The Zhangs' Mommy
I
Cezzie Xonesotic
Cast : EXO members, bertambah seiring jalan cerita
Pair : JoonXing (Joonmyeon Yixing), HunHan, BaekYeol and TaoRis
Genre : Yaoi, romance, family and friendship
Disclaimer : Tokoh di dalam fiksi bukan milik author, author hanya memiliki hak penuh pada plot cerita
Sebelumnya FF ini sempat dihapus oleh pihak FFn dan Cezzie tidak tahu kenapa :'( Nah sekarang Cezzie republish dengan dua chapter digabung menjadi satu. Plus side story tentang KrisTao, ChanBaek dan HunHan. Please review ^^
xxx
Pagi yang cerah, secerah wajah seorang laki-laki bertubuh –ehem- pendek. Laki-laki bernama asli Kim Junmyeon itu berjalan memasuki area sekolah dengan senyum angelic khas miliknya. Senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya yang tampan.
"Selamat pagi Suho sunbaenim."
"Suho sunbaenim selamat pagi."
"Selamat pagi."
Sesekali Junmyeon atau yang akrab disapa Suho menganggukkan kepalanya atau membalas salam dari siswa-siswi lain yang memberinya salam. Well, di EXO High School ini siapa yang tidak mengenal Suho? Suho adalah siswa yang sangat cerdas. Sudah berulang kali ia mewakili sekolah untuk ikut di olimpiade tingkat nasional maupun internasional. Dan prestasi yang sudah diraih oleh siswa kelas tiga ini sangat membanggakan. Tidak hanya itu, Suho juga merupakan ketua OSIS di EXO High School.
'Jdug!'
Suho sedikit meringis ketika tiba-tiba saja sebuah bola membentur tepat di kepalanya. Sambil memegang kepalanya yang sakit, Suho menyapukan pandangannya. Siapa yang sudah melempar dengan bola eoh? Dan Suho memutarkan bola matanya ketika melihat seseorang yang ia yakini sebagai tersangka pelemparan bola.
"Oy pendek!" Orang dengan tinggi tidak wajar itu melambai ke arah Suho, membuat Suho mati-matian menahan sabar. "Maaf aku tidak sengaja, bisa tolong ambilkan bola itu?" Suho memutar kepalanya, mendapati bola yang tadi membentur kepalanya kini tergeletak tidak jauh darinya. Terima kasih kepada jiwa angel yang tertanam dalam dirinya, tanpa banyak bicara Suho segera berjalan ke arah bola tersebut untuk mengambilnya.
Suho siap menggerakkan tangannya untuk mengambil bola tersebut ketika tiba-tiba sebuah kaki menendang bola itu dan membuatnya menggelinding menjauh. Suho mengangkat kepalanya, menatap siapa yang telah menendang bola tersebut dan ia dihadapkan dengan wajah tampan sekaligus licik.
"Kalau saja kakimu itu lebih panjang, kau pasti bisa dengan cepat berlari dan mengambil bola itu kan?"
Dan kembali laki-laki angel itu memamerkan senyum angelic-nya. "Selamat pagi Sehun-ah, kau dan hyung-mu, Chanyeol, sangat menyebalkan pagi ini," Suho berkata dengan wajah malaikatnya.
"Selamat pagi juga Suho sunbaenim," Sehun membalas, "Ah, maksudku Pendek sunbaenim."
.
Kim Junmyeon alias Suho mendudukkan tubuhnya di kursi di ruangan OSIS. Sudah menjadi kegiatan hariannya, mendatangi ruangan OSIS terlebih dahulu sebelum memasuki kelas. Laki-laki itu menghela napas. Cih, belum apa-apa ia sudah dibuat kesal hari ini.
'Cklek.'
Suho mengangkat kepalanya mendengar suara pintu ruangan OSIS terbuka. Sepasang matanya mendapati seorang laki-laki tampan bertubuh tinggi dengan setumpuk kertas di tangannya. "Sudah kau cek semua laporan itu?" tanya Suho sambil melirik si lelaki tinggi yang meletakkan tumpukan kertas yang berupa laporan tersebut di atas meja. Laporan yang dimaksud Suho adalah laporan keuangan dari tiap kelas, biasanya setiap bulan OSIS melakukan pemeriksaan. Laporan itu terdiri dari laporan kelas satu sampai kelas tiga.
"Belum," ia menjawab singkat, nyaris membuat Suho terjungkal.
"A-apa maksudmu belum, Kris? Laporan ini harus sudah selesai diperiksa hari ini!" seru Suho seraya mendongakkan kepalanya menatap laki-laki bernama Kris di hadapannya.
"Maaf aku ketiduran," Kris menjawab santai, "Jadi tolong kau kerjakan laporan ini."
"Mwo? T-tapi..."
"Yah Junmyeon-sshi, kalau kau tidak segera mengerjakan ini kau bisa dimarahi kepala sekolah."
"Kalau sudah tahu seperti itu kenapa tidak dikerjakan?" balas Suho kesal.
"Karena itu aku memintamu untuk mengerjakannya..." Kris memutar bola matanya, "...Pendek." Dan tanpa wajah berdosa sama sekali, laki-laki dengan wajah luar biasa tampan itu berjalan keluar ruangan OSIS. Meninggalkan laporan keuangan yang belum terselesaikan dan sang ketua OSIS yang tengah menahan amarah.
"Dasar Zhang bersaudara gila!" umpat Suho akhirnya, mengingat ia sudah dikerjai oleh Zhang bersaudara. Zhang Chanyeol, Zhang Sehun dan terakhir Kris Zhang. Suho tidak mengerti kenapa di kehidupannya ia harus bertemu dengan orang-orang menyebalkan itu, apa di kehidupan sebelumnya ia melakukan suatu tindak kriminal atau seorang pendosa? Entahlah...
Zhang bersaudara memang sangat terkenal di EXO High School, apa lagi kalau bukan karena wajah mereka yang luar biasa tampan. Yang pertama adalah Kris Zhang atau Zhang Yifan, laki-laki berambut pirang ini kini duduk di kelas tiga. Kris memiliki tubuh yang tinggi menjulang dan terbentuk dengan sangat indahnya. Alisnya yang tebal menaungi kedua mata tajamnya membuat wajahnya semakin tampan. Kris sendiri memiliki sifat cuek dan sangat dingin, namun tetap tidak mengurangi pesonanya sama sekali.
Yang kedua adalah Zhang Chanyeol, sama halnya seperti Kris, Chanyeol juga memiliki tubuh yang tinggi menjulang. Ia saat ini duduk di kelas dua dan tergabung dalam klub basket sekolah. Chanyeol sangat mempesona dengan rambut cokelatnya yang lurus serta matanya yang bulat. Tidak seperti Kris, Chanyeol memiliki sifat yang sangat ramah. Ia sering tersenyum dan mudah akrab pada siapa saja.
Dan yang terakhir adalah Zhang Sehun, magnae dari Zhang bersaudara ini saat ini duduk di kelas satu. Tidak berbeda dari kedua saudaranya, Sehun pun memiliki tubuh yang tinggi. Sehun memiliki mata kecil yang tajam serta bibir mungil yang memikat. Sehun sendiri memiliki sifat yang sangat jahil, tidak hanya siswa namun juga guru pernah menjadi korban kejahilannya. Namun sejahil apapun dia, tetap saja begitu banyak siswi dan siswa berjiwa uke yang mengaguminya.
.
Kris berjalan santai di koridor dengan sejumlah pasang mata yang mengaguminya. Kris hanya berjalan seperti biasa namun bagi para penggemarnya mereka seperti melihat top model yang berjalan di atas catwalk. Mempesona.
Laki-laki itu sedikit terkejut ketika sesosok tubuh mungil menabrak bahunya. Kris sedikit mendecih kesal menatap sosok mungil yang berlalu begitu saja. Tunggu, kalau tidak salah itu adalah Byun Baekhyun, siswa kelas dua. Dan jika ada Baekhyun berarti ada...
"Oy, Kris hyung!"
...Chanyeol, adiknya.
"Kau apakan lagi dia?" tanya Kris.
"Bukan apa-apa," Chanyeol berdalih. Kris tahu kalau Chanyeol menyukai Baekhyun dan entah Chanyeol bodoh atau apa, ia justru terus menjahili Baekhyun untuk mendapat perhatian dari laki-laki bertubuh mungil itu.
"Kalau kau memang menyukainya, seharusnya kau bersikap baik padanya, bukan menjahilinya," ujar Kris membuat Chanyeol memutar bola matanya, "Ya, ya, jangan sok berkata seperti itu kalau kau sendiri hanya bisa melihat si Panda anak kelas satu itu dari jauh."
