Tittle : Nae Aegya

Chapter : 14 – Epilogue Part 2 of 2

Disclaimer : Semua pemain milik diri mereka sendiri, Tuhan, dan orang tua mereka tentunya. Saya hanya meminjam nama, dan FF ini pastinya milikku. Mohon maaf jika ada kesamaan alur atau ide, tapi ini murni karangan saya, tidak ada campur tangan orang lain di dalamnya.

Pair : Yunjae

Another Cast : Hangeng, Heechul, Changmin, Yoochun, Junsu, and Hyunjoong

Rated : T

Genre : Hurt/Comfort, Family, Drama, Romance, Friendship

Warning : Yaoi, MPREG, OOC, Typo, Miss-Typo, GS!Heechul, dan lain-lain.

.

Don't Like YAOI or MPREG? Just get out by click the X button!

.

Jaejoong duduk tenang dengan bersandar pada bantal yang ditumpuk agar ia merasa nyaman walau dengan perut besarnya yang tertutupi piyama rumah sakit seperti gaun. Ruangan yang hampir sama besarnya dengan kamar mewahnya di Seoul, Jaejoong mengganti-ganti channel televisi di depannya. Ranjang rumah sakit yang ditidurinya terasa sangat nyaman untuk namja cantik itu, apalagi dengan sang suami yang setia menemaninya di sofa single persis samping ranjangnya.

"Kau tidak lelah, chaggi?" Heechul bertanya dengan nada khawatir pada putranya yang memilih menggeleng saja daripada menjawab.

Yunho yang tadi memijat pelipisnya yang pusing, mendudukkan tubuhnya tegap, menghadap pintu yang entah kapan sudah terbuka dan menampilkan sang Eomonim dan sang Abeoji membawa sekeranjang buah segar, "Annyeong, Eomonim, Abeoji. Kalian kesini berdua saja?" ia tersenyum dan tangannya terulur untuk mengambil alih keranjang buah dari tangan Eomonimnya.

Heechul terkekeh dan menggeleng untuk menolak, "Gwaenchana, Yun. Kau lelah kan, lebih baik tetap disana, ne? Ah iya, tadi pagi Eomma bertemu Junsu, Jae," namja cantik itu mendudukkan dirinya di sofa panjang dengan Hangeng di sampingnya.

Jaejoong sontak menoleh cepat, "Jinjja? Lalu mana Su–ie, Eomma? Kenapa tidak kemari?" matanya menatap penuh harap pada Heechul yang menggeleng melihat tingkah anaknya yang sedikit manja.

"Joongie~!" suara lumba-lumba milik Junsu seolah membahana dan bergema di telinga –sebut saja berdengung.

Semua yang berada di dalamnya ada yang menatap terkejut, kesal, geleng-geleng kepala, juga ada yang membuka lebar kedua tangannya seolah mengharapkan pelukan kerinduan.

"Yah lumba-lumba! Suaramu membuat telingaku sakit, kau tau?!" Heechul berkacak pinggang sembari mengawasi Junsu yang berjalan cepat ke arah ranjang dimana anak semata wayangnya menatap namja berbokong bebek itu dengan mata besarnya yang berbinar.

"Bogoshippo Su–ie…" Jaejoong berusaha memeluk Junsu meskipun perut besar menghalangi niatnya, namun ia tidak memaksakan dirinya karena rasa sayangnya pada aegya-aegyanya.

Junsu tersenyum haru di pundak Jaejoong, namja bersuara lumba-lumba itu seperti ingin menangis saja, "Nado, Joongie–ya… Bogoshippoyo…" ia seolah lupa dengan kekasihnya yang masih berdiri di ambang pintu.

