Di antara anak kecil yang berlarian di taman, aku melihatnya. Iya, tak salah lagi itu dia. Ia duduk termenung di kursi roda dengan tatapan kosong. Ia hanya menatap kolam ikan di hadapannya tanpa bergeming sedikitpun. Tak terasa air mata mulai mengalir dari sudut mataku. Kenapa? Kenapa dia ada di tempat seperti ini dengan kondisi yang seperti itu?

Kemudian dia menoleh ke arahku. Aku tersentak, dengan cepat kuusap air mataku menggunakan telapak tangan. Dia tersenyum tipis ke arahku. Mungkinkah? Mungkinkah dia mengenaliku? Tanpa sadar, kakiku sudah melangkah menghampirinya. Dia masih tersenyum disana dengan bibirnya yang pucat.

"Hai" sapaku pelan sambil melambaikan tangan kananku. Dia terdiam sesaat. Aku menunggunya berbicara. Tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya terus tersenyum. Dalam hati aku merutuki dirinya yang tak jua membuka mulutnya. Rasa sakit itu datang lagi. Air mataku kembali menetes. Aku tidak tahan. Tanpa sadar aku sudah berlari meninggalkannya dengan bercururan air mata. Tidak, dia tidak mengingatku. Langkahku terhenti. Kakiku tak mampu lagi berlari. Terlalu lemas bahkan, hingga aku tak mampu lagi menopang berat tubuhku sendiri. Aku hanya terisak, dalam kesendirian. Tenggelam dalam pikiranku sendiri.

.


.

Aku mematut diri di depan kaca mengenakan seragam pakaian lengkapku. Kutatap pantulan diriku di cermin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kutarik kedua sudut bibirku membentuk sebuah lengkungan senyum yang indah.

"kau memang sempurna, Kim Jaejoong" ucapku sambil menjentikkan jari ke arah cermin. Kemudian aku berbalik dan meraih tas yang tergeletak diatas meja. Kulangkahkan kaki keluar kamar, bersiap untuk berangkat.

Aku berdiri menyandarkan punggungku pada tiang halte. Kupasang headset di telingaku, mendengarkan lagu-lagu kesukaan dari mp3player kecil yang kuselipkan di kantongku. Beberapa kali aku melongokkan kepalaku ke kanan, menunggu sebuah bus muncul dari tikungan jalan. Bus yang akan membawaku ke kampus baruku. Sesekali kulirik jam tanganku sambil harap-harap cemas. Bus yang kutunggu tak jua muncul. Kuhela nafas sesekali. Aku tak ingin telat datang ke kampus di hari pertamaku. Ya, hari ini adalah hari pertamaku menduduki bangku kuliah. Lima menit kemudian, sebuah bus berwarna merah muncul, bus yang sudah kutunggu. Bus itu tepat berhenti di depanku. Kemudian aku naik dan mengambil tempat duduk paling belakang.

Kusandarkan kepala ke belakang sembari mengamati jalanan kota Chungnam. Masih dengan lagu-lagu yang mengalun melalui headset yang terpasang di telingaku. Semilir angin mulai menerpa dari celah kaca jendela bus yang terbuka. Ah, suasana seperti ini membuatku ngantuk. Tanpa sadar aku menguap. Kupejamkan mataku. bukan bermaksud untuk tidur, hanya ingin menikmati kesejukan pagi hari di kota Chungnam. Aku hampir saja terhanyut ketika akhirnya bus berhenti dan menghenyakkanku. Memaksaku untuk membuka mata karena bus berhenti di tempat yang aku tuju. Kulangkahkan kaki turun dari bus yang kutumpangi. Kutatap sebuah universitas yang berdiri megah di hadapanku. Sebuah senyuman terukir sempurna di bibirku. Chungnam National University, begitulah nama yang terpampang di gerbang universitas ini.

.


.

