CINDERELLA 2013

By : Kanon1010

Disclaimer : Masashi Kishimoto

5 : "Happily ever after or not ?"


...

Tempat dimana Naruko berada sekarang bisa dikatakan sangat kotor dan lembab. Beberapa lumut menempel disudut ruangan dan meja dan kursi yang sudah tak terpakai menumpuk menjadi satu. Naruko sendiri masih dalam kondisi tak sadar, tubuhnya terikat oleh seutas tambang melilit dengan kursi yang di dudukinya. Diatas kepala Naruko tergantung sebuah lampu yang bergerak mengikuti arah angin ataupun dikarenakan oleh salah seorang penculik tersebut.

Selang sekitar 10 menit, Naruko terbangun. Perlahan ia menetralisir pening yang menyerang kepalanya dan membiasakan retina matanya dengan keadaan sekitar. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun sayang gerakan itu terhenti setelah ia rasa bahwa tubuhnya terikat. Di hadapan Naruko berdiri lima orang laki-laki yang menatap Naruko dengan seringai menjijikan.

"Hei nona kau sudah bangun?" tanya salah seorang dari mereka.

"Lihat, ini adalah contoh tubuh yang terawat sejak kecil. Lihat betapa mulus dan sehatnya dia." Seseorang yang memiliki rambut pirang pucat memandangi Naruko dari atas samapi bawah dengan tatapan yang menurut Naruko sangat menjijikan.

"Sepertinya nona muda kita ini bisu, sejak tadi hanya diam saja dan ughhh... aku suka lihat tatapan matanya yang seakan menusuk tepat di jantungku. Hahahah." Ucap orang yang disebelah si pirang pucat.

"Sudah puas? Sudah selesai kalian berbicara? Ucapan orang-orang yang tak berpendidikan seperti kalian tak pantas kutanggapi." Jawab Naruko yang membuat para penculik itu geram.

Tapi salah seorang dari kelima penculik itu tetap diam tak menampakkan dirinya menghadap Naruko. Ia berdiri dengan gemetaran dan keringat dingin terus mengucur dari pelipisnya.

"Akimichi Chouji, apa kau tak ikutan bersama keempat kawanmu ini? Sejak tadi kau hanya diam, kenapa mengenang masa lalu huh?" seringai Naruko yang sejak tadi memang memperhatikan pemuda tambun itu.

"Hei Chouji kau mengenalnya? Bagaimana bisa?"

Akhirnya pemuda yang dipanggil Chouji sejak tadi, menampakkan dirinya ke Naruko. Keringat dinginnya semakin banyak keluar dan bibirnya memucat. "Teman-teman, sebaiknya kita lepaskan dia saja."

Keempat orang lainnya melotot ke arah Chouji dan Naruko tersenyum senang.

"Apa maksudmu itu? Kita baru mendapatkan setengah dari pembayaran kita." Bentak si piriang pucat.

"Percayalah padaku, lebih baik kita kehilangan setengah bayaran kita daripada kita tetap melakukan perintah orang itu." Chouji semakin gemetaran, apalagi kilasan-kilasan kenangan bersama Naruko mulai tampak seperti kaset rusak.

"Sedang mengenang masa lalu kita yang indah Chouji? Bagaimana, apa menginap di hotel prodeo masih belum cukup huh? Ah apa kau tipe masokis, lebih memilih berciuman dengan samurai milik ayahku itu Chouji? Mau bernasib sama seperti kawanmu yang dulu?" tanya Naruko yang semakin membuat Chouji gemetaran.

"Ti-tidak, ka-kau akan kulepaskan. Tapi kumohon aku tak ingin merasakannya lagi. Jangan!"

"Kalau begitu kau tau apa yang harus kau lakukan kan? Good boy."

Chouji mengangguk dan melangkah maju mendekati Naruko. Senyum kemenangan tersungging di wajah Naruko. Namun sayang, ketika ikatan terakhir akan terbuka, tangan Chouji dicengkram oleh tangannya Sakura.

"Ya! Apa yang kau lakukan penculik bodoh!" omel Sakura pada Chouji dan langsung mendorong tubuh pemuda tambun itu hingga terjatuh.

