"Huh?" Kyuubi berdecih. Menatap Sasori tidak percaya. Ia yakin Itachi ada di sekitar sini. Karena itu, ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menyapu pemandangan dalam kelas yang sudah sepi. Ini waktu istirahat, jadi wajar saja semua murid di kelas ini mengungsi ke kafetaria. "Bau—bau perselingkuhan bisa kutangkap dengan jelas di sini. Aku bahkan bisa menghirup aroma parfum istriku sendiri." Imbuhnya sambil mengendus—ngendus.
Mendengar itu, sosok raven yang berada di bawah meja merinding. Ia sedikit memundurkan badannya agar keberadaannya tidak ditemukan si Namikaze. Terus merapalkan doa pengusir setan yang semoga saja juga berfungsi untuk mengenyahkan setan jadi—jadian.
"MANA ISTRIKU?!" teriak Kyuubi sinting. Menggebrak meja seenak udelnya membuat Sasori nyaris melompat dari tempatnya. Itachi berjengit kaget di kolong meja. Untung dia memiliki refleks yang bagus sehingga kepalanya tidak terbentur. "Berani—beraninya kau menggoda istriku yang seksi." Dia semakin ngawur.
Kyuubi melirik ke bawah, melihat sedikit pergerakan meski tidak kentara. Dia tersenyum sinis, sebersit ide jahil mulai muncul di kepalanya yang seolah memiliki dua tanduk. Kini ia sudah tahu di mana keberadaan Itachi.
"CILUKBA!"
"HUAAAA!"
DUG!
"MUAHAHAHAHAHAHA!"
Disclaimer
Mashashi Kishimoto sensei have Chara. Yang lainnya asli dari pemikiran otak bebal Nay. Nyontek drama korea dikit sih. hehehe
Rating
T
Pairing
SasuNaru – ItaKyuu
Slight
SasoDei, GaaNaru, ShukaGaa
F4 : Uchiha Sasuke, Uchiha Itachi, Sabaku Gaara, Akasuna Sasori
Warning
OOC, BL, BoyXBoy, gay story, miss typos, sedikit lime mungkin?
Peringatan!
Fanfic ini hanya mengambil sedikit alur dari drama super keren BBF. Alur cerita, setting tempat, karakter, penokohan, semuanya murni dari pemikiran Nay. Jadi jangan aneh kalo nih fic beda jauh sama drama aslinya.
NO LIKE DON'T READ
Sasuke, Naruto, Gaara, Deidara = 17 tahun dan duduk kelas 11.
Itachi, Kyuubi, Sasori, Shukaku = hampir 19 kelas 12. Jadi Mikoto ma Kushina itu lahirannya tuntu alias setahun satu. Wkwkwkwk
11. Date?
"Teme, janga lupa, nanti sore jam empat, kutunggu kau di Menara Konoha. Kau harus mentraktirku banyak makanan!"
Sasuke termenung mengingat janjinya dengan Naruto tadi siang. Dia masih duduk di depan meja belajarnya, sambil membuka buku yang sama sekali tidak dirinya baca. Dia menatap kosong seolah tidak bernyawa mengingat si pirang yang saat ini pasti sedang menunggunya.
Sebenarnya… Sasuke sudah telat tiga puluh menit dari jam yang ditentukan.
"Aku yakin dia jatuh cinta padaku…" Sasuke mendesis narsis. Mengartikan ajakkan dengan alasan traktir itu sebagai ajakkan kencan tidak langsung. "Yah, Gaara! Dia pasti jatuh cinta padaku. Dia mengajakku berkencan."
Gaara yang sedang tiduran di atas kasur Sasuke hanya mendengus tanpa melirik sedikit pun. Dia masih sangat lelah, setelah insiden pembullian yang dilakukan Shukaku dua hari ini. Tubuhnya bak remuk, untuk menanggapi sikap menyebalkan Uchiha yang merasa disukai seorang pirang yang memikat hatinya saja dia tidak mampu.
"Memangnya manusia mana yang tidak jatuh pada pesonaku?" Sasuke bermonolog dengan suara kencang. Tidak peduli sekali pun Gaara terlihat sama sekali tidak berminat menanggapi. "aku tampan, keren, dan sangat kaya. Semua orang mengidamkan pemuda seperti aku menjadi kekasihnya. Hahaha!" dia tertawa sinting.
Tapi kemudian ia mengatupkan mulutnya. Emosi Sasuke yang turun—naik bak roller coaster rupanya sedikit mencuri perhatian Gaara. Ada apa dengan sahabatnya?
"Tidak semudah itu kau mendapatkanku, Dobe…" Sasuke berkata sing a song. Sudah yakin mutlak kalau Naruto ada hati padanya. Padahal, Naruto mengajak Sasuke keluar agar dia bisa ditraktir ramen sepuasnya karena tahu uang jajan sang Uchiha sama sekali tidak terbatas. "Akan kutunjukkan siapa bosnya."
