ADMIRE – CHAPTER 3
CAST : Sehun, Kai, Luhan, Kris, Jessica, dll.
PAIR : Hunkai/Sekai, Krislu.
Rate : T
Warning : Yaoi,typo,cerita gaje,aneh ga nyambung, dll.
Author : Oh Michele
Note : Hallo apa kabar ^^ Semoga masih ada yang ingat dengan ff ini. Maaf ya kalau chapter ini tidak memuaskan saya bikinnya ngebut dan ini juga lagi sakit. Habisnya ada waktu nulis ya pas gini kalo lagi sakit mumpung bisa libur jadi nulis deh -_- Tapi semoga anda terhibur deh dengan sepenggal ini. Jangan lupa review ya terima kasih
HAPPY READING ^^
.
.
.
.
.
Matanya terpejam. Bibirnya menyunggingkan senyum bahagia. Jongin benar-benar tidak bisa mengendalikan diri. Kepalanya kini bersandar pada bahu Sehun. Tangan mereka terus bertautan selama perjalanan pulang. Semoga ini jadi perjalanan yang panjang. Bagi Jongin kalau pun ini mimpi tolong jangan bangunkan dia. Ini terlalu indah. Ini terlalu berharga.
Sehun melihat keluar jendela. Sebenarnya ia benar-benar gugup dengan keadaan ini. Jantungnya terus berpacu. Diam-diam dia berharap Jongin tak mendengar jerit hatinya. Sehun makin mengeratkan genggaman tangannya. Merasakan tangan Jongin yang entah mengapa terasa begitu kecil. Berbeda sekali dengan tangannya.
"Jongin, sepertinya kita akan segera sampai." Sehun berbisik.
Jongin langsung duduk biasa. Sedari tadi dia sedikit berfantasi tentang Sehun. Tentang hari-hari mereka yang pasti akan lebih menyenangkan lagi setelah ini. Ah Jongin ini berpikir apa? Seolah dia sudah jadi kekasih Sehun saja.
Mereka akhirnya sampai di pemberhentian bus.
"Ayo kita turun."
Sehun menarik Jongin. Mereka turun bersama.
"Ehm Sehun, ehm tanganku." Jongin mengingatkan Sehun dengan suara pelan.
"Ah maaf."
Segera saja Sehun melepaskan genggaman tangannya. Dia sedikit malu.
"Ehm Sehun, sepertinya jemputanku sudah datang."
Jongin melihat kearah mobil mewah berwarna hitam. Sehun mengikuti arah pandangannya kemudian mengangguk.
"Ne. Berhati-hatilah." Sehun mengelus kepala Jongin.
Jongin tersenyum. "Sekali lagi gomawo untuk liburan yang menyenangkan ini."
"Ne. Aku juga berterima kasih padamu."
"Baiklah aku pergi. Sampai jumpa Sehun."
Jongin berjalan menjauh. Wajahnya sudah benar-benar merah. Dan tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Jongin!"
Itu suara Sehun.
"Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku kemarin. Hubungi aku kalau kau sudah sampai di rumah."
Sehun mengucapkannya dengan berteriak membuat Jongin menunduk menahan jantungnya yang hampir meledak. Jongin tidak bisa apa-apa. Dia hanya terus berlari cepat menuju mobilnya.
.
.
.
.
.
Sehun berjalan menuju rumahnya. Ini masih suasana musim panas dan dia tidak memungkiri kalau ia hampir matang karna itu. Ia juga tidak berpikir sampai sejauh menghubungi supirnya yang pasti sedang diam di depan pendingin ruangan untuk menjemputnya.
Sampi di gerbang rumahnya Sehun merasa seperti ada di depan surga. Ia segera berlari masuk.
"Aku pulang." Sehun berteriak mengagetkan Jessica yang sedang membaca majalah di ruang tamu.
"Hey kau mengagetkanku!" Jessica ikut berteriak.
Namun sekarang yang paling tampak terkejut adalah Sehun. Dia mematung. Tubuhnya membeku dicuaca sepanas ini. Matanya bahkan belum berkedip.
