Disclaimer: Not own Anything.


Hanya pasir. Ke mana pun memandang, hanya ada pasir... tidak ada apa-apa. Tidak ada pohon, tidak ada bebatuan. Terlihat sebuah objek yang melayang di udara, tidak bergerak namun tangan melebar seperti merangkul. Pemuda itu berdiri di atas pasir yang seharusnya berada di permukaan, bukan di udara. Dia adalah Kazekage Gaara, meskipun usia mudanya dia sudah memegang jabatan paling tinggi di desa Suna. Dan tergolong salah satu orang terkuat, atau terkuat di desa tersebut. "Naruto... kau di sana?"

Sebuah warna kuning tidak alami terlihat di permukaan padang pasir. Warna yang seharusnya tidak ada di padang pasir. Tidak lama berselang, ledakan kecil terjadi di tempat itu, dan kini berdiri dengan tegak pemuda dengan perawakan tinggi yang memiliki potongan rambut pendek. Di tangan kanannya, memegang kerah baju seseorang yang sepertinya sudah tidak bergerak. Wajah Hokage muda itu terlihat seperti jengkel, dan memberikan lototan kepada sosok yang berada di udara.

"Gaara, kau kurang ajar! Beraninya kau ikut menguburku juga! Tidak tahu kah kau aku lagi sibuk menghajar banci satu ini!? aku tidak percaya padamu. Bukankah kita teman yang seharusnya bekerja sama satu sama lain!? Bukannya mencoba membunuh dan mengubur sesama Kage di padang pasir!" Teriakan kekesalan itu dibalas dengan tatapan tanpa emosi Gaara.

Urat kedut muncul di dahi pemuda berambut kuning tersebut. Naruto memberikan jari tengah, "Persetan kau! Coba turun ke sini dan kupastikan kau menerima tendangan bokong yang keras."

"Pecundang. Jika kau tidak bisa keluar dari pasir seperti itu, kurasa aku memang yang terkuat di antara kita." Gaara menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mengerti mengapa Temari menyukaimu."

"Hubungannya dia dengan ini apa!? Hah!?" Naruto kemudian menarik wajahnya sebelum menarik nafas yang dalam dan mengeluarkannya, "Hei, Gaara, ingatkan aku lagi jika kau mau membuat tsunami pasir seperti itu. Aku bahkan hampir tenggelam tadi."

"Aku tidak janji."

"...Gaara, apa kau pernah berkenalan dengan Tuan tonfa satu ini? kurasa dia ingin berkenalan dengan susunan gigimu."

"..."

"Sudah kuduga," Naruto mengangguk seperti bangga akan dirinya sendiri. Ekspresi wajahnya kemudian berubah menjadi serius. "Bagaimana dengan lawanmu tadi? Aku sudah selesai dengan Deidara, dia mati saat serangan terakhirku tadi." Naruto menunjukkan dengan kerah baju mayat yang ia pegang dan kemudian melepaskannya.

Gaara menaikkan satu jarinya, dan kemudian dari kedalaman pasir, muncul bentuk yang tidak dikenali lagi yang seperti terbuat dari kayu. "Sasori ternyata mengubah tubuhnya menjadi boneka itu sendiri. Dia sudah mati saat kuremas dengan jurusku. Aku tidak mengerti mengapa dia melakukan itu, dan kurasa Tetua Chiho bisa menjelaskan mengenai hal ini."

Kazekage muda itu kemudian turun ke dasar, dan meletakkan mayat Sasori di samping Deidara. "Jadi ini Akatsuki..."

"Seperti Organisasi kriminal yang mengejar dan menangkap Jinchuriki... tidak tahu untuk digunakan sebagai apa. Pada awalnya hanya grup Ninja bayaran yang akan melakukan apa saja demi uang. Itu beberapa tahun yang lalu, dari data yang kuterima Iwa merupakan desa yang paling sering menggunakan jasa Akatsuki untuk kepentingan mereka." Naruto mengelus dagunya sambil mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Jiraiya.

