Unperfectly Perfect—6th Grain : His Sexual Orientation


"Kau serius, Hun?" Jongin berujar di suatu pagi yang berangin.

Sehun melirik teman akrabnya itu yang sedang duduk bersandar pada lemari buku sambil mencoret-coret kertas robekan buku tulisnya. Mereka berdua seharusnya datang ke perpustakaan ini untuk mengerjakan tugas kelompok dari Park -seonsangnim, tapi hal itu sepertinya hampir mustahil ketika melihat pose Jongin saat ini.

"Serius tentang apa?" tanya Sehun balik, pura-pura tidak tahu.

"Ah~ jangan pura-pura tidak tahu~" Sehun sedikit bergidik ketika mendengar nada suara Jongin yang seperti merengek.

"Aku memang tidak tahu." Sehun memelototi kamus Bahasa Korea di tangan, tanpa memahami satu pun kalimat di dalamnya.

"Tentang senior kita, Luhan-sunbaenim...," Jongin membalik kertasnya dan mulai mencoreti bagian kosong tersebut dengan namanya sendiri.

"Kenapa dengan Luhan-hyung?"

"Ayolah~ Jangan sok polos~!" Jongin meninggikan suaranya sambil menepuk bahu Sehun kencang, sedetik kemudian pemuda berkulit gelap tersebut sudah mengkeret di tempat karena tatapan tajam penjaga perpustakaan.

"Maksudku... kau 'kan bilang kalau kau menyukainya." Pemuda yang sedikit lebih tua berbisik, dengan gestur yang amat sangat berlebihan.

"Aku memang suka pada Luhan-hyung." Sehun menutup kamusnya, rasanya mustahil untuk bisa konsentrasi belajar ketika ada Kim Jongin di dekatmu.

"Ya! Kau ini! Bagaimana bisa kau mengatakannya dengan santai begitu?" Lagi-lagi bahu Sehun menjadi sasaran tepukan—pukulan—Jongin.

"Lalu bagaimana aku harus mengucapkannya?" Sehun masih bertingkah acuh tak acuh, sedikit jengkel juga dengan sikap cerewet Jongin.

"Ini 'kan bukan hal main-main, Sehun-ah. Ini menyangkut orientasi seksual sekaligus masa depanmu." Jongin berbicara dengan menggebu-gebu dengan mata hampir melotot.

Sehun mengedikkan bahu, sepertinya sahabatnya ini terlalu sering menonton siaran debat politik.

"Lalu?"

Jongin tidak langsung menjawab. Ia meraih buku tulisnya dan merobek selembar kertas lagi untuk—tentu saja—kembali dicoret-coret.

"Apa kau ini benar-benar homoseks, Sehun-ah?"

Sehun mendelik. Baginya kata yang digunakan oleh Jongin tadi terlalu vulgar.

"Tentu saja tidak!"

Jongin mengernyitkan alis ketika mendengar jawaban Sehun yang diucapkan dengan nada sengit.

"Tapi kau 'kan menyukai Luhan-sunbaenim, dan Luhan-sunbae itu laki-laki."

Sehun mengangguk membenarkan.

"Oh! Atau jangan-jangan, kau yang bukan laki-laki!" Jongin tiba-tiba menjerit, terlalu kaget dengan spekulasinya sendiri.

Sejurus kemudian, Jongin sudah meringis sambil memegangi kepalanya yang baru saja mendapat pukulan (bukan jitakan) dari Sehun. Itu, dan ditambah deathglare mengerikan dari penjaga perpustakaan yang sepertinya menaruh dendam pada Jongin.

"Kau tega mengatai sahabatmu sendiri tidak normal, eoh?" Sehun mendengus kesal.

"Tapi kau sendiri yang bilang...," Jongin tidak melanjutkan kalimatnya, tangannya masih sibuk di belakang kepala, mengelus-elus bekas pukulan Sehun tadi.

"Aku bilang aku suka Luhan-hyung, bukannya doyan dengan laki-laki!"

"Tapi Luhan-sunbae itu laki-laki!"