Melihat kejanggalan Sehun, Jessica mendekatinya.
"Ah aku lupa memberitahumu. Luhan datang Sehun!" Jessica merangkul pundak sepupu tersayangnya yang masih saja diam.
Namja di hadapan mereka hanya tersenyum. Tersenyum dengan sangat ramah. Membuat Sehun merasakan rasa itu. Rasa kerinduan.
"Hai Sehun, lama tidak bertemu."
Sehun masih menatap Luhan.
"Hai Luhan."
.
.
.
.
.
Sehun meminum tehnya. Pandangannya masih tertuju pada dua makhluk didepannya.
Dihadapannya sekarang ada Luhan dan Jessica juga sedang menikmati teh mereka.
"Biar aku tebak. Pasti karna naga itu!" Jessica memulai pembicaraan.
Luhan kemudian tersenyum tipis. Terkesan dipaksakan. Sehun tau benar itu.
"Begitulah Jess." Luhan mengangguk pelan.
Jessica berkacak pinggang. "Tinggalkan saja orang seperti itu Lu!"
"Hahaha itu artinya kau gagal menjadi sepupuku." Luhan tertawa pelan.
Sehun hanya diam. Dia tau sebenarnya yang sedang mereka bicarakan ini. Tapi dia sedang tidak ingin bicara. Lebih tepatnya setiap mereka membahas si naga bodoh-kris- sepupunya dia benar-benar jengah.
"Kau kan bisa menikah dengan Sehun saja!"
"Uhuk!"
Sehun tiba-tiba menyemburkan tehnya. Membuat semua jadi panik. Walaupun Jessica menyertakan smirk di wajahnya.
"Kau tak apa Sehun?" Luhan buru-buru mengelap bibir Sehun.
Sehun langsung menyambar tisunya.
"Ya. Aku tidak apa-apa."ucapnya dingin lalu segera pergi dari tempat itu.
"Ada apa dengannya?" Luhan menatap punggung Sehun yang pergi menjauh.
Jessica sedikit tertawa. "Proses menuju kedewasaan."
"Memang kau sudah dewasa? Aku heran mengapa orang-orang di sekitarku berubah."
"Termasuk Kris?" Jessica berucap serius kali ini. Melihat kearah mata Luhan yang langsung berubah sedih.
"Ya, begitulah."
"Apalagi yang dia lakukan kali ini?"
Luhan menghela nafas. Dia mencoba tegar. Dia tidak mau lemah dihadapan saudara calon suaminya.
"Tak apa Jess lupakan."
"Tidak bisa begitu Lu! Kita ini saudara meskipun kau belum menikah dengan Kris."
Jessica memegang pundak Luhan. Merasakan getaran disana. Ah Luhan pasti sedang mati-matian menahan tangisnya. Namun itu semua percuma saja. Pipinya sudah dibanjiri air mata.
"Katakan Lu."Jessica kembali mendesak dengan nada yang lebih lembut.
"Di…. Dia… Kris…."
Luhan mengambil nafas sejenak.
"Dia selingkuh Jess."
.
.
.
.
.
Semua mata tertuju pada dua orang yang sedang berjalan beriringan. Tangan mereka saling menggenggam, membuat koridor itu terasa makin panas saja. Terutama bagi penggemar Sehun yang sedari tadi menyumpah serapah.
Dia Jongin. Yang tangannya sedang di genggam Sehun. Yang sedang menunduk karena malu. Dan yang sedang di sumpah serapahi penggemar-penggemar Sehun. Dia jadi kikuk. Tidak tau harus berbuat apa.
"Sehun…. Semua orang melihat kita."
Suara Jongin pelan sekali. Namun yang menggenggam tangannya hanya tersenyum padanya. Jadi sekarang Jongin bisa apa?
"Abaikan saja. Tadi kau mau bicara apa padaku?"