"...Jika saja kau tidak datang, aku mungkin sudah ditangkap oleh mereka. Mungkin aku bisa mengurus satu anggota Akatsuki sendirian, namun jika sampai mereka memasuki desa dan menggunakan penduduk sebagai pancingan, mungkin semua akan menjadi buruk. Karena itu aku sungguh berterima kasih padamu."

Pernyataan itu membuat Naruto terdiam sesaat. Sebelum ia tertawa lebar, dan kemudian memukul punggung Gaara. Mengingat apa Naruto dan kekuatan monster apa yang dimiliki satu pukulan Hokage tersebut, Gaara tidak ingin mencobanya. Dan dengan protektif, pasirnya membentuk perisai. Ledakan kecil pasir tercipta.

"Kau tidak menyenangkan Gaara..."

"Dan membiarkan kau memukul dan kemungkinan membuatku patah tulang? Tidak, terimakasih."

Naruto memberikan tatapan kepada Gaara, "Aku tidak separah itu."

Dari tatapan yang diberikan Gaara, Naruto sudah mengerti Kazekage itu tidak percaya akan apa yang ia katakan. Gaara kemudian menghela nafas pendek karena berurusan dengan temannya. Teman... mengucapkan atau memikirkan kata itu sudah cukup membuat merasa aneh sendiri. Gaara dulu mungkin mengendus marah, sebelum membuat orang yang mengatakan teman itu menjadi pasta karena betapa mustahilnya kata itu dalam kamusnya. Sekarang... ia mulai menyukai kata itu. Gaara kemudian menatap Naruto, "Kenapa kau memandangku seperti itu?"

"...Kau memiliki tatapan yang menjijikkan seperti itu. Apa aku harus merantaimu sebelum kau kembali mengamuk?"

"Naruto, sudah berapa kali kubilang. Aku tidak perlu dirantai. Tidak perlu dijaga. Emosiku stabil. Dan Shukaku tidak bertingkah selama 2 tahun ini, tanpa permisi dariku. Aku mengontrol diriku sendiri!"

"...Yap, tanda-tanda mau mengamuk."

"Mati!" Pasir besar membentuk kepalan tangan yang langsung melesat ke arah Naruto. Hokage itu hanya tertawa lebar seperti tidak merasakan takut, dan dengan kepalan tangannya sendiri menghantam tinju itu juga. Pasir padat itu langsung hancur seketika tidak berbentuk.

"Kau memang menarik untuk digoda Gaara-chan~"

Naruto vs Gaara= 1:0

..

..

..

Gaara terdiam untuk beberapa saat, pandangannya tetap pada kedua tubuh yang tergeletak tidak bergerak di bawahnya. Ia kemudian menatap Naruto. "Meskipun mereka dua kriminal tingkat S, menyusup dan mencoba menangkapku merupakan sesuatu yang diluar batas kewajaran. Mereka terlalu berani untuk sebuah organisasi yang berdasarkan hanya beberapa orang untuk menyerang satu desa Ninja."

Naruto mengangguk kecil. "Kau benar mengenai hal itu. Meskipun informasi yang kita punya mengenai mereka masih minim, aku sudah cukup tahu akan pergerakan mereka. Tidak perlu dipertanyakan lagi, mereka memiliki mata-mata di desa mu, di desa lainnya, ataupun di desa ku. Mengingat incaran mereka, sudah dipastikan setiap desa yang memiliki Bijuu akan diberikan perhatian lebih."

"Kau pikir apa yang kita lakukan ini..." Gaara membiarkan kalimatnya tergantung, membuat Naruto mengendus.

"Memperburuk keadaan? Tentu saja ini akan memperburuk keadaan. Anggota kriminal mereka, dipermalukan dan dibunuh oleh dua Kage. Mereka akan berpikir bahwa kita sudah mengetahui apa yang terjadi dan menganggap kita telah menaikkan pertahanan. Dua pilihan untuk mereka, Akatsuki kembali ke bawah radar dan mengurangi pergerakan hingga Desa kembali lengah. Atau mereka akan melakukan serangan secara langsung untuk menyingkirkan kita dari jalan mereka." Naruto mengeluarkan seringai, "Akatsuki hanya mengirim anggota mereka ke dalam liang kuburan mereka sendiri. Dan akan kupastikan itu terjadi."