Salah seorang dari penculik itu hanya mencibir melihat kelakuan bodoh temannya, namun perkataan Chouji selanjutnya membuatnya bungkam. "Percayalah, jika kalian masih ingin merasakan oksigen dan hidup tenang, jangan sekalipun berurusan dengan keluarga Namikaze." Setelah itu Chouji pergi dari rumah kosong tersebut.

"Kalian!" panggil Sakura pada keempat penculik yang tersisa. "Cepat ikat kembali gadis itu dan pastikan ikatannya kuat, karena aku tak ingin ia cepat-cepat pergi dari sini." Karin tersenyum sambil tangannya memegang sebuah alat pengejut listrik.

...

Di lain tempat, tepatnya di bandara internasional Konoha. Seorang pria yang begitu kedatangannya langsung disambut sama beberapa orang berpakaian resmi serta kacamata hitam dan earphone yang menjadi ciri khas profesi mereka yang merupakan pengawal pribadi, membawa pria yang mereka segani itu menuju ke kendaraan pribadinya.

"Anda kembali lebih cepat dari yang dijadwalkan, tuan." Pria yang masih tampak muda menyapa atasannya dengan hormat.

"Aku ingin memberi kejutan kepada anakku Gai." Jawab pria tersebut sambil tersenyum memeluk hadiah yang akan diberikan kepada anak kesayangannya itu. "Bagaimana kabar Naruko, Gai?"

Gai memandang Minato dengan tatapan ragu dan takut jika atasannya itu akan mengamuk bila mengetahui apa yang sedang terjadi dengan anak sematawayangnya itu. "Maaf sebelumnya tuan. Nona Naruko..." ada jeda sejenak dari Gai. Setelah ia menghembuskan napasnya ia baru melanjutkan perkataannya. "Nona Naruko diculik tuan."

Tatapan ramah Minato langsung berubah. Ini lah yang sangat tak disukai Gai, meskipun sudah bekerja bertahun-tahun bersama Minato tetap saja ia masih merasa seakan sudah di ujung tanduk jika tatapan Minato menjadi sangat tidak bersahabat.

"Siapa yang berani kembali menculik NarukoKu?"

"Menurut informasi para anbu yang berada dibawah perintah Kyuubi-sama, saat ini nona Naruko kemungkinan besar diculik oleh lima orang pria bayaran yang dilakukan oleh tiga orang wanita, yaitu Konan, Haruno Sakura dan Haruno Karin." Jelas Gai.

"Sambungkan aku ke Kyuubi sekarang." Perintah Minato. Tanpa terdengar oleh Gai, Minato mendesiskan nama Sara dengan intonasi suara siap membuat wanita itu meninggalkan kehidupannya saat ini juga.

...


"Hosh...hosh...hosh..." Napas Naruko tersenggal-senggal. Sudah sejak ia kembali diikat di kursi, ia mendapatkan kekerasan fisik dari ketiga orang wanita yang sangat dibencinya. Tak hanya tamparan dan jambakan, bahkan ia sempat mendapatkan setruman listrik.

Bukannya Naruko tak mau melawan, ia tau jika sebentar lagi bala bantuan akan datang. Bahkan ia sadar jika bala bantuan yang akan datang, akan lebih membalas apa yang telah mereka lakukan kepadanya.

"Mana nih nona muda Namikaze Naruko, yang jago berkelahi bahkan katanya pernah menghabisi sekelompok orang yang pernah menyerang sekolah. Jadi ini sang red devil yang kudengar dari anak-anak Kirigakure, huh? Ternyata cuma bualan sampah saja." Karin menjambak rambut Naruko dan melepaskannya dengan kasar.

Memang Karin sempat mendengar cerita dari Konan, jika Naruko ada red devil yang pernah menghabisi hampir seperempat anak Kirigakure, gara-gara mereka mau menyerang sekolah Naruko hanya akibat kalah bertarung saat berbagai perlombaan diadakan antar sekolah.