Jongin tersenyum kikuk. Dia jadi lupa mau mengatakan apa. Sekarang mereka berada di kantin sekolah. Yang pastinya bukan tempat yang sepi untuk berbicara dengan Sehun. Mengingat Sehun adalah ketua OSIS yang sangat disegani sementara Jongin hanya murid biasa yang selalu dianggap mengganggu kehidupan Sehun.
Jongin menggaruk kepalanya. "Ah aku ingat. Apa kau mau datang ke pertunjukan baletku?" Dia menunduk sedikit tidak yakin. Tapi terlalu siap untuk menerima penolakan.
Sehun makin menatap Jongin. Tatapan yang lembut sekali. "Baiklah. Kapan?"
Jongin hampir berteriak saking senangnya mendengar jawaban Sehun. Dia terus menggigiti bibirnya.
"Hari Minggu."
Dengan itu Sehun mengangguk setuju. "Baiklah aku pasti datang."
Mendengar janji Sehun Jongin makin memerah. Ah dia senang sekali. Usahanya selama ini tidak terbuang sia-sia. Walaupun statusnya dengan Sehun masih belum apa-apa tapi dia tidak masalah. Yang terpenting adalah bisa berdekatan dengan Sehun. Penyelamatnya.
.
.
.
.
.
Jongin sedang berjalan ke perpustakaan. Niatnya ingin membaca buku untuk menghabiskan jam pelajaran kosong. Namun sepanjang ia menelusuri sudut-sudut rak perpustakaan, dia tidak menemukan buku yang menarik minatnya. Sampai disebuah rak dia mendengar suara orang. Mereka sedang bercengkrama dan tak sadar nama Jongin sedikit disebut disana. Jongin jadi tertarik. Dia mendekat dan mencoba menguping.
"Apa Sehun benar-benar dengan Jongin?"
Oh tentang Sehun rupanya.
"Apa kau gila. Mana mungkin."
"Hey bisa saja!"
Jongin mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Dia benar! Sehun dan Jongin itu bukan tidak mungkin.
"Kau tau Luhan kan? Sehun itu mencintai Luhan sunbae yang sudah lulus. Semua orang juga tau dan Jongin itu tidak ada apa-apanya dibanding Luhan!"
DEG
Jongin jadi diam. Luhan? Siapa itu Luhan? Kenapa dia tidak tau. Ah benar. Dia belum tau semua hal tentang Sehun. Untuk itu dia harus mencari tahu. Tak bisa dipungkiri ada rasa takut dihatinya. Takut bila Sehun benar mencintai orang yang bernama Luhan itu. Lalu kejadian kemarin artinya apa? Ah dia harus segera memastikan!
.
.
.
.
.
"Luhan?"
Jessica meminum jus jeruk di tangannya. Dihadapannya ada Jongin yang sedang memandangnya penuh harap.
"Kau tau dari mana soal Luhan?"
"Ehm…. Itu….." Jongin tidak mungkin kan mengaku kalau dia menguping pembicaraan orang.
"Aku tak sengaja melihatnya di ponsel Sehun."jawab Jongin berbohong.
Jessica makin mendekat pada Jongin. "Benarkah? Apa kau melihat fotonya?"
Jongin menggeleng. Dia agak terkejut dengan Jessica yang tiba-tiba mendekat seperti mengintrogasi.
"Luhan. Dia cinta pertama Sehun."
"Apa?" Jongin makin terkejut.
"Ya. Dia cinta pertama Sehun. Sehun menyukai Luhan karena dia benar-benar baik, penyayang, penolong, dia juga manis. Hanya orang gila yang tidak kagum pada sosok Luhan."
Jongin sedikit menunduk. Ah seistimewa itu kah Luhan.
"Tapi Luhan tidak begitu pada Sehun. Dia menganggap Sehun seperti adiknya sendiri."
"Oh begitu. Klasik sekali." Jongin mendesis. Bisa saja kan seiring berjalannya waktu Luhan menyukai Sehun.
Jessica tersenyum. "Kau tidak perlu khawatir. Luhan akan segera menjadi saudara kami. Dia sudah punya kekasih."