"Kenapa kau jadi membawa-bawa dia?" geram Kris.
"Yah Kris hyung, kalau kau memang menyukai si Panda itu seharusnya kau mendatanginya langsung, bukan hanya mengamatinya dari jauh," Chanyeol menepuk-nepuk pundak hyung-nya, sedikit miris terhadap kisah percintaan hyung-nya itu. Betapa tidak, Kris Zhang yang dijuluki sebagai pangeran EXO, yang dipuja seluruh siswa perempuan dan beberapa kali mendapat tawaran sebagai model itu pada kenyataannya hanya bisa menatap orang yang ia sukai dari jauh.
"Kalian sedang apa di sini?" Perhatian Kris dan Chanyeol beralih dan mereka menemukan adik bungsu mereka berdiri tidak jauh. Oh, ketiga Zhang bersaudara berkumpul, sungguh pemandangan yang indah. Terlihat beberapa siswa perempuan berhenti dan menatap mereka seperti menatap seorang idola.
"Err... Kau..." Chanyeol menyipitkan matanya saat ia menangkap goresan merah samar-samar di leher Sehun.
"Habis mengotori ranjang ruang kesehatan lagi?" Kris memutar bola matanya.
"Ani," sahut Sehun cuek, "Hanya foreplay singkat karena tiba-tiba ada siswa yang perutnya mulas. Cih, mengganggu saja."
Sehun memang lebih muda dari Kris maupun Chanyeol, namun kisah percintaannya terbilang cukup ekstrim daripada kedua hyung-nya itu. Jika Kris hanya bisa menatap orang yang ia sukai dari jauh dan Chanyeol terus menjahili orang yang ia sukai untuk mendapatkan perhatiannya sedangkan Sehun sudah... Ah, entah apa saja yang sudah dia lakukan kepada guru kesehatan di ruang kesehatan. Guru berparas imut yang bernama Luhan.
"Kau ini..." Kris memijit dahinya melihat tingkah magnae-nya. Sehun hanya mengangkat bahunya cuek dan berlalu dari kedua hyung-nya.
.
.
.
Suho hari ini terpaksa menikmati makan siang di ruangan OSIS, biasanya ia makan siang di kelas atau atap sekolah bersama teman-temannya. Namun karena Kris Zhang yang seenaknya melimpahkan pekerjaan kepada Suho, membuat Suho mau tidak mau mengerjakan laporan tersebut sambil makan siang.
"Oh, Junmyeon-ah," Kris membuka pintu ruangan OSIS, "Kenapa makan siang di sini?" Ia bertanya santai tanpa setitik dosa pun di wajahnya yang tampan.
Suho memutar kedua bola matanya, "Bukan urusanmu," jawabnya ketus. Detik berikutnya Suho mengangkat sebelah alisnya melihat Kris tengah memegang bekal makan siang. Tidak biasanya Kris makan siang di ruang OSIS.
"Kau mau makan siang di sini? Tumben," komentar Suho. Laki-laki itu memotong telur dadar gulungnya dan menyuap ke mulutnya.
"Kalau di kelas malah diganggu oleh penggemarku," sahut Kris santai membuat Suho membelalakkan matanya karena Kris dengan begitu pede-nya berkata 'penggemarku'. Tapi yah... Memang benar seperti itu.
"Ah ya, besok pastikan orang tuamu datang," celetuk Suho. Memecah kesunyian setelah sekian menit kedua laki-laki itu terdiam.
"Hmm..." Kris mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kepala Sekolah EXO High School, Jung Yunho, menerapkan peraturan baru di sekolah ini. Yakni di mana dua minggu sebelum ujian semester atau ujian akhir, orang tua siswa wajib datang ke sekolah untuk menerima laporan mengenai kelakuan anak mereka di sekolah. Dengan demikian jika sang anak berkelakuan buruk, sang orang tua mampu mengatasinya. Jung Yunho yang merupakan lulusan universitas luar negeri berpendapat bahwa perkembangan anak merupakan tanggung jawab bersama orang tua dan tenaga pendidik.
Para guru sendiri menyebut hari itu dengan sebutan 'Hari Laporan' sedangkan para siswa menyebutnya 'Hari Dimana-Semuanya-Akan-Terbongkar'.
"Kasian umma-ku harus mendatangi tiga kelas sekaligus," gumam Kris, Suho yang mendengarnya hanya mengangguk pelan. Suho tahu kalau Kris sudah tidak lagi mempunyai ayah, Kris dan kedua adiknya tinggal bersama umma. Menurut yang Suho dengar, umma Kris adalah seorang laki-laki. Well, di masa modern seperti ini itu bukan hal yang aneh. Suho sendiri sampai saat ini belum pernah bertemu dengan umma Zhang.
"Emm, kalau kau mau aku bisa meminta Kepala Sekolah untuk membuat laporan tertulis mengenai kau dan kedua adikmu. Jadi beliau tidak perlu mendatangi kelas kalian bertiga," saran Suho.
"Benarkah?" wajah Kris tampak cerah, "Gomawo Junmyeon-ah."
"Ne, sama-sa-" Ucapan Suho terpotong ketika tiba-tiba saja pintu ruangan OSIS terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Suho sedikit heran melihat seseorang yang berdiri di ambang pintu, sementara Kris yang tadinya berwajah cerah kini pucat pasi. Tubuhnya mendadak membeku, tangannya yang memegang sumpit menggantung di udara dan mulutnya yang masih berisi makanan ternganga cukup lebar. Ck, sangat jauh dari sikap cool dan mempesona yang biasa ditunjukkan Kris.
'I... Itu...' Kris membatin. Jantungnya berdegup kencang dan dahinya mulai basah karena keringat dingin.
"Junma hao~~~" Dia, dia yang membuat Kris sangat out-of-character, berkata dengan nada sangat manja dan raut yang sangat menggemaskan. Ya, dia adalah si Panda yang selama ini mengisi benak seorang Kris Zhang.
"Tao-yah..." Suho berdiri, menatap heran pada sang sepupu yang tiba-tiba mendatanginya, "Ada apa?"
Si Panda yang diketahui bernama Tao itu berjalan ke arah Suho. Wajahnya yang –menurut Kris- sangat mempesona- tampak merajuk. "Bekalku ketinggalan," ia berkata dengan bahasa Korea yang tidak terlalu jelas, tapi masih bisa dimengerti.
"Aigoo... Bagaimana bisa?" sahut Suho, "Jja, ambil saja bekalku. Aku sudah kenyang," Suho menyodorkan bekalnya yang masih bersisa setengah.
"Benarkah? Whoaaa... Xie xie Junma hao~" Tao tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya. Tanpa berkata apapun lagi, laki-laki bertubuh tinggi itu berjalan keluar ruangan OSIS.
"Dasar..." Suho menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kembali fokus pada laporannya namun secara tak sengaja mata Suho menangkap pemandangan yang sangat tidak biasa. Pemandangan seorang Kris Zhang yang sangat... Err... Entah kata apa yang pantas menggambarkan keadaan Kris saat ini.
"Eng... Kris..." Suho memicingkan matanya melihat kondisi Kris, "Kris, kau baik-baik saja?" Sejujurnya Suho sedikit khawatir kalau Kris kerasukan sesuatu.
Secara tiba-tiba Kris mengedipkan matanya kemudian menoleh ke arah Suho dengan cepat. Membuat Suho secara tidak sadar sedikit memundurkan kursinya ke belakang.
"Kaumengenalnya?" Lagi-lagi secara cepat Kris bertanya. Membuat sang lawan bicara hanya mampu mengangkat sebelah alis dan balik bertanya, "A-apa?"
"Ah, err... Lu-lupakan saja," Kris menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan ia baru tersadar dari sesuatu. Ia menggaruk belakang kepalanya, malu sendiri karena tadi sempat sangat OOC. Sementara Suho tidak bisa melupakan itu begitu saja, jarang-jarang Kris bertindak sangat-tidak-Kris seperti itu.
"Kau berbicara mengenai Tao?" Suho menebak asal.
Kris yang semula bertindak acuh mendadak menoleh ke arah Suho ketika sebuah nama disebutkan. "N-namanya Tao? Yang barusan itu? Namanya Tao? Benarkah?" Dan kembali Kris menjadi sangat out-of-character.
"Y-ya..." Suho menjawab sedikit gugup karena ia merasa seperti diburu Kris, "Ada apa dengannya?" tanya Suho. Ini kali pertama Kris terlihat sangat tertarik pada seseorang.