BRAK.

Sehun dan Jongin terlonjak ketika mendapati suara meja yang dipukul dengan kencang. Ah, ternyata pelakunya si penjaga perpustakaan. Jongin mengangkat kedua tangannya, bibir tebalnya membuat gerakan seperti; "Kami tidak akan mengulanginya lagi" ke arah penjaga tersebut.

Setelah penjaga itu kembali sibuk dengan urusannya, Jongin berpaling ke arah Sehun.

"Serius. Aku bingung denganmu." Ujarnya dengan nada serius, sementara Sehun yang diajak bicara hanya menelengkan kepalanya. Sesekali mata pemuda berkulit pucat itu melirik ke penjaga perpustakaan yang masih duduk manis di kursinya, takut ditegur lagi.

"Apalagi yang kau bingungkan?" Setelah yakin kalau si penjaga tidak memperhatikan mereka, Sehun baru berani menyahuti Jongin.

"Aku sudah berteman denganmu sejak kecil. Aku jadi saksi tentang cinta pertamamu, dan dia perempuan. Kita bahkan menonton film 'itu' bersama-sama, dan tokohnya berlainan jenis kelamin bukan sesama laki-laki,"

"Apa kau perlu membongkar aib sendiri?" Sehun hampir memukul Jongin lagi ketika sahabatnya itu menyebutkan tentang "film".

"Yah... setidaknya itu bukti kalau kau pernah straight."

"Jadi aku sekarang tidak lurus lagi. Begitu?" Sehun menatap Jongin tajam. Yang ditatap mengangkat bahu.

"Kau menyukai Luhan-sunbae. Apa yang 'lurus' dari itu?"

"Justru karena itu aku masih normal, Kkamjong." Sehun berujar, tiba-tiba saja di otaknya terlintas suatu ide.

"He?"

"Karena hanya orang tidak normal yang tidak menyukai Luhan-hyung...," Pandangan Sehun menerawang keluar jendela, ke arah kelas Luhan yang berhadapan dengan gedung perpustakaan.

Jongin melengos. "Oke. Jadi sekarang malah aku yang tidak normal karena tidak menyukainya?"

Sehun mengangkat bahu. "Tidak tahu."

"Aku masih tidak percaya kau mengidap homoseksual, Sehun-ah," Jongin kembali ke topik awal.

"Ya ampun. Berapa kali aku harus bilang kalau aku tidak seperti itu?" Sehun mengalihkan pandangannya dari jendela ke wajah Jongin. "Kalau aku benar homoseksual, pasti sekarang ini kau sudah kuraba-raba, tahu?"

"Itu mengerikan." Jongin bergeser menjauhi Sehun sambil bergidik ngeri.

Sehun mendengus. "Tapi aku tidak melakukannya, berarti aku tidak seperti yang kau pikirkan."

"Tapi 'kan, tetap saja, bisa jadi...," Jongin tersendat-sendat dalam kalimatnya, sepertinya pemikiran tentang "Sehun meraba Jongin" benar-benar mengganggu pikirannya.

"Itu tidak sedang terjadi, dan tidak akan terjadi. Aku masih betah memandangi Miranda Kerr lama-lama, kau tahu?"

Jongin melebarkan matanya, ragu.

"Aku juga masih lebih memilih Hinata dibandingkan Sakura." Sehun melanjutkan lagi, dengan wajah agak memerah.

"Oke. Kau memang tidak terdengar seperti gay. Dan kau juga mungkin tidak melirik cowok-cowok. Tapi menyukai Luhan-sunbae tetap membuatmu menjadi homoseksual." Sahut Jongin setelah ternganga selama beberapa detik.

"Hmmm... Dibandingkan homoseksual, sepertinya aku lebih terima dibilang Luhanseksual," gumam Sehun lirih.

Jongin ternganga dengan wajah bodoh.

"Ehem. Sehun-ah? Ayo kita kerjakan tugas saja." Jongin langsung duduk dengan rapi dan mulai membuka kamus Bahasa Korea Sehun, menyerah soal segala urusan tentang Sehun-Luhan dan homoseksual.