Jongin yang tadinya menunduk seperti melihat ada harapan. Dia jadi bersemangat kembali. Walaupun tak bisa dipungkiri dia masih was-was.
.
.
.
.
.
"Jongin aku sedang tidak enak badan."
Itu suara Sehun dari ponselnya. Jongin langsung memasang wajah khawatir mendengar itu. Ah pantas saja dia tak melihat Sehun seharian.
"Apa kau sudah makan? Apa kau sudah minum obat? Bagaimana bisa kau sakit? Separah apa? Bagian mana yang sakit? Apa…."
"Ehem Jongin." Sehun berdehem. Mengingatkan betapa panjangnya Jongin bicara.
Jongin langsung diam. Dia jadi malu sendiri. Dia ini memang cerewet kan. Apalagi mengenai Sehun. Sehun saja baru tau akhir-akhir ini betapa cerewetnya Jongin. Tapi dia senang. Dia jadi tau lebih banyak lagi tentang Jongin.
"Well, aku hanya sedikit pusing, tenggorokanku juga tidak enak. Ehm aku belum makan, bukankah kau membuatkanku bekal hari ini? Bagaimana kalau kau datang ke rumahku?"
Jongin menggigiti bibir bawahnya. Ke rumah Sehun? Demi Tuhan dia tidak pernah bermimpi datang ke rumahnya. Ah apakah ini bisa dikatakan harapan?
"Ehm ya aku akan datang. Kirim alamat rumahmu."
Sehun terlonjak senang. Ia lupa kalau dia sedang sakit. Masa bodoh yang penting Jongin akan datang. Dia senang luar biasa.
"Ya baiklah. Sampai bertemu."
Jongin mengangguk diseberang sana. "Sampai bertemu Sehun."
"Sharanghae Jongin."
PIP
Jongin terbelalak mendengar kalimat terakhir Sehun. "Hallo? Sehun? Sehun?"
Dia berteriak di sambungan ponsel yang sudah mati. Ah mungkinkah hanya salah dengar? Tapi kalau benar bagaimana?
Pipi Jongin langsung memerah. Dia menendang-nendang pot di depannya hingga jatuh. Kemudian dia tersenyum kikuk.
.
.
.
.
.
"Jadi maumu sekarang apa Kris?!"
Sehun berhenti saat mendengar teriakan Luhan dari kamar. Ia mendekat kearah kamar yang pintunya tak tertutup menyisakan sedikit celah. Dia melihat Luhan yang sedang menangis dengan ponsel yang ia arahkan ke telinganya.
"Maaf? Maaf kau bilang? Sudah berapa kali kau minta maaf padaku? Kau selalu mengulanginya Kris!"
Sehun menatap miris Luhan. Ia ikut sakit hati mendengar kalimat Luhan. Sehun tau benar bahwa sepupunya Kris itu memang sering berselingkuh. Membuat Sehun rasanya ingin membunuh Kris karna telah menyakiti Luhan.
"Baik. Batalkan saja pernikahan kita agar kau puas!"
Luhan mematikan ponselnya kemudian melemparnya ke sudut ruangan. Dia menangis. Pertahanannya sudah runtuh. Apakah ini akhir dari kisah cintanya dengan Kris? Mereka sudah lama berhubungan dan bahkan akan menikah, namun Kris sepertinya masih tak sadar akan posisinya. Kris masih saja suka bermain-main. Membuat Luhan sudah lelah untuk terus bersabar.
"Lu?"
Luhan menatap Sehun yang kini ada di depannya. Dia mencoba menghapus air matanya.
"Aku bodoh kan?"
Sehun tersenyum miris mendengar ucapan Luhan. "Kau memang selalu bodoh Lu."
Entah mengapa Luhan malah makin menangis. Padahal dia sudah mencoba menghapus air matanya.
Tiba-tiba Sehun memeluknya. Mengelus punggung Luhan untuk menenangkan. Luhan merasakan kehangatan itu. Kehangatan pelukan Sehun.
.