Tak hanya itu saja, beberapa anak perempuan di KHS yang berani membully Naruko saat ia masih kelas satu. Langsung terdengar berita keesokan harinya para pembully itu sudah berada di rumah sakit. Naruko tak pandang mau dia wanita atau pria, tua atau muda jika sudah membuatnya kesal, ia tak akan segan-segan menghabisinya. Mungkin darah yandere sang ayah mengalir dengan sangat baik.

Pernah juga seorang guru yang ia patahkan tangannya, gara-gara guru tersebut berbuat mesum dengan meraba bokong Hinata. Sialnya si guru tua itu, Naruko melihat dan langsung saja ia mematahkan tangan guru itu.

"Kalau aku sampah, kalian apa? Bangkai? Kalian ini bodoh apa tolol sih, jika kalian tau aku sampah buat apa kalian melakukan hal ini? Bukankah itu menunjukan betapa bodohnya kalian mau menghabiskan tenaga dan waktu untuk memusnahkan sampah?" Naruko tertawa mengejek. Ia tak merasakan sakit lagi, bahkan ia pernah merasakan yang lebih sakit dari pada yang sekarang.

Plak...Buagh...

Kali ini giliran Konan yang menampar dan menendang badan Naruko.

"Gara-gara ayahmu, usaha ayahku bangkrut sekarang dan aku benci melihat wajah bahagiamu itu." Konan menatap Naru nyalang, di matanya penuh dengan kebencian yang amat mendalam.

"Ah, si pembuat origami itu? Bukankah semuanya itu kesalahan ayahmu sendiri?" Naruko menjilat darah terasa di bibirnya. "Heh Konan, apa kau tak tau kenapa usaha ayahmu bangkrut? Itu karena ia telah melakukan pekerjaan kotor dibalik usaha origaminya."

"Apa maksudmu?"

"Lucu sekali kau anaknya tak mengetahui sebenarnya, malah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan ayahmu sendiri." Perlahan Naruko memutar cincin yang ia pakai di jari tengahnya dan memencet sebuah tombol tersembunyi yang tersimpan disana. "Kau tau? Ayahmu itu pengedar Narkoba dengan memanipulasi dengan usaha origami itu. Dan sialnya usaha ayahmu tertangkap basah oleh ayahku. Jika kau tak percaya silahkan periksa ruang kerja ayahmu dan temukan apa yang kukatakan." Sebuah sinar laser berwarna merah muncul dari permukaan cincin tersebut dan perlahan membakar tali tambang yang mengikat tubuhnya.

"CUKUP! Kau bohong Namikaze! Ayahku tak mungkin melakukan hal itu dan juga bukan hanya karena itu aku membencimu tapi juga karena kau membuat Yahiko kehilangan sebelah kakinya." Teriak Konan penuh marah. Matanya melotot dan mukanya memerah, tak lupa tangannya yang memegang alat kejut siap menyentuh tubuh Naruko kembali.

"Yahiko? Ah si pemuda penuh tindikan di wajahnya itu kan? Heh, salahkan kaki kekasihmu itu seenak dirinya saja menendang salah satu anggota clubku hanya gara-gara, anggota clubku tak sengaja menyenggolnya."

Konan sudah mendekatkan alat kejut itu ke arah wajah Naruko, namun dengan cepat Naruko sudah menghentikan pergerakan tangan Konan.

Sakura dan Karin terkejut dengan Naruko yang telah bebas dari ikatan tali tambang yang mereka yakini sudah sangat kuat mengikat tubuh Naruko.

"Kaget ya? Apa harus ku katakan 'surprise'." Naruko menghempaskan tangan Konan hingga membuat alat kejut listrik itu terlepas dari tangannya.

Dengan berjalan perlahan, Naruko merenggangkan sendi-sendinya yang kaku. Lalu ia menginjak alat pengejut itu hingga rusak. Sakura, Karin dan Konan merasa sudah sangat terpojok. Mereka melawan Naruko namun dengan mudahnya Naruko membalas ketiganya, padahal luka yang ada di tubuh Naruko tak bisa dikatakan kecil.

"Kenapa kalian tersudut seperti itu? Seperti tikus yang terkepung dengan kucing." Senyum yang bukan dikatakan senyum manis malah menyeramkan tersungging di wajah Naruko.