Yoochun mendengus sebal, ia pasti dianggap tak ada saja jika dua J –Jaejoong dan Junsu– itu bertemu. Namja bersuara husky itu akhirnya mendekati kekasihnya yang masih berpelukan dengan Jaejoong, "Yah! Su–ie! Joongie! Kalian itu seperti tidak bertemu bertahun-tahun saja, padahal baru seminggu yang lalu bertemu, sekarang kau malah melupakan kekasihmu sendiri, ck." Namja dengan jidatnya yang lebar ini berkacak pinggang.

Jaejoong melepas pelukannya dan Junsu, lalu menatap Yoochun dengan pandangan minta dikasihani, "Mianhae Yoochunnie, aku hanya terlalu merindukan Su–ie…" suara lirih itu seakan membuat beruang yang istirahat menjadi bugar disertai amarah yang siap menerkam mangsanya.

Yunho berdiri tegap dan dengan sigap mendekati ranjang Jaejoong, lalu membawa namja cantik yang tengah menundukkan kepala itu kedalam dekapan hangatnya, mata musangnya menatap tajam pada sahabatnya sendiri, "Yah! Pabboya! Kau jangan berteriak pada Jaejoong, aish!"

Yoochun seakan disuguhi drama saja, ia mengangkat kedua tangannya ke udara, membuat pose seperti buronan yang tertangkap polisi, "I'm sorry…" ia malah tersenyum lebar.

Heechul dan Hangeng hanya menggelengkan kepala mereka bersama karena disuguhi drama picisan gratis.

"Arrgh…" suara erangan dari bibir plum itu seolah membuat semua yang ada disana mematung dan langsung menatap horror ke asal suara. Jaejoong sebelah tangannya masih bepegangan pada pundak suaminya dan sebelah tangannya meremas ujung selimut yang menutupi paha sampai kakinya.

Yunho menatap takut-takut Eomonimnya, "Eo – Eomonim? A – apa dokter sudah siap?"

Junsu membekap mulutnya sendiri walau suaranya masih terdengar, "Kyaaa Joongie mau melahirkan!"

Heechul mengerti dan langsung berlari keluar dengan panik diikuti Hangeng yang khawatir akan sang istri yang hampir menabrak dinding.

.

.

.

Tiga puluh menit…

Satu jam sepuluh menit…

Satu tiga puluh menit…

Satu jam empat puluh lima menit…

Satu jam lima puluh menit…

Belum ada tanda-tanda lampu merah itu akan mati. Ketegangan, ketakutan, dan doa selalu dipanjatkan pada Tuhan. Yunho berdiri dan berjalan mondar-mandir seperti orang kesetanan. Pikirannya kini dipenuhi segala pengharapan, dan hatinya dipenuhi dengan doa yang ia panjatkan untuk 'istri' dan anak-anaknya di dalam ruang operasi.

Heechul menarik lengan Yunho saat namja tampan itu melintas di depannya, "Yah! Duduk dengan tenang lalu berdoa, jangan hanya mondar-mandir begitu, pabbo!" ia sudah gerah dengan kegiatan menantunya sejak beberapa puluh menit lalu itu.

Yunho menggeleng dengan pandangan memelasnya, "Eomonim, kenapa mereka lama sekali? Mereka baik-baik saja kan, Eomonim?" wajah penuh kekalutan itu membuat Heechul mengangguk paham.

Yoochun yang duduk di kursi panjang lain dengan Junsu menatap sahabatnya dengan kasihan, namun begitu pandangan mereka bertemu Yoochun mengepalkan tangannya diudara, seolah memberi semangat dengan gerakan bibir yang terbaca jelas oleh Yunho, "Hwaiting!"

Yunho tersenyum, ia juga mengepalkan kedua tangannya pada sang sahabat, "Hwaiting!"

"Yunho Hyung! Lampunya padam!" Junsu berteriak dengan suara lumba-lumbanya, tapi untungnya tidak keras untuk menghebohkan rumah sakit itu.