Dan bukannya langsung keluar kamar karena dia sudah sangat terlambat bertemu dengan Naruto. Sasuke yang terlihat riang justru melanjutkan membaca bukunya seolah tidak ambil pusing dengan Naruto yang pastinya sudah menunggunya di dekat menara Konoha.
Dasar Uchiha!
Naysaruchikyuu
"Jangan mengusikku lagi!" bukan main marahnya Itachi, saat sejak tadi Namikaze Kyuubi terus saja mengekorinya sepanjang perjalanan dia hangout dengan Sasori. Pemuda bersurai orange kemerahan itu sudah babak belur karena dihajar secara serius sang tunggal Akasuna, tapi dengan langkah terpincangnya, dia terus saja tebal muka mengekori Itachi ke mana pun pemuda itu pergi.
Sasori yang mengalami lebam yang cukup parah juga akibat insiden adu tinju di sekolah tadi mendelik padanya. Berbeda dengan Kyuubi yang mengalami luka di kaki kanannya, luka Sasori lebih banyak di perut juga lengan. Membuat dirinya terpaksa memakai masker demi menemani Itachi namun tetap tidak menarik perhatian.
Kenapa Kyuubi itu mengesalkan sekali, sih?
"Enyah kau sana! Hush—hush!" Itachi mengusir Kyuubi yang dua meter di belakangnya layaknya mengusir ayam tetangga.
Tapi memang dasar Kyuubi, pemuda itu justru cengengesan sambil menggidikkan bahunya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian berduaan saja." Kyuubi tersenyum superior. Langsung meringis saat senyuman lebarnya membuat sudut bibirnya yang terluka itu berkedut—kedut. "Aku tidak akan membiarkan istriku terus bermain di belakangku."
Itachi memutar kedua bola matanya bosan. Rasa takutnya pada sulung Namikaze kian menipis. Sikap abnormal Kyuubi mau tidak mau membuatnya terbiasa menghadapi para bedebah homo yang menurut survey tabloid nomor satu di Konoha, tapi sama sekali tidak bermutu di mata anak pertama Fugaku Uchiha. Bahwa selama ini, pemuda yang menjadi most wanted atau paling diinginkan di Konoha baik oleh para wanita maupun para uke sedunia, jatuh mutlak pada seorang Itachi Uchiha.
Dan sekilas Itachi juga membaca sederet kalimat di bawahnya. Yang katanya jika Itachi susah didapatkan oleh para homo maupun wanita yang bersedia menurunkan celana dalam mereka demi dirinya, Sasuke Uchiha pun adalah pilihan yang sama berharganya.
Dasar tabloid tidak berguna!
"Kau tidak sadar sikapmu itu benar—benar mengganggu?" Sasori berkomentar pedas. Dia sama kesalnya kalau terus dibuntuti seperti ini. "Pergi sana!"
"Dan membiarkanmu bercinta dengan istri orang lain, heh?" Kyuubi berkata ngawur. Memang sejak kapan Sasori menikah dengan Itachi? Sejak kapan juga wajah super tampan dengan tubuh tinggi tegap bak atlet Itachi merubah imej seme wanna be –walau Itachi tidak mau mengakuinya— menjadi istri?
"Ayo honey, sebaiknya kau pulang. Papa akan mengantarmu. Tidak baik gadis cantik keluyuran jam segini ditemani buaya." Kyuubi mulai sok bijak. Itachi nyaris muntah lagi mendengarnya. Sasori memasang kuda—kuda saat kata 'buaya' memang ditujukkan spesial untuknya. Kalau Itachi tidak merentangkan sebelah tangannya menahan Sasori yang lagi—lagi nyaris melempar tinju, saat ini pasti Kyuubi dan Sasori sudah terlibat perkelahian yang sama sengitnya dengan tadi siang.
Ahh… kenapa sejak berurusan dengan para Namikaze itu mereka jadi sangat sering berkelahi, sih?
"Kau benar—benar gila!" Itachi mendelik tajam. Tatapan membunuh khas para Uchiha itu langsung mental saat dibalas crimson yang menatapnya serius. Itachi mendengus, dia kembali meluruskan pandangannya dan melanjutkan perjalanannya, beriringan dengan Sasori yang tampaknya juga sudah sadar, bahwa menanggapi Kyuubi hanya membuang—buang waktunya saja.
"Itachi, kau mau mampir ke kafe? Aku haus." Sasori bertanya tenang. Ia tampak antusias saat Itachi menganggukkannya tanpa suara.
"Dasar istri durhaka!" keluh Kyuubi yang sudah kecapaian berjalan tapi masih tetap nekad membuntuti Itachi. Dia pun memasukki kafe yang sama dengan wajah masam lalu memilih sebuah kursi yang bersebrangan dengan meja sang Uchiha.
Naysaruchikyuu
Huachi!
Naruto sekali lagi bersin. Dia merapatkan mantelnya. Melirik kanan—kiri berharap Sasuke datang karena dia sudah nyaris mati beku kedinginan. Salju mulai turun, membasahi tubuh dan mantelnya dengan butiran putih yang mencair begitu bersentuhan dengan kulitnya yang panas. Dia masih setia duduk pinggiran kolam, kolam yang mengelilingi patung tinggi Konoha yang berlambang daun raksasa.