Gaara kembali terdiam, "Apakah... kemungkinan perang akan terjadi?"

Naruto menatap Gaara di mata, "Kemungkinan memang ada. Mengingat Akatsuki bukanlah kumpulan penjahat kelas teri seperti banyak yang diduga orang banyak. Apapun tujuan mereka, Akatsuki tidak main-main dengan hal itu. Dan akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Iwa mungkin ikut dengan tujuan Akatsuki, mungkin janji atau segala macam mengingat kedua Jinchuriki desa itu telah kabur dan mengasingkan diri. Iwa yang paling lemah pada saat ini dan mereka belum pulih dari kekalahan memalukan yang dibuat oleh Ayahku. Sedangkan Kiri telah memulai pembangunan dan dalam waktu dekat akan membuat kesepakatan dengan Konoha untuk kerja sama dalam berbagai bidang."

"Kau memang tidak bermain-main sebagai Hokage..."

"Itu sudah menjadi tugasku." Pemuda berambut pirang itu memberikan senyuman pada temannya.

Naruto mengeluarkan dua perkamen penyimpanan, dan memasukan kedua mayat itu sebelum menaruhnya kembali ke saku bajunya. Tanpa pembicaraan lebih lanjut, kedua Shinobi kelas Kage itu melesat menuju Desa.

"Kita tidak akan tahu apa yang terjadi dekat ini, butuh penyelidikan lebih dalam. Kumo tidak akan ikut campur jika mengetahui Jinchuriki merupakan incaran Kumo, mereka termasuk Desa haus akan kekuatan." Ucap Naruto tanpa menahan batas, "Mereka akan tetap netral selama kekuatan mereka tidak diganggu. Meskipun kita diserang, mereka akan tetap diam. Kecuali kebalikannya terjadi. Aku bisa membayangkan A memanggil pertemuan lima Kage karena Jinchuriki mereka diculik Akatsuki. Sedangkan Akatsuki sedang membangun kekuatan."

"Jadi kau menginginkan Akatsuki menyerang Kumo agar mau berpartisipasi untuk memusnahkan Akatsuki?" Gaara bertanya di samping Naruto yang berlari dan berusaha menyamakan kecepatan mereka, mengingat Hokage tersebut memiliki stamina yang lebih besar darinya.

"Tidak, itu hanya akan memperburuk keadaan. Akatsuki mendapatkan Jinchuriki merupakan hal yang tidak diinginkan. Aku tidak tahu cara yang lebih bagus mengenai ini, tapi... jika pengorbanan diperlukan, aku takut itu akan terjadi. Konoha mungkin bisa menghancurkan Akatsuki secara penuh jika mengeluarkan seluruh kemampuan. Aku tidak akan main-main jika ini berhubungan dengan keseimbangan kekuatan. Meskipun sebenarnya tidak bisa disebut keseimbangan, tapi jika hal ini terjadi, kita akan kembali dalam masa peperangan. Peperangan yang tidak memiliki arti, di mana tidak ada yang menjadi pemenang."

Gaara menatap ke depan dan mempercepat laju larinya, "Suna akan membantu Konoha dalam segala hal. Konoha telah banyak membantu Suna dalam perkembangan dalam dua tahun ini, itu sudah cukup bagi kami Desa Suna untuk membantu Konoha dalam peperangan, jika apa yang kita takutkan terjaid. Sebagai Kazekage, aku janjikan itu."

"... Terimakasih."

O0o0o0o0o0o0

Di suatu tempat.

"Status." Suara perintah terdengar dari kegelapan, mata dari pemilik suara itu terlihatberpijar.

