.

.

Get In Trouble With The Prefect

EXO © SMEnt.

Kuroshitsuji © Yana Toboso

Pair: KaiHun (KaixSehun)

Rate: T

Genre: Drama/Romance/Friendship/School-life

Warning: Boys Love, OOC maksimal, miss typo(s), Alternate Universe, dll.

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

.

Jadi disinilah mereka, taman belakang sekolah! Kenapa? Tentu saja itu usul Moonkyu karena tidak mungkin terus bercerita di Swan Gazebo, bisa-bisa mereka kena detensi karena duduk seenaknya di sana.

"Ayolaaah~"

"Sabar sebentar, aku bingung harus mulai cerita dari mana!" ujarnya jengah melihat tatapan menuntut dari Sehun. Sepertinya sekarang dia tidak bisa mundur lagi!

Ah, nyerah deh nyeraaah~

"Moonkyu─"

"Iya-iya, sialan!"

"Jangan mengumpat padaku!"

"Jangan menyelaku!"

"Uh, oke!"

Sepertinya Sehun benar-benar penasaran sampai kali ini mau menuruti kata-katanya!

"Aku mulai dari bagaimana kita bertemu!"

"Ah, itu kelamaan! Langsung permasalahannya saja!"

"Aku yang bercerita jadi jangan protes atau aku membatalkan niatku!"

"Iya deh iyaa~ sekarang cepat ceritakan!"

Moonkyu menghela napas panjang lebih dulu sebelum mendongak menerawang, berusaha mengingat bagaimana dulu mereka bertemu.

"Aku bertemu Jongin ketika masih SD. Dari dulu dia memang anak pendiam, apalagi dia juga murid pindahan makanya sering dijahili..."

"Jongin-hyuung..." Sehun terlihat menutup mulutnya.

"Kau kenapa?"

"Aku ingin lihat foto Jongin ketika masih kecil. Dia pasti lucu sekali kan?"

Dia memutar matanya lagi melihat reaksi Sehun, "Sikapmu itu seperti seorang fanboy tau!" ujarnya dan seketika Sehun langsung diam.

"Tapi, bagaimana bisa mereka berani menjahili Jongin-hyung? Dia kan─"

"Sebenarnya bukan dijahili, hanya dipalak! Beberapa anak yang bengal sering kali memalak Jongin ketika pulang sekolah. Dan aku melihatnya sekali! Tsk! Kau bisa bayangkan bagaimana wajah Jongin yang cuek itu dengan suka rela memberika uangnya? Dia itu bodoh atau apa?!"

"Itu namanya baik hati!"

"Khe! Dasar dimabuk cinta!" sahutnya tajam yang langsung dibalas tatapan tajam dari Sehun. "Yah, melihat hal itu mana mungkin aku diam saja! Langsung saja aku hajar mereka, dan kau tahu? Jongin justru membalasnya dengan berkata 'Kekerasan bukanlah satu-satunya pilihan untuk menyelesaikan masalah'. Cih! Dia itu dicekoki apa sih sama orang tuanya dulu?"

"Itu namanya berpikir dewasa. Bukan cara pikir berandalan sepertimu!"

"Dia masih anak-anak waktu itu, Sehun!" serunya pada teman yang duduk di sebelahnya ini. "Ya Tuhan saat itu dia bahkan tidak bilang terima kasih dan langsung pergi!" gerutunya kesal. "Dan keesokan harinya, anak-anak yang kuhajar itu malah balas dendam ke Jongin!"

.

.

"Sakit ya?" tanyanya pada anak yang masih duduk menyender di tembok itu. "Wajahmu lebam tuh, ayahmu pasti mengira kau jadi anak berandalan!" ujarnya seraya berjongkok di hadapan Jongin yang tengah membereskan tasnya.

"Sejak kapan kau"

"Sejak tadi, ketika pertama kali kau kena tonjok!" potongnya cepat, melihat ekspresi Jongin yang syok. "Kan katanya semua masalah tidak harus diselesaikan dengan kekerasan! Makanya aku mau lihat! Eh kau malah diam saja dipukuli!" lanjutnya seraya menghela napas.

"Aku hanya tidak ingin menyakiti orang lain."