.
.
.
.
"Jongin? Kau sedang apa disini?"
Jessica membuka pintu dan mendapati Jongin yang sedang berdiri didepannya.
"Aku datang menjenguk Sehun."jawab Jongin jujur.
Jessica tersenyum. Lebih tepatnya menyeringai. "Oh begitu, jadi Sehun menyuruhmu datang kemari? Ternyata hubungan kalian sudah sejauh ini ya."
Wajah Jongin langsung memerah. Dia menggeleng keras. "Ah sepertinya kau salah paham."
Jessica terkikik melihat kepolosan Jongin. "Sudahlah mengaku saja."
"Sungguh tidak ada apa-apa. Dimana Sehun?" Jongin langsung mengalihkan pembicaraan.
"Ya ampun tidak sabaran sekali. Masuklah. Kamar Sehun ada di atas."
Jongin menunduk memberi hormat. "Gomawo Jessica-ssi."
Jongin menaiki anak tangga. Ada beberapa kamar diatas. Dia jadi bingung dimana kamar Sehun.
Namun sebuah isak tangis terdengar dari salah satu kamar. Membuat dia jadi tertarik. Dia melangkah menuju kamar yang tidak tertuutup itu.
DEG
Jongin terkejut. Dia melihat Sehun sedang memeluk seseorang.
"Luhan…"
Itu suara Sehun. Jongin semakin merasa sesak saat tau orang yang ada di pelukan Sehun itu adalah Luhan.
"Seandainya kau tau."
Jongin meremas ujung kemeja sekolahnya.
"Aku mencintaimu Lu."
DEG
Jongin melangkahkan kakinya mundur. Dia langsung berlari meninggalkan tempat itu. Tak dihiraukannya teriakan Jessica yang memanggilnya.
Jongin merasakan sakit hati yang luar biasa. Jadi apa artinya hari kemarin? Apa arti dari semua ucapan Sehun padanya? Apa itu kebohongan? Apa Sehun hanya kasihan padanya?
Jongin bergelut dengan pikirannya sendiri. Tak menyadari bahwa sebuah mobil tengah melaju kencang kearahnya.
"Braaaakkkkk…"
.
.
.
.
.
"Aku mencintaimu Lu."
Sehun menatap dalam mata Luhan. Sementara Luhan terkejut mendengar pengakuan Sehun.
"Tapi itu dulu."
Sehun melepaskan pelukannya. Kemudian tersenyum.
"Aku sudah merelakanmu dengan Kris. Jadi kumohon jangan buat pengorbananku sia-sia. Berbahagialah bersama Kris. Rubah dia menjadi lebih baik. Aku yakin Lu dia bisa berubah dan hanya kau yang bisa merubahnya."
Luhan langsung ikut tersenyum. Dia senang bahwa Sehun pernah menyukainya. Dan dia jadi sedikit bersemangat memperbaiki hubungannya dengan Kris.
"Aku juga tau bahwa Kris sangat amat mencintaimu dibanding…."
"Jongin! Jongin!"
Sehun terdiam mendengar teriakan Jessica dari bawah.
"Ada apa Hun?"Luhan melihat perubahan di wajah Sehun.
Sehun langsung berdiri, meninggalkan Luhan yang masih bertanya-tanya. Ia akhirnya memutuskan mengikuti Sehun.
"Ada apa Jess?" Sehun menghampiri Jessica yang kembali dari arah pintu.
"Harusnya aku yang bertanya! Apa yang kau lakukan pada Jongin hingga dia langsung berlari tanpa pamit." Jessica berkacak pinggang mencari penjelasan.
"A apa? Aku bahkan tidak tau dia datang."
Sehun terdiam mencoba berpikir. Kemudian ia dapati sosok Luhan dengan wajah penuh tanya menghampiri mereka.
"Ada apa ini?"
Sehun langsung merogoh ponselnya begitu ia menyadari apa yang terjadi pada Jongin. Ah sial! Bagaimana ini bisa terjadi.