"Deidara dan Sasori gagal mendapatkan target mereka ekor satu." Tanpa ada rasa kasihan akan kematian rekannya, pemilik suara itu kemudian melanjutkan. "Sepertinya Suna terlebih dahulu mengetahui akan rencana penangkapan Ekor satu dan mengirim Ninja-nya untuk membantu mereka membunuh Deidara dan Sasori."

"Dan, katakan... siapa?"

"Hokage ke 6-Uzu-, bukan... Namikaze Naruto."

"Hahahaha, ke dua orang sinting yang memuja seni mendapatkan balasan dari Jashin-sama, oh... ini hari yang menyenangkan." Suara kasar tanpa ada rasa sopan terdengar dalam kegelapan itu. "Para kafir itu seharusnya mati sebagai pengorbanan untuk Dewa-ku, tapi apa boleh buat."

"Hidan, diam."

"Persetan denganmu, Kakuzu!"

Seperti menghiraukan pemilik suara itu, pemilik mata berpijar dengan corak bercincin itu menatap pengumpul informasinya. "Sepertinya Akatsuki sudah menarik perhatian pemimpin desa Konoha yang sekarang memiliki kekuatan militer yang paling kuat diantara desa lainnya. Hal ini akan menjadi masalah karena jika Namikaze Naruto benar seperti apa yang kupikirkan, dia akan memperingatkan Desa lain mengenai Jinchuriki mereka."

Pernyataan itu membuat anggota yang lainnya memberikan perhatiannya kepada ketua mereka.

"Terus apa yang kita lakukan?"

Mata yang memiliki kekuatan itu menatap pemilik suara itu. "Kita akan mempercepat pergerakan kita. Mengumpulkan Jinchuriki lain. Incaran kalian masih sama, dan aku akan mengurus sendiri ekor lima dan enam. Dan setelah itu... aku akan menunjukkan kepada Konoha, apa itu rasa sakit yang sebenarnya."

Dua buah mata sharingan menatap mata legendaris itu sebelum menghilang dari tempat pertemuan bersamaan yang lain.

Pein membuka matanya, dan menatap lampu kecil yang berada di depannya. Pertemuan tadi sudah seperti apa yang ia perkirakan. Dengan Konoha yang mengambil langkah terlebih dahulu, Desa lain mau tidak mau akan segera mengikuti. Kekuatan besar seperti Konoha tentu akan menjadi pusat perhatian bagi seluruh desa Ninja. Konoha harus segera dihancurkan, itulah apa yang ia pikirkan pada saat ini. Jika dibiarkan lebih lama, Desa itu akan menjadi penghalangnya untuk mendapatkan perdamaian yang sejati.

"Pein... apa kau yakin dengan ini?"

Mayat yang dikendalikan itu menatap wajah wanita yang dijuluki sebagai malaikat tersebut, tanpa ada emosi yang terlewat ia berkata. "Akatsuki harus begerak terus. Tidak akan ada yang menghalangi kita untuk mendapatkan apa yang kita mau. Biarpun itu Konoha."

Konan mengerutkan alis matanya. "Ini adalah Konoha yang kita bicarakan. Desa yang sudah berkembang jauh lebih pesat selama dua tahun ini dibandingkan desa lainnya. Bahkan perkembangan mereka tidak wajar dari manapun kau lihat. Kita bahkan hanya memiliki sedikit informasi mengenai desa itu akibat pertahanan yang mereka miliki. Mata-mata yang kita coba tananmkan di desa itu tidak sampai bertahan seminggu sebelum dapat memberikan kabar apapun. Mereka memiliki kekuatan untuk menghancurkan Desa manapun yang mereka mau."

"Konan... apa kau menyerah dengan impian yang dulu kita buat? Apa kau sudah menyerah sebelum kita bisa berbuat apa-apa?.. Dunia ini tidak akan berubah jika orang seperti kita tidak ada. Ini sudah menjadi takdirku untuk mengubah dunia. Dunia di mana orang akan mengerti rasa sakit yang pernah dulu kita rasakan... dan aku akan mengubah dunia. Seperti apa yang aku impikan. Seperti apa yang kau impikan... dan seperti apa yang Yahiko inginkan."

Pernyataan itu membuat Konan terdiam.