"Uh huh? Tapi mereka menyakitimu! Apa lebih enak di pukul daripada memukul?" tanyanya seraya memiringkan kepalanya berusaha melihat wajah Jongin yang masih sibuk merapikan isi tasnya yang berceceran, dan tidak di jawab oleh Jongin, anak itu kemudian berusaha bangkit berdiri dengan bertopangan pada tembok. "Sini aku bantu!" ujarnya seraya merangkulkan tangan kanan Jongin ke bahunya.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kau menolongku?"

"Eh, memangnya harus punya alasan ya kalau mau menolong?" tanyanya seraya menggaruk pipinya bingung. "Aku Kim Moonkyu! Kau itu selalu diam di kelas, makanya tidak ada yang berani mendekatimu. Sesekali sapalah yang lain!"

"Aku ke sekolah untuk belajar, bukan untuk tebar pesona..."

"Duh ya, kau kikuk sekali sih! Tidak masalah kan punya teman? Ck, anak konglomerat memang selalu begitu sih!"

Jongin hanya diam kali ini, terlihat merenung entah apa. Sepertinya memikirkan kata-katanya.

"Mulai besok, kau harus masuk klub taekwondo!"

.

.

"Kau mengajari Jongin-hyung cara berantem?!" teriak Sehun dengan nada yang kentara sekali kesal. Anak itu terlihat melipat tangan di depan dada dan menatap tajam kearahnya.

"Jangan berteriak di telingaku, brengsek!" sahut Moonkyu membalas. "Dengar dulu, Jongin hanya masuk satu hari dan langsung keluar. Ayahnya melarang Jongin ikut! Apalagi setelah insiden pemukulan itu. Aku sempat melihat ayah Jongin yang marah-marah."

Sehun diam saja kali ini, mungkin menunggunya melanjutkan cerita.

"Makanya aku tidak memaksanya, dan kami benar-benar berteman setelah itu. Aku sering membantunya kalau sedang dijahili dan dia sering membelikanku susu kotak! Hahaha!"

Melihat Sehun yang cemberut, dia berdehem sekali dan melanjutkan. "Setahun kemudian ketika lulus dari Sekolah Dasar kami ikut klub baseball. Kali ini ayahnya tidak melarang! Wajah Jongin jadi lebih berwarna waktu itu, jauh lebih baik dari sebelumnya yang selalu terlihat suram. Apalagi setiap tahun tim kami selalu mendapat juara."

Dia menerawang kembali mengingat masa-masa itu. "Sampai suatu hari dia menanyakan sesuatu padaku."

.

.

"Moonkyu, kau ahli dalam percintaan kan?"

Pertanyaan itu langsung membuatnya tersentak dan hampir menyemburkan susu kotak yang sedang diminumnya. "J-Jangan bilang kau sedang jatuh cinta!"

"Sialan, bersihkan dulu mulutmu sebelum bicara! Aiish..."

Dan dia langsung menurut mengelap mulutnya dengan cepat dan menatap Jongin dengan berbinar. "Jadi benar?"

"Hn..." jawaban singkat dari Jongin.

"Siapa? Siapa gadis yang beruntung itu? Apa dia cantik? Apa dia juga bersekolah disini? Apa bodynya bohai? Dadanya besar kan"

TAK!

"Hentikan pikiran mesummu!"

Dia hanya mengelus kepalanya yang terkena jitakan dari temannya itu sambil cemberut.

"Moonkyu..." panggilan dari Jongin yang kini tengah melihat keluar jendela kelas. "Aku menyukai namja, bukan yeoja!"

"HAAH?!"

.

.

"Hanya itu?"

"Hanya itu apanya? Aku sampai syok dan hampir pingsan waktu itu!" sahutnya membalas.

"Kau berlebihan!"

"Tsk! Kau tidak mengerti! Waktu itu aku hanya seorang remaja tanggung yang selalu dijelali moral yang baik oleh ibuku! Wajar kalau aku bersikap seolah homophobic!" jawabnya sebelum kembali dihujat oleh Sehun. "Dan setelah itu... aku bahkan jadi menjauhi Jongin."

"Kau jahat!"

"Iya aku sadar aku jahat! Jongin bahkan kembali berubah menjadi sosok yang pendiam, dia juga keluar dari klub baseball," katanya seraya menghela napas menyesali perbuatannya dulu.

.

.

