Summer172 present :


Hujan mempertemukan mereka..

Dua insan yang saling mencintai namun tak bisa membagi cinta..

Hujan memisahkan mereka…

Saat mereka tak bisa mengatakan cinta..

Perpisahan bukanlah arti bahwa tidak ada cinta yang bersatu..

Namun..

Karena perpisahan itulah..

Sebuah cinta baru muncul..

Dan hujan yang menjadi saksinya..


Naruto by Masashi Kishimoto

Love Rain by Summer172

and The Poster by Tikais

Warning : OOC(maybe), Typo, Gaje, Etc.

Don't like? don't read!


"Angkat telponnya Sakura-chan.. kau dimana?" Naruto kembali memutus sambungan telponnya tanpa ada hasil.

Sakura. Gadis yang ia cintai sudah beberapa hari ini tidak menemuinya bahkan menelponnya. Sekelebat pemikiran negatif pun masuk ke dalam otaknya yang lemot itu.

Apa Sakura punya pria lain ya? Ah, tidak mungkin. Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalau gadis bersurai merah muda itu selingkuh. Pasti sudah di angkat ke acara gosip dan majalah-majalah gosip. Naruto manggut-manggut tanda setuju dengan pemikirannya.

Ah, masa Sakura tidak menelponnya sama sekali? Paling tidak seharusnya gadis itu memberinya pesan singkat atau apa saja. Yang jelas, ia sangat mengkhawatirkan gadis itu sekarang.

Naruto mengacak rambutnya frustasi. "Ah! Ada apa denganmu?"

Namun, ternyata Kami-sama menjawab kekhawatirannya. Ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Naruto segera melihat isi pesannya.

From : Sakura-chan

Maaf ya Naruto aku tidak mengangkat telponmu. Aku sangat sibuk. Nanti sore kau ada acara? Kalau tidak mari kita bertemu di taman dekat studio pemotretanmu. Jam 4 ya, aku tunggu.

Miss you.

Sebuah senyum terukir di wajahnya. Ah, dia salah sangka selama ini. Sakura masih mencintainya. Buktinya. Sakura memintanya bertemu sore ini juga.

Naruto segera membalas pesan dari gadis yang ia cintai itu.

.

.

Sakura benar-benar frustasi. Semenjak kejadian tiga hari lalu. Ia mengunci dirinya di kamar. Tidak mau makan dan minum. Semua kontraknya ia batalkan. Membuat Moegi harus pandai-pandai membuat alasan yang jelas kepada para penyewa jasa Sakura. Kalau tidak ia dan Sakura bisa saja masuk penjara.

Sejak kejadian itu juga, ia seperti enggan menemui Naruto. Malukah ia? Atau ia masih belum bisa menerima kalau Ibunya adalah kekasih dari Namikaze Minato? Entahlah. Yang jelas, tubuhnya sudah mulai kurus. Rambutnya juga lusuh dan berantakan.

Ia hanya terduduk di atas tempat tidur dengan memeluk lututnya sendiri. Ia masih saja menangis.

Beberapa menit lalu ia mengirimkan pesan kepada kekasihnya. Ia takut, takut kehilangan Naruto. Tapi, ia juga tidak bisa menyakiti hati Ibunya sendiri. Apa yang harus ia lakukan?

Ponselnya berdering, menandakan ada pesan yang masuk. Tepatnya, balasan dari Naruto.

From : Naruto

Baiklah. Aku akan datang. Kau baik-baik saja kan Sakura-chan? jangan terlalu memfosir diri. Kau bisa sakit. Aku mengkhawatirkanmu.

Miss you too.

Sakura tersenyum. Naruto memang selalu perhatian padanya. Ia yang terlalu jahat, selama tiga hari ini ia mengindahkan Naruto tanpa ada alasan yang jelas.

Seharusnya ia tidak boleh begini. Haruskah ia menyembunyikan semua ini dari Naruto? Mungkin harus. Ia tidak ingin kehilangan Naruto. Tidak. Ia tidak ingin. Dan lebih baik, Naruto dan Ibunya tidak saling mengenal.

Ia segera mengambil handuk untuk mandi. Ia tidak boleh membuat Naruto menunggu.

.

.

"Kapan aku bisa bertemu dengan anakmu?" tanya seorang wanita cantik bersurai merah kepada seorang pria yang tengah berdiri tepat disampingnya.

