundang khusus oleh Vogue untuk pemotretan kemeja brand terkenal ini." Jelas sang Manajer. Lagi lagi Kai tidak bisa melakukan apa apa. Dia hanya merengut kesal dan membawa jas abu abu metaliknya dan memakainya asal.

"Mohon kerja samanya tuan" ucap Sehun seraya membungkuk lagi.

"Kerja sama? Cih." Balas Kai kasar.

Sehun menghela nafas panjang, melihat punggung Kai yang lebar berjalan menjauh darinya. Sebagai orang dulu pernah menyukai sosok Kai, tentu bayang bayang cinta pertama tidak akan hilang. Namun sebisa mungkin dia menampiknya, dia tidak ingin perasaannya pada Kai berdampak pada pekerjaannya kali ini. Apalagi ini adalah proyek besar. Kalau Sehun berhasil dalam pekerjaan ini, setelah ini pasti banyak pekerjaan yang mengantri dan menjadikannya sebagai fotografer, dan bagusnya, dia tidak akan menjadi freelance photographer lagi.

Sehun kembali memantapkan hatinya, setelah pekerjaan ini selesai, aku akan langsung pulang. Ya, aku akan langsung pulang. Sabar Oh Sehun, lakukan ini demi Ibu.

-xoxo-

Sehun kembali memasukkan perlengkapan memotretnya dengan rapi dan menuju ruang pemotretan. Barang bawaan yang dibawanya kali ini cukup banyak. Kamera DSLR berbagai ukuran dan lengkap dengan semua setting frame dan disesuaikan dengan tema pemotretan kali ini juga sudah diatur. Dan hal itu dilakukan Sehun dengan cekatan dan gesit. Seluruh pekerja dan staff untuk pemotretan kali ini puas dengan kinerja fotografer muda ini. Banyak yang memuji Sehun dan mengatakan Sehun pantas mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak dan besar setelah ini.

Mungkin karena terlalu berkosentrasi dengan pekerjaannya, Sehun tidak menyadari ada salah seorang model yang memperhatikan gerak geriknya dengan seksama. Mata sang model ini tidak bisa lepas dari Sehun, sang fotografer muda yang sedang berbincang dnegan salah satu staff mengenai lightning untuk sesi pemotretan awal yang akan dimulai sekitar 20 menit lagi.

"Aku tahu ini berat, tapi kau tidak bisa terus bersembunyi Sehun" seru seseorang menyadarkan Sehun yang sedari tadi tengah sibuk kembali dengan kameranya.

"K-Kris hyung"

Oh bagus. Aku bertemu dengan si pengacau dan sekarang aku bertemu dengan elang emas ini, hebat sekali.

Tidak ada alasan khusus Sehun memanggil Kris dengan sebutan elang emas. Mungkin karena perawakannya yang manly, kuat, tegas dan berwibawa. Saat masih sekolah dulu, Sehun sering sekali diajak berbicara dengan Kris diluar waktu latihan basket dan ekskul fotografi. Semuanya benar benar mengalir, mereka berteman. Kelihatannya memang seperti berteman,namun Sehun sadar, perhatian Kris berangsur angsur hilang dan berganti menjadi ke posesifan yang tak berujung. Padahal tidak ada ikatan pasti diantara mereka. Tak tahan dengan sifat Kris saat itu , Sehun memutuskan untuk menjauhi Kris.

Sepertinya cara ini berhasil, namun dalam kurun 2 tahun, Sehun malah bertemu lagi dengan dua orang yang dihindarinya. Sepertinya takdir sedang mempermainkan sang fotografer muda ini. Benar benar sangat tidak lucu.

"Aku pikir kau sudah lupa dengan namaku" Kris tertawa kecil dan berniat meraih dagu Sehun dengan jemarinya yang besar. Dengan cepat Sehun menepis halus jarinya, menggenggamnya pelan dan melepasnya.

"Aku tidak akan melupakan nama teman temanku hyung. Apalagi teman baikku." Jawabnya. Lagi lagi jawaban Sehun lebih ditekankan pada kata "teman teman" dan "teman baik". Sebenarnya Kris adalah orang yang baik, namun sifatnya yang posesif cenderung membuatnya lebih kelihatan seperti orang yang ketakuan akan sesuatu yang hilang. Seharusnya dia bisa move on pada orang lain, ini kan sudah 2 tahun berlalu. Itulah yang ada di pikiran Sehun.

"Kau masih menganggapku teman? Kenapa Sehun?"