Si Teme itu ke mana, sih?
Naruto menyayukan matanya saat kelereng biru itu masih tidak juga menemukan keberadaan Sasuke. Dia menunduk, menggosokkan kedua telapak tangannya yang terbungkus sarung tangan tebal berwarna orange, kemudian duduk manis kembali menunggu Sasuke.
Astaga! Dia bisa mati beku kalau begini caranya.
Naysaruchikyuu
Salju berguguran…
Sasuke menatap jendela kamarnya. Hari sudah malam. Jam menunjukkan pukul delapan. Dan itu artinya… dia sudah terlambat empat jam dari waktu yang ditentukan.
Dia duduk di atas kursi santainya, ditemani Gaara yang justru terlelap di atas kasurnya. Tangan kanannya masih menggenggam cangkir, sesekali ia menyeruputnya, mendesah lega saat cairan hangat itu melewati tenggorokkannya.
Sasuke tersenyum tipis. Dia melirik tangan kirinya yang masih dibebat perban akibat insiden kupas 'jari' sehari sebelumnya. Entah kenapa dia sangat senang memandanginya walau perban yang digunakannya saat ini, adalah perban baru yang dililitkan pelayannya beberapa jam lalu.
Dia manis sekali…
Sasuke terkekeh mengerikan memikirkan hal itu. Padahal menurut orang lain, pemuda pirang sok kuat yang hobi menantangnya berkelahi itu sama sekali tidak ada manis—manisnya. Namun rasa senang –Sasuke tidak mau menyebutnya cinta— yang dimilikinya membuat semua yang dilakukan Naruto belakangan ini dianggapnya menggemaskan.
Yah, bagi sang Uchiha, sikap ngambek atau tidak mau diam si pirang pun terlihat menjadi sangat menggemaskan.
"Kau belum tidur, Sasuke?" pertanyaan itu meluncur dari ambang pintu setelah beberapa ketukan pelan. Sasuke menoleh, dia menatap Itachi sekilas kemudian meluruskan pandangannya lagi menatap salju yang kian menderas. Mengoles tinta putih di halaman rumahnya yang beberapa jam lalu masih hijau juga berkilau.
"Kau baru pulang?" Sasuke tidak menjawab pertanyaan Itachi karena kakaknya sudah melihat kondisinya sendiri. "Darimana? Dengan Sasori?"
"Yah." Itachi mengangguk. Dia masuk ke dalam kamar sang adik. Mengambil kursi santai yang diletakkan bersebelahan dengan kursi Sasuke namun dibatasi sebuah meja bundar yang terbuat dari kristal. Jangan tanyakan soal harga, semua barang di kediaman Uchiha tentunya memiliki harga yang amat mahal.
"Sasori sedang diobati oleh Shizune."
"Dia berkelahi?"
"Dengan Kyuubi."
Sasuke terdiam. Dia mendecih pelan. Mengingat Kyuubi hanya merusak mood—nya saja. Sasuke jelas tidak akan pernah lupa kalau predikat babu di sekolah yang saat ini dimilikinya, gara—gara si sulung Namikaze itu melakukan sebuah tindakkan curang.
Itachi mengambil cangkir kosong yang masih dalam posisi terbalik di atas meja, cangkir yang mungkin awalnya disediakan untuk Gaara. Dia membalikannya, kemudian mengisinya dengan teh hangat dari poci di sampingnya. Itachi menyesapnya perlahan.
"Maaf…" Itachi berkata parau. Setelah beberapa menit sempat terdiam dengan segala pemikiran yang berkecamuk di kepalanya. Sasuke menoleh, dia mengangkat sebelah alisnya menatap sang kakak bingung. "Karena aku… kita jadi kalah taruhan."
Bungsu Uchiha tertegun. Raut menyesal benar—benar ada di wajah kakaknya yang biasa terlihat datar. Memang, sudah beberapa hari ini kakaknya sedikit menghindar darinya. Sasuke tidak tahu di mana letak kesalahannya? Dia pun tidak bisa berbuat banyak begitu pemikiran 'mungkin dia kesal padaku karena gara—gara aku dia harus berurusan dengan Kyuubi' hinggap di kepalanya.
Dia merasa bersalah, karena sudah melibatkan kakaknya ke dalam perselisihan yang sanggup membuat Itachi beberapa kali harus mendapat perawatan di rumah sakit efek dari ciuman berbisa sepihak yang dilakukan Namikaze Kyuubi pada sang kakak.
Sasuke tidak pernah menyangka kakaknya justru menghindarinya karena tidak enak hati padanya. Merasa mereka kalah taruhan akibat phobia sang kakak pada para homo.
"Itu bukan salahmu, Itachi." Sasuke berkata pelan, lembut khas seorang adik yang begitu menyayangi kakaknya. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Kau mengabaikan ketakutanmu demi melindungiku sekuat tenaga. Kalau saja rubah buluk itu tidak berlaku curang kita pasti akan menang."
