Author : Heh, akhirnya bisa juga bikin chapter ini. Sorry tlabetnya keterlaluan. Komputer saia mengalami error system plus saia juga banyak tugas. Jadi gak ada waktu buat membuat chapter ini. Hmm, sepertinya fan fic saia yang satu ini akan tamat dalam beberapa chapter. Okelah, udah cukup basa basinya. Enjoy this chapter.
Warning : T semi M rate, typos, bahasa labil dan gak baku
Pairing : Hist
Genre : Action/Friendship/Humour/Romance
Disclaimer : Punya Masashi Kishimoto
The Hunter
Chapter 8
( The raid started part 2 )
.
.
Chapter sebelumnya
Naruto, Sasuke, Sakura, Kiba, Ino, Lee, Hinata, Kakashi, Anko dan Mobuzaberhasil masuk ke dalam tempat transaksi. Mobuza yang ingin menyalakan petasan untuk memberitahu para polisi sudah ketahuan oleh Tokuyomi. Naruto, Sasuke, Kiba, Ino, Lee, Hinata, Kakashi dan Anko sudah berada di dalam ruang transaksi.
.
.
Ruang transaksi
"Sudahlah, mengaku saja supaya tugas kalian cepat selesai," kata Orocimaru.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Kakashi?" tanya Sasuke sambil berbisik.
"Kita harus mengulur waktu," jawab Kakashi.
"Kalian jangan menutupi identitas kalian! Kami bisa langsung membunuh kalian semua disini!" kata Jirobou.
"Aku adalah pengedar narkoba yang baru dari Kirigakure. Setelah bos kami yang lama tertangkap, aku ditunjuk untuk meneruskan pekerjaan ini," kata Kakashi.
"Alasanmu itu masuk akal. Namun, pemindahan kekuasaan hanya bisa dilakukan oleh pihak keluarganya saja," kata Sakon.
"Sepengetahuanku, pengedar narkoba dari Kirigakure tidak memiliki keluarga apalagi saudara," kata Ukon.
"Sudah dipastikan kalau mereka adalah para polisi yang sedang menyamar," kata salah satu bos pengedar narkoba.
"Kalau begitu, kita bunuh saja mereka sekarang!" kata salah satu bos pengedar narkoba. Seluruh bos pengedar narkoba beserta seluruh anak buah mereka sudah menodongkan senjata mereka ke arah Naruto dan yang lainnya.
Brak!
Tak lama kemudian, terdengar suara gebrakan meja.
"Diam kalian semua! Jika ada yang menodongkan senjatanya kemari, maka kalian akan bernasip sama seperti meja ini!" kata Sakura sambil menunjuk ke arah meja yang tadi dia pukul yang sekarang sudah terbelah menjadi dua.
"Kau yang seharusnya diam anak kecil!" kata salah satu anak buah pengedar narkoba. Dia menarik platuk senjatanya.
Merasa peringatannya tidak dihiraukan, Sakura langsung berlari dengan cepat ke arah orang itu dan langsung memukul wajah orang itu hingga orang itu terpental dan menghantam pilar yang ada di belakangnya. Tak lama kemudian, orang itu tewas karena benturan dikepalanya.
"Orang itu tewas!" kata salah seorang anak buah pengedar narkoba. Semua orang yang ada disana menjadi ngeri melihat hal itu kecuali Naruto, Sasuke, Kiba dan Ino yang terlihat sudah biasa melihat hal itu.
"Hahahaha, rasakan pukulan maut milik Sakura," kata Naruto dalam hati.
"Jika masih ada yang menentang diriku, maka kalian akan berakhir seperti orang itu!" kata Sakura. Semua orang pun langsung terdiam.
Di menara
Mobuza dalam keadaan terdesak. Tokuyomi menodongkan pistol ke kepalan Mobuza.