"Moonkyu... kau jadi menjauhiku belakangan ini."

"Eh, kurasa tidak kok. Mungkin aku terlalu sibuk belajar untuk bisa masuk sekolah elit itu! Sudah ya, aku pulang dulu!"

"Tunggu!"

Langkahnya terhenti ketika Jongin menarik kerah belakang seragamnya membuatnya hampir saja terjungkal ke belakang.

"Moonkyu, apa menyukai namja itu salah?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Jongin itu membuatnya langsung berkeringat dingin. Ah, dia tidak suka topik seperti ini. "Jongin..."

"Aku menyukai Lee Taemin dari kelas sebelah!"

Sungguh jantungnya sudah berdetak semakin kencang, dan keringat dingin semakin banyak bercucuran di dahinya. "A-ah, Taemin memang manis sih makanya banyak yang suka sama dia. Tapi Jongin"

"Jadi itu salah ya?"

Dan Jongin kembali memotong perkataannya. Duh dia jadi bingung harus berkata bagaimana untuk meluruskan semua ini. "Dengar Jongin!" ujarnya seraya menepuk kedua bahu Jongin. "Kodrat manusia itu saling mencintai lawan jenisnya. Harusnya kau yang paling paham tentang hal itu!"

"Aku tahu! Aku mencoba sebisaku untuk menghilangkannya. Tapi kurasa itu sulit!"

"Jongin, kurasa... kau harus ke psikiater atau sejenisnya oke?"

"Dengan kata lain kau ingin aku menyembuhkan penyakitku ini karena kau merasa jijik, begitu?"

Moonkyu rasanya ingin sekali menjedukkan kepala ke tembok karena sudah salah bicara. Duh, berdebat dengan Jongin saja sudah salah besar, dia tidak akan menang. "B-bukan begitu... tapi tidakkah kau peduli bagaimana nanti reaksi ayahmu?"

"Kau benar," jawab Jongin dengan menunduk, membuatnya sulit menerka bagaima ekspresi Jongin saat ini. "Mungkin kita tidak harus bertemu dulu sampai aku sembuh, kan?"

"Eh, aku tidak bilang begitu"

"Sampai nanti!"

"Jongin! Hey, Jongin!"

Panggilannya bagaikan angin lalu saja karena Jongin terus berjalan pergi dengan langkah tenang, tidak menoleh sedikitpun padanya. Itulah terakhir kalinya mereka berbicara satu sama lain.

.

.

"Rasanya aku ingin memukulmu sekarang!" sahut Sehun tiba-tiba ketika suasana menjadi hening. Tak ada yang berbicara ketika Moonkyu selesai bercerita.

"Yah... tidak masalah jika itu bisa memperbaiki semuanya!" balasnya sambil menghela napas sekali lagi. "Setelah itupun aku tidak berani menegur Jongin dan Jongin sendiri tidak menyapaku sama sekali, seolah kami tidak saling mengenal hingga saat ini. Aku teman yang buruk ya?"

"Ya. Kau teman yang jahat!"

"Yah... aku juga berpikir begitu, sayangnya semua sudah terjadi dan Jongin masih menutup diri dariku. Aku tidak tahu mana yang benar atau salah, tapi membiarkan Jongin mengatasi semuanya sendirian itu rasanya keterlaluan. Seharusnya aku ada disana..." balasnya seraya mendongak berusaha menerawang kembali kejadian tahun-tahun sebelumnya. "Tapi sejak kau muncul, dia sedikit demi sedikit mulai berbicara denganku lagi," ujarnya seraya menatap rerumputan yang bergoyang karena tertiup desiran angin. Tersenyum kecil dengan melirik sosok Sehun yang duduk di sebelahnya.

"Tapi aku pernah melihat majalah dewasa di kamar Jongin-hyung!"

"EEEEH? MASA?!"

Sehun menutup telinganya mendengar teriakan itu. "Ya, dan dari situlah aku menemukan foto kalian dengan seragam baseball juga! Makanya..." kali ini Sehun terlihat cemberut, "Aku pikir kalian pacaran!"

"Bodoh!" sahutnya membalas perkataan Sehun. "Tapi kurasa Jongin masih berusaha untuk menyukai yeoja lagi makanya dia membeli majalah-majalah itu! Yah... aku jadi merasa bersalah," ujarnya seraya menghela napas menyesal.