"Bukan apa-apa," Kris kembali bersikap tenang, padahal dalam hatinya ia merasa seperti berada di awang-awang. Mengetahui nama orang yang disukai, bukankah itu menyenangkan. "Jadi Suho, bagaimana kau bisa mengenalnya?"
Nada bicara Kris yang kembali datar seperti biasa membuat Suho merasa tenang, itu berarti Kris sudah 'sembuh' dari gila dadakannya. "Tao adalah sepupuku, ia pindah ke Korea tiga bulan lalu. Sebelum ini ia tinggal di Qingdao."
Kris mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Suho. Ya, memang sekitar tiga bulan yang lalu ia bertemu dengan laki-laki bernama Tao itu. Ketika itu Tao tengah mencari ruang Kepala Sekolah. Dan ketika secara tak sengaja mereka bersisian, itu adalah saat di mana untuk pertama kalinya Kris Wu tersengat perasaan yang luar biasa. Lalu ia pun sadar kalau itu disebut dengan 'jatuh cinta'.
.
.
.
Hari ini adalah hari dimana kita menyebutnya dengan 'Hari Laporan'. Tampak koridor sekolah ramai dipadati oleh siswa di jam yang tidak seharusnya. Ya, pada hari ini sekolah selesai lebih awal dan siswa seharusnya pulang. Namun banyak dari siswa yang memilih tetap di sekolah dengan alasan menunggu orang tua mereka.
Kim Joonmyeon atau Suho tampak berjalan di koridor yang ramai. Berbeda dari siswa kebanyakan, anggota OSIS diharuskan tetap berada di sekolah untuk membantu orang tua yang kesulitan mencari kelas anaknya.
Dan Suho menghentikan langkahnya ketika ia melihat seorang orang tua siswa yang tampak kebingungan yang tengah berdiri membelakanginya. Sebagaimana tugasnya membantu orang tua yang kesulitan, Suho mendekatinya. Dari belakang Suho mengamati postur tubuh dari orang tua siswa di hadapannya.
Ia seorang laki-laki, tampak dari jas abu-abu yang ia gunakan. Tubuhnya tidak begitu tinggi, malah terkesan mungil. Rambutnya lurus berwarna kecoklatan. Tampak begitu lembut dan ringan, terbukti dari beberapa helai yang bergoyang pelan tatkala laki-laki itu menggerakkan kepalanya.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Suho berkata dengan sangat sopan. Laki-laki berambut cokelat itu berbalik dan itulah saat di mana Suho merasakan sebuah letupan yang menyenangkan di dadanya. Sebuah letupan yang tidak pernah Suho rasakan sebelumnya.
"Oh," laki-laki itu berjalan menghampirinya, "Bisa kau beritahu aku di mana letak ruang kepala sekolah?" Ia bertanya sambil tersenyum, sepasang lekuk kecil tampak di kedua belah pipinya saat ia tersenyum. Lesung pipit yang makin mempercantik laki-laki berambut cokelat itu.
"Maaf?" Laki-laki itu menggoyangkan tangannya di depan wajah Suho setelah selama beberapa detik ia menemukan Suho terdiam. Tak tahukah ia kalau Suho tengah memuji Tuhan atas ciptaan yang begitu indah ini?
"A-ah, tentu," Suho menjawabnya dengan cepat, "Mari kuantar." Sebenarnya Suho bisa saja menunjukkan arahnya, namun tampak sang cupid baru saja melepaskan anak panahnya pada ketua OSIS satu ini. Suho jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan bukan suatu hal aneh jika Suho ingin berlama-lama dengan laki-laki manis pemilik lesung pipit ini.
Waktu berlalu cepat dan kini Suho beserta laki-laki manis itu sudah berada di depan ruang kepala sekolah. "Terima kasih, kau sampai mengantarku,"ujarnya, "Maaf merepotkan."
"Tidak apa-apa, sudah tugasku."
'Cling~'
Angel smile andalan Suho terulas di wajahnya. Angel smile yang selalu mampu meluluhkan hati manusia mana pun. Ah, terkecuali tiga Zhang bersaudara itu. Sudahlah, toh mereka memang bukan manusia –demikian menurut Suho-.
Laki-laki itu menganggukkan kepalanya sekali, kemudian ia mengetuk pintu kepala sekolah. Setelah ada sahutan dari dalam barulah ia masuk, menghilang dari jarak pandang Suho.
Kini Suho berdiri sendirian di depan ruang kepala sekolah. Ia menghela napasnya. Meratapi apa yang baru saja terjadi. Debaran jantung dan darah yang berdesir hangat, Suho tahu itu adalah gejala penyakit bernama 'jatuh cinta'. Oh, dia jatuh cinta. Dia sudah jatuh cinta pada... Orang tua siswa?!
'Jderrrr!'
Tidak, tidak ada petir yang benar-benar muncul di langit. Backsound barusan menunjukkan petir lain yang kini menyambar-nyambar di kepala Suho. Suho yang malang, ia baru saja jatuh cinta dan kini Suho baru sadar kalau ia jatuh cinta pada orang tua siswa. Yang benar saja... Ia jatuh cinta pada seseorang yang memiliki anak yang berusia hampir sebaya atau sebaya dengan Suho.
Ah, tapi laki-laki barusan tidak tampak seperti orang tua siswa dari sisi manapun. Ia masih terlihat sangat muda. Lihat saja wajahnya yang mulus dan postur tubuhnya yang mungil. Seakan-akan memanggil seseorang untuk memeluk dan melindunginyaa. Laki-laki itu hanya tampak seperti berusia dua-tiga tahun di atas Suho. Tidak, tunggu, bisa saja dia adalah kakak atau saudara seorang siswa, ya kan? Memang pada hari laporan, jika orang tua berhalangan hadir maka diijinkan pengambilan laporan diwakilkan oleh keluarga yang lain.
Ya, benar. Laki-laki barusan pasti saudara dari seorang siswa. Ya, pasti begitu. Oh terima kasih, kini api cinta Suho –yang baru saja muncul dan kemudian padam- kembali memercik dan membara. Oh yeah, Suho harus berkenalan dengan laki-laki itu dan ia berniat untuk tetap menunggu sampai laki-laki itu keluar dari ruang kepala sekolah.
Suho tersenyum-senyum sendiri. Sudah lama sekali sejak ia merasa 'jatuh cinta', terakhir Suho jatuh cinta adalah saat ia masih di bangku menengah pertama. Dan Suho patah hati, karena ternyata orang yang Suho sukai mencintai teman dekat Suho. Miris.
Sejak itu Suho tidak pernah lagi jatuh cinta. Mungkin karena trauma, mungkin juga karena ia belum menemukan sosok yang tepat. Suho sempat berpikir kalau masa-masa di sekolah menengah akhir-nya akan berakhir tanpa indahnya cinta. Namun kini pemikiran itu terpatahkan. Terima kasih kepada Tuhan baik hati yang telah menurunkan malaikat di hadapan Suho.
Malaikat yang begitu cantik. Malaikat yang begitu indah. Malaikat yang begitu... "Pendek!" Sebuah suara. Besar, berat dan terdengar seperti menggelegar menyapa pendengaran Suho. Menghancurkan keping-keping indah mengenai malaikatnya. Oh sunggu pengganggu yang benar-benar mengganggu.
"Apa Kris?" Suho menoleh dengan senyum yang dipaksakan namun dalam hati ia mengutuk si Zhang sulung ini.
"Pintu ruangan OSIS terkunci," ujar Kris.
"Lalu? Bukankah kau yang memegang kuncinya terakhir?"
"Ya, tapi aku menghilangkannya."
Oh... Apa-apaan wajah tak berdosamu saat kau mengatakan itu, Zhang Yifan?
"Kau punya kunci cadangan kan Suho? Pinjamkan aku, ada sesuatu yang harus aku ambil."
"Aish..." Suho hanya bisa mengumpat tetapi ia tidak mampu berbuat banyak. Maka Suho berjalan menuju ruang OSIS dengan diikuti Kris. Meminjamkan kunci kepada Kris? Setelah Kris menghilang kunci sebelumnya? Tidak, terima kasih.
'Cklek.'
Pintu ruang OSIS terbuka. Kris berjalan santai memasuki ruangan OSIS kemudian mengambil tas ransel miliknya yang berwarna hitam. Ia memakainya dan berjalan keluar. "Kau mau kemana membawa tas seperti itu?" tanya Suho bingung.
"Pulang," Kris menjawab santai. Ia bahkan tidak menoleh kepada Suho dan berjalan tenang.
"Yah Zhang Yifan! Kita tidak diperbolehkan pulang!" seru Suho kesal. Siapa yang tidak kesal jika rekanmu pergi begitu saja meninggalkan pekerjaan.