Mungkin mengerjakan tugas memang satu-satunya hal yang baik untuk dikerjakan sekarang.

.


End of the drabble


.

.

a/n : sebelumnya Author minta maaf jika ada kalimat yang menyinggung. ini hanya sedikit cerminan tentang Jongin yang belum bisa begitu menerima kaum yaoi dan menganggap hal tersebut adalah hal remeh.

rate-nya naik jadi T karena ada isu tentang "film" dan juga pembahasan tentang Hinata-Sakura. hayo, apa readers tahu apa yang dimaksud Sehun dengan 'lebih-suka-Hina-daripada-Saku'? kalau tahu, simpan sendiri jawabannya dalam hati, oke? ;)

.

[balasan review untuk chappie kemarin~]

piyooo : lah? masa sulit bayangin saya? tinggal pelototin kunci pintu rumah aja, kok~ :D

Gak punya akun : luhannya minta digigit, ya? :3

shizuluhan : duh, siapa sih yang gak kepincut sama mukanya Lu walaupun baru ketemu juga? dan lagi, saya gak jago bikin yang manis-manis-_- jangan terlalu berharap, ne~

rinie hun : bukan lama nyambungnya. tapi malah gak nyambung sama sekali. kkk~

Minki 'Light Pearl' Kim : syukur deh kalau ternyata bener. saya bener-bener buta kalau sudah soal Mandarin. duh, kayaknya ini gak bakal ada sekuel, deh. maaf ya~~

arvita kim : Tao sama Kyungsoo memang keceh badai. =D berarti arvita-ssi ngerti rasanya jadi Luhan dong ya? hehe.

Lu bukannya rela gak naik bus, dia gak sadar kalau bus-nya sudah datang karena sibuk mikirin Thehun-_-

baby reindeer : sudah ada ikatan batin tuh mereka. :)) tapi kalau orang asingnya se-adorable Luhan, kayaknya saya gak keberatan di SKSD-in. huehehe.

dessyCY : mari kita serahkan urusan ngobrol-di-telepon itu pada Luhan sendiri. siapa tahu dia pake ponsel Samsung yang punya alat penerjemah itu. kkk~

Luhan 'kan gak sadar kalau busnya itu sudah datang. lha wong dia ngelamun...

Kkeynonymous : key, PLIS jangan bicarakan rumornya Luhan di depanku. mari berpura-pura kalau rumor itu gak pernah ada, oke? T,T

yep. Baru 0,01%. miris banget, ya? btw, kalau misalnya cuma drabble doang, gak apa, 'kan? ;)

siscaMinstalove : gak apa omongannya amburadul, yang penting wajah mereka enggak(?)

yang jadi masalah adalah; kegiatan teleponan mereka pasti juga sama amburadulnya. kkk~

J clou : Wallahualam deh, itu bus terakhir atau bukan... :D tapi saya kok jadi ikutan berharap kalau itu tadi yang terakhir, ya? #jderr

1013ginger : Amin~ amin~ semoga setelah sering skinship sama Suho, Kai bisa jadi putih. :) #prayforKai

pyenzz : gosipnya sih begitu-_- mari kita do'akan kalau itu tidak benar. kalau misalnya benar, mari do'akan semoga dia bukan lagi "calon mantan yang tertunda" tapi "sudah mantan". huahaha. [sisipkan emot iblis]

.

Big thanks to : semua nama yang disebut di atas. dan juga siders di luar sana (semoga kalian cepat taubat, nak... *dor) terima kasih juga untuk ibu-nya Lulu yang sudah melahirkan makhluk secakep anaknya.

p/s : ini mungkin jadi drabble terakhir di series UP. saya benar-benar berterima kasih dari hati yang paling dalam (serius nih) kepada semua reviewer dan reader yang berlapang dada mau baca fic ini. :))


Last, review will be loved~ :3 kritik, saran, dan komentar sangat dibutuhkan~

xoxo,

kuncipintu

Penajam Paser Utara, 1 Juli 2013