"Lalu sekarang bagaimana?" tanya Sehun terlihat memainkan jari-jemarinya terlihat gelisah. Dia menaikkan satu alisnya melihat hal itu, bingung.

"Bagaimana apanya?"

"Setelah tahu kalau Jongin dan aku pacaran, apa yang kau pikirkan?" Sehun bertanya seraya menunduk, sesekali dia bisa melihat anak itu menggigiti bibir sambil meremas seragam sekolahnya.

Dia berpikir sebentar, mengingat kejadian beberapa hari ini. Kakinya ditekuk dan dia menyangga dagunya terlihat berpikir. "Entahlah. Awalnya aku tidak terlalu senang melihat kedekatan kalian karena itu artinya Jongin gagal berusaha normal. Tapi aku bisa melihat kalau Jongin bahagia."

Sehun terlihat tersentak sebelum mengangkat wajah dan menatap kearahnya tanpa berkedip. Dia menghela napas berusaha merangkai kalimat yang tidak membuat semangat Sehun turun.

"Kau tahu kan, hal seperti menyukai sesama namja sudah lumrah di masyarakat. Beberapa orang mungkin hanya menjadikannya sebuah lawakan, tapi pernikahan sesama namja juga sudah banyak terjadi di berbagai negara," ujarnya seraya melirik Sehun yang kini terlihat mengerutkan dahinya kebingungan, seperti ada tanda tanya besar diatas kepalanya.

"Eum... aku tidak yakin mengerti maksudmu."

Dia mendengus kecil sebelum memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kau tahu kan istilah kalau kau akan merasa bahagia jika temanmu juga bahagia," ujarnya seperti sebuah gumaman kecil. Tapi dia yakin Sehun bisa mendengarnya. Beberapa detik dia tidak mendapati balasan apapun dari teman sekamarnya itu.

Dan ketika dia melirik Sehun, sebuah lengan dengan seenak jidat langsung merangkul bahunya─ah tidak! ini sih lebih mirip mencekik lehernya.

"Ya! Apa yang kau lakukan?!" serunya berusaha menyingkirkan lengan Sehun yang merangkulnya erat. Bukannya melepaskan, dia justru mendengar sebuah kekehan kecil dari Sehun.

"Kau merasa sudah jadi teman yang baik, huh?"

"Bukan begitu! Oey, lepaskan!" rontanya ketika Sehun mulai memiting lengannya. "Ini namanya penganiayaan tahu!" teriaknya seraya berusaha melepaskan diri dari Sehun.

"Tapi Moonkyu..."

Gerakannya terhenti ketika merasakan bisikan Sehun dari belakang tubuhnya. Dia hanya bisa melirik kecil, menunggu anak itu melanjutkan perkataannya. Tapi Sehun justru melepaskan pitingan di leher dan tangannya membuatnya terbebas. Mengusap lengan dan lehernya yang lumayan sakit, dia mengubah posisi duduknya lagi seperti semula dan melihat namja milky skin yang kini tengah tersenyum itu.

Dia mendecih ketika melihat eye-smile andalan Sehun sebelum telinganya menangkap lanjutan perkataan Sehun tadi.

"Aku memang pernah mengatakan kalau kau ini namja sok baik... tapi sebenarnya kau teman yang baik, kok."

Dia terdiam mendengar penuturan itu, sebenarnya tidak yakin akan pendengarannya sendiri. Itu pertama kalinya ada yang memujinya sebagai teman yang baik.

"Eh? Moonkyu kenapa wajahmu malah merah?!" teriak Sehun panik.

"Berisik! Jangan goda aku! Aku tidak akan terjebak dalam dunia homo-mu!" balasnya dengan berteriak juga.

"Siapa yang menggodamu, sialan!"

Dan keduanya saling memalingkan muka bersamaan seraya mendengus kesal. Moonkyu masih bisa mendengar gumaman kesal Sehun seperti, 'menyesal aku memuji namja sok ini!' dan lain sebagainya. Berusaha tidak mengindahkan kalimat-kalimat itu, dia kembali menyangga dagunya menunggu Sehun kembali tenang.

Dan tidak butuh waktu lama sampai suasana kini berubah menjadi hening. Sepertinya Sehun sudah mau diam. Tapi dia yakin masih ada sesuatu yang dipikirkan namja itu.