Yunho berjalan cepat mendekati seorang namja dengan jubah putihnya, ia kini tengah melepas masker yang menutupi mulutnya selama operasi berlangsung, dengan peluh yang masih sedikit menetes, namja yang memiliki rambut hitam legam itu tersenyum hangat pada Yunho, "Ikani, Isha?" (Bagaimana, dokter?) tanya Yunho dengan wajah kecemasan.

Isha –dokter– itu masih tersenyum hangat pada seluruh orang di hadapannya, "Tenanglah, Jung Yunho–ssi. Jaejoong–ssi dan kedua aegya kalian baik-baik saja…" sepertinya Isha di depan mereka ini keturunan Korea, dilihat dari bagaimana fasihnya pengucapan bahasa Korea.

Heechul maju selangkah, "Apa kelamin kedua cucuku, Isha?" yeoja cantik ini begitu penasaran rupanya.

Isha itu tersenyum, menampakkan dua buah dimple yang membuatnya tampak lebih tampan, "Satu namja dan satu yeoja, nyonya, chukkahanda Yunho–ssi," bibir itu masih menampilkan dua dimple menawannya.

Yoochun tersenyum dan menepuk bahu Yunho sangat kuat, hingga membuat namja berbibir hati itu terhuyung dan akan jatuh, "Congratulations bro!" ia menunjukkan kedua ibu jarinya pada Yunho.

Junsu tersenyum bangga dengan air mata yang tak ia sadari turun dari pelupuk matanya, "Chukkae Joongie…" lirihnya yang tak didengar siapapun.

Yunho masih diam tak bergeming walau tangannya tadi refleks berpegangan pada dinding agar tubuhnya tidak jatuh begitu saja. Sampai sebuah panggilan menyadarkannya.

"Jung Yunho–ssi?" Isha bername tag Siwon Choi itu menatap bingung namja di depannya yang sepertinya baru mulai tersadar dari rasa bahagianya.

Yunho mengerjap beberapa kali sebelum memandang kesegala arah, mencoba menemukan orang yang memanggil dirinya, "Ah, ye, Isha?"

Siwon tersenyum maklum masih dengan dimple menawannya, "Panggil nama saja, Siwon imnida."

Yunho mengangguk sekali, "Dan panggil saja aku Yunho, tak usah formal," ia ikut tersenyum, ia baru sadar jika Isha di depannya ini keturunan Korea.

Siwon langsung menepuk tangannya sekali, seolah mengingat sesuatu, "Ah, mungkin sekarang istrimu sudah di pindahkan di ruang rawatnya, ia akan sadar dalam setengah jam, anak-anakmu ada di ruangan yang sama."

Yunho tersenyum lebar, "Khamsahamnida, Siwon–ah," ia membungkuk sekali dan akan berpamitan sebelum Siwon berdeham.

"Ehem, kalau begitu saya permisi dulu Yunho, nyonya dan tuan Jung, juga kalian berdua. Masih ada pasien dengan perut besar mereka menungguku, sekali lagi chukkae, Yunho. Annyeong," tanpa menunggu jawaban, Siwon melangkah pergi setelah membungkuk dan tersenyum lebar, masih memperlihatkan dua buah lesung di pipinya.

"Yah Yunho! Mau kemana anak itu? Cepat sekali larinya, ck," Heechul berkacak pinggang setelah melihat menantunya yang langsung berlari cepat.

Hangeng menggeleng dengan senyuman di wajahnya, "Biarkanlah dia, yeobo. Dia pasti menemui Joongie sekarang…"

.

.

.

Satu jam berlalu, efek dari obat bius Jaejoong sudah hilang total. Meski sudah sadar dari setengah jam yang lalu, namun sebagian kerja tubuhnya masih kaku akibat obat bius. Dan sekarang ia sudah terbebas total dari bius yang sempat disuntikkan padanya. Namja dengan rambut agak panjang itu tersenyum menatap bayi namja dalam dekapannya. Jaejoong tersenyum lembut, ia tak menyangka bisa memeluk putranya seperti ini. Bibir plumnya bergerak menggoda bayi di pelukannya, sementara tangannya mengelus punggung sang bayi dengan lembut.