"Tetap saja…" Itachi membantah. "kalau aku tidak homophobia. Ciuman itu tidak akan ada artinya, dan aku tidak mungkin pingsan saat berkelahi dengannya sehingga sekarang kau dijadikan budak oleh mereka…"
"Adikku… dijadikan budak oleh mereka…"
Kalimat terakhir Itachi begitu lirih, nyaris seperti bisikkan namun masih bisa ditangkap jelas oleh sang adik. Sasuke menghela napas, dia menoleh, dan menatap Itachi nanar. Raut wajah seperti ini bukanlah Itachi sama sekali. Sasuke tidak suka melihat kerapuhan sang kakak. Dia tidak senang saat Itachi tampak begitu terpuruk hanya karena ketidak beruntungan yang dialami Sasuke dan dianggap Itachi semua merupakan salahnya.
Hal ini mengingatkan Sasuke pada insiden beberapa tahun lalu. Di mana dia diajarkan mengayuh sepeda oleh sang kakak. Tapi kemudian kecerobohannya sendiri membuat dia terjatuh dan mengalami luka juga memar di tangan dan kakinya.
Saat itu Itachi merasa bersalah sekali. Dia terus menghindari Sasuke sebagai bentuk hukuman karena merasa menjadi penyebab akibat kecelakaan yang dialami adiknya. Butuh perjuangan ekstra bagi Sasuke untuk mendekati sang kakak dan membuatnya bersikap seperti semula.
Dan kali ini… dia melihat lagi rasa sakit yang sama?
Dia melihat rasa bersalah yang sama menyakitkannya?
"Itachi…" Sasuke memanggil lembut. "Aku menyayangimu… kau satu—satunya saudara yang kumiliki. Ketika kau memiliki kekurangan dan menyebabkan sebuah kekalahan. Maka itu bukanlah salahmu. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk keterbatasanmu. Aku sama sekali tidak merasa semuanya karena dirimu. Aku justru menyesal, karena kau harus berurusan dengan mereka akibat sikap menyebalkanku."
Sasuke nyaris menggigit lidahnya sendiri. Dia bukan hanya berkata panjang lebar tapi juga sok bijak. Beruntunglah Sasori sedang tidak ada dan Gaara tengah tidur lelap. Dia bisa malu setengah mati karena ditertawakan kedua sahabatnya akibat sikap tidak biasa seorang Sasuke Uchiha.
Itachi memandang adiknya penuh haru. Dia mengangguk cepat kemudian kembali menyesap tehnya perlahan.
Leganya…
"Sasuke…" Itachi memanggil lagi. Menatap salju yang turun di luar sana, membuat sebuah pemikiran ngawur terbesit di kepalanya. "Menurutmu, ada tidak, ya, orang gila yang berdiri di bawah salju seperti ini demi menunggu seseorang?"
Sasuke terpaku. Dia sepertinya baru teringat sesuatu hal. Lebih tepatnya dia teringat pada seseorang.
"Memangnya…" Sasuke berdehem. Tenggorokannya mendadak kering, dia melirik Itachi sebentar. "Menurutmu orang seperti itu ada? Maksudku, orang yang berani menunggu seseorang demi orang lain yang dicintainya beberapa jam di bawah guyuran salju seperti ini?"
Sebenarnya, pertanyaan Sasuke sudah masuk kategori benar. Hanya tolong dihapus saja sikap narsisnya yang merasa Naruto jatuh cinta padanya. Naruto hanya jatuh cinta pada ramen, ingat? Ramen merupakan cinta sejatinya. Karena itu bukan suatu hal yang aneh kalau Naruto berani berdiri di tempat terbuka, menunggu beberapa jam saat salju turun demi mendapatkan traktiran makan ramen ichiraku sepuasnya.
Tapi, lupakan hal barusan. Karena paragraph tersebut tidak akan menjadi penting kalau Naruto memutuskan pergi dan membeli ramennya sendiri tidak terima di—PHP oleh si bungsu Uchiha. Walau pun semuanya.. tergantung jawaban yang akan diberikan Itachi Uchiha.
Mendengar pertanyaan Sasuke, Itachi terkekeh renyah. Dia menggelengkan kepalanya membuat Sasuke bernapas lega. Dia berkata, "Hanya orang idiot yang akan melakukan tindakkan senekad itu."
Sasuke mengangguk mengerti, dia tersenyum puas lalu menyesap kembali tehnya yang sudah tinggal setengah.
"Yah… hanya orang idiot yang akan melakukan tindakkan senekad itu." Sasuke sepaham. Dia tersenyum tipis. "Orang idiot?"
Sasuke mengerutkan keningnya, tiba—tiba dia teringat pada sesuatu hal.
"TAPI SI DOBE ITU MEMANG BENAR—BENAR IDIOT!" teriak Sasuke panik. dia langsung berdiri melemparkan cangkirnya. Tidak peduli bahwa benda mahal itu langsung terpecah belah saat mengenai lantai kamarnya, dia segera bergegas keluar dari kamar menghiraukan Itachi yang berteriak menanyakan apa maksudnya?