Dengan sekuat tenaga, Sakura mendorong tubuh Naruko hingga terjatuh dan membuat jam yang selalu dibawa-bawa Naruko terjatuh dari saku bajunya. Disaat Naruko sedang meringis dengan sikunya yang terluka, Konan menginjak jam tersebut.

"Apa ini benda berhargamu? Lihat sudah menjadi bangkai sama seperti mu, sampah."

Bola mata Naruko membulat, pandangannya tertuju kepada jam tersebut. Tatapannya terus tertuju pada jam yang sudah pecah tersebut, seakan kabut kegelapan sedang menguasainya. Naruko bangkit dengan kepala tertunduk. Ia mengambil kursi yang digunakan sebagai tempat penyekapannya, lalu dilemparkannya kursi itu hinga hancur. Diambilnya salah satu potongan kayu dari kursi tersebut.

Seakan semua kesadarannya tenggelam dalam kegelapan, Naruko tak sadar sudah memukul Konan hingga gadis itu tak dapat bangun. Hanya tangisan ketakutan yang terdengar. Setelah selesai dengan Konan, Naruko menuju ke Sakura dan Karin yang terisak memohon ampun yang tak digubris Naruko sama sekali.

Tatapan kosong dan perbuatan brutal yang dilakukan Naruko, membuat Sakura dan Karin yang hampir diambang batas kesadaran sangat ketakutan. Seperti melihat iblis yang siap mengambil nyawa mereka saat itu. Dan penyesalan selalu datang terlambat, mereka tak seharusnya membuat Naruko semacam itu.

"Hentikan Naruko!" Kyuubi segera berlari memeluk adik sepupunya itu, mecoba menenagkan Naruko. "Naruko sudah, hentikan."

"Mati... mereka harus mati." Hanya itu yang terus dirapalkan Naruko.

"Mereka sudah mati Naruko, Sudah sayang ini Kyuu-nii. Nii-san mohon hentikan sekarang." Kyuubi semakin mempererat pelukan pada Naruko.

"Kyuu-nii...~" satu kata yang terucap dari Naruko sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.

Kyuubi menggendong tubuh Naruko dan menghela napas lega, sepupunya kembali lagi dan ia bersyukur datang sebelum ketiga gadis itu menjadi mayat. Meskipun ia yakin gadis berrambut biru itu bisa dipastikan terluka paling parah dibanding lainnya.

"Kalian, tangkap dua gadis itu dan yang sedang tergelatak di lantai. Paman Iruka tolong urus semuannya dan aku akan membawa Naruko ke rumah sakit." Perintah Kyuubi membawa tubuh Naruko masuk kedalam mobil.

"Baik tuan muda."

Sakura dan Karin digiring para anbu yang merupakan satuan bodyguard khusus milik keluarga Namikaze dengan kondisi memperihatinkan. Keduanya saling berpelukan gemetar ketakutan, isak tangis tak hentinya terdengar. Sedangkan konan, dibawa menuju rumah sakit terlebih dahulu.

Iruka menghela napas melihat efek jika Naruko sedang dalam mode sangat marah.

Kalian bingung kemana para penculik sebelumnya? Mereka semua telah pergi atas perintah Karin ketika mereka telah selesai mengikat tubuh Naruko kembali. Tugas awal mereka sebenarnya adalah menyiksa Naruko secara fisik dan batin. Tapi malah jadi berbelok ke tujuan semula.

...

...


Sudah dua hari berlalu, dan Naruko belum sadar dari komanya. Menurut dokter pribadi Naruko, Matsuri. Naruko masih mengalami goncangan di kejiwaannya hingga membuat ia belum bisa sadarkan diri. Matsuri mengatakan jika keluarga tak perlu cemas, jika kondisi jiwa Naruko sudah stabil maka Naruko akan sadar.

Karin, dan Sakura tak dimasukkan kedalam penjara hanya diusir dari oleh Minato. Bahkan tadinya Minato sudah bersiap dengan samurainya untuk memenggal kepala Sara dan kedua anaknya. Namun Kyuubi menyarankan mereka untuk diusir saja, meski tak rela tapi Minato menyetujuinya bagaimanapun juga amanat Kushina adalah Minato menemukan dan menjaga Sara.

