Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rating : T+ (maybe)

Genre : Romance, Suspense, and Mystery

Warn : gender bender, totally AU, I'm newbie, misstypo.

My Doll

"Hari ini kau tidak sekolah," perintah Sasuke pada Hinata.

Hinata hanya diam saja hingga akhirnya ia mengangguk pelan, keadaannya masih belum begitu pulih dari kemarin. Hinata baru saja mendapati peristiwa yang belum tentu terlupakan hanya dengan hitungan hari, hatinya masih terlalu gundah untuk kejadian kemarin.

Dan disinilah Hinata, terduduk di tempat tidurnya tanpa melakukan apapun sejak tadi pagi. Sebenenarnya Hinata berniat untuk sekolah pagi ini, tapi Sasuke tidak memperbolehnya sekolah hari ini. Akhirnya Hinata hanya bisa menuruti perintah Sasuke, padahal ia khawatir dengan Naruto karena hari ini ada PR yang tidak bisa Naruto kerjakan. Dengan penyesalan yang mendalam, Hinata hanya bisa membalas pesan Naruto dengan permintaan maaf padanya.

Di pagi ini salah seorang murid di kelas 12C duduk gelisah di tempatnya, jari telunjuknya sejak tadi tak berhenti mengetuk-ngetuk meja, keringat dingin mulai membasahi dahinya, wajahnya amat pucat dengan pupil matanya yang mengecil, serta rambutnya yang agak berantakan, ditambah poni panjang yang menutup sebagian wajahnya—agak berlebihan memang, tapi kenyataannya seperti itu.

Naruto gelisah karena Hinata belum juga datang ke sekolah. Naruto juga sudah mengirimkan pesan, tapi belum dibalas-balas juga oleh Hinata. Naruto bisa saja meminjam buku PR teman-temannya yang lain, tapi Naruto sudah bias menebak jika mereka tidak akan meminjamkannya karena Naruto termasuk salah satu murid yang dijauhi karena latar belakang keluarganya. Daripada harga dirinya terinjak, lebih baik ia tidak meminjam PR kepada mereka walau akan dihukum sekalipun, pikir Naruto.

Setelah beberapa lama ia mengirimkan pesan, akhirnya Naruto mendapat balasan dari Hinata; Maaf Naruto, hari ini aku tidak bisa masuk karena sakit, aku juga minta maaf karena tidak bisa meminjamkanmu PR…Sekali lagi aku minta maaf…

"Hinata.. sakit? Tidak biasanya…" gumam Naruto.

Sesaat mendapat balasan dari Hinata, pikirannya malah berpindah memikirkan keadaan Hinata saat ini. Sebenarnya Naruto ingin menjenguk Hinata, tapi sayangnya Naruto tidak tahu dimana Hinata tinggal, jadi Naruto hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Hinata saja.

"Aku harap Hinata cepat sembuh… Tapi hari ini ada PR di pelajaran IPA Biologi, ditambah lagi guru biologiku adalah—"

Nafas Naruto tercekat.

'T-teme..?! AARRGGHH! BAGAIMANA INI?!'

Naruto terlambat, guru biologi itu sudah di depan mejanya dengan menatap Naruto tajam dibalik kacamata yang ia pakai. Naruto belum juga sadar dari masalah yang membuatnya pusing pagi ini.

"Naruto," panggil gurunya dengan aura iblis yang mengikat seluruh kata yang ia ucapkan.

Seketika telinga Naruto membeku mendengar nada kematianya. Perlahan mata biru Naruto dengan pupil yang mengecil melihat guru didepannya.

"I-iya sensei?" jawab Naruto setenang mungkin—kenyataannya tidak seperti itu.

"Mana PR-mu?" Tanya Sasuke dingin, 'Ada apa dengan Dobe?' pikir Sasuke bingung melihat penampilan Naruto yang agak sedikit berantakan.