"Ku rasa Jongin salah paham Jess." Sehun terus menghubungi nomor Jongin namun tidak diangkat.
"Salah paham apa?" Jessica ikut serius.
Sehun tak mempedulikan pertanyaan Jessica. Ia hanya terus menghubungi nomor Jongin berulang-ulang.
"Cepat angkat Jongin!"
.
.
.
.
.
Sehun berjalan cepat menuju kelas Jongin. Semalaman ia mencoba menghubungi Jongin tapi tidak ada yang mengangkatnya. Perasaannya mengatakan terjadi sesuatu yang buruk. Ah bagaimana bisa Jongin salah paham begini.
"Moonkyu, dimana Jongin?" ucap Sehun pada Moonkyu yang ada di depan kelas.
"Kau tidak tau Sehun? Jongin ada di rumah sakit. Dia kecelakaan kemarin. Guru bilang kakinya cidera."
Sehun membelalakkan matanya mendengar perkataan Moonkyu. Dia dengan segera berlari meninggalkan Moonkyu.
.
.
.
.
.
"Jongin…. Makanlah sedikit."
"Ani."
"Kakek bisa susah kalau kau tidak makan."
Seorang pria paruh baya itu mencoba menyuapi Jongin yang masih diam. Cucu kesayangannya itu benar-benar terpukul sampai tidak mau makan.
"Kakek pergilah. Biarkan aku sendiri."ucap Jongin dingin.
Tuan Kim hanya bisa pasrah. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi untuk membuat Jongin mau makan. Akhirnya ia meninggalkan ruangan Jongin. Sampai di depan pintu ia mendapati seseorang sedang mengatur nafasnya seperti habis berlari.
Orang itu mendongakkan kepalanya kemudian memasang tampang terkejut.
"Kepala Sekolah?"
"Oh Sehun?"
.
.
.
.
.
Jongin memejamkan matanya. Merasakan angin yang berhembus lewat jendela rumah sakit. Perasaannya benar-benar sakit. Ia merasa kehilangan semuanya. Mimpinya, cintanya. Semuanya pergi begitu saja. Membuatnya benar-benar hancur.
"Jongin?"
Jongin membuka kedua matanya. Ia mendapati Sehun berada di depan pintu kamar rawatnya. Sehun mendekatinya dan Jongin hanya bisa tersenyum getir.
"Hai Sehun."
"Jongin bagaimana kea…."
"Aku baik-baik saja." Ucap Jongin.
"Ya. Aku baik-baik saja. Jangan kasihani aku."
Sehun terkejut dengan ucapan Jongin. "Jongin aku tidak…."
"Ku mohon jangan memandangku dengan tatapan kasihan. Sungguh aku tidak apa-apa. Jadi kau bisa pergi sekarang."
Jongin tersenyum kembali ke arah Sehun. Bibirnya bergetar menahan tangis.
"Kau tidak sedang baik-baik saja!" Sehun sedikit membentak.
"Aku tau itu. Jangan tersenyum saat kau sedih. Mengapa kau suka sekali melakukan itu?"
Sehun mencengkeram bahu Jongin yang menatapnya tajam.
"Me…. Memangnya kau siapa?" ucap Jongin bergetar membuat cengkraman Sehun melemah.
"Mengapa? Mengapa kau membuatku begini?" Jongin menunduk. Air matanya jatuh. Sehun segera membawa Jongin kepelukannya.
Jongin menangis dengan keras. Menumpahkan segala kekesalan dan kesedihan yang ada dihatinya. Dia juga terus memukul Sehun dan berguman "Aku membencimu."
Sehun hanya bisa menatap miris pada Jongin. Jongin benar-benar rapuh sekarang dan Sehun merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Setelah sekian lama menangis tinggal terdengar isakan-isakan kecil dari bibir Jongin.
Jongin mencoba melepaskan pelukan Sehun. Kemudian matanya yang masih berlinang air mata menatap mata Sehun.
"Sehun aku….."
"Aku tidak bisa menari lagi."
.
.
.
.
.
TBC