Bagaimana dengan Konan? Gadis itu masih mengalami perawatan di rumah sakit, tak hanya perawatan fisik tapi juga batin serta ia dikeluarkan dari sekolah. Bahkan Minato tak sudi mengeluarkan uangnya sepeserpun untuk membantu pengobatan Konan.

"Nghh..."

Naruko membuka matanya perlahan, membiasakan diri dengan cahaya lampu yang begitu terang dan bau obat-obatan yang begitu menyengat.

"Ayah...Kyuu-nii..."

"Akhirnya kamu bangun juga." Minato mengelus kepala Naruko dan Kyuubi yang tampak tersenyum dibelakang ayahnya.

"Berapa lama aku tertidur?"

"Sekitar dua hari, lebih cepat dari perkiraan." Jawab Kyuubi.

"Ayah, aku haus." Minato membantu Naruko minum lalu kembali menidurkan Naruko. "Bagaimana dengan keadaan mereka?"

"Shhttt... nanti saja kita bicarakan itu, ayah akan memanggil dokter Matsuri dulu untuk memeriksamu." Naruko hanya mengangguk pelan, ia sadar jika tubuhnya belum merespon dengan baik setelah tertidur selama dua hari.

...

Haripun berjalan dengan sangat lambat, menurut Naruko. Ia masih harus menghabiskan harinya di rumah sakit hingga mendapatkan ijin untuk diperbolehkan pulang.

"Ayolah Hinata, katakan sesuatu jangan hanya memutar-mutar kedua jari telunjukmu seperti itu." Naruko mulai jengah karena Hinata sejak tadi hanya diam, padahal Naruko yakin ada yang mau dikatakan sahabatnya itu.

"A-anoo Naru-chan, bagaimana dengan jam itu?"

Naruko mengambil benda yang dibicarakan oleh Hinata dari dalam saku celananya. "Lihatlah, sudah pecah kacanya dan sudah tak bisa ditutup lagi. Bagaimana cara aku mengembalikan kepada pemilikinya jika rusak seperti ini?"

Tatapan sendu Naruko ketika melihat bagaimana hancurnya benda yang dijaga dan dibawanya selalu selama ini.

Brak!

Suara pintu yang dibuka kasar mengalihkan perhatian Hinata dan Naruko. Tampak Sasuke dengan napas yang tersenggal penuh dengan kekhawatiran.

"Dobe, baik-baik aja?" Sasuke memeriksa seluruh tubuh Naruko dengan membolak-balikan tubuh Naruko.

"Ihh.. Sasuke, hentikan! Pusing tau." Naruko merapikan baju pasiennya yang kusut akibat ulah Sasuke. "Kenapa baru datang!"

"Hn, maaf aku sedang di Jerman untuk lomba pidato. Tapi, kau benar-benar dobe! Untuk apa menunggu aku menjemput padahal sehari sebelumnya Kakashi dan Anko sudah memberitahumu kan." Sasuke menjitak gemas kepala Naruko yang dirasanya semakin bertambah bodoh.

"Maaf aku lupa."

Sasuke menghela napasnya. Setidaknya Naruko tak medapatkan luka atau hal-hal yang tak diinginkan lainnya. Ia duduk di kursi samping ranjang Naruko dan merebahkan kepalanya di atas paha Naruko. Jetlag yang masih terasa membuatnya pusing.

"Pusing ya? Maaf sudah membuatmu khawatir." Naruko mengelus lembut surai raven milik Sasuke.

"Hn."

Sasuke tak lagi menghiraukan tamu yang masuk kedalam kamar rawat Naruko. Bahkan hinata yang sedari tadi bersama Naruko saja tak dihiraukannya, baginya saat ini elusan lembut dari Naruko cukup membuat pusingnya perlahan menghilang.

"Well..Well...siapa ini, si pantat ayam baru muncul langsung bermanja-manjaan." Siapa lagi yang memberikan julukan itu kalau bukan seorang Kyuubi.

