"Lenyapkanlah aku dari sini dan segeralah pertemukan aku dengan malaikatmu Tuhan, aku mohon" Ucapnya terisak ditengah hujan malam itu.

Aku kembali terbangun. Mimpi itu, pria itu, mengapa selalu kau datangkan padaku Tuhan?


BaekhyunSamma Present

Wish, Dream, and Love


Suho merapatkan jaket yang dikenakannya. Ia harus berlari mencari tempat berteduh. Sungguh, ia lupa bahwa ini bulan Januari, dimana hujan turun seenak hati. 'Ah, mungkin Taeyeon benar, aku memang harus memasang pengingat dihandphone, agar tak lupa lagi membawa payung seperti sekarang' gunamnya pada diri sendiri.

Langkahnya terhenti disebuah toko tua bertuliskan "Dreaming" tepat diatas pintu. 'Yah, mungkin toko itu tidaklah terlalu menarik, tapi bukankah lebih baik masuk dan melihat-lihat sembari menunggu hujan reda?' pikirnya.


Ting ting ting

Bunyi lonceng membuat sang pemilik toko menoleh. Yah, toko itu memiliki lonceng yang tergantung dipintu toko, membuat siapapun yang masuk pasti menggerakkannya. Pria tua itu, mendapati seorang pelanggan telah masuk ketokonya, kini tersenyum menampilkan beberapa deretan gigi yang tak lengkap lagi.

"Selamat datang ditoko kami, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Oh, saya ingin melihat-lihat dulu" balas Suho canggung.

Memang, rencananya tadi ia hanya melihat-lihat saja bukan? Namun melihat penjualnya yang ringkih membuat Suho ingin membeli barang disini. Suho menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ayolah, apa susahnya mengambil satu barang lalu membayarnya? Mata Suho berhenti pada sebuah Kristal berwarna hitam kelam.

"Cantik, bukan?" ucapan pak tua itu membawanya kembali ke alam sadarnya. Biasanya, Suho tak menyukai warna kelam itu, tapi entah mengapa kali ini berbeda.

"Kau sudah punya kekasih? Jika ia jangan beli itu" ucap kakek tua itu lagi

"Kenapa?" Tanya Suho tanpa menjawab pertanyaan kakek tua itu. Ayolah, apa hubungannya kekasih dengan membeli benda?

"Kristal itu adalah Kristal yang akan membuatmu bermimpi calon jodohmu. Jika kau membelinya, aku khawatir kau akan putus dengan kekasihmu." Kakek itu kemudian mengambil Kristal tersebut dengan salah satu tangannya. Lalu mengusapnya. Blush… warna Kristal itu pun berubah menjadi merah.

Suho terdiam mengamati perubahan warna Kristal itu. Ia ingin bertanya, namun ia urungkan niatnya. Tak ingin terlihat bodoh jika ternyata disekitar Kristal itu telah diberi sensor pendeteksi sentuhan atau semacamnya. Mungkin saja bukan?

"Saat kau sentuh, ia berubah merah jika kau telah bertemu dengan jodohmu, dan akan tetap berwarna hitam jika belum bertemu" ucapan pak tua itu seakan mengerti apa yang telah Suho pikirkan sejak tadi. Jadi bukan sensor sentuhan eoh?

"Apa kau sudah mempunyai kekasih?" untuk kedua kalinya pak tua itu menanyakan hal yang sama.


Hujan telah reda, ia juga telah sampai dirumahnya kini. Teringat kejadian beberapa jam yang lalu, Suho pun melangkahkan kakinya menuju meja nakas disamping tempat tidurnya. Sekarang ia memang berada dikamarnya, memikirkan pembicaraannya dengan kakek tua tadi. Berbicara jodoh, menanyai status lajangnya, dan akhirnya memberinya benda berwarna hitam ini. Lajang? Ia memang lajang. Dari lahir sampai sekarang. Tak percaya kalian jika pria tampan ini tak punya kekasih?