"Ck, jangan marah-marah, nanti kau tambah pendek," ujar Kris santai, "Sudah jam segini, orang tua siswa yang datang pun pasti tidak sebanyak tadi. Ayolah, Kim Joonmyun pasti bisa mengatasinya. Lagipula masih ada anggota yang lain kan?"
"T-tapi..." Benar apa kata Kris. Selain Suho, masih ada sekitar enam orang lagi anggota OSIS yang bertugas hari ini. Ck, tapi tetap saja meninggalkan tanggung jawab seperti itu sangat tidak pantas. Apalagi oleh Kris yang memiliki jabatan sebagai wakil ketua OSIS. "K-" Suho yang sedari tadi melamun –berpikir- kini menyadari bahwa Kris sudah menghilang dari hadapannya.
"Dasar," geram Suho. Ia bisa saja menghabiskan waktu seharian di sini untuk mengutuki Zhang Yifan, namun Suho ingat ada misi lain yang harus ia lakukan. Menunggui malaikatnya. Oh tidak, jangan-jangan malaikatnya sudah keluar dari ruangan kepala sekolah.
Maka dengan langkah tergesa Suho kembali ke ruang kepala sekolah. Ia melewati koridor dengan cepat, berbelok melesat pada persimpangan. Suho terburu-buru dan ini adalah satu-satunya masa di mana Suho berharap memiliki kaki-kaki sepanjang para Zhang.
'Brugh!'
Baiklah, sebuah benturan terjadi. Suho terhuyung beberapa langkah ke belakang. "Aish, kau benar-benar pendek sampai aku tidak bisa melihatmu." Persimpangan urat muncul di dahi Suho. Setelah Zhang sulung, kini ia harus berhadapan dengan Zhang tengah. Ck, kenapa ia tidak bisa tenang tanpa setan-setan Zhang di sekitarnya.
Suho memutuskan untuk tidak mengurusi Chanyeol, jadi dia menghiraukan si pemilik Senyum Lebar dan kembali pada langkah tergesanya menuju ruang kepala sekolah.
Si Ketua OSIS hanya memutar bola matanya saat kini ia berpapasan dengan Zhang bungsu. Zhang Sehun yang tampan, berjalan tenang dengan kedua tangan di kantong. Bola matanya berkilat nakal. Oke, Suho mulai merasa aura kejahilan di sini.
"Oh," Sehun bergumam di depan Suho dan kini mereka berdua berhadapan. Sehun mengangkat tangan ke kepalanya sendiri, kemudian mensejajarkan tangannya ke arah Suho. Membandingkan tinggi tubuhnya dengan sang ketua OSIS. "Kurasa pertumbuhanmu terhenti," ia mengejek.
Zhang Kris, Zhang Chanyeol, Zhang Sehun. Kenapa ia hidup di sekeliling orang-orang macam mereka. Yang sulung suka bertindak seenaknya, yang tengah senang mengejeknya dan yang bungsu selalu menjahilinya. Sungguh Suho berharap untuk segera lulus sekolah agar terhindar dari makhluk-makhluk neraka –yang tampan- ini.
Tidak mau berlama-lama, Suho melewati Sehun dan melanjutkan perjalanannya menuju ruang kepala sekolah. Suho sudah bertekad ia harus berkenalan dengan laki-laki manis itu. Ia sudah menghadapi tiga kesialan –tiga Zhang- jadi Suho merasa ia berhak mendapat keberuntungan hari ini.
Dan... Kim Joonmyeon yang malang. Berdiri terpaku menatap Jung Yunho sang Kepala Sekolah berjalan di koridor. Kepala Sekolah tidak mungkin meninggalkan tamunya kan? Jadi sudah bisa dipastikan kalau malaikat Suho sudah pulang.
"Annyeong soensaengnim," Suho membungkuk hormat saat Yunho melewatinya. Yunho tersenyum dan membalasnya dengan anggukan kecil. Suho sudah berniat akan merayakan kesialannya ketika secara tiba-tiba ia teringat sesuatu. Mengapa tak ia tanyakan saja pada Yunho perihal malaikatnya itu?
"Y-Yunho soensaengnim!" Suho berbalik dan mengejar Yunho yang sudah berjalan agak jauh.
"Ya, apa?"
"Maaf, tapi apa anda tahu nama laki-laki yang tadi memasuki ruangan anda?" Yunho tampak menaikkan sebelah alisnya. Jelas ia bingung dengan perkataan Suho. "Ah maksud saya laki-laki bertubuh kecil dan berambut cokelat. Wajahnya tampak begitu lembut, senyumnya sangat indah dan suaranya bagai malaikat." Jung Yunho semakin bingung. Terima kasih Joonmyeon, kau menjelaskannya dengan sangat sangat detil.
"Apakah yang kau maksud laki-laki yang memakai jas abu-abu?"
"Ah, ne!" Suho mengangguk bersemangat.
"Ohh, namanya Zhang Yixing. Ada perlu apa? Apa kau mengenalnya?"
"Zhang... Yixing...?" Suho melafalkan nama itu pelan-pelan. Oh terdengar begitu indah dan membuat lidahnya bergetar, "A-ani. Gamsahamnida," Suho membungkuk sekali lagi kemudian berlalu dari hadapan Yunho. Hatinya kini tengah dilanda musim semi.
Zhang Yixing.
Nama yang indah, pantas untuk disandingkan terhadap malaikat secantik itu. Suho senang sekarang, kekesalannya oleh tiga setan tadi terhapus begitu ia mendapat sederet huruf pembentuk nama malaikatnya. Zhang Yixing, malaikatnya yang cantik. Dengan perawakan mungil menggemaskan serta lesung pipit yang menambah pesonanya.
Zhang Yixing.
Zhang Yixing.
Zhang... Yixing.
Zhang...
Tunggu...
"ZHANG?!"
.
.
.
Mungkin dulu Suho adalah seorang jenderal yang mengkhianati negaranya sendiri. Mungkin dulu Suho adalah perampok yang merampok sebuah rumah dan memperkosa anak gadis mereka. Atau mungkin Suho dulu adalah seorang pembunuh yang telah membunuh banyak orang secara sadis. Ah apapun itu yang pasti Suho yakin ia telah melakukan sesuatu yang sangat kejam hingga di kehidupan sekarang Suho mendapat karma.
Sejak bertemu Kris pada penerimaan siswa baru dulu Suho sudah merasa masa sekolahnya tidak akan tenang. Kris yang seenaknya suka memanfaatkan Suho. Dan tahun-tahun berikutnya semakin buruk saja karena kedua adik Kris pun memasuki sekolah yang sama. Zhang yang menyebalkan namun siapa sangka kini Suho justru jatuh cinta pada Zhang. Zhang Yixing, ibu dari ketiga setan itu. Suho benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin malaikat seindah Zhang Yixing memiliki anak-anak yang begitu menyebalkan.
Tiga hari berlalu sejak ia pertama kali bertemu dengan malaikat yang telah memenjarakan hatinya. Tiga hari di mana Suho berpikir haruskah ia memperjuangkan malaikatnya atau menyerah. Tidak masalah jika Yixing jauh lebih tua, ia hanya mempermasalahkan anak-anak dari malaikat itu. Lagipula Yixing sudah bercerai dari suaminya dan ia sedang sendiri.
Suho tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, setertarik ini pada seseorang yang bahkan baru ia kenal selama beberapa menit saja. Entah bagaimana bisa namun wajah, suara serta senyuman Yixing masih berbekas jelas di ingatan Suho.
Suho begitu ingin menjadi Yixing sebagai miliknya. Ya, miliknya. Benar-benar miliknya. Dan Zhang bersaudara itu sama sekali bukan halangan. Zhang Yixing adalah miliknya.
"Yeah! Zhang Yixing is mine!" Suho yang sedari tadi duduk di sofa berseru keras.
"Aish! Kau membuatku terkejut Junmahao!" Tao yang duduk di sampingnya memukul paha Suho dan menggerutu dengan bahasa China-Korea menjadi satu.
.
.
.
"Sebenarnya apa maumu memanggil kami bertiga sekaligus, Pendek."
'Twitch!'
Suho mengulas sebuah senyuman patah. 'Terima kasih sapaanmu yang begitu ramah, Zhang Sehun.'
"Aku lapar! Aku lapar!"
'Berhentilah merengek dengan suara besarmu itu, Zhang Chanyeol.'
"Cepatlah Pendek, ini jam istirahat seharusnya aku tidur siang, kau tahu?"