"Peperangan tidak akan bisa berhenti begitu saja. Karena itu adalah tujuan kita, tujuan Akatsuki.. dan tujuanku sebagai Penyelamat Dunia. Aku akan memberikan rasa sakit, penderitaan, dan keputusasaan kepada seluruh dunia. Dari situ mereka akan mengerti perdamaian itu adalah absolut. Semua berasal dari sakit." Setiap kata itu keluar tanpa ada keraguan, tatapan kuat terpandang yang diberikan Nagato dari balik mayat sahabatnya terlihat dengan jelas.

Pein berhenti di tempatnya, menatap sudut ruangan yang kosong, namun dia tahu lebih betul. "Madara, apa yang kau inginkan?"

"Ah, aku ketahuan, sayang sekali. Padahal aku kira aku bisa sembunyi lebih lama dan mendengar. Permainan petak umpet itu ternyata mengasikkan." Balasan yang diterima hanyalah suara kekanakan yang seperti baru ketahuan oleh kawannya sendiri. Tapi Nagato lebih tahu pasti, ia tidak terkecoh oleh sifat yang dikeluarkan Shinobi bertopeng di depannya.

"Aku hanya ingin membawa berita... Iwa setuju membantu Akatsuki mencapai impiannya. Bukankah itu berita bagus untukmu?" Pria bertopeng itu berhenti sebentar menunggu berita yang ia bawa diserap oleh dua 'rekan' nya. "Mana pujianku? Tobi adalah anak yang baik. Seharusnya kalian memujinya jika dia melakukan hal baik, bukan?"

"Apa maksudmu Iwa membantu Akatsuki?" Konan bertanya pelan, menggunakan nada sedikit lebih formal lebih biasanya.

"Onoki-chan, membenci Konoha. Pak tua itu masih menyimpan dendam karena kekalahannya dulu." Tobi mengangguk-angguk seraya memegang dagunya. "Apalagi dengan Konoha yang bertambah kuat, dia semakin tidak nyaman dan was-was akan perkembangan kekuatan musuh abadinya. Dan coba tebak!? Tobi datang dengan pusaran keajaiban di sampingnya dan membisikkan bahwa Akatsuki bisa membantu mereka menjadi yang terkuat, dan mengalahkan si jahat Konoha. Dan Ōnoki mengangguk setuju." Shinobi bertopeng itu membusungkan dadanya dengan bangga.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?"

Dari lubang kecil topeng itu, terlihat bagaikan berpijar mata merah yang seperti melotot ke Konan. Suaranya kemudian menjadi lebih berat dari biasanya. "Kau tidak perlu tahu, Nak. Iwa berada di bawah kendaliku, dan mereka akan membantu kalian dalam menghancurkan Konoha setelah Akatsuki mengumpulkan Bijuu yang lainnya." Seperti mengubah kenyataan, pusaran keluar dari lubang mata itu, dan sebuah tubuh terjatuh, tergeletak tidak bergerak.

"Jinchuriki Nibi, dia cukup merepotkan." Suara pria bertopeng itu kembali menjadi cempreng. "Tapi pada akhirnya dia tidak bisa mengalahkan Tobi si keren ini. Tobi memang anak yang baik. Jadi jangan sia-siakan usaha Tobi, dan mulailah penyegalan, dadah~"

Pein melihat wanita yang merupakan Jinchuriki ekor 2 tersebut. Apapun yang dilakukan Madara, tentu akan menjadi siksaan bagi wanita ini. Terlihat dari nafasnya, Jinchuriki yang berasal dari Kumo itu sudah sekarat, dan jika tidak dirawat dalam beberapa jam akan mati. Tapi... itu sekarang bukan menjadi urusannya. Untuk mencapai impiannya, kematian Jinchuriki memang diperlukan.

"Kita akan mulai penyegelan chakra milik ekor dua."

Konan terdiam sesaat, matanya memandang wanita yang sekarat itu dan kemudian menatap Pein. "Baik."