"Kau mengingatkanku pada kakakmu yang bodoh itu. Dia pikir bisa menangkapku," kata Tokuyomi. Terlihat Mobuza mengepalkan tangannya.
Flashback
Di sebuah rumah yang lumayan megah, terlihat dua orang yang sedang asyik bermain sepak bola. Yang pertama adalah Mobuza yang masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang satunya adalah seorang pemuda yang berumur 20 tahun. Memiliki rambut warna kuning seperti milik Mobuza tapi agak rapi, badan tegap berkulit putih, memakai kaos berwarna kelabu dan celana pendek. Dia tidak lain adalah kakak Mobuza. Namanya Kirito
"Mobuza, tangkap bola ini," kata Kirito.
"Baik kak," sahut Mobuza.
Kirito langsung menendang bola tersebut. Mobuza yang menjadi penjaga gawang berhasil menangkap bola itu dengan sangat mudah.
"Bagus sekali, Mobuza," puji Kirito. Tak lama kemudian, terdengar suara bunyi handphone milik Kirito berbunyi. Dia langsung mengangkat telpon tersebut.
"Halo, ada apa? Iya, baiklah aku akan datang ke sana," kata Kirito.
"Ada apa kak?" tanya Mobuza.
"Biasa, ada tugas," jawab Kirito. Dia langsung masuk ke dalam rumah dan mengambil seragam kepolisiannya.
"Kakak, aku ikut!" kata Mobuza yang ingin ikut.
"Jangan, ini sangat berbahaya!" kata Kirito melarang Mobuza untuk ikut. Tak lama kemudian, Kirito masuk ke dalam mobil dinasnya. Tanpa diketahui oleh Kirito, ternyata Mobuza masuk ke dalam mobil. Mobil pun dinyalakan dan mereka berangkat.
Beberapa jam kemudian, mobil itu berhenti. Kirito keluar dari mobil dan disusul oleh Mobuza. Disana terlihat banyak sekali polisi yang sudah bersenjata lengkap yang sedang mengepung sebuah gedung. Tak lama kemudian, Kirito dan para polisi yang lain masuk ke dalam gudang tersebut. Melihat hal itu, Mobuza juga ikut masuk. Ternyata di dalam sedang terjadi adu tembak antara pihak kepolisian dan para pengedar narkoba. Mobuza bersembunyi di sebuah tumpukan kayu. Tak lama kemudian, Mobuza melihat ada seorang pengedar yang berhasil ingin melarikan diri. Dia tak lain adalah Tokuyomi.
"Penjahat itu akan melarikan diri! Aku akan menangkap orang itu!" kata Mobuza. Dia langsung mengejar Tokuyomi. "Berhenti kau!" kata Mobuza yang berhasil mengejar Tokuyomi.
"Hei, anak kecil! Minggir kau dari hadapanku! Atau kau akan aku tembak!" kata Tokuyomi.
"Aku tidak takut kepadamu!" kata Mobuza. Dia langsung maju untuk menyerang Tokuyomi. Namun dengan mudah Tokuyomi menghindar dan memukul Mobuza hingga terpental. Tak lama kemudian, Tokuyomi menggeret tubuh Mobuza.
"Lepaskan aku! Kakak tolong aku kakak!" kata Mobuza saat diseret oleh Tokuyomi.
"Itu seperti suara Mobuza. Mobuza! Dimana kau!" kata Kirito. Kirito langsung mengikuti arah suara itu berasal.
Beberapa saat kemudian, Tokuyomi berhenti karena dihentikan oleh Kirito.
"Berhenti kau!" kata Kirito. Sekarang mereka berada di sebuah jembatan. Dibawahnya terdapat sungai yang deras dan memiliki banyak batu besar.
"Kakak! Tolong aku kakak!" teriak Mobuza.
"Ooo, jadi dia adalah kakakmu. Ternyata, kakak dan adik sama bodohnya. Matilah kalian berdua!" kata Tokuyomi. Dia langsung melempar Mobuza ke sungai yang ada dibawah jembatan itu.