'Harusnya kau di ruang OSIS pada jam istirahat untuk mengerjakan sesuatu karena kau adalah wakil ketua OSIS, Zhang Yifan!'
"Jadi..." Suho kembali mengulas senyumnya. Seperti yang kita tahu bahwa Suho sudah membulatkan tekadnya untuk memiliki Zhang Yixing. Menjadikan Zhang Yixing sebagai pasangan hidupnya. Memahat nama marganya di depan nama anak-anak Yixing. Kim Yixing. Sounds good. Maka dari itulah Suho memanggil mereka bertiga ke ruang OSIS ini.
(a/n : Wanita Korea yang menikah tidak mengikuti marga si suami, anak-anaknyalah yang mengikuti marga si suami[ayah mereka].)
"Cepatlah Pendek!"
'Sabarlah sedikit, Kim Chanyeol.'
"Kemarin aku bertemu ibu kalian." Suho memulainya dengan satu kalimat yang sangat tidak jelas maknanya. Terlihat sekali para Zhang tampak kebingungan.
"Lalu?" sahut Sehun.
Suho menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan, "Aku... Aku menyukai ibu kalian." Oke, para Zhang mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini. "J-jadi," lanjut Suho, "Terima aku menjadi ayah kalian!" Suho membungkuk 90 derajat.
Hening.
Suasana mendadak hening...
Hening.
Hening...
Hee... Niiiing...
He-
"BWAHAHAHAHAHHAHAHAAA...!" Zhang tengah tertawa keras. Sangat keras hingga mungkin saja terdengar sampai ke luar ruangan OSIS.
"Tidak lucu, Pendek," ujar Sehun ketus sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.
"Jadi kau memanggil kami hanya untuk hal tidak penting ini?" sahut Kris sama ketusnya dengan si bungsu.
"M-memang tidak lucu karena aku tidak sedang bercanda!" seru Suho, "Aku memang mencintai ibu kalian dan berniat menikahinya."
'Srett!'
Dalam sekejap mata tubuh pendek Suho terhantam ke dinding. Apa lagi kalau bukan karena ulah ketiga Zhang itu. Lihatlah posisi Suho kita yang malang saat ini. Punggungnya menempel pada dinding. Tangan kirinya tertahan oleh Zhang Chanyeol, tangan kanannya dicengkeram erat oleh Zhang Sehun. Dan lehernya mendongak ke atas akibat tangan Kris berada pada lehernya, namun tidak menekan tentu saja. Suho yang pendek tampak tenggelam oleh tiga tiang listrik itu.
"Aku tidak suka bercandaanmu, Pendek," ujar Kris dengan nada yang sangat dingin. Sepasang matanya menatap dengan sangat menusuk ke arah Suho. Tidak hanya dari Kris, Chanyeol dan Sehun pun berbaik hati memberi sunbae mereka sebuah tatapan seperti ingin membunuh. Kalau bukan karena cintanya pada Zhang Yixing, Suho pasti sudah menangis memohon ampun dan menarik kembali ucapannya.
"A-aku tidak bercanda!" Suho menjawab cepat. Tidak, hanya seperti ini tidak akan membuatnya menyerah. Suho sudah menetapkan keinginannya memiliki Yixing dan jika Suho sudah berkeinginan maka ia akan meraih keinginannya, bagaimana pun caranya.
"Mungkin terdengar gila, tapi aku benar-benar mencintai Zhang Yixing!" Mata para Zhang membulat lebar mendengar Suho menyebut nama ibu mereka tanpa embel-embel apapun.
"Berhenti membual atau aku patahkan tanganmu!" Chanyeol berseru keras.
"Aku tidak membual! Aku tidak bercanda! Aku mencintai ibu kalian! DEMI LUU...HAAN! A- maksudku DEMI TU...HAN!" seru Suho Wiguna sekeras mungkin.
"Apa kau mengerti yang kau katakan eoh?"
"Aku tahu kalian tidak akan mudah percaya padaku. Tapi aku yakinkan kalian bahwa aku benar-benar mencintai Yixing! Setelah tamat sekolah aku akan bekerja keras!"
"Ka-"
'Cklek'
"Junma... Hao?" Tao tadinya berniat menemui sepupunya itu. Namun ketika ia membuka pintu yang ia dapati justru tiga orang super tinggi yang seperti mengelilingi sesuatu.
Sehun, Chanyeol serta Suho sama-sama menolehkan kepala mereka ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Itu kan..." gumam Chanyeol pelan.
"Si Panda," sahut Sehun sambil melirik pada kakak tertua yang kini membatu. Oh yeah, Zhang Yifan membeku seketika begitu mendengar suara menggemaskan dan begitu kanak-kanak milik Tao.
"T-Tao..." Suho bersusah payah mendongakkan kepalanya untuk melihat sosok Tao yang berdiri di depan pintu.
"Ada apa ini?" Tao bertanya dalam bahasa China. Namun bisa dimengerti oleh semua orang yang berada dalam ruangan tersebut. Suho bisa mengerti karena bibinya, ibu Tao, sering berkunjung ke rumah mereka dan terkadang berbicara menggunakan bahasa China. Sedangkan para Zhang tentu mengerti mengingat ibu mereka adalah asli orang China.
"B-bukan apa-apa Tao," Suho dengan mudah membebaskan tubuhnya. Sehun dan Chanyeol tanpa sadar melonggarkan cengkeraman mereka. Kris...? Oh jangan tanya, dia masih membeku.
"Cih," Sehun mendecih. Ia mendengus pelan seraya menyibakkan poninya ke belakang, hal yang sia-sia karena poni Sehun kembali berbaris rapi di dahinya. Tanpa berbicara apa-apa Sehun pergi begitu saja meninggalkan ruang OSIS. Chanyeol mengangkat bahunya. Ia menoleh sekali pada Suho dan memberi tatapan tajam kemudian mengikuti Sehun keluar dari ruang OSIS.
Tao yang bingung hanya memiringkan kepalanya, "Apa yang terjadi, Junma hao?"
"Tidak ada apa-apa Tao. Kau sendiri ada apa menemuiku?"
Tao tersenyum lebar. Ia melingkarkan tangannya pada lengan Suho kemudian menarik sepupu Korea-nya itu keluar, "Temani aku makan di kantin!" ujarnya bersemangat.
Dan kini ruang OSIS itu pun sepi tanpa kehidupan di dalamnya. Ops, sepertinya kita melupakan Zhang Yifan yang masih membantu. Sigh, betapa Huang Zitao memberi pengaruh besar pada Zhang Yifan.
.
.
.
"Baiklah demikian pelajaran hari ini," Lee soensaengnim menutup buku materinya, "Dan sebagai tugas akhir karena sebentar lagi ujian semester aku memberi kalian tugas berkelompok."
Suho tampak tenang di bangkunya. Ia menyangga pipinya dengan tangan kirinya dan tangan kanannya yang memegang pulpen menari-nari di atas kertas. Sebuah senyuman terulas ketika Suho melihat hasil karyanya. Sebuah potret diri akan Zhang Yixing. Kendati sebenarnya lukisan itu sendiri berbentuk abstrak. Tidak jelas apakah itu manusia atau bukan. Yah sudahlah, kita biarkan saja Suho bahagia dalam kungkungan cintanya terhadap Zhang Yixing.
Haaaaahh... Entah kapan Suho akan kembali bertemu dengan malaikatnya itu. Ck, kapan lagi Yixing akan ke sekolah? Mungkin pada hari penerimaan raport, karena pada hari itu hanya orang tua siswa diperkenankan mengambil raport anak mereka. Mana bisa Suho menunggu selama itu, bagaimana ia bisa mengambil hati Zhang Yixing kalau pertemuan mereka saja sekali-sekali. Satu-satunya cara adalah dengan sering mengunjungi kediaman Zhang Yixing. Tapi yah, kediaman Zhang Yixing juga berarti kediaman Zhang Yifan, Zhang Chanyeol dan Zhang Sehun.
Betapa perjuangan cinta itu sangat...
"Oi Suho, bagaimana setelah ini kita mencari referensi buku untuk tugas di perpustakaan?" Lamunan Suho buyar ketika teman sebangkunya menyikut lengannya.
"Humm? Apa?" tanya Suho bingung.
"Ck, kau tidak dengar kata soensaengnim eoh? Kita disuruh membentuk kelompok dua orang untuk mengerjakan tugas akhir," jelas Cho Kyuhyun, teman sebangku Suho.
