Naruto © Masashi Kishimoto

Ayah © n4na

Warning: typos, mencoba membuat karakter se-IC mungkin tapi entahlah.. adanya OC, serta kegajean lain yang ada disini ^p^ sasosaku family semi canon.

Untuk memenuhi 24 hours 10 fics challenge dari United Fandom.

Happy reading! ^^

#05

.

.

.

Aku melirik ke arah tanggalan pada kalender. Hari ini menunjukkan tanggal 9 juni, sebuah hari lain yang amatlah biasa namun panas kalau mengingat sekarang adalah musim panas. Aku pun menidurkan diriku di atas lantai rumah sambil mengipas-kipaskan tubuhku yang berkeringat dengan malas. Untung saja hari ini hari Minggu sehingga aku tak perlu pergi ke akademi di cuaca sepanas ini.

Aku dapat mendengar bunyi-bunyi gesekan sayap-sayap jangkrik yang mengalun merdu seiring dengan udara panas yang berhembus lembut menerbangkan pasir yang berada di sekitar rumahku. Baru saja aku mau memejamkan mata, suara yang amat kukenal menghilangkan rasa kantukku.

"Yuki-kun, kau dimana?"

Suara Okaa-san langsung membuatku bangkit dari posisi tiduranku. Aku lupa kalau aku belum sarapan.

"Aku di depan pintu halaman belakang, Okaa-san. Sebentar aku akan segera ke sana."

Aku pun segera bangkit dari posisi tiduranku dan berjalan menuju ruang makan. Sepanjang jalan aku dapat mencium bau sedap yang memenuhi udara yang aku hirup.

Oh ya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Akasuna no Yuki, anak satu-satunya ( atau sebentar lagi menjadi anak pertama ) dari Okaa-san dan Otou-san. Okaa-sanku bernama Haru―maksudku Akasuna no Sakura, sedangkan Otou-san

"Okaa-san kira kau sedang pergi bermain tadi. Ayo cepat dimakan makanannya sebelum dingin."

Tanpa sadar ternyata aku sudah berdiri di depan ruang makan. Aku pun dengan patuh segera duduk di kursi yang selalu aku tempati di ruang tamu. Okaa-san lalu mengambilkan aku lauk sambil tersenyum padaku.

"Yuki-kun makan yang banyak ya. Biar gemuk."

Aku mengerucutkan bibirku sambil mendengus pelan.

"Kalau aku gendut nanti jelek dong."

Okaa-san tertawa. Ia dengan lembut mengusap pucuk kepalaku.

"Ahahaha. Sifat suka menggerutumu mirip sekali dengan Otou-sanmu."

Okaa-san menyingkirkan tangannya dari kepalaku lalu menyuapkan sendiri makanannya ke dalam mulut setelah mengucapkan 'Ittadakimasu' terlebih dahulu. Aku pun mengikutinya dan memakan makananku dalam keheningan. Diam-diam, aku melirik ke arah Okaa-san yang kini terlihat sedih.

Sudah dua tahun berlalu sejak Otou-san, Akasuna no Sasori, pergi menjalankan misi panjang yang diberikan oleh Kazekage, Sabaku Gaara. Pergi jauh ke Negeri Hujan dalam jangka waktu misi yang tak terbatas. Saat itu aku baru berusia lima tahun.

Aku masih ingat jelas saat-saat terakhir ayah mengusap kepalaku lembut, dan sebuah senyuman yang amat tipis terlihat di wajahnya yang biasanya selalu terlihat dingin.

"Kau harus menjaga Okaa-san selama Otou-san pergi, ya."

Aku pun menganggukkan kepalaku dan menundukkannya, karena saat itu rasanya aku ingin menangis dan kata Otou-san aku tidak boleh menjadi anak lelaki yang cengeng. Aku dapat melihat Okaa-san memeluk Otou-san dengan amat erat sambil membisikkan kata 'hati-hati' berkali-kali sambil terisak. Tentu saja Okaa-san amatlah sedih, Otou-san akan pergi jauh meninggalkan kami dalam waktu yang lama.

Sangat lama …

Sampai enam bulan yang lalu Okaa-san mengandung calon adikku, Otou-san tak kunjung kembali. Bagaimana kabar beliau? Apakah ia sehat? Apakah ia baik-baik saja?

Kenapa ia tidak pernah kembali?

Walau Otou-san kerap menulis surat dua kali sebulan, namun rasanya rasa rindu ini tak pernah hilang. Aku rindu ingin memeluk Otou-san, ingin kembali berlatih jutsu bersamanya dan ingin beliau mengajariku membuat boneka-boneka itu lebih dalam.