Suho bukanlah orang yang pandai bergaul. Jika dihitung, presdir perusahaan ternama di Korea ini hanya memiliki sedikit teman dekat, itupun kebanyakan adalah saudaranya sendiri.

Suho menghembuskan nafasnya. Menyadari begitu canggungnya ia pada orang-orang disekitarnya. Ia mengambil Kristal itu dan menaruhnya disamping bantalnya, kemudian meraih remote lampu kamarnya, dan memencet tombol off.


Hujan deras malam ini. Suho menggunam sendiri, sebal dengan keadaannya. Bukankah ia tadi berada dikamarnya? Mengapa sekarang berpindah kesini?

Ia menajamkan pandangannya. Kini ia melihat seorang pria, tengah berjalan tergopoh-gopoh ditengah hujan. Sepertinya ia mengejar waktu. Suho merasa iba, sungguh. Bagaimana tidak? Pria itu hanya memakai baju tipis dan celana yang terbilang cukup pendek ditengah deras dan dinginnya hujan malam itu. Tanpa sadar, ia pun berlari mengejar pria itu.

"Annyeong agashi, kau bisa meminjam jaketku, sepertinya kau terlihat kedinginan" ucapnya sambil melepas jaket.

Pria itu tetap berjalan, tanpa menoleh kearahnya sedikitpun. 'Apa ia tak mendengarku?' pikirnya.

Suho mengangkat tangannya untuk menepuk pundak pria itu. Blush… tangan suho, kini terlihat menembus tubuh orang itu. Terlihat? Kini ia tak lagi menyimpulkan jika hanya tangannyalah yang terlihat tembus pandang, karena bukan hanya tangannya, tapi seluruh badannya. 'Apa aku ini hanya arwah?' pikirnya. Suho tak tau apa yang akan dia lakukan saat ini. Kini, ia hanya melangkahkan kakinya mengikuti pria didepannya.


"Lay-ah, kau terlambat" ucap pria berambut merah dengan ekspresi marah. "kau pikir kau mereka akan memuaskan diri mereka sendiri?"

"De bui qi Zhoumi ge" ucap Lay menunduk. Walau Suho berada dibelakangnya, ia yakin Lay ketakutan saat ini.

"Cepat letakkan payungmu dan puaskan mereka" ucap pria bernama Zhoumi itu sambil berjalan menjauhi Lay.

Lay menutup payungnya, kemudian membalikkan badannya untuk menaruh payungnya disamping pintu.

Cup

Suho membulatkan matanya. Walau ia dalam bentuk arwah, ia merasakan pipinya memanas. Bagaimana tidak, kini, ia tengah berciuman (walau hanya ia yang tau) dengan pria cantik bernama Lay ini. Cantik? Oh, tentu saja baginya Lay cantik. Ia baru menyadarinya, saat Lay membalikkan badannya dan er-menciumnya, membuat ia bisa menatap wajah Lay dari jarak yang cukup dekat.


Lay melangkahkan kakinya menuju bilik nomor 7, seperti yang di informasikan bosnya. Tapi tunggu dulu, mengapa ada 5 orang disini? Bukankah biasanya 1 bilik untuk 1 orang saja?

"Aku sudah ijin pada bosmu. Jadi kita akan bermain 6 orang malam ini. Jangan tahan desahanmu, Baby" mendengar itu, Laypun hanya menggigit bibir bawahnya.


Suho masih terpatung hingga tak menyadari Lay telah hilang dari hadapannya. Kini ia bingung, bagaimana mencari pria manis itu ditempat seperti ini. Yah, tempat ini adalah diskotik, dan ini pertama kalinya Suho masuk kesini. Tentu saja, sulit baginya mencari dimana Lay berada.

"Lay sudah datang ?" ucap seorang pria cantik bername tag Jaejoong

"Sudah, ia sekarang dibilik nomor 7" balas seorang yang lebih pendek.

'Yes' Sorak Suho dalam hati, akhirnya ia tau dimana Lay berada.