Dengan sepontan, Kirito berlari dan ikut terjun ke bawah. Dia berhasil menangkap tubuh Mobuza. Tak lama kemudian, Tokuyomi mengeluarkan sebuah pistol dan menembakkannya ke arah Kirito. Terdengar suara tembakan berulang kali. Mobuza melihat kalau dari dalam mulut Kirito mengeluarkan darah. Mereka pun langsung jatuh ke sungai tersebut dan hanyut.
Keesokan paginya, Mobuza sadar. Dia melihat sekeliling dan merasa asing dengan ruangan yang sedang dia tempati.
"Dimana aku?" tanya Mobuza. Tak lama kemudian, masuklah seorang polisi.
"Eh Mobuza, kau sudah sadar rupanya," kata polisi itu.
"Dimana aku?" tanya Mobuza sekali lagi.
"Kau sedang berada di rumah sakit," jawab polisi itu. Tak lama kemudian, dia teringat dengan kejadian yang kemarin menimpanya.
"Dimana kakakku?" tanya Mobuza. Polisi itu terdiam sambil tertunduk. "Dimana kakakku? Apa dia baik – baik saja?" tanya Mobuza sekali lagi.
"Ma maaf, Mobuza, ka kakakmu tidak selamat. Dia tewas saat perjalanan menuju ke rumah sakit," jawab polisi itu sambil sedikit tergagap.
"Tidak, itu tidak mungkin. Kakakku tidak mungkin tewas!" kata Mobuza. Dia terlihat tidak percaya sekaligus shock mendengar jawaban polisi tersebut. "Sekarang, dimana kakakku berada?" tanya Mobuza.
"Jasatnya berada di kamar mayat," jawab polisi itu.
Mobuza langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju ke kamar mayat. Sesempainya Mobuza di kamar mayat, dia melihat hanya ada satu mayat di ruang itu. Mobuza melangkahkan kakinya menuju mayat itu. Mobuza menarik kain putih yang menutupi mayat itu dan betapa terkejutnya saat dia melihat mayat kakaknya tergeletak disana. Mobuza langsung menangis. Air mata tak henti – hentinya mengalir dari matanya.
Keesokan harinya, jenazah Kirito dimakamkan. Mobuza dan semua teman Kirito memberikan penghormatan terakhir untuk Kirito. Setelah pemakaman selesai, semua orang sudah pergi dan hanya Mobuza saja yang masih berdiri disana. Tak lama kemudian, Mobuza terduduk lemas sambil menangis.
"Aku, aku akan membalaskan dendammu kakak! Suatu saat nanti, aku akan membunuh orang itu! Dihadapan makammu ini aku bersumpah akan membunuh orang itu! Aku bersumpah!" kata Mobuza dengan ekspresi dendam yang sangat dalam.
Flashback end
"Hahaha, tidak aku sangka. Kau dan kakakmu ternyata sama. Kalian sama – sama bodoh!" kata Tokuyomi.
Kata – kata Tukoyomi barusan membuat Mobuza semakin geram. Dia semakin mengepakalkan tangannya dengan sangat erat.
"Aku, aku, aku!" kata Mobuza dengan nada marah. Tukoyomi hanya melirik dengan tatapan curiga. "Aku akan membalaskan dendam untuk kematian kakakku!" sambung Mobuza.
Tak lama kemudian, Mobuza langsung berbalik dan menendang perut Tokuyomi. Pistol yang tadi dipegang oleh Tokuyomi akhirnya terlepas dari genggamannya. Mobuza kemudian mengeluarkan pistol yang dia bawa. Sekarang situasi sudah berbalik, Mobuza menodongkan senjatanya itu.
"Coba saja kau tembak kepalaku jika kau berani!" kata Tokuyomi menantang.