Aku ingin Otou-san kembali dan menghapuskan raut sedih yang kerap aku lihat pada wajah Okaa-san.

Tanpa sadar aku malah termenung dan tidak menyentuh makanan di depanku sama sekali. Sepertinya Okaa-san yang menyadari kediamanku langsung mengusap pucuk kepalaku lagi.

"Yuki-kun, Otou-san pasti kembali kok."

Aku mengangkat kepalaku dan mendapati Okaa-san tengah tersenyum lembut. Aku pun membalas senyuman itu walau aku yakin senyuman itu terlihat hampa.

"Iya, Okaa-san."

.

.

Sore itu entah kenapa hujan turun dengan amat deras, padahal tadi siang cuaca amatlah terik. Aku mengamati rintik-rintik hujan yang berjatuhan dari atas langit, dan kembali bayang-bayang Otou-san menggelayut dalam kepalaku.

Bagaimana kabar Otou-san saat ini? Apakah di Negeri Hujan rinai air juga turun sederas di sini?

"Yuki-kun, melamun terus tidak baik loh."

Aku dapat melihat dari ekor mataku Okaa-san tengah mendudukkan dirinya sendiri dengan nyaman di atas tatami tepat di sebelahku. Pada kedua tangan beliau terdapat dua gelas coklat panas yang baunya membuatku menelan ludah.

"Aku tidak melamun kok, Okaa-san."

Beliau tersenyum lembut lalu menyodorkan segelas penuh coklat panas itu kepadaku, dan kuambil dengan senang hati. Okaa-san nampak tengah menikmati coklat panasnya lalu memandangi tetes-tetes hujan itu di balik jendela.

"Aah, bagaimana ya keadaan Otou-sanmu di sana? Okaa-san rindu sekali …"

Aku hanya bisa terdiam sambil menyeruput coklat panasku lama-lama. Pandanganku masihlah tertuju pada rintik hujan di balik jendela di depanku.

.

Dulu saat aku bertanya kenapa Otou-san mau menerima misi itu, Okaa-san hanya tersenyum lembut kepadaku sambil mengusap kepalaku lembut.

'Yuki-kun tahu 'kan dulu Otou-san adalah anggota Akatsuki, kelompok ninja yang amatlah berbahaya.'

Saat itu aku menganggukkan kepalaku. Tentu saja aku mengetahuinya. Dulu Okaa-san menceritakan itu kepadaku dan membuatku takut pada Otou-san pada awalnya. Namun setelah Okaa-san mengatakan kalau Otou-san tidaklah jahat seperti dulu lagi ketakutan itu lenyap sudah.

'Ya, Okaa-san. Tapi apa hubungannya dengan Otou-san mengambil misi panjang itu?'

'Otou-san mengambil misi itu karena itulah satu-satunya cara agar penduduk desa dapat mempercayai Otou-san. Kau tahu, menjadi mantan ninja berbahaya itu amatlah tidak enak. Tak ada orang yang mempercayaimu dan kerap kali nyawamu terancam karena orang-orang ingin membunuhmu.'

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku sambil menunggu Okaa-san melanjutkan penjelasannya.

'Namun Okaa-san percaya Otou-san bisa melaluinya, karena beliau adalah pria yang bertanggungjawab. Seorang pria sejati adalah pria yang mengakui kesalahannya dan berani menanggung segala resikonya. Itu sebabnya Okaa-san menyetujui Okaa-san mengambil misi panjang itu.'

Untuk bertanggungjawab.

.

"Aah, apakah di Negeri Hujan juga hujan seperti ini ya, Yuki-kun? Tapi Okaa-san rasa hujannya pasti lebih deras."

Lamunanku terhenti ketika kembali aku mendengar suara Okaa-san, tanpa bisa menjawabnya. Aku masihlah terdiam, namun kali ini aku tidak menyeruput isi gelasku lagi. aku meletakkan gelas berwarna putih itu disampingku. Pandanganku kini teralih kepada Okaa-san yang masih tersenyum sambil menatap rinai hujan. Tangannya mengusap lembut perutnya.

"Okaa-san berandai-andai kapan Otou-san akan kembali." Pandangan Okaa-san kini teralih kepadaku. Dadaku terasa sesak melihat kepedihan yang nampak jelas pada kedua mata Okaa-san. "Kalau Otou-san belum kembali saat adikmu lahir, Okaa-san tidak akan mau tidur bersama Otou-san lagi." lanjut Okaa-san sambil tertawa kecil, yang justru kini terdengar begitu pilu di telingaku.