"Sasuke! Di luar sedang turun salju. Kau mau ke mana?!" teriakkan Itachi sama sekali tidak digubris oleh Sasuke.
Hah… Itachi mendesah lelah.
Yasudahlah…
Naysaruchikyuu
Bungsu Uchiha memarkirkan lamborgini hitamnya asal. Dia cepat—cepat keluar dari mobilnya, menengok ke sana—kemari dengan onyx sedikit menyipit. Tidak melihat batang hidung Naruto, dia sedikit bernapas lega. Semoga saja si Dobe itu tidak nekad menunggunya dan mati karena hipotermia.
Namun demi memastikan keberanan hipotesisnya, Sasuke bergegas menaiki tangga yang akan membawanya menuju pusat menara Konoha. Dia berjalan menghempas salju putih yang kini mulai menutupi setiap jalannya. Memasukkan kedua tangan tanpa sarungnya ke dalam saku mantel, Sasuke sedikit berlari demi menepis hawa dingin yang mulai menusuknya.
Dia tadi terburu—buru, sehingga tidak sempat mengambil sarung tangan.
Sebenarnya, terbesit sedikit rasa kecewa saat tidak melihat keberadaan sosok pirang sepanjang dia melemparkan pandangan mata. Dia mendengus, dan nyaris berbalik sebelum akhirnya melihat sebuah buntalan orange yang bergerak maju mundur nyaris terjungkir ke dalam kolam.
Tubuhnya sudah nyaris tertutupi salju.
Dasar gila! Batin Sasuke tak habis pikir. Matanya sedikit sakit melihat mantel dengan warna norak yang dikenakan orang itu.
Eh? Gila? Orange?
Sasuke yang sudah berbalik hendak pulang itu membeku. Dengan cepat dia berbalik, sedikit berlari menghampiri buntalan orange sebelum orang itu benar—benar terjungkir ke dalam kolam. Sasuke menahan bahu orang yang menunduk dengan tubuh sedingin es itu kuat—kuat.
"Dobe…" desis Sasuke nyaris tidak bernapas. Saat melihat rambut pirang yang menyembul dari coat yang orang itu gunakan.
Kepala itu mendongak pelan. Iris birunya menandang onyx di atasnya sayu.
"Teme! Akhirnya kau datang juga. Aku menunggu lebih dari empat jam, brengsek!"
"Untuk apa kau menungguku? Kau pikir kau siapaku? Kenapa juga aku harus datang? Lagi pula dua puluh meter dari kepala pirang tidak bergunamu itu ada tempat yang bisa melindungimu dari hujan salju. Di mana otak airmu itu sebenarnya, IDIOT?!"
Sasuke membentak dengan satu tarikan napas. Tubuh membeku Naruto membuat dirinya panik sehingga tidak lagi menyaringi kata—kata pedas yang begitu saja terucap dari bibirnya. Dengan cepat dia menarik Naruto, memanggulnya, kemudian berlari menuju gedung berharap si pirang tidak benar—benar mati karena hipotermia.
"Tapi kau datang…" bisik Naruto lirih. Sasuke merasakan aliran darahnya berhenti mendengar kalimat parau yang Naruto ucapkan. "Kau datang, Teme…"
Untuk pertama kalinya, Sasuke Uchiha, tujuh belas tahun, dengan segala kesempurnaan hidup yang dimilikinya… berharap dirinya agar cepat mati karena sudah membuat Naruto Namikaze seperti ini.
"Kau benar—benar idiot!" dengus Sasuke lalu memasukki gedung dan mencari tempat yang aman bagi mereka untuk berlindung dari badai salju yang bisa saja membuat mereka mati.
Naysaruchikyuu
Untuk pertama kalinya Naruto merasa Sasuke itu orang baik…
Naruto menatap mantel hitam yang kini dikenakannya, sedikit kebesaran karena ukuran tubuhnya dan Sasuke memang berbeda di beberapa bagian. Terlihat sekali walau di depan banyak orang cuek, Sasuke memikirkan bentuk badan karena cetakkan tubuhnya memang amat professional.
Menonjol di beberapa bagian yang pas.
Sasuke menghampirinya, dengan dua gelas plastik kopi yang dibelinya dari mesin penjual kopi otomatis. Gedung yang mereka tempati saat ini dinamakan menara bintang. Di mana, kalau mereka membayar beberapa yen saja sudah bisa membuat mereka diizinkan menaiki lift di antarkan ke lantai puncak.
Di sana sudah disediakkan beberapa teropong. Dengan kaca anti peluru yang mengelilingi lantai itu, mereka sudah disuguhi pemandangan yang benar—benar enak dipandang.
Untung saja beberapa lampu dibiarkan menyala. Sasuke tentunya ingat betul kalau kawan ngopinya malam ini adalah seseorang dengan phobia gelap.
Sasuke menyerahkan salah satu gelasnya. Dia duduk di sisi Naruto, tidak banyak bicara, dan hanya menyesap kopinya saja.