Oo0o0o0o0o0o0o

"Maaf, jika sebelumnya perkataanku terdengar lancang..." Suara tua namun memiliki kehormatan terdengar dari ruangan tersebut, menatap sesosok yang duduk di samping pemimpin desa mereka. "Apa yang dilakukan Namikaze-sama... di tempat ini?"

Gaara menaikkan alis mata yang tak ada, memberikan jawaban seperti itu adalah jawaban yang paling tepat. "Tentu saja, dia akan mengikuti rapat desa. Kenapa kalian terkejut?"

"Tapi, Gaara-sama, ini adalah rapat penting desa, bukankah seharusnya kita merahasiakannya dari pihak asing?" Pertanyaan dari anggota dewan itu membuat Naruto memutar matanya, aksi tidak sopan yang terlihat oleh lainnya. Meskipun begitu, mereka tetap menutup mulutnya dari mengeluarkan kata-kata tidak pantas, yang mungkin membuat keadaan semakin memburuk. Naruto cukup terkenal akan temperamental miliknya.

"Para... Dewan, tolong diam." Suara dingin milik Gaara dan tatapan emosinya cukup untuk menurunkan suhu udara di sekitar dan membuat para dewan yang duduk terdiam seketika. "Sekarang aku ingin bertanya... apakah kalian menyadari seseorang yang tidak hadir di pertemuan ini seperti biasanya?"

"Yuura.. Apakah nama itu yang anda maksud?"

Gaara mengangguk kecil. "Seperti yang kalian tahu, Yuura merupakan salah satu penasehat dan sosok figur yang cukup diketahui di Desa sebagai penasehat muda yang memiliki ide cemerlang untuk perkembangan desa dan kemajuan dalam bidang lain. Hingga terkadang tuduhan seperti pengkhianat merupakan kata yang jauh dari namanya. Saat ini, tidak ada perbedaannya jika Namikaze-dono berada di tempat ini. Dia lebih baik menjaga rahasia daripada kalian yang berada di tempat ini."

Seorang pria tua yang dari tadi diam membuka suaranya, "Apakah yang anda maksud bahwa..."

"Benar Penasehat Ebizo, Yura merupakan mata-mata milik Ninja Buronan yaitu Sasori, jika tidak karena informasi terlebih dahulu dari Namikaze-dono, mungkin aku sudah berada di tempat lain pada saat ini. Yura telah membocorkan rahasi-rahasia desa kepada Organisasi kriminal tempat di mana Sasori berada. Saat ini Yura berada dalam penjagaan ketat sebelum interogasi. Sebelum kalian bertanya lebih lanjut... Namikaze Naruto merupakan Master Fuinjutsu, dia mengetahui ada penghalang yang tercipta antara dua ingatan yang berada dalam otak Yura, menyebabkan tingkat keberhasilannya sebagai mata-mata jauh lebih tinggi." Naruto membalas tatapan yang ia terima dengan dua jari membentuk tanda 'V' dan juga senyuman di wajah.

"Kita akan menghadapi masa krisis beberapa waktu ke depan, karena... masalah yang telah terjadi. Akatsuki merupakan Organisasi yang berbahaya, namun banyak dari kita yang belum menyadari itu. Sementara kita tidak mengetahui dan nyaman dengan kehidupan yang sekarang, Akatsuki sudah mulai membangun kekuatan mereka. Tujuannya seperti sebelumnya... mereka akan mengumpulkan Bijuu, baik itu yang berada tubuhku dan juga Hokage, maupun Jinchuriki lain yang tersebar di desa lain."

"Jika kami boleh tahu, apa tujuan Akatsuki mengumpulkan semua Bijuu tersebut, seperti yang kita ketahui..." Tatapan tidak yakin ia berikan antara ke dua Kage yang berada di seberangnya, namun Gaara hanya mengangguk untuk melanjutkan, "...Bahwa Bijuu merupakan makhluk yang susah untuk dikendalikan, apalagi dikumpulkan dalam satu tempat dengan tujuan tertentu."