"Okaa-san jangan sedih …"

Ujarku sambil menggenggam tangan Okaa-san yang tengah mengusap perutnya yang membuncit. Aku dapat merasakan pandangan Okaa-san tertuju padaku.

"Ada Yuki di sini. Yuki 'kan sudah ditugaskan Otou-san untuk menjaga Okaa-san dan imouto. Yuki adalah pengganti Otou-san, Okaa-san."

Aku mengangkat kepalaku dan dapat melihat genangan air mata yang kini memenuhi kedua manik viridian yang sewarna denganku. Okaa-san langsung memelukku.

"Yuki-kun memang anak yang pintar. Sejak kapan kau tahu adikmu ini perempuan?"

Aku tahu Okaa-san sedang mengalihkan pembicaraan dari topik Otou-san, berusaha untuk terlihat tegar di depanku dan berjuang sebagai pengganti Otou-san untukku. Aku turut memeluk Okaa-san sambil terisak pelan. Semua kesedihan yang aku tahan selama ini tumpah sudah.

"Te-tentu saja aku tahu … Aku 'kan anak Otou-san dan Okaa-san." Ujarku sambil sesegukan. Aku dapat merasakan Okaa-san memelukku semakin erat dengan perut besar yang menghimpitku.

"Anak pintar …" ujarnya sambil mengusap pucuk kepalaku lembut, membiarkan aku menangis dalam pelukannya. Aku menganggukkan kepalaku dan tanpa ragu menumpahkan seluruh air mata yang tertahan pada baju Okaa-san.

"Yuki-kun tak perlu menahan sedih. Mumpung sekarang tidak ada Otou-san, menangislah sepuasmu."

Otou-san … Cepatlah pulang …

Aku merindukan Otou-san

.

.

Malam telah datang, namun hujan masihlah turun dengan deras hingga udara di sekitarku terasa amatlah dingin. Tak terlihat bulan apalagi bintang yang berada di atas langit pekat. Walaupun begitu, rasanya malam ini amatlah damai.

Setelah menangis tadi, rasanya beban yang selama ini ada dalam dadaku terangkat sudah. Aku pun segera menuju ruang makan sambil bersenandung kecil.

Namun tiba-tiba lampu rumahku mati semua. Aku langsung berdiri diam sambil mengepalkan kedua tanganku. Tenang Yuki, kau tidak boleh takut. Ini hanyalah mati lampu biasa dan sebentar lagi lampu akan menyala lagi.

Aku pun berusaha menenangkan diri sembari berjalan pelan menuju ruang makan di mana Okaa-san telah menungguku untuk makan malam bersamanya. Namun baru saja aku menginjak pijakan tangga terakhir, aku mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Siapa itu?

Aku dapat melihat Okaa-san keluar dari ruang makan sambil membawa lilin di tangannya. Aku segera berjalan menuju beliau dan mengisyaratkan beliau untuk diam di sana.

"Okaa-san di sini saja, aku yang akan membukakan pintu."

Aku segera berjalan menuju pintu utama tanpa sempat Okaa-san cegah. Siapa orang yang berani datang malam-malam begini apalagi hujan sedang turun dengan derasnya?

Diam-diam aku memegangi kunai dan shuriken yang selalu kusimpan dalam saku celanaku sambil berjalan dengan sigap. Bahuku sedikit menegang ketika kembali aku mendengar suara ketukan di balik pintu.

Aku menelan ludahku dengan agak susah payah namun aku tetap melangkahkan kakiku dengan waspada di depan pintu. Aku pun dengan tangkas menggeser pintu rumahku.

JDAARRR!

Kilatan petir seakan memberikan penerangan selama beberapa detik dalam kegelapan malam, membuatku dapat melihat dengan jelas sosok asing di depan pintu dengan sekilas. Sosok itu memakai topi jerami besar yang menutupi kepalanya, serta pakaian serba hitam yang basah membungkus tubuhnya yang tegap.

Celaka!

Aku pun dengan tangkas melemparkan kunai dan shuriken ke arah si orang asing, dan detik berikutnya kedua bola mataku terbelalak melihat senjataku di tangkis dengan mudahnya oleh lelaki asing itu. Aku tanpa pikir panjang langsung melemparkan kunai-kunaiku yang lain ke arah si orang asing, dan kembali lelaki itu berhasil melindungi dirinya dengan melepaskan topi jeraminya dan menghalangi kunai-kunai tajam yang telah kuasah dari wajahnya.

"Refleksmu makin bagus saja, Yuki."

