Karena saat kamu tertarik mundur terlalu jauh,

Apa yang kamu tinggalkan akan berubah, masa depan akan berubah.

.

.

Disclaimer: Harry Potter © JK Rowling

Main Chara: Tom Riddle-Hermione Granger

.

.

Hogwarts, 1997

Dia terus berlari, terus berlari hingga keringat dingin dan darah bercucuran dari setiap inci tubuhnya, bekas-bekas berwarna biru pun menghiasi wajah cantiknya yang selalu dikagumi secara diam-diam oleh para siswa Hogwarts. Badannya yang seharusnya tanpa cacat pun kini penuh luka. Dia menghentikan laju larinya dan berhenti sejenak. Dia tersadar bahwa dirinya telah berada di depan sebuah toilet yang sudah tak terpakai di lantai 2 sekolahnya. Mencoba mengumpulkan kembali sisa-sisa tenaganya dia mulai membuka pintu toilet yang sudah lama tak terpakai itu dan berjalan menuju sebuah keran dan membasuh mukanya dengan kasar. Dia teringat sesuatu, ini adalah jalan ke kamar rahasia yang sempat diceritakan oleh kedua sahabat nya. Lantas kenapa ada air yang mengalir dari dalamnya? Lantas kemana si moaning Myrthe? Hantu genit dan cengeng yang selalu berada disini? Dia menggelengkan kepalanya dan kembali membasuh wajahnya dengan air selama berkali-kali,

"Apa ini?"

Dia mulai memfokuskan pengelihatannya kearah kaca. Di pantulan kaca tempat dirinya berdiri itu terdapat seorang gadis berambut pirang platina yang benar-benar mirip dengan dirinya sedang menatap lurus ke arahnya yang sedang tersentak kaget, dengan perlahan sang gadis dalam pantulan kaca tersebut menarik dirinya masuk kedalam cermin bersamanya. Sayup-sayup dia mendengar ada dua orang yang memanggil namanya. Dan semua pun menjadi gelap.

.

.

A Lii Enn

Mempersembahkan

"She's Malfoy"

.

.

Hogwarts, awal tahun 1944 Aula besar.

Hermione membuka mata nya dan tersentak kaget karena ia berada di meja asrama Slytherin dan kenapa semua murid yang berada di meja tersebut tersenyum hangat kepadanya? Tunggu! Ia ingat betul, Slytherin tak pernah menyukainya! Menyukai seorang muggle-born atau yang sering mereka panggil mudblood, dia memutar kedua bola matanya malas. Lantas sekali lagi kenapa mereka terlihat ramah?

Ah dia ingat, mungkin Harry telah mengalahkan Voldemort. Sehingga sudah tak ada lagi pergolakan antar asrama.

Damai.

Aman.

Tentram.

Ah, nyaman nya.

Tapi kenapa aku tak ingat? Itu pikirnya.

Mata nya pun mulai mengelilingi aula besar, tapi sesuatu yang aneh kembali terjadi. Dia tak mengenali siapa pun disini. Astaga apakah kepalanya terbentur sesuatu? Menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia kembali tersentak kaget karena melihat sesuatu yang menutupi pengelihatannya-Beberapa helai rambut, terlebih lagi itu bukan warna rambut miliknya. Pirang platina. Malfoy eh? Tapi mengapa rambut Malfoy bisa ada di kepalanya? Apakah dia sedang menyamar jadi Seorang Malfoy? Tapi kenapa rambut Malfoy panjang?

Ahh, aku mulai gila.

"Hei kau kenapa?" Tanya seseorang pemuda yang berada disamping kanannya.

"Eh? Kau siapa?" Tanyanya balik.

"Siapa apa nya? kau aneh sekali 'Mione." Jawab seorang gadis yang berada persis didepannya.

Hermione pun terdiam kaku. Sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi disini.

Mimpi kah?

"Hermione Jeana Malfoy! Jangan membuat aku khawatir!" Ujar seorang pemuda yang mirip sekali dengan si Draco Malfoy. Musang albino itu.

"Apa? Aku Malfoy? Kau gila? Aku Granger! Hah! Sepertinya kepala ku terbentur! Aku harus meminta ramuan ke madam Pomfrey." Ujar Hermione dan mulai bangkit dari tempat duduknya. Saat dia hendak pergi seseorang pun menarik pergelangan tangannya hingga ia kembali terduduk. Mata meraka saling bertatapan. Entah mengapa Hermione merasakan bahwa jantung nya berdetak sangat cepat dan kencang hanya karena melihat mata indah sang pemuda. Kesadaran Hermione pun mulai kembali, dengan kasar dia melepaskan genggaman tangan pemuda tersebut.

Hermione menatap garang sang pemuda, "Apa mau mu?"