"I-itu—"

"Jika kau sakit, cepat ke UKS. Aku tidak mau muridku yang lain tertular oleh mu," perintah Sasuke seenaknya.

"Tapi—" jawaban Naruto kembali tercekat saat melihat mata Sasuke mengintimidasi dirinya. Dengan terpaksa Naruto menuruti perintah Sasuke. Naruto beranjak dari duduknya lalu menuju pintu keluar kelas dan segera menuju ke UKS. "Darimana Teme tahu aku sakit?" pikirnya bingung. Akhir-akhir ini Naruto memang merasa pusing dan tidak sehat walau masih bisa beraktivitas seperti biasa—mungkin karena sering begadang saat ia bekerja dimalam hari, pikir Naruto.

Sesampainya di UKS, Naruto tidak melihat siapa-siapa. Hanya ada secarik kertas diatas sebuah meja tak jauh darinya, saat Naruto membaca kertas itu, ternyata kertas itu ditinggal dokter yang biasa berada di UKS ini karena ia sedang ada urusan perting. Naruto hanya bisa menghela nafas panjang, lalu membaringkan tubuh mungilnya dikasur, lalu menyelimutinya dengan selimut yang ada . Tubuh Naruto memang termasuk mungil karena tingginya hanya sekitar 130-140 saja, bahkan Naruto pernah disangka anak SMP. Tapi Naruto tidak ambil pusing soal itu, ditempat kerjanya tubuh mungil Naruto dimanfaatkan Kakashi si pemilik pub untuk menarik pelanggan lebih banyak, dan tentu saja berhasil, namun beberapa dari pelanggan di pubnya adalah pedofil yang mengira Naruto masih SMP atau SD. Untungnya Naruto hanya bekerja sebagai salah satu maid disana.

Akhirnya Naruto hanya tidur dikasur yang tersedia di UKS, kepalanya sudah telalu pusing untuk menelan semua pelajaran hari ini. 2 jam kemudian Sasuke menemui Naruto di UKS, ia melihat sebuah gundukan diatas kasur dengan kepala kuning yang menyebul keluar. Naruto begitu terlelap dari tidurnya hingga tidak menyadari keberadaan Sasuke. Dengan cepat Sasuke menarik selimut yang Naruto pakai saat melihat muridnya ini terlalu nikmat tidur di UKS.

"Bangun, atau kau mau ku habisi disini…" ucap Sasuke tepat ditelinga Naruto.

Tangan Sasuke berada di kedua sisi badan Naruto yang masih tidur dan menatap Naruto tajam, "Uhmm… 5 menit lagi—" otak Naruto mulai memproses suara dan perkataan Sasuke, perlahan Naruto bangun dan kaget saat melihat wajah Sasuke tepat didepan wajahnya, "KYAA—Ummphh."

Teriakan Naruto terhenti ketika Sasuke membekap mulutnya secara paksa, "Diam Dobe," Naruto mengganguk perlahan dengan raut wajah ketakutan, "Apa kau melihat buku ku?" Tanya Sasuke langsung—ia tidak mau membuang waktu.

Naruto tahu buku yang di maksud Sasuke, tapi entah kenapa ia tidak bisa memberikannya pada Sasuke. Seperti ada sebuah rahasia didalam buku itu… ia tidak akan memberikannya walau itu salah.

Naruto menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "Baiklah… jika kau menemukannya, segera kembalikan padaku," perintahnya lalu melangkah menuju pintu UKS. Sebelum pintu dibukanya, Sasuke memberi pesan pada Naruto, "Dan jangan pernah membacanya."