"Jae, uri Jiyoolie jadi iri, apa kau tak mau menyusuinya juga? Ia kehausan," Yunho berdiri dan begerak-gerak untuk menimang seorang bayi yeoja yang berada dalam dekapan hangat seorang Appa.

Jaejoong menoleh cepat, "Sabar Yunnie, uri Jino sebentar lagi selesai kok, jadi tenangkan Jiyoolie sebentar ne?" pandangannya kembali menatap wajah polos aegyanya yang ia beri nama Jinho itu dengan senyum terpatri di wajah cantiknya. Tangannya menyingkirkan helaian rambut Jinho yang memang sudah ada, berusaha membuat tenang bayi itu yang kini sibuk menyusu di dada sang 'Eomma'.

Yunho tersenyum melihat salah satu aegyanya yang berada dalam dekapannya, yeoja mungil yang cantik, "Jiyoolie haus ne? Tunggu Jino Oppa selesai dulu ne, nanti baru kau sedot habis susu Eommamu, otte?" bisiknya pada telinga aegyanya yang ia beri nama Jiyool.

Jaejoong mendelik pada suaminya yang terkikik melihat pergerakan kecil anak perempuan mereka, "Yah Yunnie jangan begitu, nanti Yoolie mengerti kata-katamu," bibir cherrynya mengerucut maju.

Sungguh, jika saja saat ini tidak ada Jinho di dekapan 'istri' cantiknya itu, sudah bisa dipastikan beruang satu ini menyerang sampai habis tak tersisa, "Jangan majukan bibirmu seperti itu, Jaejoongie…" ia memasang smirk di bibir hatinya melihat Jaejoong yang langsung membuang wajah ke arah lain.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, hanya erangan-erangan si dua Jung kecil itu yang membuat orang tua mereka tersenyum hangat. Sampai Jinho memejamkan mata musangnya dan berhenti menyedot dada montok Jaejoong, Yunho bergerak maju mendekati sang 'istri'.

"Jaejoongie, gentian uri Jiyoolie ne? Lihatlah, dia sudah bergerak gelisah," Yunho menaruh Jiyool di atas ranjang bayinya sebelum benar-benar mendekati sang 'istri'.

Jaejoong mengangguk pelan, walau ia agak lelah, namun jika ini demi buah hatinya tersayang, apa ia bisa menolak?

Yunho mengambil Jinho dari dekapan hangat Jaejoong pelan, takut membangunkan bayi mungil nan tampan itu dari tidur nyenyaknya. Dan perlahan di taruhnya bocah kecil tampan itu di ranjang kecil miliknya sendiri. Lalu Yunho mengangkat Jiyool pelan dan membawanya kedekapan hangat Jaejoong.

Namja cantik itu kini mendekap seorang bayi yeoja cantik dengan tangannya yang hangat, "Jiyoolie anak siapa, hm? Yeopo, nan jeongmal yeopo…" ia tersenyum menatap bayinya yang tengah menyedot susu dari dadanya.

GREK

Pintu geser kamar rawat Jaejoong terbuka, menampakkan seorang namja tampan dengan kaca mata hitam bertengger manis di hidungnya. Jaejoong dan Yunho sontak menoleh ke arah pintu, mereka menunjukkan ekspresi berbeda menyambut kedatangan namja tampan itu. Yunho membuang pandangannya pada pintu dan beralih menatap jagoan kecilnya yang tertidur lelap dengan bantalan bayi khusus, sedangkan Jaejoong malah tersenyum lebar menyambut kedatangan namja itu.

"Annyeong, Jae," senyum menawannya yang mampu membuat banyak yeoja maupun namja dengan status uke pasti bertekuk lutut itu terlihat, sebuah pesona yang membuat Jaejoong dulu sempat 'mengaguminya'.