"Kyuu-nii sudahlah kasian Sasuke masih jetlag." Naruko melirik ke belakang tubuh Kyuubi. "Sasori-nii, Gaara, teman-teman, kalian sudah datang."

Begitu mendengar nama teman-teman lainnya disebut oleh Naruko, baru Sasuke mengangkat kepalanya dan menatap datar wajah-wajah familiar tersebut.

"Sasuke, begitu sampai bukannya pulang ke rumah malah langsung kesini. Tadi Itachi menanyakan keberadaanmu pada kami." Ujar Kakashi yang duduk disebelah Anko yang sudah terlebih dulu duduk manis di sofa yang memang berada di ruangan itu.

"Hn."

"Kyuu, bagaimana dengan ketiga wanita itu saat ini? Paman Minato tak memenggal kepala mereka seperti yang biasa ia lakukan kan?" lanjut Kakashi yang kali ini bertanya pada Kyuubi.

"Tadinya mau seperti itu. Tapi mengingat ibu kedua wanita itu adalah amanat dari bibi Kushina, mau bagaimana lagi. Mereka hanya diusir dari rumah, dan dipekerjakan sebagai buruh di pertambangan emas." Jelas Kyuubi.

"Padahal aku berharap mereka masuk kedalam penjara." Seru Ino kesal namun tangannya tetap bergerak mengganti bunga yang ada di vas dnegan bunga lily yang masih baru.

"Hei pirang, percayalah bekerja di pertambangan lebih mengerikan daripada di penjara. Tentu saja paman Minato tak akan semurah hati begitu melepas mangsanya." Kyuubi bangkit dari duduknya sambil mengambil salah satu apel yang terletak di meja. "Nii-san pergi dulu ya, ada yang harus diurus bersama Iruka."

"Un, kalau sempat kesini lagi Naru titip satu porsi ramen."

"Kalau ingat ya." Lanjut Kyuubi tak lupa mengacak-ngacak rambut Naruko.

Sepeninggalnya Kyuubi, suasana kamar sempat hening sejenak. Lalu saat Naruko hendak kembali bersandar tak sengaja jam yang sempat membuatnya hilang kendali terjatuh di lantai.

Semua mata tertuju kepada benda tersebut.

"Apa ini?" Sasori yang kebetulan berdiri tak jauh dari benda tersebut jatuh, memungutnya dan memperhatikan benda tersebut. Sedangkan Naruko menggigit bibirnya. Ia belum siap mengetahui siapa pemilik asli benda tersebut. "Ini... seperti milikmu yang hilang Gaara. Coba kau lihat, soalnya ada lambang keluarga Sabakunya."

Gaara mengambil benda yang ada di tangan Sasori dan meneliti benda tersebut.

"Bagaimana ini bisa berada bersamamu Naruko? Ini memang milikku."

"HEHHH?" secara sepontan baik Hinata dan Naruko berteriak paling kencang.

"Ma-maaf a-aku hanya terkejut."

Naruko dan Hinata tak menyangka benda itu memang milik Gaara, padahal Hianata sudah berharap bahwa itu milik Sasuke.

"Tahun lalu ketika pesta dansa dan jam itu nyangkut di tasku entah bagaimana caranya, makanya sengaja kusimpan agar bisa dikembalikan." Naruko menunduk menutupi wajahnya yang mulai sedikit merona, tapi langsung berubah ketika kenyataannya jam tersebut sudah rusak. "Tapi, maaf aku tak bisa menjaganya dengan baik. Wanita itu merusaknya, maafkan aku."

Gaara menepuk kepala Naurko dan tersenyum lembut. "Tak masalah. Hanya saja, bagaimana bisa berada ada disana, sedangkan aku baru tahun ini datang ke acara pesta dansa itu."

"Apa yang dikatakan Gaara ada benarnya juga. Tahun lalu Gaara masih ada di Suna dan baru tahun ini dia datang ke Konoha."

Semuanya terdiam mencoba menyelesaikan keanehan itu. Bagaimana benda milik Gaara bisa berada bersama Naruko, sedangkan keduanya baru bertemu baru-baru ini saja. Diantara semuanya ada satu yang terdiam juga namun ialah yang mengetahui kebenarannya.