"Tidak. Akatsuki memiliki tujuan pasti jika telah mengumpulkan para Jinchuriki, baik mati ataupun tidak. Yang penting bagi mereka hanyalah apa yang berada di dalamnya." Naruto memulai, "Membuat Jinchuriki baru? mungkin tapi tidak. Mereka tidak akan mungkin menyegelnya pada bayi baru untuk melatih di masa depan, sedangkan desa lain sudah mengetahui bahwa siapa yang melakukannya. Mereka tidak akan siap meskipun hal itu terjadi. Karena satu fakta bahwa Bijuu tidak bisa disegel dalam tubuh manusia dewasa. Tidak untuk generasi yang sekarang. Meskipun informasi ini cukup berharga, tapi sebaiknya aku mengatakan beberapa poin penting. Akatsuki berasal dari Amegakure, dipimpin siapa... aku tidak tahu saat ini. Untuk apa mengumpulkan Bijuu, aku mulai mendapatkan petunjuk, tapi aku tidak bisa memberitahukan kepada kalian mengingat dugaanku bisa salah sebelum penyelidkan lebih lanjut dilakukan."

Gaara mengangguk mendengar penjelasan dari Naruto, "Mungkin pemikiran ku terlalu berlebihan, tapi... peperangan mungkin akan terjadi di waktu yang akan datang. Dan Suna, akan bergabung dengan Konoha untuk menghancurkan Akatsuki."

"Itu tidak masuk akal!"

"Tuan Gaara coba pikirkan sekali lagi—"

"Tunggu sebentar—"

"Peperangan tidak mungkin akan terjadi—"

.

*BRAKK!*

Seluruh pandangan kemudian tertuju kepada tangan yang menghantam meja, tidak sampai beberapa detik, meja tersebut merambat dan kemudian patah secara bersamaan.

"Kalian tidak akan menghasilkan apa-apa jika panik terlebih dahulu." Naruto menjentikkan jarinya, membuang serpihan yang berada di tangannya tadi. "Gaara akan menjelaskan lebih dalam mengenai jejak kasus Akatsuki. Lagipula... mau atau tidak mau... Suna akan membantu Konoha, bukan begitu...?"

"K-Kami mengerti apa yang anda bicarakan, tapi seharusnya anda juga tahu, bukan? Suna belum bisa memasuki peperangan lain sejak saat 'itu' militer kami belum memadai untuk kembali dalam peperangan yang bisa terjadi antara beberapa desa." Salah seorang dewan berusaha memberikan alasan kepada pemimpin Konoha tersebut.

"Kalian budek atau apa? Bukannya tadi dibilang, jika... jika! Bukannya sudah terjadi." Naruto menarik wajahnya dengan kesal. "Konoha, masih memperdalam penyelidikan sebelum bisa memberikan jawaban. Desa ku sudah cukup untuk menghadapi kecoa yang selama ini bersembunyi dan berkembang biak seperti Ame. Ataupun Tikus yang berdiam di sudut menunggu kesempatan layaknya Iwa. Akan kugigit mereka semua hingga ke tulang!" Seringai Naruto melebar dari biasanya, menunjukkan gigi dan juga taringnya yang seperti memanjang. Meskipun itu hanya ilusi yang disebabkan rasa takut yang mereka rasakan ketika menghadapi sifat Naruto yang satu ini. "Kalian mengerti atau tidak!?"

"K-Kami mengerti.."

"Apa? Aku tidak dengar!?"

"Kami mengerti Naruto-sama!"

"Bagus..."

Sedangkan Gaara yang dari tadi terdiam, menyaksikan Naruto mengambil alihk kekuasan di meja dewan dalam beberapa menit. Emosi tidak terpancar dari wajahnya. Gaara tidak marah. Sungguh, Gaara tidak marah karena telah membuat mainannya berpindah ketakutan. Sungguh.

"Oh, Naruto... aku harap kau mengganti meja pertemuan yang telah ada sejak Kazekage ke dua. Meskipun aku berterimakasih atas pengendalian tadi.. merusak dan menghancurkannya hingga serpihan merupakan sesuatu yang seharusnya tidak kau lakukan. Mengingat meja ini terbuat dari pohon yang sudah tidak ada lagi jenisnya... aku rasa ini akan menghabiskanmu sedikit kekayaan."