Jaejoong tersenyum dan melirik kursi lipat di sampingnya, berusaha menawarkan duduk, "Annyeong, Hyung. Ah kau memotong rambutmu, ne?" mata besarnya menelusuri wajah tampan namja yang akhirnya duduk di sampingnya itu.

Hyunjoong tersenyum, "Ne, apa bagus? Apa kau menyukainya? Aku sengaja memotongnya, siapa tahu kau kembali menyukaiku," balasnya enteng dengan senyum menawan yang terpatri di bibirnya.

"Yah!" Yunho berbalik badan dan langsung menatap tajam tamu yang tak ia harapkan datang itu, "Kau pikir Jaejoongie ku akan jatuh untukmu lagi? Cih, bermimpi saja tuan Kim," ia melipat kedua lengannya di atas dada.

Jaejoong menatap tajam mata musang suaminya, "Kau lupa bahwa dulu aku bermarga Kim, ha?"

Hyunjoong tertawa kecil melihat adegan di depannya.

Yunho menatap Jaejoong dengan senyum hangat dibibirnya, "Tapi sekarang kan kau milikku, boo," ia mencuri sebuah kecupan di bibir plum itu sebelum berjalan mundur, seolah menghindar dari amukan Jaejoong yang akan datang sebentar lagi.

"Kalau kau bosan dengannya, kan masih ada aku, Jae," Hyunjoong mengelus pipi putih Jaejoong perlahan, membuat sebuah gerakan menggoda.

Yunho menatap tajam pada namja yang ia sumpah serapahi dalam hati, "Ck, jauhkan tanganmu dari milikku!"

Hyunjoong menatap remeh pada Yunho, yang malah membuat si namja bermata musang itu hampir dikuasai amarah, kalau bukan karena Jaejoong cantiknya yang membuatnya diam.

Jaejoong menggeleng pelan, "Yun, kau bisa membangunkan aegya nanti…" bibir plum itu mengerucut maju, "Lagian Hyung juga sih, aku tidak akan pernah menyukai orang lain selain Yunho, apalagi dirimu, kau mengerti?!" ia menatap mantan sunbaenya itu dengan kesal.

Hyunjoong terkekeh mendengar penuturan Jaejoong yang menurutnya lucu, "Tenanglah Yunho–ssi, Jaejoong–ah,aku sudah punya kekasih," senyum terpatri di bibirnya.

Jaejoong sukses melongo dibuatnya, "Mworago?! Yah! Kenapa Hyung tak pernah bercerita padaku?!" matanya menatap garang pada Hyunjoong yang malah tertawa.

"Kau ingat teman masa kecilku, yang dulu sering kuceritakan," Hyunjoong mulai bercerita dan Jaejoong mengangguk, "Kami mulai berkencan dari dua bulan yang lalu."

Jaejoong menatap mantan sunbaenya itu dengan mata berbinar, "Jinjja?"

Hyunjoong sedikit terkekeh melihat ekspresi antusias dari namja yang dulu sempat dicintainya itu, "Ne, kau ingat namanya, Jae?" ia tersenyum melihat Jaejoong yang menggeleng dengan wajah lucunya, "Aish, kau ini kadang pelupa, Jae. Namanya Park Jung Min."

Jaejoong sukses melotot, "Mworago?! Penyanyi solo terkenal itu? Ke – kekasihmu, Hyung? Ji – jinjja?" dan Hyunjoong mengangguk menanggapi pertanyaannya, "Chukkae, Hyungie!"

"Kalian berdua berhentilah, dua bayi disini bisa terbangun karena ocehan kalian, ck," Yunho berdecak, tak sadar jika sebelumnya ialah yang membuat keributan itu bermula, setelah Hyunjoong tentunya.