"O-ohh..." Suho hanya menggaruk belakang lehernya. Ck, kerja kelompok yaa? Sebenarnya kalau boleh jujur Suho agak malas melakukan kerja kelompok. Ia lebih suka mengerjakan tugas sendiri, lebih cepat selesai. Ketimbang kerja kelompok yang agak merepotkan. Karena terkadang harus menyesuaikan jadwal untuk bisa mengerjakan tugas. Selain itu juga terkadang Suho harus pergi ke rumah rekan sekelompok untuk mengerjakan tugas ataupun sebaliknya. Dan bagi Suho itu sangat merepot-
Tunggu-
'Pergi ke rumah rekan sekelompok'...?
"So-soensaengnim! Izinkan aku satu kelompok dengan Kris!" seru Suho keras sambil berdiri dari bangkunya. Otomatis tindakannya itu memancing perhatian sekelas, termasuk Kris yang kini menatap Suho dengan tatapan aneh.
Lee soensaengnim tampak mengangkat sebelah alisnya, pasalnya ia yang menentukan kelompok bukan si siswa. "Err, tapi kau sudah dipasangkan dengan Kyuhyun-sshi."
"A-aku mohon soensaengnim! Tolong ijinkan aku satu kelompok Kris!" Lee soensaengnim menatap Suho dengan tatapan aneh, terlebih teman sekelasnya. Karena menurut pengamatan mereka Suho tidak terlalu akrab dengan Kris, terkecuali pada kegiatan OSIS.
"O-oh baiklah," gumam Lee soensaengnim seraya mencoret nama Kyuhyun yang menjadi partner Suho dan menggantinya dengan nama Zhang Yifan.
Suho menghela nafas lega karena soensaengnim mau merubah susunan kelompok. Tentu saja bukan tanpa alasan Suho berbuat demikian. Kalau ia satu kelompok dengan Kris itu berarti dia memiliki alasan untuk ke rumah Kris dan rumah Kris adalah rumah Yixing. Hm... Kau pintar Kim Joonmyeon.
"Cih," Kris mendecih pelan. Tidak perlu berlama berpikir pun ia sudah mengerti maksud aksi Suho tadi. Well, Zhang Yifan juga tidak kalah pintar.
"Nah baiklah demikian tugas kelompok kalian dan akan dikumpul minggu depan. Bagi yang tidak selesai maka tidak diijinkan mengikuti ujian semester," terang Lee soensaengnim, bersamaan dengan itu pun bel pulang sekolah berbunyi.
"Aku tahu apa maksudmu," Kris menghantam meja Suho lumayan keras. Suho yang tengah membereskan buku-bukunya mengangkat kepala dan menatap ke arah Kris, "Apa maksudmu?" tanyanya santai.
"Tidak perlu pura-pura bodoh, Pendek. Aku tahu ini ada kaitannya dengan ibuku," sahut Kris sengit.
"Kau berpikir seperti itu? Apa itu berarti kau menerimaku sebagai ayahmu?"
"Dalam mimpimu, Pendek!"
"Sudahlah Kris," Suho menghela nafas, "Tidak usah berpikir terlalu jauh. Kita akan mengerjakan tugas itu di rumahmu hari minggu ini."
"Ya! Ini memang tentang ibuku kan? Kau ingin merayu ibuku kan?" seru Kris, "Tidak, tugas itu kerjakan di rumahmu saja!"
"Ekh?" Suho terperanjat. Tidak, tidak boleh. Tugas itu harus dikerjakan di rumah Kris, kalau tidak begitu maka sia-sia saja Suho meminta sekelompok dengan Kris yang menyebalkan itu. "T-tidak bisa kalau di rumahku," sahut Suho.
"Kenapa tidak bisa? Alasan saja!"
Suho mulai kebingungan. Otak cerdasnya berputar cepat mencari alasan yang tepat. Pokoknya tugas itu harus dikerjakan di rumah Kris. "R-rumahku akan sangat ramai hari minggu nanti," Suho asal menjawab.
"Ramai? Ramai karena apa? Kau pikir kau bisa menipuku?"
"Eeeng... I-itu..." Suho menundukkan kepalanya. Alasan apa yang harus ia pakai? "K-karena orang tua Tao akan mengunjungi Tao hari ini. Kau tahu kan kalau Tao tinggal bersamaku?" Suho menjawab dengan jawaban yang asal-asalan. Namun tanpa ia ketahui jawabannya yang sembarang itu sukses membuat Kris berdiri membatu.
"A..." Kris bergumam, "B-baiklah kita kerjakan di rumahku."
O.O
Suho membulatkan matanya menatap sikap Kris yang tiba-tiba saja berubah drastis. Kris yang tadi seperti hewan ganas kini tampak bagai hewan peliharaan yang jinak. Dia hanya bisa melongo melihat Kris yangg berjalan perlahan ke arah pintu kelas.
'A-aku belum siap bertemu mertua,' batin Kris.
.
.
.
"Girl, I can't explain what I feel. Huuu~~~ wooaaa~ Oh baby~~~ My baby~ baby~ baby~ baby~~"
"Yah! Junma hao berisik!" Tao berteriak keras sambil memukul-mukul pintu kamar mandi dengan sadis. Menghentikan singer-wanna-be yang tengah melatih vokal di dalam sana. Tao hanya mendengus kesal. Sudah hampir satu setengah jam Suho di dalam kamar mandi. Belum lagi terkadang ia menyanyi-nyanyi sendiri. Mending kalau suaranya bagus seperti Chen EXO-M, lah ini...?
Well, hari ini adalah hari minggu. Hari di mana Suho akan mengerjakan tugas bersama Kris. Dan tahu apa artinya itu? Itu artinya Suho akan bertemu dengan malaikatnya, Zhang Yixing. Ia sudah menghabiskan sekian menit untuk memastikan tubuhnya benar-benar bersih dan harum.
"Zhang Yixing~~~ Aku datang sayang~~~" Dengan tubuh telanjang penuh sabun, Suho menari berputar-putar di kamar mandinya.
Sehabis mandi pun Suho menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk memilih pakaian. Dan akhirnya Suho memilih sebuah kaus berwarna abu-abu yang dilapis dengan jaket berwarna abu-abu. Dan sebuah jins berwarna biru muda. Cih, sebenarnya bisa Suho ingin memakai tuksedo hitam. Kalau perlu sambil membawa buket bunga dan cincin pernikahan.
"Hee~ Gege mau kemana?" Tao yang sedari tadi tengah membaca majalah di sofa menoleh ke arah Suho yang tampak rapi.
"Kerja kelompok di rumah Kris," sahut Suho. Tao hanya menganggukkan kepalanya. Setelah berpamitan pada ibunya, Suho pun melangkahkan kaki keluar rumah. Untuk menemui Yixing-nya tercinta.
.
.
.
'Ting nong~'
Suho kini sudah berdiri di depan pintu rumah keluarga Zhang. Rumah ini terkesan mungil namun tampak nyaman. Dindingnya didominasi oleh warna putih, begitu pula dengan cat pagarnya. Di depan rumah tersebut terdapat halaman yang tidak begitu luas namun bersih. Terdapat pula beberapa tanaman yang membuat rumah tersebut terkesan asri. Hmm... Zhang Yixing memiliki selera yang bagus dalam menata rumahnya.
Suho tersenyum-senyum sendiri sedari tadi, membayangkan Yixing tercinta yang akan membukakan pintu dan terpesona akan ketampanannya. Oh~ ini bukan rumah tetapi surga~
'Cklek.'
"Ah si Pendek ternyata."
'Ini bukan surga, ini neraka,' batin Suho sambil mempertahankan senyuman patah di wajahnya.
"Siapa yang datang, Sehun-ah?"
'Bagaimana mungkin ada malaikat yang tinggal di neraka?' kembali Suho membatin ketika telinganya menangkap alunan merdu suara Zhang Yixing.
Sehun –yang membukakan pintu- memutar bola matanya. Dengan ogah-ogahan ia membuka pintu lebih lebar mempersilahkan Si Pen- emm... Suho, untuk masuk. Memang sebelum ini Sehun sudah diberitahu Kris bahwa Suho akan datang.
Suho memasang senyum manisnya ketika ia memasuki rumah mungil tersebut. Dan betapa Suho nyaris ternganga ketika ia melihat sosok malaikatnya berdiri tidak jauh dari sana. Zhang Yixing tampak luar biasa hari ini. Sebenarnya pakaian yang dikenakannya biasa saja, hanya kaus abu-abu tangan panjang dan celana panjang berwarna putih. Namun yah... Apapun tentang Yixing selalu memukau Suho, kecuali anak-anaknya tentu saja.
Yixing tampak begitu bersinar, saking bersinarnya sampai-sampai Suho tidak menyadari sosok Sehun yang tengah menampilkan ekspressi garang.