BLAM

Pintu tertutup rapat, 'Jangan pernah membacanya,' kata-kata itu masih tertancap di kepala Naruto. Semakin banyak larangan, semakin tertarik untuk melarangnya…


Setelah keluar dari UKS, Naruto mengikuti jam pelajaran yang tersisa hingga jam pulang sekolah. Sebelumnya Naruto sudah mengirim pesan pada Hinata untuk menanyakan keadaannya, tapi Hinata belum membalas pesannya. Naruto berdoa dalam hati agar Hinata baik-baik saja…


Disinilah Naruto saat ini, kembali duduk terdiam dikasurnya—Ia tidak terpikir untuk melakukan hal yang lebih berguna seperti mengerjakan PR atau yang lainnya. Naruto baru sadar jika Kyuubi tidak mengirim pesan padanya, menjemputnya atau mengantarnya sejak kemarin. Bukan berarti Naruto menyukai hal ini, tapi ia khawatir dengan keadaan Kyuubi sekalipun Kyuubi—menurutnya—menjengkelkan.

Naruto juga merasakan sesuatu saat Sasuke melarangnya membaca buku hariannya, seperti ada suatu dorongan yang membuatnya malah ingin membaca buku itu. Jika Naruto dilanggar sesuatu, biasanya Naruto akan merasa ingin melanggarnya. Sebenarnya ia pernah mengalaminya sewaktu masih kecil, tanpa sadar Naruto tertawa kecil mengingat masa lalunya…

.

..

..

….

…..

Halaman belakang rumah itu begitu asri dengan pohon dan bunga yang tumbuh tak beraturan didalamnya, apalagi ada seorang anak kecil yang berjalan mengitari halaman itu. Matanya yang mengagumi halaman itu tiba-tiba teralihkan pada sebuah gudang kecil yang berada diujung halaman belakang yang terlihat terpencil. Karena penasaran dengan apa yang ada didalamnya, Naruto kecil menghampiri gudang itu dan mendapati berbagai macam alat perkebunan. Tapi ada sebuah benda yang menarik perhatiannya, sebuah gergaji mesin mini. Naruto tahu kalau benda itu berbahaya, tapi kenapa benda seperti ini ada di gudang halaman belakang?

Dengan hati-hati Naruto membawanya keluar dari gudang itu, walau gergaji mesin itu lebih kecil dari aslinya, tapi ketajaman mata gergaji itu sama dengan yang aslinya—karena itu Naruto berhati-hati mengeluarkan gergaji itu.

Wajah kepuasan terpancar diwajah gadis kecil itu, lalu Naruto memegang gergaji itu dengan semestinya—Naruto pernah melihat ayahnya memegang gergaji mesin y

Kemudian Naruto menekan tombol yang tersedia dipegangan gergaji mesinnya, dan…ng tentunya lebih besar.

WWRRR-WWRRR-WWRRRRRRR

Suara gergajinya seakan menghipnotis dirinya untuk memainkannya lagi, diayunkannya kesana kemari tanpa takut. Naruto begitu senang memainkannya bagai seorang gadis kecil yang bermain dengan boneka-boneka koleksinya.

"Naruto? Apa kau disini?— Naruto! Lepaskan benda itu!" perintah seorang pria yang mencarinya.

Naruto yang kaget langsung membuang gergaji mesin mininya dan menjauhi benda itu. Naruto menunduk dalam atas kelakuannya.

"T-Tou-san… Maafkan aku…"

Ayahnya—Minato—tidak habis pikir dengan apa yang anaknya lakukan, "Bukankah Tou-san sudah melarangmu untuk tidak ke sini? Kenapa kau melanggarnya?" Tanya Minato tegas.

"…" Tak ada jawaban dari Naruto.

"Baiklah… lain kali jangan pernah ke sini apalagi bermain dengan benda berbahaya itu, Tou-san tidak mau jika anak ku terluka sedikitpun," jelas Minato melembut.

"Baik Tou-san…" jawab Naruto paham.

"Ngomong-ngomong, kucing mu sudah diobati. Cepat temui dia," Segera Naruto berlari senang masuk kedalam rumahnya menemui kucing kesayangannya.

Sedangkan Minato tersenyum misterius…

…..

….