Aku dapat merasakan mulutku ternganga mendengar suara itu, dan rasanya kedua mataku memanas melihat si orang asing menurunkan topinya―membuat nafasku tercekat melihat binar sepasang hazel yang begitu lembut menyapaku.

"O-Otou-san?"

Ia pun berjalan masuk ke dalam rumah masih dengan pakaian berwarna gelap yang basah kuyup karena terkena hujan. Dan pada detik berikutnya lampu kembali menyala, membuatku dapat melihat dengan jelas sosok yang berdiri menjulang tak jauh dariku.

Lelaki berambut berwarna semerah darah yang senada dengan warna helaian rambutku …

"Tidak mau menyambut Otou-san, hmm?"

Senyum kebahagiaan langsung kubentuk dan tanpa babibu aku langsung berlari menerjang tubuh Otou-san yang basah karena terkena air hujan, namun entah kenapa masih terasa hangat. Aku tak dapat menahan air mataku dan kubiarkan mereka membasahi pipi dan pakaian Otou-san yang memang sudah basah dari awal. Aku tidak peduli Otou-san akan mengomeliku nanti dan mengatakan aku cengeng. Saat ini aku merasa amatlah bahagia sampai rasanya aku ingin menangis karenanya.

"Okaeri… hiks.. nasai, O-Otou―hiks…"

Aku dapat merasakan tangan Otou-san yang besar dan hangat mengusap kepalaku dan membuat isakanku semakin kencang. Aku dapat merasakan pelukan Otou-san mengerat.

"Tadaima, Yuki, Sakura …"

Dan kini aku dapat merasakan kehangatan lain yang menghimpitku dari belakang yang kuyakini berasal dari Okaa-san. Aku dapat mendengar suara isakan kecil yang berasal dari Okaa-san yang tengah memeluk Otou-san begitu erat.

"Okaerinasai …" gumam Okaa-san dengan suara parau.

Lama kami berpelukan dalam posisi seperti ini, sampai akhirnya Okaa-san melepas pelukannya dan kembali membuka mulutnya.

"Aku akan menyiapkan air panas. Kau pasti kedinginan 'kan? Setelah itu kita makan malam bersama-sama ya. Akan kupanaskan lagi makanannya selagi kau mandi." Ujar Okaa-san yang amat kuyakini tengah tersenyum begitu bahagia saat ini. Benar saja, saat kulepaskan pelukanku dari tubuh Otou-san aku dapat melihat kabut kesedihan yang selalu menggantung pada sepasang viridian Okaa-san hilang sudah, digantikan oleh binar kebahagiaan yang nampak jelas di sana.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Otou-san dan dapat melihat senyum yang amat jelas di wajahnya saat ini. Bukan senyuman tipis yang dulu-dulu kulihat, melainkan senyuman yang amat lebar hingga aku yakin mencapai telinga beliau. Mau tidak mau aku kembali tersenyum bahagia.

Ayah telah pulang.

"Kau benar. Aku rindu sekali dengan masakanmu, Sakura."

Aku dapat melihat dari ekor mataku Okaa-san kembali tersenyum lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk Otou-san. Sekali lagi aku dapat merasakan tangan besar ayah mengusap pucuk kepalaku lembut.

"Kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik, Yuki. Otou-san bangga padamu."

Baru saja aku mau berbicara ayah langsung mengangkat tubuhku dan mendudukkanku di atas pundaknya, membuatku tergelak gembira. Beliau melangkahkan kakinya menuju ruang makan setelah dengan tangkas melepaskan alas kakinya yang basah dan berlumpur.

"Nah, sekarang bagaimana kalau kita melakukan pembicaraan kecil antar lelaki sambil menunggu Okaa-san memanaskan air? Kebetulan Otou-san juga sudah lapar."

Aku tertawa sambil menganggukkan kepalaku.

"Huum! Kebetulan Okaa-san membuat cookies cokelat kemarin dan masih banyak di dalam toples."

.

Malam ini rasanya rumahku terasa lebih hangat dan ramai dari biasanya. Dengan Otou-san yang telah kembali dan membuat gelak tawa kembali terdengar memenuhi rumah. Berbagi pelukan, cerita, canda dan tawa. Setelah dua tahun akhirnya aku dapat merasa begitu penuh lagi.

Keluargaku kembali utuh.

.

.

.

Fin

.

.

.

a.n: ehehee akhirnya kesampean bikin family!sasosaku. *bahagia* Sasorinya OOC banget? Emang *jdug

tapi, masih berkenan untuk review? Saran dan kritik akan sangat diterima ^p^