Kujatuhkan tubuhku di sebuah kursi di sudut ruangan kelas. Kuamati seisi ruang kelas yang hampir dipenuhi mahasiswa yang terlalu bersemangat menghadapi hari pertamanya sehingga kelas begitu riuh. Beberapa dari mereka sudah berkenalan dan asyik mengobrol. Kurasakan sebuah tepukan kecil di bahuku dari arah belakang. Kuputar kepalaku kebelakang, mencari sosok yang baru saja mengagetkanku. Kudapati seorang gadis tengah tersenyum canggung sambil memperlihatkan telapak tangannya.

"hai" sapanya dengan agak kaku.

"namaku Eunhee. Jang Eunhee. Siapa namamu?" lanjutnya memperkenalkan diri. Aku hanya mengangguk kecil sambil tersenyum. Oh, namanya Eunhee ternyata. Kembali sesuatu menepuk pelan bahuku.

"Yah, siapa namamu?" ulangnya sekali lagi. Aku terperanjat. Ah, bodoh sekali aku sampai lupa mengucapkan namaku dan malah terbengong sendiri.

"Aku Jaejoong, Kim Jaejoong. Senang berkenalan denganmu" kusunggingkan bibirku membentuk sebuah senyuman. Eunhee balas tersenyum, kemudian ia kembali ke bangkunya yang penuh dengan gerombolan gadis disana. Kemudian kudengar mereka tertawa tawa setelah Eunhee bercerita tentang sesuatu. Ah, kupikir mereka sedang membicarakanku. Terlihat sekali dari bahasa tubuh mereka yang sesekali melihat ke arahku di tengah pembicaraan mereka. Kuhela nafas dalam dalam kemudian menyandarkan tubuhku ke kursi.

"Kenapa wanita suka sekali bergosip?" gumamku dalam hati. Kusematkan kembali headset di telingaku, alunan lagu kembali mengisi otakku. Kupejamkan mataku menikmati setiap nada yang terdengar di telingaku. Hingga kemudian kudengar ribut-ribut di kelas.

"Ah, gadis-gadis itu berisik lagi." Gumamku kesal hingga aku terpaksa membuka mataku dan melepaskan sepasang headset di telingaku. Aku membuka mulutku ingin meneriaki mereka, namun urung kulakukan ketika aku melihat sosok pria bertubuh tinggi, dengan kulitnya yang kecoklatan, dan mata musangnya yang menatap sekeliling dengan tatapan acuh. Aku terperanjat. Selama beberapa saat aku hanya mampu menatapnya.

"Dia.. bukankah?" gumamku dalam hati. Ia melangkah gontai ke arahku. Kutatap lekat-lekat tubuhnya hingga akhirnya ia menjatuhkan dirinya di sebuah bangku yang terletak di sebelah kanan bangkuku. Mataku masih tak mampu lepas darinya.

"Hei, aku bukan maling. Daritadi kau menatapku seolah aku ini pelaku tindak kriminal. Itu mengerikan" ucapnya ketus. Dia menatapku dengan tatapan terganggu. Kami saling menatap, cukup lama. Hingga akhirnya dia kembali buka suara.

"Sampai kapan kau akan menatapku?" tanyanya dengan nada iritasi. Aku mengerjap, kaget.

"Ah lagi lagi aku melakukan hal bodoh." Pikirku sambil memukuli kepalaku pelan. Ah, bodoh sekali kau Kim Jaejoong.

"Hei, jangan bilang kau ini gila" sebuah suara kembali terdengar dari sisi kananku. Ah, menyebalkan sekali dia menyebutku gila. Kutatap si pemilik suara dengan tampang sebal.

"Aku hanya salah mengira. Kupikir kau temanku dari Seoul. Aku punya teman yang hampir mirip denganmu. Kalau dilihat sekilas memang kalian mirip" ujarku menjelaskan sambil menahan emosi karena sudah dikatai gila olehnya. Kulihat dia hanya mengangguk kecil kemudian ia melipat tangannya dan membenamkan kepala pada lipatan tangannya.