Saat ini ia sedang mempersiapkan bento untuk dibawanya piknik bersama kekasihnya.

"Sabar Kushina-chan, aku baru saja berbaikan dengan anakku," jawabnya lembut.

Kushina mendengus sebal. Sejak kapan pria di sampingnya ini memanggilnya dengan embel-embel '-chan' dibelakangnya? Dan kenapa juga ia tidak boleh bertemu calon anak tirinya?

'Menyebalkan.' Pikir wanita itu. Pipinya menggembung, tanda saat ini ia sedang kesal pada pria yang ada disampingnya.

Dan malangnya, pria itu malah tertawa melihat tingkahnya. "Aih, wajahmu jelek jika seperti itu!" goda Minato.

Kushina mendaratkan tatapan tajamnya pada Minato. Lalu mendengus, "Huh! Biarkan saja! Yang penting wanita jelek ini sudah memiliki pria yang mencintainya dan pria itu sama jeleknya dengan wanita ini. Bahkan lebih jelek!" ejek Kushina sambil menjulurkan lidahnya.

Minato hanya tersenyum, kemudian mencubit pipi wanita itu. "Yang terpenting sekarang kita tidak akan terpisah lagi."

Kushina mengangguk pasti. Kemudian ia kembali pada bento yang akan mereka makan untuk piknik. Minato pun ikut membantu.

"Jadi, kau benar-benar ingin bertemu anakku?" tanya Minato tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun pada bento itu.

Kushina menatap Minato dengan penuh semangat. "Tentu saja!"

"Baiklah, besok kita adakan acara makan malam antarkeluarga. Sekaligus membicarakan rencana pernikahan kita pada anak-anak, bagaimana?"

Kushina tersenyum puas. "Aku setuju."

.

.

"Kau sakit?"

Sakura menggeleng pelan. Saat ini ia sedang bersama dengan Naruto di sebuah taman dekat studio pemotretan tempat Naruto bekerja.

Kekhawatiran Naruto padanya mengalahkan kekhawatiran Naruto pada paparazzi yang sedang mengincar hubungan mereka.

Bagaimana tidak? Sakura yang baru tiga hari tidak ia temui. Kini sudah berubah drastis. Matanya yang biasanya selalu bersinar, kini meredup. Wajahnya juga kusam dan tirus. Walau Sakura sudah mencoba menutupi wajahnya dengan make up. Tapi tetap saja kelihatan oleh Naruto. Badannya yang dulu berisi juga mulai mengurus. Sakura tampak menyedihkan.

Naruto menatap iba pada kekasihnya itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Sakura-chan? Ada apa? Kau kelihatan… kurang sehat," ujar pemuda itu lirih.

"A-aku, tidak apa-apa Naruto. Aku hanya kelelahan," dusta Sakura.

"Jangan bohong Sakura-chan, aku tahu kau ada masalah. Ceritakan padaku, oke?" bujuk Naruto.

Sakura hanya menatap Naruto dengan mata berkaca-kaca. Sedetik kemudian gadis itu memeluknya.

"A-aku hiks..hiks..hanya tidak ingin kehilanganmu Naruto…..hiks..a-aku..a-aku..," isak Sakura. Sungguh ia tidak kuat sekarang. Jika ia bisa berlari dari kenyataan. Ia akan melakukan hal itu sekarang.

Naruto mengeratkan pelukannya. Dielusnya rambut gadis yang ia cintai itu. berharap wanitanya bisa tenang.

"Siapa bilang kau akan kehilanganku?" bisik Naruto. Namun hanya terdengar isak tangis dari Sakura.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu begitu juga sebaliknya. Walau nantinya kita harus berpisah, aku berharap perpisahan itu dikarenakan kematian. Dan jika kehidupan kedua itu benar adanya, aku berharap kita bisa bertemu dan kau menjadi milikku lagi. Walau kita tidak saling mengenal nantinya, kuharap, hati ini bisa langsung mengenalimu, sebagai kekasihku. Kini hingga nanti. Aku akan selalu mencintaimu Sakura-chan."

Setiap kalimat yang keluar dari bibir Naruto membuat hati Sakura semakin sakit. Entahlah, mendengar pemuda itu mengatakan kehidupan kedua membuat Sakura berpikir untuk tidak dilahirkan di keluarga yang sama. Ia ingin mempunyai kisah cinta yang normal.