"Kim Joonmyeon imnida, saya teman Kris," Suho membungkukkan badannya di hadapan Yixing (calon istrinya). Sangat sopan, melebihi ketika Suho memberi salam pada walikota.
"Ah ne, apa kau mencari Kris?"
"Tidak, saya ingin melamar anda."
Frontal sekali Kim Joonmyeon! Lihatlah Zhang Yixing yang tampak tidak berkutik karena perkata-
'Bugh!'
Sebuah sentuhan 'manis' dilayang secara sukarela oleh Zhang Sehun.
"B-biar kupanggilkan Kris," gumam Yixing agak canggung. Laki-laki berparas lembut itu kemudian beranjak pergi untuk memanggil putra pertamanya. Sementara Sehun dengan sangat tidak berkeperimanusiaan menyeret Suho ke ruang tamu.
"Oh, Pendek~" Suho hanya menggeratakkan giginya ketika ia menjumpai Zhang Chanyeol tengah duduk di sofa dengan setoples kue kering di tangannya.
Mengabaikan Chanyeol, Suho meletakkan tasnya di sofa kemudian mengeluarkan laptop dan buku-buku pelajaran kemudian meletakkannya di atas meja. Ia duduk manis di karpet –membelakangi Chanyeol- sambil menunggu rekan kelompoknya.
"Hoaaahhmm~ Kenapa kau datang?"
Kembali Suho menggeratakkan giginya saat ia melihat Kris dengan tampang bangun tidur berjalan ke arahnya. Yang benar saja, ini sudah jam 11 dan orang ini baru bangun tidur?
Untuk beberapa lama mereka tampak konsentrasi mengerjakan tugas. Ah, sebenarnya yang konsentrasi hanya Kris. Lihat bagaimana laki-laki tampan itu membolak-balik buku untuk mencari definisi mengenai tugasnya atau lihat bagaimana jemari panjangnya dengan cekatan menari di atas keyboard laptop-nya untuk mengetikkan tugas.
Dan Suho?
Oh, ketua OSIS kita yang tampan ini berubah seperti jerapah. Tidak menjadi jerapah, tetapi seperti jerapah. Lihat saja lehernya yang sengaja dipanjangnya dan memutar kesana kemari. Mencari Yixing tentu saja. Cih, apa gunanya Suho datang ke rumah ini kalau tidak untuk melihat ibu tiga anak yang masih tampak seksi dan menggoda iman tersebut.
"Ini kuenya~" Tampaknya Tuhan mendengarkan permohonan hati Suho, karena dari balik dinding dapur kini tampak sang malaikat berjalan ke arahnya. Terdapat di tangannya nampan berisi kue kering dan dua gelas minuman dingin.
"Silahkan," Yixing membungkukkan badannya untuk memindahkan sepiring kue kering dan minuman dingin dari nampan ke atas meja. Suho sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah lembut Yixing. Benar-benar aura keibuan menguar dari wajahnya yang putih mulus. Namun secara tidak sengaja bola mata Suho tergelincir dan melihat...
O.O
Ommo! Dua bola mata Suho sontak membulat atau bisa dikatakan nyaris keluar dari kelopak matanya. Betapa tidak, lihatlah apa yang terhidang di hadapan Suho sekarang. Posisi Yixing yang menunduk membuat leher kaus yang ia kenakan jatuh dan alhasil memperlihatkan pemandangan yang membuat Suho muntah pelangi.
Dada putih dan mulus milik Yixing terekspos jelas di depan mata Suho. Ini adalah pemandangan terindah yang Suho lihat, lebih indah dari ketika ia mengintip Kim Jaejoong soensaengnim yang sedang buang air kecil. Astaga~ betapa Suho ingin...
'Jdugh!'
'Bugh!'
Dua serangan. Dari arah depan dan arah belakang. Menghantam kepala Suho secara bersamaan. Zhang Chanyeol yang dengan santainya menendang belakang kepala Suho dan Zhang Yifan yang dengan teganya menghantamkan buku setebal 300 halaman ke wajah Suho.
Poor Suho... Yah, tidak ada yang gratis di dunia ini. Segala sesuatu yang menyenangkan pasti disertai resiko. Termasuk ketika kau mengamati dada indah milik Zhang Yixing.
*pukpukSuho*
.
Suho kini sendirian di ruang tamu itu. Chanyeol sudah pergi untuk tidur siang dan Kris tadi pergi ke toilet. Sedangkan Sehun, Suho tidak melihatnya dari tadi. Bagaikan maling yang mendapati rumah mewah dalam keadaan tidak terkunci, Suho tersenyum lebar. Kepalanya menoleh ke sana kemari, Suho kemudian beranjak menuju dapur. Dia tahu Yixing berada di sana, karena sedari tadi Suho mencium aroma kue kering.
Dan benar saja, begitu sampai di dapur Suho dihadapkan pada sosok malaikatnya yang tengah menekan-nekan tombol pada oven. Di meja makan terdapat mangkuk-mangkuk, sendok, mixer dan beberapa bahan untuk membuat kue.
"Ah Joonmyeon-sshi," Yixing sedikit terkejut ketika ia berbalik dan melihat teman dari anaknya.
"Membuat kue ya?" Suho berbasa-basi. Hanya dengan melihat pun ia bisa mengetahui apa yang tengah Yixing kerjakan.
"Umm, ya..." sahut Yixing. Suho menganggukkan kepalanya. Ia pernah dengar dari Kris bahwa ibunya membuka sebuah cafe.
Cafe-nya memang tidak terlalu besar, namun cukup ramai dikunjungi pembeli. Apalagi kalau yang menjaga cafe adalah Kris atau kedua adiknya. Ya, terkadang jika ada waktu luang, Kris, Chanyeol dan Sehun, pergi ke cafe ibu mereka untuk membantunya. Yixing sendiri sampai saat ini memperkerjakan dua karyawan di cafe-nya. Selain menjual kue, cafe tersebut juga menjual es krim dan makanan kecil lainnya.
"Pasti repot membesarkan tiga orang anak sendirian," gumam Suho. Yixing yang tengah mendinginkan kue yang baru saja keluar dari oven menatap Suho dengan tatapan sedikit terkejut. Aneh saja mendengar teman putranya berbicara seperti itu.
"Tidak juga," Yixing menyahut singkat sambil tersenyum tipis. Pertanyaan seperti ini sering mampir padanya, jadi ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Suho.
"Kalau ada pasangan tidak akan serepot ini ya?" celetuk Suho lagi. Dia sedang memulai PDKT, pemirsa. "Tidak berniat mencari appa baru untuk Kris?"
Pertanyaan Suho membuat Yixing tertawa pelan, "Memangnya ada yang mau pada orang tua sepertiku ini?"
"Tentu saja ada," sahut Suho cepat, "Contohnya saja a-"
'Jdugh!'
"Cukup sampai situ bicaranya, Pendek," gumam Chanyeol dingin seraya menangkap kembali bolanya yang baru saja memantul dari kepala belakang Suho. Suho hanya bisa mengelus dada, tidak mungkin ia memarahi Chanyeol di depan Yixing. Bisa-bisa ia ditendang keluar rumah.
"Umma, aku mau latihan. Apa ada kue yang bisa kuantar sekarang?" ujar Chanyeol sambil mencomot satu kue kering cokelat.
"Ini," Yixing menjejerkan tiga toples bening berisi kue kering warna-warni di depan Chanyeol, "Langsung berikan pada Xiumin mengerti? Jangan tinggalkan di meja cafe."
"Ne..."Chanyeol mengangguk paham seraya mengambil ketiga toples itu sekaligus kemudian melenggang pergi. Suho sedikit tertegun melihat adegan ibu-anak di depannya. Tidak pernah Suho melihat Chanyeol berbicara begitu lembut seperti ketika tengah berbicara dengan Yixing.
"Ah di sini kau rupanya, Pendek." Habis Chanyeol, terbitlah Kris. Dengan santainya ia menarik tangan Suho dan menyeret pemuda itu menjauh.
"Yah Kris, kenapa kau kasar sekali pada appa-mu ini eoh?" Kris menoleh pada Suho dan sebuah pukulan dilayangkan seikhlas-ikhlasnya. Tanpa disadari oleh Kris dan Suho, Yixing yang tengah mencicipi kue buatannya langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan Suho.
.
.
.
Suho terlalu bahagia. Sangat bahagia bahkan sampai ia sulit tidur. Lihat saja, kendati jam sudah menunjukkan pukul dua dinihari namun ia masih belum memejamkan mata. Betapa tidak, pikiran Suho masih melayang ketika ia berada di rumah Zhang tadi.