Naruto menghirup aroma harum kopinya, tubuhnya berhenti menggigil karena mantel basahnya sudah dia lepas dan saat ini dia menggunakan mantel sang bungsu Uchiha. Dia menghirup aroma kopinya dalam—dalam. Dengan hati—hati, dia mulai mencecap kopinya, menyesapnya pelan menghangatkan lambungnya yang nyaris kram.
Sekali lagi Naruto melirik Sasuke. Pemuda itu saat ini hanya menggunakan kaos hitam tipis dengan celana jeans sewarna. Hanya meluruskan pandangannya menatap hamparan badai salju yang tidak memungkinkan mereka untuk pulang.
"Erm… Sas'ke…" panggil Naruto ragu. Dia sedikit sungkan karena mendapatkan kehangatan dari pakaian bungsu Uchiha membuat orang tersebut kini tanpa perlindungan. "Tadi aku sudah mandi pakai sabun jeruk kok." Naruto menjelaskan tidak penting. Sasuke hanya mendelik padanya tidak peduli.
Naruto kian bergerak salah tingkah.
"Kemarilah, kita berbagi mantel saja. aku tidak ingin kau mati beku di sana." Naruto menjelaskan. Tahu Sasuke mungkin akan merasa jijik berada di dekatnya, itulah yang menyebabkan Naruto mengatakan hal tidak bermutu tadi.
Sasuke hanya menatapnya dalam, sebelum akhirnya dia mendekatkan posisi duduk mereka, kian merapatkan posisi duduknya pada si pirang. Naruto melepaskan mantelnya, dia menyelimuti tubuh mereka berdua menyebabkan kedua lengan mereka bergesekkan.
Panas! Naruto mengabaikan hawa panas saat tubuh mereka bersentuhan.
Bungsu Uchiha menelan ludah.
"Kenapa kau menungguku?" Tanya Sasuke akhirnya. "Kau bisa mati beku."
"Tentu saja demi ramen –ttebayou!" Naruto berteriak kesal. Mendelik pada bungsu Uchiha yang datang terlambat sehingga dia batal ditraktir ramen. "Gara—gara kau aku nyaris mati beku!"
"Aku tidak pernah berjanji untuk datang, Dobe…" Sasuke mendesis tidak mau kalah. Si pirang ini memang kurang ajar, ya? Sudah untung dia datang sehingga si pirang tertolong. Masih juga menyalahkannya. "Memangnya kapan aku menerima ajakkan kencanmu ini, Dobe?"
"Yang kukatakan tadi siang itu bukan ajakkan, tapi perintah! Kau masih menjadi budakku, Teme!" Naruto tak kalah murka. Sasuke memang pintar membuatnya panas. Dalam sekejap saja, dia sudah bisa membuat emosi Naruto naik ke ubun—ubun. "Berhenti memanggilku Dobe! Kau itu benar—benar tidak sopan!"
Naruto memprotes julukkan sang Uchiha padanya. Walau memang nilai akademiknya pas—pasan, dia tidak terima dipanggil 'Dobe' oleh orang lain terutama jika si pemanggil merupakan Sasuke Uchiha, orang yang akan dibencinya sampai binasa.
"Dan apa itu? Ajakkan kencan?" Naruto melotot horror. Baru 'ngeh' dengan perkataan Sasuke tadi. "MEMANGNYA KAPAN AKU BILANG KALAU KITA KENCAN? AKU STRAIGHT! JANGAN SAMAKAN AKU DENGANMU, SASGAY TEME INCEST—SAMA!"
"Tidak usah berteriak kan, bisa." Sasuke mengeluh. Telinganya berdengung, tadi sempat tuli sesaat akibat teriakkan cempreng bungu Namikaze. "O, ya? Kalau bukan kencan. Kau pikir apa yang kau lakukan itu wajar? Menunggu lebih dari empat jam di bawah salju bukan sesuatu hal yang akan dilakukan seseorang yang meminta traktiran. Kau sudah seperti wanita putus asa yang menunggu pujaan hatinya agar segera datang."
Sasuke tersenyum menghina. Membuat Naruto membuka—tutup mulutnya kesulitan untuk membantah. Walau apa yang dikatakan Sasuke ada benarnya, tapi beberapa bagian memang bukan hal akan dirinya iyakan.
"Aku tidak tahu kalau cintamu padaku sudah sedalam itu!" Sasuke mendecih. Naruto nyaris terjungkir ayan. Ternyata pemuda yang duduk di sisinya itu memang narsis sekali.
"Kau…" Naruto berdiri. Membuat mantel yang menutupi tubuh mereka jatuh ke atas lantai. Dia menatap Sasuke nyalang, telunjuknya kini berada tepat di depan hidung sang bungsu Uchiha. "Aku tidak tahu harus mengomentari apa tentang sikap percaya dirimu yang menyaingi Sung Go Kong itu Uchiha…"
"Pertama, aku menunggumu justru demi cinta sejatiku. Kau tahu? Ramen adalah cinta sejatiku. Dan memakan ramen ichiraku sampai puas merupakan surga untukku, terutama jika itu tidak bayar." Naruto menjelaskan. Sasuke nyaris berteriak murka karenanya. Tidak sudi dirinya dikalahkan oleh beberapa mangkuk ramen saja.