"Hyung, mengertilah. Ini pekerjaan, kita tidak bisa mencampur adukkan semua urusan pribadi kita. Para staff juga mungkin akan mempertanyakan profesionalitasmu sebagai model disini. Kita kan bisa membicarakan ini setelah semuanya selesai." Jelas Sehun. Raut wajah Kris yang tadinya dingin, terkejut mendengar jawaban Sehun. Sepertinya kali ini, Kris harus mengalahkan ego-nya agar bisa bersama dengan Sehun, walaupun bukan sebagai kekasih, Kris selalu berharap Sehun ingin menerimanya kembali dan tidak memperlakukannya seperti orang asing. Namun semuanya harus diatur ulang. Dan Kris membenci kata kata yang dilontarkan Sehun.

Masa bodoh dengan profesionalitas.

"Begitu semuanya selesai kau akan tetap meninggalkanku." Kilah Kris cepat.

Wajah Sehun semakin memerah dan tangannya terkepal kuat. Tidak, Sehun tidak bisa menonjok Kris kali ini. Tidak di depan para staff. Dan tidak ditempatnya bekerja. Sehun menurunkan kembali tangannya yang terkepal kuat dan menghela nafas panjang.

"Kris hyung, tunggu dulu, aku bisa menjelaskan-"

"Sudahlah, kosentrasi saja dengan pekerjaanmu."

Kening Sehun berkerut. Kris benar benar tidak biasanya bersikap sedingin dan sekasar ini.

"Dan satu hal lagi."

Sehun menoleh, menatap tatapan kejam mata Kris yang menurutnya sangat mempesona dengan baluran eyeliner tipis yang membuatnya semakin tampan.

"Jangan sampai kau kaget, dengan apa yang terjadi sekarang."

Apa yang terjadi sekarang?

Apa maksudnya?

"Kau tidak akan menyangka kalau selama 2 tahun ini sudah banyak yang terjadi"

Kris berbalik dan meninggalkan Sehun yang kebingungan dengan ke-anomali-an sifat Kris. Biasanya Kris akan tetap mengejarnya dan memburunya dengan berbagai pertanyaan yang menjemukkan. Namun dalam hati Sehun, dia merasakan kelegaan karena akhirnya, setelah ditekan dengan pertemuannya dengan Kai, dia harus berurusan dengan Kris, dan dua hal itu sama sekali tidak bagus sebagai awalan untuknya bekerja.

Akan aku rampungkan semuanya, lalu segera berberes untuk pulang.

-xoxo-

Pada akhirnya semuanya berjalan lumayan mulus. Kai yang pada awalnya akan tetap mengoceh dan merasa tidak puas dengan pekerjaan Sehun, cuma bisa mengerjakan pekerjaannya –yaitu berpose- dengan baik dan menyelesaikannya. Sehun juga cukup puas dengan koordinasi yang dilakukannya dengan Kai. Baru kali ini, Kai menuruti kata katanya untuk berpose sesuai dengan yang diinginkan Sehun. Mulai berpose dengan gayanya yang cool, memegang dan membawa properti, sampai ke kostum yang lain, semuanya dikerjakan dengan baik. Sehun sendiri juga melakukan pekerjaannya sama bagusnya pada pemotretan Kris. Dan saat Kris dan Kai berada dalam satu frame untuk berpose yang cukup sensual, Sehun merasa dirinya seperti berada di alam mimpi.

"Sudah bagus aku tidak mimisan hari ini, huh."

Sehun kembali meringkas perlengkapan memotretnya dan berjalan menuju lorong luar dari ruang pemotretan. Sesekali dia membungkuk dan mengucapkan 'terima kasih atas kerja samanya' pada semua staff yang ada. Tak jarang ada yang menyalami dan mengucapkan selamat atas pekerjaan Sehun yang dinilai cukup mumpuni untuk anak usia 19 tahun. Sangat muda dan berbakat. Itulah pujian yang dilontarkan para staff.

Sehun berjalan keluar menuju pelataran parkir dan melihat sesuatu –lebih tepatnya seseorang- tengah membawa segelas minuman hangat yang mengepul. Karena udara luar yang dingin, Sehun melihat uap udara yang muncul saat orang itu bernafas. Namun setelah dilihatnya kembali dengan seksama, Sehun bisa mengenali dengan jelas siapa.

Itu Kai.

Dan minuman yang sekarang diminum olehnya adalah...black coffee.

Kai paling suka kopi hitam pekat.

"Jongin" panggil Sehun. Perlahan lahan Sehun merapatkan jaket dan barang bawaannya lalu menuju pelataran mendekati Kai.

"Huh?" Kai menoleh dan menatap dengan tatapan tidak suka pada Sehun.

"Jongin. Kenapa kau disini? Harusnya kan kau pulang." Saran Sehun. Kai hanya menampilkan wajah dinginnya, lalu meneguk kembali minumannya.

"Aku menunggu seseorang."