..

.

Sebenarnya Naruto tahu jika gergaji mesin pertamanya itu tersimpan digudang, dan yang pasti mata gergajinya sudah berkarat disana-sini. Dan rasanya tangan Naruto agak gatal karena sudah lama tidak memegang benda itu. Tapi jika Naruto bermain dengan benda itu, pasti para tetangga akan menganggapnya gila.


"Sasuke! Dimana aku harus menaruh ini?" Tanya Menma yang sepertinya kerepotan membawa boneka yang terlihat lebih tinggi darinya. Sasuke tidak mau repot-repot membawa boneka itu bersama, karena itu ia menyuruh asistennya untuk membawanya.

"Taruh di samping kursi kosong," jawab Sasuke yang sedang membersihkan boneka-bonekanya.

Boneka itu baru saja mereka buat tadi malam sehingga kantung mata diwajah Menma tak terelakkan. Kenapa kantung matanya berada dimata Menma? Karena tadi malam Sasuke terlalu malas untuk membuat boneka yang sekarang sudah terpajang rapi disana. Soal bonekanya… yang pasti boneka itu berasal dari tubuh manusia, ia mendapatkannya dari korban yang Hinata bunuh kemarin. Dengan rambut merah dan mata rubinya yang telah hancur, yah… setidaknya Sasuke masih punya bola mata cadangan.

"Sasuke, aku menemukan sesuatu disana," sekarang Menma benar-benar membuat Sasuke penasaran, terlihat dengan tingkah Sasuke yang langsung melirik Menma dari ujung matanya.

"Hn…"

Tertulis 'Hyuuga' didepan sebuah gerbang besar, didalamnya terdapat rumah megah nan mewah yang terlihat sudah tak terurus bertahun-tahun. Menma ditugaskan Sasuke untuk menyelidiki rumah itu, tapi Sasuke tidak member tahu apa tujuannya—tapi itu lebih baik daripada seharian diruangan berbau amis darah.

Menma tidak ingin terlihat mencolok dengan pundung jaket hitam yang menutupi kepalanya agar orang-orang disekitar sini tidak bisa mengenalinya.

"…"

Perlahan Menma masuk ke rumah itu melalui gerbang besar yang agak terbuka karena rantainya melonggar, kedatangan Menma disambut dengan pintu utama berukuran cukup besar dan sudah lapuk. Dan dikanan dan kirinya terdapat dua pohon besar dengan akarnya yang menyembul keluar. Intinya rumah itu menyeramkan, terlihat dari pekarangan rumahnya yang tidak terurus.

'Pintunya tidak dikunci…' gumam Menma melihat pintu itu sedikit terbuka. Lalu masuk dengan hati-hati, dan segera mencari dimana kamar Hinata.

Pintu berwarna ungu dengan nama Hinata didepannya, itu pintunya. Menma manghampiri pintu tersebut dan memasukinya. Kemudian mencari sebuah benda yang bisa ia jadikan petunjuk, dan ia memilih sebuah buku diary yang dtemukan di ranjang sampah. Lalu Menma berkonsentrasi sambil memejamkan mata dan ditangannya memegang buku diary itu…

Yang ia lihat pertama kali adalah sebuah kamar, kamar Hinata yang masih tertata rapi. Dan ada dua gadis kecil yang sedang bermain dikamar itu, Menma tahu gadis kecil itu Hinata, tapi ia tidak tahu siapa gadis kecil yang bersama Hinata, tapi Menma merasa ada suatu kerinduan saat melihat gadis kecil yang ia tidak ketahui.

"Aku terlalu malas untuk membacanya disana, jadi ku bawa saja," ucap Menma.

"Hn…"

TBC

Maafkan author yang updatenya sangaaaat lama… TT^TT, author bener2 sibuk…

Tapi yang penting tetep di usahain update XD *plak

Semoga chapter ini tidak mengecewakan^^

Review please