Jaejoong mendelik sebal pada suaminya yang kini menaruh Jinho perlahan di ranjang babynya sendiri, karena memang ranjang kedua anaknya dipisahkan, "Kau pikir dari tadi kau tidak berisik apa?" bibir plum itu mengerucut maju, seolah menggoda siapapun yang melihatnya.

Yunho melirik Hyunjoong sebentar sebelum mendekati 'istri'nya, dan sebuah kecupan berhasil didaratkannya di bibir yang menurut banyak orang sexy itu.

Jaejoong merona, walau ini bukan pertama, kedua, maupun ketiga kalinya sang suami mengecup bibirnya, namun tetap saja membuatnya malu, apalagi dicium di depan orang lain.

"Jangan terlalu sering mengecup bibirnya," suara namja lain yang memasuki ruangan itu membuat ketiganya menoleh ke sumber suara.

Jaejoong mengedipkan matanya lucu, "Minnie? Kau datang?" punggungnya ia senderkan pada bantal-bantal yang telah ditumpuk oleh Yunho.

"Changmin–ah, kau datang sendirian?" Hyunjoong memutuskan duduk disalah satu sofa empuk yang kosong.

Changmin mengangguk, lalu berjalan mendekati dua ranjang bayi yang memang diletakkan di dekat jendela, "Hyung, anakmu yang yeoja sepertinya sedikit mirip denganku…" ia menatap Jaejoong dengan jari telunjuknya yang mengarah pada Jiyool.

Yunho berdecak dengan kedua tangan di dadanya, "Apa maksudmu, food monster?" ia menaikkan sebelah alisnya.

Changmin menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya pada ranjang beralaskan alas berwarna baby blue, "Dia tidak terlalu mirip denganmu, Yunho Hyung. Tampan sih, jika saja bibirnya tidak sebegitu spesifiknya sepertimu," ia terus berkomentar tak mengindahkan Yunho yang ikut menggerutu di belakangnya.

Hyunjoong tertawa pelan, "Kalau mirip denganmu malah aneh, Min. Semoga saja ia tidak menjadi food monster seperti Ahjussinya," ia dapat melihat tatapan geram yang Changmin tunjukan padanya.

Changmin berjalan cepat menuju Hyunjoong yang dengan santainya menatap datar padanya, "Apa maksudmu, pangeran empat dimensi? Ck, kenapa terdengar seperti aku memujinya? Aish," ia menekankan pada julukan Hyunjoong saat mereka di Universitas dahulu, pangeran 4 dimensi.

Hyunjoong semakin tertawa mendengarnya, "Ah, aku jadi rindu suasana kampus yang dulu. Apalagi jika ada Junsu, si lumba-lumba cerewet yang suaranya bisa memekakan telinga orang," Hyunjoong menampilkan senyumnya dengan sederet gigi-gigi putih yang menawan.

Changmin menatap remeh mantan sunbaenya, "Heh, kenapa terdengar seperti kau merindukannya ya Hyung? Hati-hati, nanti ada yang ma – "

"Aku datang~" Junsu langsung masuk dan suara lumba-lumbanya hampir saja membangunkan Jinho yang kini tenang setelah ditepuk bokongnya pelan oleh sang Appa.

Changmin berkacak pinggang, "Ck, kebiasaanmu tidak berubah, Hyung. Apa kau tidak sadar kalau suara cemprengmu yang mirip lumba-lumba itu hampir membangunkan keponakanku tersayang, huh?" ia menatap tajam pada namja yang lebih pendek darinya itu.

"Suaranya merdu, Min, bukan cempreng seperti yang kau katakan. My lovely Su–ie," Yoochun datang dan langsung mencolek bokong Junsu setelah menutup pintu ruangan terlebih dahulu.

Junsu menatap tajam kekasihnya, "Jangan sembarangan mencolek bokongku, Chunnie," aura gelap mengelilingi sekitar Junsu, membuat Yoochun menelan saliva melihat kengerian kekasihnya sendiri itu.