Sang pemuda hanya menatap kosong ke arah Hermione. Suasana tiba-tiba menjadi tak mengenakan bagi siapapun yang menonton kejadiaan ini. Apalagi yang berada di sekitar mereka berdua.

Saat dirinya sedang menatap garang sang pemuda bermata indah itu, seseorang mulai berteriak keras kearahnya, "Mione jaga sikap mu!" Ternyata dia-si pemuda yang mirip sekali dengan si musang albino itu. Siapa juga dia? Berani sekali membentak dirinya? Dengan amarah yang meledak-ledak dia pun berteriak keras ke pemuda berambut pirang tersebut, "Kau yang siapa hah? Berani sekali membentakku?"

Seisi Aula pun hening karena mendengar keributan yang berasal dari meja asrama Slytherin. Terlebih lagi mereka tau siapa yang sedang bertengkar itu. Bahkan para guru dan staff sekolah menatap bingung ke arah sang pembuat keributan.

"Satu hal yang aku harus tegaskan pada kalian .Malfoy! Dan tak akan pernah menjadi Malfoy!" Ucap Hermione penuh penekanan di setiap kalimatnya. Ia pun bangkit kembali dari duduknya dan melangkah ke luar aula besar dengan menghentak-hentakan kakinya kesal dan menggerutu sebal sambil sesekali mencoba menarik-narik rambut pirangnya.

Semua orang menyaksikan aksi itu dengan kening yang berkerut aneh.

Beberapa orang dari asrama Slytherin pun bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi menyusul 'teman' mereka yang sedang sangat aneh itu. Pandangan mata seisi Aula besar pun mulai menatap kepergian mereka dengan penuh tanya dan mulai bergosip ria.

"Albus. Apakah Nona Malfoy baik-baik saja?"

"Aku berharap Armando," Ucap nya sambil menerawang ke langit-langit.

.

Di lorong yang gelap dan jarang dilewati oleh orang lain itu Hermione berjalan dengan umpatan-umpatan kasar yang keluar dai mulutnya.

"Harry! Ron! Ginny! Luna! Sungguh ini tidak lucu!"

"Lavender! Kalau ini semua ulahmu.. Sumpah akan aku bakar habis semua koleksi Make-up mu!"

"Kemana semua orang?"

"Demi profesor Snape! Bahkan kemana Draco dan anak-anak Slytherin yang biasa mengejekku?"

Dari arah belakang, Hermione mulai mendengar ada beberapa langkah sepatu yang mengikutinya. Melangkah lebih cepat, bahkan hampir berlari Hermione mulai mencari Tongkat sihirnya. Setelah mendapatkannnya, dia pun membalikan badannya dan mengacungkan Tongkat sihir miliknya ke beberapa orang yang berada dibelakangnya.

"Woah! Tenang Mione!" Ucap sang kepala berambut pirang dan mencoba mendekati Hermione.

Hermione menatapnya penuh waspada.

"Kamu kenapa Mione?" Tanya satu-satu nya gadis yang berada di depannya.

Hermione makin menatap penuh waspada. Kenapa orang-orang ini bisa mengenal nama nya?

"Hermione Jeana Malfoy! Adik kamu kenapa? Astaga kalau Mom and Dad tau bisa-bisa aku d Curcio atau bahkan di Avad-!"

"Diam Malfoy."

Seketika semua menjadi diam. Namun,

"Riddle, ah kau tak tau saja! Aku bertugas menjaganya!"

Hermione bergumam, "Riddle? Tom Riddle?"

Semua yang berada disitu pun mulai menatapnya dengan tatapan bahagia, terlebih lagi Riddle-pemuda bermata indah yang tadi sempat menahannya di Aula besar. Riddle menatap dirinya seakan-akan ia ingin memakannya habis sekarang juga dalam artian yang positif.

"Tahun berapa ini?" Tanya Hermione dengan melayangkan tatapan penuh kebencian ke arah Riddle. Sementara yang ditatapnya pun hanya menatap balik dengan tatapan kosong namun terselip kesakitan di pijar matanya.

"1944." Jawab sang Malfoy.

Hermione menggeleng-ngelengkan kepalanya dengan cepat. Ini tidak mungkin! ini seratus persen tak mungkin. Bagaimana bisa aku berada di masa lalu? Apa kejadian di Toilet itu bukan mimpi? Time Turner? Tak mungkin! Astaga kepalaku sakit sekali!

Hermione pun kehilangan kesadarannya dan hampir terjerebab jatuh ke lantai yang dingin nan keras jika saja tak ada seseorang yang menahan tubuhnya dengan sigap. Tangan yang dingin namun terasa nyaman di tubuh Hermione, tangan siapa ini?

Bersambung.

A/N:

Edited! Kalimat yang rumpang sudah aku perbaiki. Aneh ya kalimatnya bisa hilang-hilang seperti itu -_-

Well, Thanks yang sudah baca. Review ya! Beri aku Kritik dan Saran!