"Aish, menyebalkan sekali" rutukku dalam hati. Kembali kupasang headset di telinga dan membiarkan diriku tenggelam dalam lantunan lagu-lagu dari mp3playerku. Perlahan, kupejamkan mataku tanpa mempedulikan lagi keadaan sekitarku.

Author POV

Jaejoong kembali tenggelam dalam dunianya sendiri. Ia bahkan tak segan-segan bernyanyi dalam kelas sambil menggerakkan kepalanya seirama alunan musik yang ia dengarkan dari mp3player nya. Ia hanya bernyanyi lirih sebenarnya. Hanya beberapa orang yang duduk di dekatnya yang mampu mendengarkan suaranya. Termasuk pria yang tadi sempat berdebat dengannya. Pria itu bangun dari posisinya, kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ditatapnya Jaejoong yang sedang asyik sendiri.

"berisik sekali" gumamnya. Tapi matanya tak mampu lepas dari Jaejoong, ia terus mengamatinya. Perlahan pria itu tersenyum kecil. Jaejoong yang merasa ada yang memperhatikannya cepat menoleh ke arah kanan. Tatapan mereka bertemu. Pria yang ditatap Jaejoong tersebut terperanjat namun ia tak mampu melepaskan tatapannya dari Jaejoong.

"Gawat. Aku tertangkap basah sedang menatapnya" Batin pria tampan tersebut. Ia masih menatap Jaejoong dengan gugup. Tanpa terduga, Jaejoong malah menjulurkan lidahnya. Ternyata Jaejoong masih kesal dengan pria itu. Jaejoong memalingkan wajahnya dan kembali menyibukkan diri dengan musik. Pria di sebelahnya hanya terkikik kecil sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jaejoong yang seperti anak kecil.

Seketika Jaejoong melepas headsetnya ketika seorang dosen wanita memasuki kelasnya. Ditatapnya dosen itu dari atas ke bawah. Dosen itu mengenakan High Heels yang bisa dibilang.. err.. tinggi? Ya, whatever lah. Yang jelas high heels itu membuat cara berjalannya terlihat tak nyaman. Ia masih muda, cantik, tapi menor. Tanpa sadar Jaejoong mengernyit sambil menggelengkan kepalanya.

.


.

Jaejoong menghempaskan tubuhnya di ranjang Queen size nya. Ia menyimpan kedua tangannya di belakang kepala. Ditatapnya langit-langit kamarnya. Sebuah helaan nafas terdengar. Jaejoong memejamkan matanya perlahan. Mengingat perkenalannya dengan pria menyebalkan di kampus tadi.

Flashback

"Hei, kau" sebuah suara terdengar dari sebelah kanan Kim Jaejoong, membuatnya menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya seorang pria menyebalkan yang daritadi duduk disana menatap ke arahnya.

"kau memanggilku?" jawab Jaejoong asal sambil menunjuk ke wajahnya. Pria itu hanya mendengus kesal kemudian memungut pulpen milik Jaejoong yang terletak di atas meja.

"Tidak, aku memanggil nyamuk yang terus saja berputar-putar di atas kepalamu. Kupinjam pulpenmu" Jawab pria itu tak kalah asal. Kemudian ia mencoret-coret bukunya dengan pulpen yang ia ambil dari meja Jaejoong.

"yah, kau tidak sopan sekali" gerutu jaejoong. "ngomong-ngomong, siapa namamu?" ucap Jaejoong sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan Pria itu.

"Jung" Jawabnya singkat tanpa melihat ke arah Jaejoong. Masih sibuk dengan coretan-coretan di hadapannya"

"hanya Jung?" cecar Jaejoong sebal, merasa diacuhkan.

"Jung Yunho. Panggil saja aku Yunho. Ahh, kenapa kau ini bawel sekali seperti gadis-gadis? Kau tidak lihat aku sedang menggambar? Kau membuat maha karyaku terlihat buruk" keluh pria yang menyebut dirinya Jung Yunho itu. Matanya menatap ke arah Jaejoong yang lagi-lagi raut mukanya terlihat sebal.