"Sudah lama aku tidak melihatmu mengomeli kekasihmu, Su–ie," suara Jaejoong membuat Junsu langsung menoleh kebelakang, dan auranya langsung berubah jadi seperti banyak bunga terbang di sekelilingnya setelah matanya menangkap ke arah dua ranjang di ujung ruangan.

"Yah anakmu yang ini cantik, Hyung" tangan Junsu menunjuk pada ranjang dimana Jiyool tertidur. Lalu berubah haluan ke ranjang Jinho yang juga tertidur, "Yang ini manis, Hyung."

Jaejoong mendelik, "Yah! Jino itu tampan, Su–ie! Tampan!"

Junsu dan yang lainnya terkekeh mendengar ucapan Jaejoong yang sedikit 'memaksa' itu, mereka ingat bagaimana sikap Jaejoong dari dulu jika dirinya dipuji cantik, padahal memang dirinya bisa dibilang lebih cantik dari yeoja operasi sekalipun.

"Siapa nama anak-anak kalian?" Yoochun menginterupsi dengan wajah serius.

Yunho menunjuk pada ranjang bayi yeoja yang beralaskan alas berwarna silky orange, "Jung Jiyool, kau ingat kan dulu kalau anak yeojaku akan kunamakan Jiyool?" dan Yoochun mengangguk.

Jaejoong tersenyum lebar, tangannya menunjuk pada ranjang bayi namja yang terletak paling dekat dengan ranjangnya, "Jung Jinho, tapi biasa aku panggil Jino," ia tersenyum hangat saat matanya menatap ranjang Jinho.

Changmin mengernyitkan kedua alisnya, "

"Geurae," suara Yoochun membuat semua perhatian tertuju pada sang namja Casanova, "Jika dilihat baik-baik, kemiripan kedua anak itu lebih ke Jaejoong Hyung, ne?" matanya mengedar ke seluruh ruangan seolah meminta pendapat akan perkataannya.

Junsu langsung memperhatikan baik-baik kedua anak di hadapannya, "Ne, tapi yang namja memiliki bibir hati sepertimu, Hyung!" ia menatap Yunho seolah meminta penjelasan.

Yunho merengut, entah kenapa ia jadi memikirkannya. Kenapa Jaejoong lebih mendominasi kemiripan fisik anak kami? Padahal kan aku yang lebih mendominasi dalam 'hubungan' kami…

Jaejoong terkekeh melihat Yunho yang tiba-tiba murung, "Geudeul-eun jeongmal nae aegya issseubnida!" [Mereka memang benar-benar anakku!] Jaejoong berucap riang dan menekankan pada kata anakku.

"Geudeul-eun uri aegya, boo…" [Mereka anak kita, boo…] Yunho meralat dengan mata musangnya yang mengarah tajam pada Jaejoong. Jaejoong lalu tersenyum kikuk dan mulai tertawa diikuti yang lainnya.

.

.

.

FIN


A/N : Akhirnya selesai juga. Tapi sungguh aku akan merindukkan karakter semuanya yang ada di FF Nae Aegya ini, hiks. Ah apa buat season 2? Ani ani, engga ah hehe. Gomawo juga untuk yang memberi saran dalam nama anak Yunjae...Buat para pembaca setiaku, entah itu yang silent readers atau lainnya, THANK YOU SO MUCH~! Mian aku engga bisa nulis nama kalian satu per satu, karena banyak banget, sumpah. Aku ada sih ide jalan cerita baru, tapi tergantung mood aja haha... Yang mau komunikasi, twitter selalu terbuka untuk siapapun JasGriffo25. Whatsapp juga, kalau mau tau, tanya aja lewat twitter :) Siapa tau aku mood buat voicenote atau telepon, maybe? hehe~

.

Review for this last chapter of sequel? Jebbal ^^ for the last time this stories

.

JEONGMAL GOMAWOYO 2/6/2013 4:30

.

Jason ^^