Saling mencintai-menjadi sepasang kekasih-lalu menikah. Hanya itu yang ia inginkan. Namun pil pahit harus ditelannya dan membuatnya sadar bahwa kisahnya tidak akan senormal yang ia bayangkan.

Sangat rumit.

Sakura melepas pelukannya dari Naruto. Ia menatap lekat-lekat pemuda yang ada dihadapannya ini. Tidak ada kebohongan. Jelas. Pemuda ini sangat mencintainya.

Dan kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir Naruto juga bukan kebohongan. Dan tentunya bukan ia dapat dari sinetron-sinetron maupun telenovela yang sering ibunya lihat. Melainkan tulus dari hatinya yang paling dalam.

"Kau janji, Naruto? Janji akan terus mencintaiku?"

Naruto tersenyum, lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Sakura. "Aku janji, janji kelingking?" Naruto menunjukkan kelingkingnya.

Sakura akhirnya tersenyum lega. Tidak seharusnya ia khawatir seperti ini. Bahkan sampai membuatnya tidak bekerja. Dia harus kuat, dengan adanya Naruto seharusnya ia lebih kuat memperjuangkan kisah cintanya ini.

"Baiklah!" Sakura mengaitkan kelingkingnya pada Naruto. Naruto menunjukkan cengirannya. Ia bisa bernafas lega sekarang.

"Tapi, aku penasaran. Apa yang membuatmu berpikir seperti itu Sakura-chan?"

"T-tidak, aku ha-"

"Ah! Aku tahu! Kau takut aku kepincut gadis yang lebih seksi dan cantikkan Saku-"

"Ittai!"

"Jangan mesum, baka!" Sakura kembali menjitak kepala Naruto. Pemuda itu sampai mengeluarkan air mata akibat menahan sakit dari jitakan maut Sakura.

Ponsel Naruto bergetar. Pemuda itu segera melihat siapa yang menelponnya.

"Eh? Sakura-chan, tunggu sebentar ya. Tousan menelpon." Sakura mengangguk pelan sebagai balasan dari perkataan Naruto.

Naruto menjauh dari tempat ia dan Sakura tadi berdiri. Tak lama kemudian ponsel Sakura bergetar.

'Kaachan? Tak biasanya ia menelpon,' batin Sakura. Gadis bersurai merah muda itu segera mengangkat panggilan dari ibunya.

"Iya Kaachan?"

'Sakura-chan, sudah tiga hari kau tidak berkunjung ke rumah. Kau sakit?'

"Ah, tidak Kaachan. Aku hanya terlalu sibuk."

Terdengar desahan dari seberang. 'Ya sudah, besok malam kau bisa menemani Kaachan, kan?'

"Kemana?"

'Ikut saja, ada kejutan untukmu! Dimana tempatnya, nanti Kaachan beritahu, oke?'

"Tapi, Kaachan aku-"

'Tidak ada tapi-tapi! Sampai jumpa besok Sakura-chan!'

Sakura mendesah pelan. Ibunya memang menyebalkan. Selalu saja memaksa Sakura untuk melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Sakura.

"Sakura-chan, kau bisa menemaniku besok? Tousan mengajakmu makan malam," ujar Naruto yang sudah kembali setelah mengangkat telpon dari ayahnya.

"Maaf Naruto, Kaachan menyuruhku menemaninya besok malam," sesalnya.

"Oh, tidak apa. Aku akan bilang pada Tousan. Bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini? Aku rindu sekali padamuuu~" kata pemuda berambut kuning itu dengan nada manja.

Sakura tersenyum. "Baiklah. aku juga rindu padamu."

.

.

Sepuluh menit sebelum ia duduk di bangku ini. Ia -Naruto- menemukan Tousan nya dengan seorang wanita menyambutnya. Sambil berbasa-basi wanita itu menanyakan kabarnya, siapa namanya dan berapa umurnya. Lalu wanita itu berkata bahwa umurnya sama dengan anak perempuannya.

Sial.

Belum sepenuhnya ia berbaikan dengan Ayahnya. Pria yang dipanggilnya Tousan itu kembali merusak mood nya. Dengan membawa wanita menyebalkan itu untuk berkenalan dengan dirinya.