"Kau bercanda, kan? kan? kan?"

"...Sayangnya tidak."

O0o0o0o0o0o0

"Kau mengerti, bukan? kau juga tidak akan lupa... bukan? kekalahan yang kau terima dulu. Ketika si kilat kuning, menghancurkan pasukanmu dalam hitungan detik. Menghancurkan srategi yang telah kau buat secara matang selama beberapa bulan? Kau masih mengingat bukan?... penghinaan yang kau terima atas kekalahan itu?"

"Apa maumu? Siapa kau!? Bagaimana bisa kau memasuki ruangan ini!?"

"Ah, Oonoki, aku masih mengingat dirimu dulu. Di mana kau pemuda bodoh yang selalu maju tanpa berpikir. Katakan, apa setelah menemui diriku, kau masih berpikiran seperti itu? atau kau telah belajar dari pengalaman?" Suara dalam itu terdengar dengan berat penuh akan kekuatan, tidak ada rasa intimidasi sama sekali dari lawan bicaranya. Dari lubang topeng berpijar mata merah Sharingan yang berputar dengan penuh niat.

"Kau.. Uchiha... Madara?"

"Aku tidak akan membenarkan pernyataan itu. Karena sebentar lagi kau akan masuk ke dalam dunia ilusi. Dunia di mana Sharingan ini akan mengendalikanmu. Jadi... Oonoki, jadilah teman bermain Tobi yang baik, oke?"


chapter 17 end.


Kebetulan atau tidak, sebelum keluarnya berita film Naruto the last atau selanjutnya, aku sudah membayangkan Naruto menjadi tinggi dan memiliki rambut pendek. Terbukti dari chapter-chapter sebelumnya yang saya update sebelum mengetahui karakter Naruto the last. Perubahannya sama seperti yang saya bayangkan, di mana saya tulis tinggi Naruto 182 cm, ternyata aslinya Naruto memang 180-an setelah time-skip. Rambut pendek, check, benar juga. Wajah tampan meskipun terlihat kasar, check juga. Konoha semakin maju dengan teknologi, check juga.

Cerita ini saya update karena permintaan dari rikkudo sama. Seorang pembaca yang pada waktu lalu membantu saya dalam mengembalikan chapter cerita saya yang hilang, dan... karena saya orang yang selalu menetapi janji, saya kerjakan fic yang ia minta untuk di update. Yaitu Mask of ANBU.

Jujur saja, saya... kehilangan ide untuk cerita ini. Dan jika dilihat, saya mengambil jalan plot cepat untuk menyelesaikan fic yang satu ini. Meskipun kehilangan ide tersebut. Jika dilihat sekali lagi... Mask of ANBU kurang lebih dari 10 chapter lagi akan tamat, karena keputusan yang saya ambil. Padahal awalnya saya tidak ada niat untuk mengupdate fict ini, tapi karena permintaan... saya mengerjakannya dengan keras meskipun teriakan hati saya seperti memaksa saya selalu berhenti di tengah jalan. Dan... akhirnya chapter ini tercipta setelah beberapa kali buka tutup ms words, dan kemalasan yang berubah menjadi-jadi. Saya mempercepat segalanya... dan tentunya... berbeda dari canon. Yah sejak beberapa chapter awal sudah jauh dari canon kok. Jadi karena itu saya tidak merasa bersalah, karena plot sudah banyak berubah dari yang aslinya. Sebaiknya aku berhenti ngomong asal-asalan, aku sendiri nggak tahu ngomong apa di kolom ini.

Oke terimakasih telah membaca. Sekarang... berikan aku review! Review yang banyak! Jika tidak?

Naruto akan datang menggigitmu sampai ke tulang!

Bercanda... jika kamu cewek cantik, aku sendiri yang datang. Nggak digigit kok, palingan aku jilat. Hehehehe~