"Yang Berisi 5 orang tadi wook-ah?" pria cantik itu terlihat khawatir.

'Memang ada apa kalau ada 5 orang dalam ruangan?' pikir Suho sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


Dengan semangat Suho melangkahkan kakinya menuju bilik nomor 7. Ia hampir saja menembuskan badannya ke pintu, hingga ada suara yang menginterupsinya.

"Ah…toh..lo..ng..jah..nganh..lang..sungh..duah.." ucap Lay dengan susah payah.

"Nikmati Saja baby, kami yakin pasti muat" ucap seseorang diiringi tawa dari beberapa orang yang lain.

Khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Lay, Suho langsung melangkahkan kakinya masuk, dan melihat kejadian dimana Lay diperlakukan tidak manusiawi oleh lima orang yang mengelilinginya. Terlihat dua orang diantaranya sedang berusaha mengatukan tubuhnya dengan Lay, dua lainnya memainkan dan menggigiti setiap inchi tubuh Lay, sedang yang lainnya membungkam desahan lay dengan ciuman kasar.

Suho melangkahkan kakinya dan dengan beringas ia berusaha memukul orang-orang tersebut. Namun, ia tak bisa, bagaimanapun juga ia adalah arwah. Arwah yang tak bisa menyentuh apapun disana. Kini, ia hanya tertunduk dan berdoa semoga Lay baik-baik saja.


Lima orang tadi telah pergi, sambil meninggalkan lembaran-lembaran uang diatas meja. Lay, merasakan nyeri dibagian bawah tubuhnya, memilih memunguti baju dan memakainya sambil terisak. Sungguh, ia tidak ingin bekerja ditempat seperti ini. Namun, keadaanlah yang memaksanya. Ia tak mungkin hidup jika tak bekerja disini bukan?

Lay terus menangis. Ia mengangis bukan karena kesakitan yang ia rasakan saat ini, tapi ia menangisi takdirnya, nasibnya. Ia benci, sungguh benci pada dirinya sendiri.

"Lenyapkanlah aku dari sini dan segeralah pertemukan aku dengan malaikatmu Tuhan, aku mohon" Ucapnya terisak ditengah hujan malam itu.


"Yah, Suho-ah, bangun! Aku tak mau kau terlambat pagi ini!"

Suara Taeyeon mengembalikan Suho kembali ke dunianya. Suho mengerjapkan matanya beberapa kali, mengetes penglihatannya untuk menunjukkan dimana dia berada.

"Aku berada dikamarku? Kapan kau membawaku pulang nunna?" Tanya Suho polos. Sungguh ia tidak mengerti apa yang terjadi.

"Sejak tadi kau berada disini Suho-ah, dan tak ingatkah kau menelfonku tadi malam untuk membangunkanmu pagi ini?" Sungut Taeyeon. Ia sungguh tak tahu bagaimana bisa Suho menjadi sepelupa ini. "Cepat mandi, dan bersiap-siap, kita ada meeting!"


"Lay….."

'Aku kembali terbangun. Mimpi itu, pria itu, mengapa selalu kau datangkan padaku Tuhan?'

Suho meremas kepalanya. Ini sudah ke-tujuh kalinya ia mengalami hal yang sama. Seperti biasa, ia akan terbangun dengan mimpi yang tak lebih baik dengan mimpi-mimpi sebelumnya. Mimpi tentang Lay, pria yang membuat jantungnya berdetak secara membabi buta, pria yang membuatnya menangis setiap bangun tidur, pria yang mengganggu ketenangan hidupnya satu minggu ini walau hanya ia lihat lewat mimpi. Mimpi dimana ia melihat Lay disakiti, mengangis, kemudian menggumamkan satu permintaan yang sama.

"Tuhan, biarkanlah aku menjadi malaikatnya, dan mengabulkan permintaannya" ucap Suho, diiringi dengan berubahnya warna Kristal yang dipegangnya menjadi kuning.

TBC