Mobuza menarik pelatuk pistol yang dia pegang dan tak lama kemudian peluru pistol itu melesat. Dengan cepat Tokuyomi bergeser ke sebelah kiri dan hasilnya peluru itu melesat tipis disebelah telinga kanannya. Tak lama kemudian, Tokuyomi berlari dan memukul wajah sebelah kanan Mobuza. Kemudian memukul perut Mobuza dan menendang dada Mobuza. Serangan – serangan tersebut mempu membuat Mobuza terpental beberapa sentimeter. Kemudian, Tokuyomi mengambil pistolnya dan menarik pelatuknya.
"Tidak aku sangka, kau berani juga untuk menembak diriku. Aku hargai hal itu. Aku akan mempertemukanmu dengan kakakmu itu!" kata Tokuyomi.
Kemudian, Tokuyomi menembakkan pistolnya dan mengenai bahu kiri Mobuza. Tokuyomi ingin menarik kembali pelatuk pistolnya. Namun tiba – tiba saja, Mobuza menembakkan pistolnya dan mengenai perut bagian kanan Tokuyomi. Tak lama kemudian, Mobuza berlari sambil menodongkan pistolnya.
"Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!" kata Mobuza. Kemudian dia menembak Tokuyomi sekali lagi. Lalu dia mendorong Tokuyomi hingga jatuh. Tokuyomi berteriak dengan kencang. "Dan sekarang, dendam kakakku sudah terbalaskan!" kata Mobuza sambil menarik pelatuk pistolnya dan menembak tepat di kepala Tokuyomi sebelum tubuhnya bersentuhan dengan tanah. Beberapa anak buah Orocimaru yang berjaga diluar mendengar teriakkan Tokuyomi.
"Apa itu?" kata anak buah Orocimaru.
"Seperti suara teriakan seseorang," jawab anak buah Orocimaru yang lain.
"Kalau begitu, ayo kita lihat!" kata anak buah Orocimaru yang lain. Mereka bertiga langsung menuju ke sumber suara.
Melihat anak buah Orocimaru sudah mendekat ke menara, Mobuza langsung menyalakan petasan yang dia bawa.
Chiiiiit! Dar! Duar! Dar!
Suara petasan yang meledak di angkasa.
Diluar tempat transaksi
Para polisi yang sudah mengepung tempat transaksi itu melihat petasan yang meledak diangkasa.
"Itu dia tanda dari Mobuza," kata Kurenai.
"Ayo kita maju sekarang!" kata Guy dengan semangat yang tinggi.
Seluruh polisi yang tadi berjaga di empat titik, secara serempak langsung menyerbu tempat itu. Seluruh anak buah Orocimaru langsung kebingungan. Adu tembak pun tidak bisa dihindari. Anggota kepolisian dan anak buah Orocimaru saling tembak satu sama lain. Namun, satu per satu anak buah Orocimaru akhirnya tewas karena tertembak.
Ruang transaksi
Naruto, Sasuke, Sakura, Kiba, Ino, Lee, Hinata, Kakashi, dan Anko mendengar suara petasan yang menjadi tanda dari Mobuza.
"Suara apa itu?" tanya bos narkoba dari Iwagakure.
"Itu tanda dari Mobuza," kata Kakashi dalam hati.
Naruto, Sasuke, Sakura, Kiba, Ino, Lee, Hinata, Kakashi, dan Anko langsung mengeluarkan senjata mereka dan membongkar identitas mereka.
"Ternyata benar, mereka adalah polisi!" kata salah satu anak buah bos narkoba.
"Lebih baik kalian menyerah saja! Tempat ini sudah dikepung!" kata Kakashi.
TBC
Author : Sorry banget kalau nungguinnya lama. Mungkin selama bulan Ramadan ini baru bisa lancar bikin chapternya.
Oke, yang mau kirim saran, kritik, dan tanya – tanya, silakan review atau PM saia langsung.
Thanks udah membaca fic saia yang terbilang jauh dari kata sempurna.