"Eum... Moonkyu?" pertanyaan dari Sehun membuatnya menoleh melihat namja itu yang tengah menunduk sambil memainkan jemarinya.

"Apa?" balasnya menanggapi singkat.

"Seseorang bernama Taemin itu... apa mereka pernah jadian?"

Dia mengangkat alisnya mendengar pertanyaan itu. "Belum. Aku bilang kan Jongin kembali seperti ketika pertama kali kami bertemu, maniak belajar, pendiam, pemurung, suram! Che!"

"L-lalu... bagaimana wajahnya?"

Dia berkedip bingung ketika melihat Sehun yang terlihat gelisah sambil membuang muka. Hingga dia akhirnya mengerti situasi saat ini. Kekeke~ mungkin sedikit jahil tidak masalah. "Yah... kata Jongin sih dia itu manis... wajahnya juga terbilang cantik! Dia juga baik, pintar, kalem. Pokoknya kalau mereka itu suami istri, pasti cocok lah! Serasi sekali~" ujarnya ngasal, Jongin bahkan tidak pernah memuji Taemin seperti itu.

"Begitu..."

"Cemburu yaaaa?" tanyanya dengan nada jahil dan langsung mendapat cubitan di pinggangnya dari Sehun.

"Siapa yang cemburu! Ayo kembali ke kelas!" ujar Sehun dan tanpa berkata-kata lagi langsung bangkit berdiri. "Dan terakhir... pokoknya masukkan aku untuk pertandingan nanti!" setelah itu Sehun langsung saja pergi dari sana.

"Heeeey~ Tunggu aku!"

.

.

.

Dia terlambat masuk ke kelas. Sialan! Cerita Moonkyu terlalu panjang. Ah, jadi gini deh! Dilarang masuk hingga pelajaran berikutnya.

"Terus kita ngapain?" tanya Moonkyu bosan seraya bersender di koridor. "Huh, poinku pasti semakin berkurang!" gerutu namja itu dengan mengacak rambutnya.

"Aiish... kau lebih baik. Sedangkan aku? Bahkan ketika pertama masuk ke sini hingga sekarang poinku terus saja berkurang! Bagaimana aku harus memberitahu appa nanti kalau aku ada di peringkat terakhir?" ujarnya seraya meratapi nasibnya yang terus saja dapat masalah.

"Berisik! Ayo kembali ke aula makan, aku lapar!" ujar Moonkyu dan menegakkan punggungnya sebelum berjalan pergi.

Niatnya mengikuti Moonkyu, tapi seketika dia ingat sesuatu. "Aku ke perpustakaan saja!"

"Huh? Tumben rajin!" celetuk teman sekamarnya itu. "Yasudah sana! Aku tidak mau membawakanmu makanan nanti!"

Tidak mempedulikan lagi ucapan Moonkyu, dia berlalu pergi dari sana menuju perpustakaan. Kalau tidak salah di jam-jam seperti sekarang ini...

.

.

.

"Dia ketiduran lagi..."

Gumamnya pelan seraya menatap sosok yang tengah menelungkup di atas meja yang berantakan penuh dengan buku-buku, terlihat tengah tertidur dengan pulasnya. Menghela napas sekali, Sehun menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah Jongin, merapikan buku dan kertas-kertas yang bertebaran.

"Hyung, kalau kau terus seperti ini kau bisa sakit..." gumamnya lagi sambil ikut meletakkan kepala di atas meja, menatap kesamping ke arah Jongin. Melihat wajah dengan gurat kelelahan itu tengah tertidur dengan damai.

Uhh, Jongin membolos seperti ini apakah akan terkena detensi juga? Yah, dia yakin Jongin pasti tidak mempedulikan poinnya akan dikurangi atau tidak. Jongin pasti sudah memiliki poin tertinggi di sekolah ini. Dia yakin!

Tapi memaksakan diri seperti ini apakah tidak apa-apa? Untuk apa Jongin melakukannya? Kenapa Jongin mau repot-repot melakukannya? Bukankah masa muda itu untuk dinikmati? Ah, apakah Jongin bahkan pernah pergi bersenang-senang sebelumnya? Apakah semua ketua asrama begini?