...


Setelah hampir seminggu lebih berada di rumah sakit dan Naruko telah diperbolehkan pulang ke rumah. Bukan tanpa alasan mengapa ia harus dirawat lama padahal luka di tubuhnya tak seberapa parah. Naruko menjalani perawatan dengan seorang psikiater, mengingat sebenarnya batin Naruko kembali terguncang sejak terakhir di kematian ibunya.

Ibu Naruko, Kushina bisa dibilang meninggal dengan cara yang kurang wajar. Ketika itu saat Minato sedang pergi bertugas ke luar negri, ada sekelompok orang-orang berbaju hitam menyerang kediaman Namikaze. Kushina yang merasakan ada suatu keanehan, menyuruh Naruko bersembunyi di bawah kolong tempat tidur dan melarang Naruko keluar sebelum ibunya atau Iruka menyuruhnya.

Naruko menuruti perkataan ibunya, namun naas saat itu Naruko melihat semuanya dengan jelas bagaimana ibunya merenggang nyawa di depan matanya langsung. Bahkan untuk berteriak ia tak bisa melakukannya, ia terlalu shock.

Mengindahkan perkataan ibunya, Naruko keluar dari persembunyiannya dan memandangi jasad ibunya yang sudah berlumuran darah. Entah apa yang mendorong Naruko hingga ia berbuat nekat. Naruko mengambil salah satu samurai milik ayahnya dan dengan membabi buta menghabisi kelompok orang berbaju hitam itu.

Bermodalkan bisa martial art, membuat Naruko tanpa pandang bulu menghabisi semuannya hingga kediaman Namikaze itu menjadi lautan darah. Sejak saat itu jika Naruko merasa tertekan atau mengalami shock ia akan berubah kepribadian yang selalu ingin membunuh. Karena itu dia mendapat julukan red devil akibat tertekan hingga tak segan-segan menghabisi seperempat murid kirigakure meskipun tak ada yang meniggal.

"Jadi bagaimana?" tanya seorang pemuda yang saat ini sedang berdiri disebelah Naruko sambil menatap halaman rumah gadis itu dari balik jendela.

"Bagaimana apanya?" lirikan dari pemuda itu membuat Naruko terkekeh pelan. "Jika kau mau mentraktirku ramen seumur hidup akan kupikirkan lagi, bagimana?" Naruko menautkan tangannya pada tangan pemuda itu.

"Apa tak ada selain ramen?"

"Jika kau tak mau ada orang lain yang bersedia." Seringai jail terpatri di wajah Naruko ketika melihat kedua alis milik pemuda itu saling bertautan tanda tak menyukai kalimat akhir dari Naruko.

"Aku tidak bilang tak mau, hanya protes dan bertanya kembali." Balasnya seraya mengeratkan pegangan keduanya.

Keduanya kembali terdiam menikmati suasana sore yang tenang. Kehidupan Naruko kembali normal. Ia lebih menyukai hidup seperti ini, baginya tak ada yang bisa menggantikan Kushina. Lagipula ia tak pernah merasa kesepian, ia dikelilingi para pekerja di rumahnya yang sudah ia anggap keluarga, ia memiliki teman-teman yang selalu berada di sisinya, dan juga ia memiliki orang yang sedang berdiri disampingnya saat ini.

"Apa kau menyesal?" suara pemuda itu memecahkan keheningan keduanya.

"Maksudmu?"

"Apa kau menyesal bahwa pemiliki benda itu sebenarnya aku?"

"Menurutmu?"

"Hn."

Naruko tertawa pelan lalu menyenderkan kepalanya di pundak pemuda itu, dan pemuda itu merangkul tubuh Naruko memberikan kehangatan pada gadis spesialnya itu.

Tak perlu kata-kata yang frontal diucapkan, memang keduanya seperti itu tak melalui ucapan namun dengan perbuatan sudah mewakili berbagai kata bahwa keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan memang sudah saling menyukai sejak lama.

...