Saat ini ia hanya memainkan gelas yang ada dihadapannya dengan kesal. Siapa lagi yang mereka tunggu? Anak perempuan yang diceritakan wanita menyebalkan ini?

'Hahhh, merepotkan.' Pikir Naruto.

"Kapan anakmu datang Kushina-chan?" tanya Minato sambil melihat jam di tangannya.

Kushina tampak tersenyum. Kali ini dengan wajah yang menyesal. "Maaf ya Minato. Naruto-kun. Anakku itu memang sibuk. Tapi, katanya sebentar lagi datang kok."

Alis Naruto saling beradu. Naruto-kun? Ah, yang benar saja. Ternyata wanita yang ada dihadapannya ini sudah mempersiapkan diri menjadi ibu tirinya.

"Tidak apa, bukannya kau yang terpenting? Aku tahu kalian akan membicarakan pernikahan. Dan kau, oh tidak, perlu aku menyebutmu dengan sebutan Kaasan sekarang? Atau Ibu tiri? Ah, ah. Jika perlu. Haruskah aku memakai sepatu kaca Cinderella?" ujar Naruto dengan nada mengejek.

Minato yang ada disamping Kushina segera menggenggam tangan wanita itu. dia tau ada aura tak enak dari Kushina.

"Naruto! Jaga sikapmu! Tousan tidak pernah mengajarkan hal kurang ajar seperti itu padamu!" bentak Minato. Wajahnya sudah memerah karena marah. Naruto yang ada disebrang meja hanya menatapnya tajam.

"Sudahlah Mina-"

"Tousan memang tidak pernah mengajarkanku! Tidak pernah di rumah dan meninggalkan Kaasan! Harusnya Tousan sadar!" balas Naruto. Wajahnya juga memerah kerena menahan emosi.

Tiba-tiba saja pintu ruang VIP itu terbuka. Menampakan sesosok gadis cantik bersurai merah muda.

"Maaf aku terlambat!" ucapnya sambil menunduk dalam.

"Sakura? Kenapa kau di sini?"

Suara ini? Sakura mengenal suara ini. Ia segera mengangkat kepala. Melihat sosok yang ada di depannya membuat Sakura kaget. "M-Minato-sama?"

Naruto pun segera membalikkan badan. Dia penasaran dengan gadis yang sedari tadi ditunggu kedatangannya. Sepertinya ia mengenal gadis yang disebut dengan Sakura ini. Apa jangan-jangan?

"S-Sakura-chan?"

Naruto kaget. Benar-benar kaget. Apa ia salah lihat? Gadis yang ada dihadapannya ini adalah Sakura. Kekasihnya. Tidak mungkin ia anak dari wanita menyebalkan ini yang notabennya adalah kekasih ayahnya?

Memikirkan ini membuat Naruto pusing. Pemuda itu langsung memegang kepalanya dengan kedua tangan.

Sedangkan gadis musim semi itu hanya bisa berdiam diri di tempat. Ketakutan terbesarnya akhirnya terjadi. Ia meringis, semoga saja ini hanya mimpi. Dan memohon agar seseorang mencubit tangannya supaya dia bisa terbangun dari mimpi buruk ini. Namun sayang, ini adalah kenyataannya Sakura.

Kushina yang sejak tadi terdiam melihat tingkah ketiga orang ini akhirnya membuka suara. "Ada apa ini?"


A/N :

Sum kembali! yey! *heboh sendiri* maaf ya readers, Sum hiatus gak bilang-bilang dari awal. ya maklumlah, Sum hanyalah anak remaja yang ababil dan ngebet banget bikin fic di sini :D

tapi Sum akhirnya kembali, kan? ada yang rindu? *ngarep* tapi Sum balik paling cuma sebentar. karena harus hiatus lagi untuk menghadapi UN yang mengerikan itu *lebay* T_T

di chap kali ini kayaknya udah mulai klimaks ya? yang menandakan fic ini sebentarlagi habis T_T *nepuk pungguk sendiri* rencananya sih kalau gak ada halangan chap 9 bakal di update nanti sore atau besok. chap kali ini juga pendek. gomen minna! *nunduk*

oke! makasih buat para readers yang udah sudi mereview chap 7 kemarin dan makasih juga buat yang udah nge fav fic ini. maaf gak bisa balas review satu persatu. tapi yang login udah Sum bales semua, kan? :D

terakhir, Sum tunggu review nya! jaa ne^^!