Ataukah ini sebuah pelarian?

Tiba-tiba saja dia ingat cerita Moonkyu tadi.

"Jongin kembali seperti ketika pertama kali kami bertemu, maniak belajar, pendiam, pemurung, suram! Che!"

Jongin mungkin tertekan dan butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatian. Dia tidak terlalu mengerti bagaimana rasanya dijauhi karena berbeda. Ayahnya tidak mempermasalahkan apa yang dia suka. Yah... dia tidak membenci sifatnya yang selalu spontan melakukan apa yang disukainya bahkan meskipun ada yang mengatakan 'konyol' padanya.

Dia beruntung memiliki orangtua yang baik padanya. Karena dari cerita Moonkyu, sepertinya ayah Jongin sangat menakutkan.

Tangannya bergerak naik perlahan merayap ke atas meja, sebelum meraih sebelah telapak tangan Jongin yang terbuka. Menggenggamnya erat, merasakan telapak tangan hangat itu dalam genggamannya entah kenapa membuat wajahnya terasa memanas dan jantungnya berdetak semakin cepat hingga rasanya dia bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

"Hyung..." bisiknya pelan. "Selama aku menjadi kekasihmu─ meski hanya pura-pura─ aku akan berusaha untuk membuatmu bahagia! Aku janji!" lanjutnya mantap seraya menggenggam tangan Jongin semakin erat. Memberikan sebuah janji meskipun Jongin tidak akan mendengarnya─

"Kau mencengkeramnya terlalu kuat."

"E-eeeeeeh!" Sehun menegakkan posisi duduknya seketika, menatap syok pada Jongin yang kini tengah menguap sekali dan mengucek matanya terlihat masih mengantuk. "S-sejak kapan hyung terbangun?" tanyanya merasa was-was. Oh bahkan detak jantungnya sudah berpacu semakin cepat saja, seolah hampir meledak.

"Aku tidak tidur."

"Bohong!"

"Serius kok."

"Emm... lalu..." Oh Sehun rasanya ingin menghantamkan kepalanya ke dinding, eh atau sekalian menenggelamkan diri di laut saja saat ini. Ya Tuhan rasanya malu sekali! Dia yakin wajahnya sudah sangat memerah sekarang.

"Hey..." panggilan Jongin itu membuatnya menoleh menatap sang ketua asrama. Tatapan khas seorang Kim Jongin yang tajam dan bisa melumpuhkan persendian itu langsung dia terima.

Sehun berusaha menahan napasnya sesekali dan mengatupkan bibirnya rapat. Uh, dia bingung harus mengatakan apa. Situasi seperti ini benar-benar sangat canggung. Meskipun terkadang dia mengatakan sesuatu secara lugas di depan Jongin, tapi itu dulu ketika mereka masihlah sebatas murid pindahan dan ketua asrama, tapi kalau berduaan dengan statusnya sebagai kekasih Jongin seperti ini... rasanya benar-benar canggung.

Dia melihat bagaimana bola mata Jongin bergulir melirik ke bawah, tepatnya keatas meja. Dan dia mengikuti arah pandangan Jongin, tepat ke arah telapak tangan mereka yang masih tertaut, saling menggenggam erat di atas meja.

"M-maaf!" Sehun menarik tangannya dengan cepat, merasa malu. Tapi secepat dia menarik tangannya menjauh secepat pula tangan Jongin kembali menangkapnya. Dan Oh Sehun rasanya benar-benar butuh satu ember air es saat ini untuk mengguyur kepalanya yang sepertinya sudah berasap.

Dia bingung sendiri antara harus menatap Jongin ataukah menatap tangan mereka yang bergenggaman tergantung di udara. Suasana rasanya semakin canggung saja. Dan daripada dia menggigit lidahnya sendiri karena gugup, dia lebih memilih diam. Menunggu Jongin yang membuka suara lebih dulu.

Tapi hanya ada keheningan di sana. Yah di perpustakaan ini memang sepi... hanya ada mereka berdua... saling bertatapan dan bergenggaman tangan...

D-dan... apa hanya perasaannya saja ataukah memang posisi Jongin semakin dekat padanya? Ya Tuhan tolong selamatkan jantungnya saat ini. Dia benar-benar sulit bernapas karena dentuman yang semakin kencang itu.