Apa Naruto bilang?
Cinta sejatinya adalah ramen?
Lalu Sasuke Uchiha dia anggap apa? Pemuda tampan super kaya dan pusat dari segala kesempurnaan yang diciptakan oleh Tuhan itu dirinya anggap apa?
Dia dikalahkan oleh ramen?
Brengsek! Sasuke mulai bertekad untuk membuat bangkrut semua kedai ramen yang ada di dunia. Akan dia enyahkan ramen dari muka bumi agar dia tidak punya lagi saingan demi menjadi cinta sejati si bungsu Namikaze—Uzumaki.
Sasuke mulai memiliki rencana tidak waras.
"Kedua, aku bukan wanita! BERAPA KALI LAGI HARUS KUJELASKAN AKU INI LELAKI GENTLE YANG PERKASA? SUDAH BERAPA CHAPTER KUJELASKAN KALAU AKU BAHKAN MEMILIKI BURUNG YANG LEBIH BESAR DARI BURUNGMU?!" teriaknya membabi buta.
Naruto mulai membahas insiden perdebatan yang terus saja diulang—ulang. Tentang keperkasaannya yang merasa burungnya jauh lebih besar dari si raven padahal mereka belum pernah sama—sama membuka celana dan memperlihatkan pada satu sama lain. demi Tuhan rated ff ini sama sekali tidak mendukung mereka melakukan hal hina semacam itu. Entah sampai kapan dia harus menurunkan harga dirinya demi membuat si raven percaya?
"Tong kosong, nyaring bunyinya…" Sasuke tersenyum mencemooh. Panas karena masih sakit hati akibat penjelasan Naruto yang mengatakan ramen merupakan cinta sejati dari si pirang, Sasuke tidak bisa mengontrol emosi. "Semua yang kau katakan itu hanya alasan!"
"Ayo, kalau memang kau merasa seperkasa itu, buka celanamu dan perlihatkan mini burungmu itu!" Sasuke menjadi—jadi. Menghina Naruto memang sudah jadi hobi yang mendarah daging sejak beberapa hari ini. Tidak kalah menyebalkan dari kata—katanya, telunjuknya dia arahkan menunjuk—nunjuk hina pada selangkangan si pirang.
"Kau…" Naruto mendesis. Wajahnya sudah memerah menahan amarah, dia sudah siap kalau harus beradu tinju lagi dengan si raven. "Aku akan membunuhmu!"
"AKU AKAN MEMBUNUHMU!" teriak Naruto menggila. Dia mencengkeram kerah kaos Sasuke, mengangkat tinjunya tinggi—tinggi hendak menghantam wajah angkuh dengan onyx berair di depannya sekuat tenaga.
Eh?
Kenapa dia merasakan hawa panas?
Naruto meneguk ludahnya. Dia melepaskan cengkeramannya, dia menatap Sasuke panik dan langsung mengecek kondisi tubuh Sasuke. Refleks, dia menggeplak kening si raven karena pemikiran tidak sudi menyentuh tubuh sang Uchiha dalam waktu yang cukup lama jika dengan meletakkan punggung tangannya di kening yang sudah ditiupi oleh kedua orang tua bungsu Uchiha itu. Sasuke mengaduh kesakitan.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Sasuke Uchiha geram saat merasa kepalanya semakin pening.
"Kenapa badanmu panas sekali, Teme?" Naruto bertanya memekik. Kebodohannya yang baru menyadari bahwa wajah Sasuke amat pucat. "Aku yang seharusnya demam karena empat jam berdiri di bawah salju, kenapa justru kau yang sakit?"
Sasuke mendecih, dia memalingkan mukanya tidak mau mengakui tubuhnya memang sedikit rentan dengan hawa dingin. Tidak mau dirinya disepelekan, tanpa sadar diri dengan kurang ajarnya dia berucap, "Ada yang bilang orang bodoh jarang sakit."
"Kau…" Naruto mendesis. Dia nyaris benar—benar melemparkan tinjunya kalau tidak ingat Sasuke sakit karena siapa?
"Hah…" Naruto mendesah pasrah. Dengan terpaksa, dia harus merawat Sasuke karena tidak memungkinkan mengantarnya pulang, disaat hujan salju sudah berubah badai.
TBC
Taraaaa… Nay nepatin janji. BBF update sebelum akhir bulan ini. Muahahaha.