"Yah! Kau ini menyebalkan sekali!" Ucap Jaejoong tanpa sadar dengan nada yang agak tinggi. Membuat seisi kelas yang semula hening langsung menoleh ke arahnya. Jaejoong mengedarkan pandangannya pada seisi kelas dengan canggung. Merasa malu telah mengacaukan suasana kelas.

"Mian.." Ucap Jaejoong sambil tersenyum kaku. Seisi kelas kembali ke tempat semula, menyimak pengenalan materi dari Miss. Han. Yunho hanya terkikik geli. Bagi Yunho, itu lucu. Tapi bagi Jaejoong? Memalukan pastinya. Diliriknya Yunho dengan tatapan sebalnya.

"Puas kau?" bisik Jaejoong lirih dengan nada sebal. Namun masih bisa terdengar di telinga Yunho. Lagi-lagi Yunho terkikik.

"Bawel" balas Yunho sambil menjulurkan lidahnya. Membuat Jaejoong mendengus kesal dan mengalihkan perhatiannya dari Yunho

Flashback end

Jaejoong kembali menghela nafas. Perlahan ia kembali membuka matanya. Ia menoleh ke meja di sebelah ranjangnya. Terdapat sebuah pigura kecil berisi fotonya bersama teman lelakinya yang terlihat saling merangkul.

"Tadi sejenak kupikir Jung Yunho itu kau. Jika aku hanya melihatnya sekilas, dia mirip denganmu. Lagipula kenapa aku bodoh sekali tadi? Jelas-jelas kau sudah memutuskan hubungan kita dan memilih kuliah ke luar negeri. Kau tak mungkin punya wajah untuk menemuiku lagi. Dasar pria bodoh. Beraninya kau memutuskanku." Entah sejak kapan Jaejoong sudah berurai air mata. Hatinya sesak menatap selembar foto dalam pigura itu. Dipeluknya pigura kecil itu, hingga akhirnya ia tertidur.

.


.

Jaejoong memutar bola matanya dan mendengus kesal ketika memasuki kelas. Bangku yang tersisa hanya di sebelah Yunho. Dan pria itu sudah duduk santai sambil membaca buku di tangan kirinya sambil memainkan sebuah pulpen di tangan kanannya. Jaejoong melangkah cepat menuju bangkunya. Dengan agak sebal Jaejoong melemparkan tas nya sembarangan ke atas mejanya. Diliriknya Yunho tajam. Namun Yunho hanya terfokus pada sebuah buku di tangannya. Lebih tepatnya berpura-pura fokus karena sebenarnya ia sudah mengamati tingkah Jaejoong sejak Jaejoong memasuki kelas dan itu membuatnya ingin tertawa.

Akhirnya Jaejoong memutuskan untuk tidak menghiraukan pria di sebelahnya itu. Tapi dalam hati ia masih kesal. "Kenapa harus di sebelah pria ini lagi?" rutuknya dalam hati. Sejenak ia merenung dan kemudian ia teringat sesuatu. Ditatapnya wajah Yunho lekat. Mau tak mau konsentrasi Yunho buyar seketika. Ia menoleh dan mendapati wajah Jaejoong semakin mendekat ke wajahnya. Semakin dekat, Yunho menelan ludah. Apa yang sebenarnya akan Jaejoong lakukan? Wajah Yunho mulai gugup ketika wajah mereka hanya berjarak 2 inch. Yunho menatap Jaejoong lekat.

"Kembalikan pulpenku" ucap Jaejoong datar tepat di depan Yunho sambil merampas pulpen yang berada di tangan kanan Yunho. Seketika itu juga Jaejoong kembali ke tempatnya. Yunho terperanjat, tak percaya dengan kejadian barusan.

"Kau mau main-main denganku rupanya Kim Jaejoong, baiklah" Gumam Yunho sambil tersenyum kecil.

-TBC-

Ini FF YunJae pertama author. mian kalau masih jelek/acak acakan /deepbow/

Aku tunggu review nya ya~ butuh banyak masukan ^^;)

gamsha~~ ^^)/