Dan Sehun baru berkedip sekali ketika tangan Jongin menariknya dan sebuah tangan menekan tengkuknya. Sebelum dia sadari, sesuatu sudah membungkamnya dengan hangat. Sehun melebarkan matanya mendapati sebuah kecupan sudah mendarat di bibirnya. Dia hanya bisa diam, mematung merasakan sentuhan lembut itu.

Jantungnya bahkan seolah berhenti berdetak dan waktu di sekitar mereka seolah berhenti. Entah kenapa Sehun seolah merasa seperti bunga dandelion yang terbang tertiup angin, rasanya begitu ringan. Semua yang dipikirkannya tadi seolah menghilang begitu saja.

Tapi ketika dia hampir meyakinkan diri dan perlahan menutup matanya, Jongin bergerak menjauh, melepaskan kecupannya. Membuatnya sekali lagi termenung diam di tempat seperti batu, menatap sosok Jongin yang kini tersenyum kecil dan bangkit berdiri.

Dia sempat mendengar bisikan Jongin tepat di telinganya sebelum ketua asrama itu berlalu pergi meninggalkannya sendirian. Bisikan dengan suara rendah yang terdengar halus itu sekaligus membuatnya langsung tersadar seketika.

"Kau harus menepati janjimu, Sehun-ah."

Dan Oh Sehun kembali menyembunyikan wajahnya di kedua lengannya diatas meja, sudah tidak kuat lagi menanggung malu lebih dari ini. Jongin benar-benar mendengar ucapannya tadi. Appa~ rasanya dia mau keluar saja dari sekolah ini!

.

.

.

TAK!

PRAAANG!

"Satu kaca lagi pecah karena ulahmu, Oh Sehun!" celetuk Moonkyu seraya melirik pada Sehun yang termenung menatap kaca jendela asrama Scarlet Wolf yang pecah untuk ketiga kalinya. "Aku tidak tanggung jawab kalau Jongin sampai marah!"

"Huh? Ini semua salahmu! Kenapa tidak berlatih di lapangan sekolah saja?!" sahut Sehun sewot seraya menunjuk sosok Moonkyu dengan tongkat pemukulnya. "Sekali lagi! Dan jangan terlalu cepat melempar padaku!" lanjutnya seraya memasang kuda-kuda dan mengangkat tongkat baseballnya.

"Dengar ya! Kalau menerima lemparanku saja kau kewalahan, apalagi lemparan Jongin. Beruntunglah kau berlatih bersamaku!" gerutu Moonkyu seraya mengambil posisinya untuk melempar lagi.

'Yah... beruntung Jongin sibuk sekarang ini!' bantinnya senang karena belum siap melihat wajah ketua asrama itu lagi.

"Perhatikan baik-baik bolanya! Kalau melakukan pukulan bunt setidaknya lakukan dengan benar dan arahkan ke garis. Paham?!" ujar Moonkyu sedikit memberi nasihat.

"Heh, kalaupun aku bisa mengendalikan arah bola, akan aku pukul ke kepala si Baekho itu!" gumamnya seraya berdecih kesal.

Dan mendengar hal itu, Moonkyu yang sudah dalam posisi untuk melempar kini kembali meneganggak posisi berdirinya. "Kalau Jongin yang mendengar itu, sudah dipastikan kau langsung dikeluarkan dari tim! Tapi karena aku yang mendengarnya..." Moonkyu menggantung kalimatnya seraya menarik ujung bibirnya memberikan senyuman jahat. "Aku mengandalkanmu, Oh Sehun! Hancurkan kepala Baekho itu seperti tomat busuk yang diinjak!"

'Dasar!' batin Sehun seraya menghela napas melihat kelakuan temannya.

"Siapa yang harus aku keluarkan memangnya?" sebuah suara menginterupsi, membuat keduanya langsung menoleh dan mendapati Jongin dengan kaos lengan panjang berwarna putih dan celana olahraga tengah berdiri santai tidak jauh dari mereka berdua seraya memegang sebuah bola baseball di tangan kanannya dan memakai sebuah glove di tangan kirinya.

"Jongin-hyung! Kupikir kau sibuk!" sahutnya berusaha mengalihkan topik pertanyaan Jongin tadi.