Humornya makin jarang, ya? Nay gak tau kenapa si Naruto terus aja ngebahas burung. Hahaha
SUPER THANKS FOR MY REVIEWERS:
Zara Zahra, hanazawa kay, mifta cinya, Sabaku no Gaa-chan, Guest (1), Saory Athena Namikaze, LalaCukaCacuNaluCacu, yohey57, Sagitarius Red, minae cute, miszshanty05, dhearagil, FuuCker690, Kiyomi Hikari, alta0sapphire, dyah. Miawmiaw,
jewELF, Neko Twins Kagamine, megajewels2312, gdtop, gici love sasunaru, Tico Michaelis, nurin. vip4ever, himekaruLI, Vianycka Hime, yhanie. tea, xxx, Guest (2), Atarashi ryuuna, miss horvilshy, Zen Ikkika, Yuzuru Nao, Hikari Kyuu, DarkKnightSong, Namikaze Asyifa, uchiha yardi, mey. chan. 5872682, ardho, Harpaairiry, guardian's feel, Juniel Is A Vampire Hybrid, tuteja hikari, soura-batrisyia, Yamaguchi Akane,
kim. wiwin. 9, 7D, Pandabacon, ollanara511, dwi2, kazekageashainuzukaasharoyani, Pororokkamj, lemonade, alysaexostans, zaladevita, yamamura sayuri, Nizam Collins, Kyu Al Zahra, Jisung Hwang, Guest (3), Guest (4), Kyuubi TheDemonFox, menanti ff nay, ameruchan, airahara, KireiRyuugazaki, Ega EXOkpopers, Renai Rey Fern, ai ebisawa, NisaYagami
Balesan Review :
Apa label hiatusnya di hapus? Ya, sudah Nay hapus.
Kapan Itachi sembuh dari phobianya? Ditunggu aja ya. Hahaha
Request SasuNaru sweet momen dong. Apa di sini udah dapet? Mungkin chap depan lebih sweet lagi. Hahaha
Kapan ada momen GaaNaru lagi? Nanti ya… sabar. Masih ada kurang lebih 9 chapter lagi. Hahaha
Apa Kyuubi udah mulai suka Itachi? Keliatannya gimana? Hahaha
Masih lucu kok. Makasih
Apa Itachi bakalan suka Kyuubi? Harusnya sih iya. #nahloh?
Kapan Naruto suka sama Sasuke? Untuk sekarang Naruto masih feeling ke Gaara kayaknya.
Chap kemarin pendek. Ini dipanjangin dikit. Hahaha
Banyakin ItaKyuu dong. Nay belum ganti judul. Masih BBF versi SasuNaru, bukan ItaKyuu. Jadi pasti lebih dominan SasuNaru. Maaf, yaaa. Hahaha
Kapan Itachi jadi Seme? Tunggu tanggal mainnya.
Kapan lanjut lagi? Kok lama. Buat itu Nay minta maaf. Karena nulis BBF itu butuh moodbooster yang tinggi. Sementara Nay lagi galau2nya #cieleah jadi sabar, ya. Apalagi ff ini peminatnya paling banyak.. diusahain tamat. Aamiin.
Kenapa tingkah Sasuke kayak uke? Sas-Uke? Hahaha. Mungkin efek jatuh cinta. Yang seme pun berubah uke untuk sementara. Nay sendiri ngerasa daripada SN ini lebih ke SNS, ya? Hahaha
Kapan Sasori sadar deidara cowok? Gak lama lagi kok. Karena masih ngupas punya SN, yang lain belum kebagian. Hiks.
Kemarin ada Titan masuk? Lagi keranjingan RiRen si Nay mah.
Siapa yang bakalan ngungkapin perasaan duluan? Mph… enaknya siapa ya? Hahaha
Nay sekarang sering bikin ending suara ambigu. Masa? Iya, kayaknya yang ambigu lebih apa gitu? Wkwkwk
Couple Gaara itu siapa? Nay Cuma punya dua pilihan buat Gaara. Kalo bukan Naruto, harus Shukaku. Hahaha
Nay katanya mau nikah, ya? Iya.. doain ya. Hahaha
Apa setelah nikah tetep bikin ff? Mungkin hiatus sementara. Kan lagi sayang2nya. #duagh!
FF Nay yang bikin aku suka SasuNaru. Beneran? Selamat datang di dunia Kizuna. Muahahaha
Kira-kira ini berapa chapter? Kalo sesuai ma rencana, 20 chapter tamat kok.
Oke. Itu balesan reviewnya. Muahahahaha. Sebenernya, Nay mau nulis chap ini udah lama. Cuma sayang ide kesendat mulu. Kebanyakan galaunya bulan ini. Hiks. Nyaris juga mungkin gak bisa lanjut lagi bulan ini.
Tapi pagi ini, Nay coba iseng2 baca ulang reviewnya, ketawa sendiri baca antusias kalian ampe banyak yang komen panjang2, dan akhirnya… mood Nay langsung naik drastis, chap ini Nay selesain dalem tiga jam plus2 jawab review. Horeee! #tepuktangan
Nay ditanya. Apa bakalan hiatus lagi? Namanya mau nikah ya harus fokus kale ya? Jadi Nay sendiri emang mutusin buat hibernasi ikut suami. Hihihi. Entah sebulan dua bulan, atau mungkin setahun dua tahun #kelamaanwoy Nay bakalan usaha buat balik lagi Menuhin niat 100 ff untuk akun Princess Love Naru Is Nay
Oke. Udah dulu. Makasih udah baca. RnR peliis?