Sehun merasakan ada sesuatu yang terjadi pada bagian tengah dadanya, sakit dan sedikit perih, Sehun meringis, dalam diam.

"O-oh begitu."

Lidah Sehun sebenarnya masih ingin melontarkan berbagai macam pertanyaan pada Kai. Kenapa Kai begitu membencinya. Apakah karena dia menjadi fotografer untuk pemotretan kali ini? Bukannya masalah itu sudah selesai sesaat sebelum pemotretan? Namun lagi lagi Sehun tetap berpegang eguh pada dirinya, dia tidak akan menanyakan hal itu lagi. Bisa bisa dia babak belur dihajar Kai. Maklum, Kai tidak memiliki temper dan kemampuan menahan emosi yang cukup baik.

"J-jongin.." panggil Sehun lagi, sedikit bergetar. Berharap kai mengerti dan membaca isi hati Sehun yang saat ini kalang kabut.

Kai menoleh. "Jangan panggil aku dengan nama itu. Sekarang nama panggilanku adalah Kai."

"Tapi Kim Jongin kan nama aslimu. Mana mungkin mau menghilangkannya begitu saja." Jawab Sehun.

"Bukan urusanmu."

"Tapi-"

"Dengar, Sehun. Tidak bisakah kau melihat sekarang? Kita berbeda. Jangan samakan aku yang sekarang dengan diriku yang dulu."

Jongin yang dulu dan Kai yang sekarang.

Apanya yang berbeda? Kalau sifat mungkin mereka memang berbeda. Mungkin perasaan Sehun yang terlalu peka tentang semua ini. Dan Sehun merasakan tatapan kebencian yang dalam, yang ada di bola mata Kai. Sehun semakin tidak mengerti. Kenapa Kai begitu membencinya?

"Buatku, kau masih sama. Mau itu Kim Jongin ataupun Kai. Bagiku kau tetap orang yang sama." Sehun menjawab dengan pelan. Namun masih bisa di dengar oleh Kai.

"Tidak secepat itu kau menyimpulkan kenyataan kalau aku masih sama seperti yang dulu."

"Kai, aku-"

"Apa? Kau masih menyukaiku?"

Skakmat.

"Aku, m-maksudku-"

"Berhentilah."

Sehun terdiam mendengar jawaban Kai. Berhenti? Sehun harus berhenti menyukai Kai? Perasaannya selama 2 tahun hilang hanya dalam waktu sehari? Sungguh bodoh. Sudah tentu Sehun tidak bisa menerima semuanya. Dia menampik keras jawaban Kai.

"Apa maksudmu?"

"Berhentilah menyukaiku. Aku sudah memiliki orang lain. Kau tahu model majalah fashion kenamaan yang bernama Luhan? Xi Luhan? Dia kekasihku. Dan sekarang, mulai detik ini, berhenti menyukaiku."

Luhan.

Xi Luhan?

Jadi inikah yang Kris bilang soal tentang sesuatu yang berubah?

Tidak.

Bukan.

Bukan ini jawaban yang diinginkan Sehun.

Namun ingatan Sehun tentang masa lalunya saat Luhan, Kris, dan Kai masih menjadi teman dekatnya terlalu sakit untuk diterima. Luhan saat ini sudah bersama dengan Kai. Luhan yang dulu sempat juga disukai oleh Sehun, tetapi hanya sementara. Sehun menyadari bahwa semua ini memang salahnya. Dia tidak bisa memantapkan hati untuk menyukai siapa. Sesaat setelah semua tentang ingatannya tergambar jelas, Sehun sadar kalau Kai memang memendam rasa padanya. Namun sekarang, Kai sepertinya sudah tidak peduli dengan perasaan Sehun yang menunggunya selama 2 tahun. Mungkin Luhan menyadari kalau dirinya dan Kai hanya dijadikan tempat persinggahan sementara karena Sehun tidak benar benar menyukai mereka berdua dan parahnya lagi, tidak bisa memilih diantara keduanya. Dan ditambah dengan berita yang saat itu mengatakan kalau Sehun tengah dekat dan menjalin hubungan khusus dengan Kris. Hal itu semakin memperparah semuanya. Sehun menyadari semuanya sekarang. Luhan atau Kai, Sehun kehilangan keduanya.

"Kai-"

"Ingat itu baik baik. Berhenti menyukaiku."

Sehun cuma bisa merasakan sesuatu yang keras menghimpit dadanya, terasa sesak, seakan susah untuk mencari udara untuk bernafas. Air matanya mengalir, tidak bisa berhenti pula. Dinginnya udara sekitar seakan akan tidak ditanggapi Sehun. Kali ini, Sehun menanyakan kejelasan hatinya.

Sebenarnya siapa yang aku sukai?

FIN