"Ya, aku sibuk tapi seseorang mengganggu konsentrasiku dengan memecahkan kaca jendela asrama tiga kali."

Sehun menelan ludahnya gugup mendengar perkataan itu. "Ehehehe... kurasa aku memukulnya terlalu keras, maaf hyung!" ujarnya sebelum membungkuk sekilas meminta maaf.

"Kupikir Moonkyu saja cukup untuk mengajarimu cara memukul!"

"Yah... dia hanya memberi contoh saja, membingungkan!" celetuknya seraya menatap Moonkyu dengan malas.

'Oh yeah... aku ngeri membayangkan diriku memeluk Sehun dari belakang hanya untuk mengajari cara memukul saja!' batin Moonkyu seraya membuang muka dan gelagapan ketika Jongin tiba-tiba saja melempar bola melambung kearahnya. Meski itu hanya lemparan biasa, tetap saja dia kaget.

Dilihatnya ketua asrama itu berjalan mendekati Sehun seraya melepas glove yang dipakainya dan melemparnya keatas rumput yang agak bersih.

"Bagaimana posisimu saat memukul?" tanya Jongin pada Sehun. Anak itu terlihat gelagapan sebelum menuruti perintah tidak langsung dari Jongin untuk memperagakan posisi ketika hendak memukul.

Dia bisa melihat bibir Sehun yang mengguman-gumam kecil, seperti berusaha mengingat apa yang sudah dia ajarkan tadi. Sehun memegang erat pemukulnya sebelum melebarkan kaki dan menekuknya seraya mencondongkan badan ke depan sedikit.

Dan tanpa dikira, Jongin kembali mendekati Sehun dan menendang pergelangan kaki Sehun cukup keras seraya berujar, "Kurang lebar! Buka kakimu sampai lututmu selebar bahu!"

"Hyung, itu sakit!" gerutu Sehun seraya mengelus pergelangan kakinya, tapi langsung menuruti perkataan Jongin untuk membuka kakinya lebih lebar.

Dan kali ini Jongin memegang pergelangan tangan Sehun. "Terlalu tinggi! Sejajarkan sikumu dengan bahu sedikit ke bawah."

Moonkyu hanya memutar matanya mendengar semua penjelasan itu, jelas Jongin kini tengah bertingkah seperti seorang pelatih pro yang sedang mengajari seorang pemula. Malas menunggu dengan berdiri, dia berjalan ke bawah sebuah pohon yang tidak jauh dari dua orang itu dan duduk menyandar di sana sambil menyangga dagu, seperti kebiasaannya.

Sepertinya Jongin tidak keberatan sama sekali soal Sehun yang sudah mengetahui masalah diantara mereka. Yah, Jongin itu tipe yang selalu memakai topeng tidak akan mau menunjukkan emosinya ke orang lain. Sekarang yang dia pikirkan, bagaimana dua orang itu ketika upacara pembukaan Turnamen 4 Juni nanti?

"Hey kalian!" sahutnya akhirnya membuka suara, menyela kegiatan dua orang itu. Dilihatnya Sehun dan Jongin memberikan atensi kearahnya. "Bagaimana dengan upacara pembukaan nanti?" tanyanya masih dengan menyangga dagunya, memperhatikan perubahan ekspresi dari keduanya. Dia bisa melihat Jongin yang agak terkejut, sebelum kembali tenang. Berbeda dengan Sehun yang justru memiringkan kepala dan menggaruk pipi dengan telunjuk.

"Upacara pembukaan? Memangnya kenapa?" tanya Sehun menyuarakan kebingungannya.

"Bukankah di pesta besar itu, orang tua kalian juga akan diundang?"

Suasana berubah menjadi hening seketika.

Matanya memicing ketika melihat wajah Sehun berubah tegang.

.

.

To Be Continue

.

.

Nel: Mian Mian... ini udah setengah tahun gak dilanjut ya? Miaaaanhae~ #sujudsujud

YA TUHAN INI FANFIC YANG PALING MENGURAS OTAK! Seriusan! Mohon maaf untuk perubahan sifat Sehun yang emang selalu berubah-ubah. Bacaan, tontonan, dan musik yg gue dengerin lagi berubah sih. tehee~ :P

Yang masih bertahan bersama saya meski udah pada lumutan dan jamuran, silahkan review dulu ne. Hehe...