Flashback

"Kalau begitu jodoh Naruko itu Gaara dong." Semua yang berada di kamar itu menoleh ke arah Anko yang mencetuskan kalimat itu dengan entengnya.

"Apa maksudmu Anko? Jodoh apa?"

"Kata Naruko, siapa yang memiliki benda tersebut adalah jodohnya makanya dia selalu membawa benda itu dan berharap akan menemukan pemiliknya. Kalau kalian tak percaya tanya saja Hinata."

"I-iya.. itu yang Naru-chan katakan." Hinata menunduk tak berani melihat mata Naruko yang sudah melotot.

"Wah Gaara selamat ya, jodoh si maniak ramen ini ternyata dirimu. Kukira seseorang yang sejak tadi diam tanpa komentar." Anko bertepuk tangan tapi matanya melirik ke seseorang yang sejak tadi diam saja.

"Tu-tunggu tapi kata Gaara ia tak datang ke acara itu, jadi meskipun Gaara pemiliknya tapi bukan Gaara yang membawa benda itu." Naruko menyangkal atas kesimpulan yang Anko buat. "Benar kan? Jadi bagaimana benda itu bisa tersangkut di tasku? Apa jangan-jangan..." Naruko memeluk tubuhnya yang merinding akibat memikirkan hal yang dibencinya.

Satu jitakan mampir di kepala Naruko.

"Berhenti menghayalkan hal-hal yang aneh. Benda itu... aku yang membawanya, saat Itachi menyuruhku mengambilnya dari Kankuro untuk dipinjam sama si baka aniki." Jawab Sasuke dengan santainya lalu memeluk Naruko. "Jadi maaf aku tak bisa menyerahkan si bodoh ini padamu."

Semua kecuali Anko, Gaara dan Hinata menatap Sasuke dengan pandangan kaget. Naruko menggaruk kepalanya yang tak gatal sebagai tanda ia gugup dipeluk Sasuke seperti itu. Peluka posessif yang tak pernah Sasuke lakukan sebelumnya. Sepertinya hari ini penuh dengan kejutan yang tak terduga sebelumnya.

Dan akhirnya bukanlah sang pangeran yang mencari keberadaan sang cinderella, namun sang cinderella lah yang menemukan pangerannya.

Dengan ini, CINDERELLA 2013 berakhir dengan happily ever after...

-The End-


...

Pojokan Kanon1010 :

HWAHHH! Akhirnya selesai juga *mengusap keringat* maaf jika endingnya maksa dan momment SasuNaru nya kurang. Karena point of view di cerita ini adalah tentang Naruko.

Maaf ya lama banget baru kanon updatenya. Seharusnya sejak sebulan lalu sudah selesai. Tapi mendadak laptop kanon rusak parah, hingga draft yang udah hampir selesai hilang semua :'( jadi kanon harus ketik ulang.

Kanon1010 mau ngucapin terima kasih banyak, sama semua temen-temen pembaca yang sudah support, review, mem favorit, dan memfollow cerita ini. Maaf jika kurang memuaskan.

Oh ya maybe kanon akan jarang publish cerita lagi disini, karena mengingat fic ini di PLAGIAT oleh seseorang membuat kanon agak kesal sama fandom naruto lama-lama. Jadi buat para author baru, jika kalian masih punya otak tolong hargai karya orang lain.

Serius kanon ga masalah lho kalian mau mengangkat TEMA yang sama, tapi bukan berarti ISI CERITANYA JUGA IKUTAN SAMA. Maaf ya kanon agak frontal soalnya ini bukan pertama kalinya fic kanon di plagiat. Ini udah ke lima kalinya! Dan kanon sangat berterima kasih teman-teman ada yang mau kasih tau kalau ada yang memplagiat fic kanon.

Buat yang review di chap kemaren MAKASIH BANYAK *deep bow* kanon baca review kalian semua bikin seneng.

Kalau gitu sampai jumpa di fic kanon selanjutnya, oh ya maybe deket-deket ini kanon mau publish Shika dan Naruko soalnya udah banyak yang request, kalau ajdi mampir ya ^^...

ARIGATOU MINNA-SAN!

Jaa~ mata nee~ :3