Suho masih ingat bagaimana Yixing tersenyum ketika ia akan pulang dan berkata dengan suara lembutnya, "Datang lagi yaa...?" Tentu saja saat itu Suho menganggukkan kepalanya meski diiringi dengan tatapan garang Kris dan Sehun.
"Aaaaahh~ My Yixing~~~" Dengan tidak elitnya Suho berteriak tidak jelas sambil berguling-guling di atas kasur. Ah, cinta memang berjuta rasanya~
.
Laki-laki bertubuh tinggi itu berdiri di depan kamar umma-nya. Ia tadi berniat untuk meminjam charger ponsel milik umma-nya, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat apa yang terjadi di dalam sana. "Umma..." Ia bersuara pelan.
Laki-laki yang dipanggil umma itu tampak terkejut, buru-buru ia menyembunyikan sebuah pigura foto yang ia pegang dari tadi, "Shi Xun..." gumam Yixing pelan. Shi Xun, atau Sehun, hanya memandang datar pada laki-laki yang telah membawanya ke dunia ini. Tindakan yang sia-sia bagi Yixing ketika ia menyembunyikan pigura foto tersebut.
"Ada apa?" Yixing berkata lembut secara menghampiri putra bungsunya itu.
Sehun tidak langsung menjawab. Ia menatap umma-nya dengan tatapan dingin kemudian membuang pandangannya. "Wae?" tanya Yixing sekali lagi.
"Kenapa umma masih mengingatnya," Sehun berkata sedingin es. Yixing yang mendengarnya tampak terkejut, namun ia mengerti mengapa Sehun berkata demikian.
"Umma tidak ingin membicarakan ini," Yixing memalingkan wajahnya.
"Kalau begitu berhentilah mengingatnya umma! Berhentilah terus memandangi fotonya! Apa ia pernah mengingat kita? Ia bahkan tidak peduli pada kita!" seru Sehun keras. Sehun tidak habis berpikir mengapa umma-nya masih memikirkan laki-laki yang tak jelas dimana berada. Laki-laki yang sangat Sehun benci.
"Shi Xun, jaga ucapanmu!" Yixing balas berseru. Ia mengerti betapa Sehun membenci laki-laki itu, namun tetap saja bagi Yixing itu bukan alasan. Bagaimana pun laki-laki itu adalah...
"Kenapa? Kenapa aku harus menjaga ucapanku tentang dia? Dia tidak pantas untuk diingat lagi umma!"
"Shi Xun dia ayahmu!"
"Lalu di mana dia sekarang? Kenapa tidak bersama kita? Laki-laki breng-"
'Plakk!'
Sehun tersentak begitu tangan hangat yang biasa membelainya penuh kasih kini menamparnya begitu keras. Ini pertama kali umma-nya memukulnya dan karena laki-laki tak bertanggung jawab itu. Sehun menundukkan kepalanya, tangannya terkepal erat. Berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya.
"S-Shi Xun..." Yixing sama terkejutnya seperti Sehun. Benar-benar ia merasa seperti kehilangan beberapa detik ketika tangannya melayang dan memukul Sehun dengan keras. Tidak, tidak, Yixing sudah berjanji tidak akan pernah memukul anaknya sendiri. "Shi Xun..." Yixing bergumam lemah, berusaha menyentuh putranya. Dan betapa ia terpukul ketika Sehun menepis tangannya dan pergi dari hadapannya. Sehun bahkan tidak berhenti ketika bahunya menabrak bahu Chanyeol.
"Yah Sehun!" seru Chanyeol pada adiknya. Yixing tampak terkejut ketika ia mendapati Kris dan Chanyeol ternyata sudah berdiri di ambang pintu.
"B-biar aku yang mengejarnya," ujar Chanyeol dan langsung beranjak dari tempatnya berdiri.
Kris masih berdiri di sana, menatap umma-nya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tidak usah umma pikirkan, dia memang seperti itu kan kalau menyangkut appa?" gumam Kris berusaha menenangkan umma-nya. Kris tahu, sangat tahu, betapa Sehun membenci ayah mereka. Dan Kris maklum akan hal itu.
Yixing menarik nafas dalam kemudian menganggukkan kepalanya. "Umma tidurlah, aku akan bicara pada Sehun. Chanyeol tidak mungkin bisa membuatnya tenang." Yixing hanya mengangguk. Ia tidak berkata apapun sampai Kris menutup pintu kamarnya. Setitik air mata mengalir di pipinya ketika telinganya menangkap suara sepeda motor. Sudah bisa ditebak, Sehun pergi dari rumah.
"Shit, aku tidak bisa mengejarnya," umpat Chanyeol di ambang pagar rumah. Ia hanya bisa memandang pada Sehun yang melajukan motornya kencang.
"Benar-benar anak itu..." gumam Kris yang baru saja menghampiri Chanyeol.
"Apa kita perlu mengejarnya hyung?"
Kris menggeleng, "Biarkan saja. Paling dia pergi ke apartemen Luhan soensaengnim. Dia perlu ketenangan. Sebaiknya kita masuk ke dalam, aku harus membuat surat izin untuk Sehun. Dia pasti tidak akan masuk sekolah besok."
Side story
(KrisTao-ChanBaek-Hunhan)
EXO High School hari ini pun damai seperti biasa. Koridor-koridor tampak ramai karena memang saat ini tengah jam istirahat. Biasanya di saat seperti ini para siswa dan siswi akan berdesakan di kantin atau memakan bekal di dalam kelas. Namun tidak halnya pada laki-laki tampan berambut pirang ini. Laki-laki yang dijuluki Pangeran Zhang ini kini tengah duduk santai. Menyamankan dirinya di atap sekolah. Hari ini ia tidak membawa bekal, sedang malas.
Saat ini Kris membutuhkan ketenangan. Dari penggemarnya serta dari teman sekelasnya, Kim Junmyeon. Hah, laki-laki itu sedikit membuat Kris merasa kesal. Si Pendek itu terus bertanya kapan akan kerja kelompok lagi. Cih, bilang saja ingin merayu eomma-nya. Dan Kris merasa kalau Junmyeon itu gila karena jatuh cinta pada eomma-nya. Memang Kris akui kalau eomma-nya masih memiliki pesona untuk menarik pasangan, tapi masa harus Si Pendek Junmyeon?
"Haaaahh..." Kris menghela napasnya. Ia memejamkan matanya bermaksud untuk tidur sejenak. Dan tidak ada yang boleh mengganggunya. Tidak ada yang boleh mengganggu ketika Kris Zhang tertidur, termasuk para guru. Dan jika ada yang berani mengganggunya, Kris bersumpah akan mematahkan lehernya.
'Brakk!'
Oh baiklah. Baik sekali, ada seseorang yang ingin dipatahkan lehernya ternyata.
Kris menolehkan kepalanya. Ingin lihat siapa makhluk yang berani mengganggu tidurnya dengan membuka pintu sekeras itu. Cih, apa dia tidak lihat kalau Kris sedang tidur eoh? Kris bersumpah akan mematahkan leher orang ini.
"Eh? Kris sunbaenim?"
O.O
Batu no Jutsu!
Andai saja ada jurus semacam itu. Jurus di mana dia bisa berubah menjadi batu, Kris pasti akan menggunakan jurus itu sekarang. Oh mengapa harus dia yang datang saat ini. Saat Kris tidak mampu mengelak kemana-mana. Sosoknya yang tinggi menjulang kini terkunci telak dalam tatapan sepasang mata bulat yang polos itu.
"Kris sunbaenim?" Ah, ia menyebut nama Kris dengan suaranya yang sungguh menggemaskan. Si Polos itu, Si Manis itu, Si Imut itu, Kris tidak tahu kata apa lagi yang pantas digunakan untuk mengambarkan sosok menggemaskan di hadapannya ini.
"A... Apa yang kau lakukan di sini?" Kris bertanya sambil memalingkan wajahnya. Ia tidak mau Tao melihat wajahnya yang kini merah padam. Maklum, selama ini Kris hanya mengamati Tao-nya dari jauh. Dan ini adalah kali pertama ia berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Panda ini. Berdua pula.
"A... Aku... T-tersesat..." Tao berbicara dalam bahasa Korea yang patah-patah. Memang sampai saat ini Tao belum bisa menguasai bahasa Korea kendati ia sudah tiga bulan di sini dan ini sangat menyulitkan Tao dalam kegiatan belajar mengajar. Namun untunglah teman-teman sekelasnya mau membimbing Tao, begitu pula gurunya. Mereka berbicara dengan bahasa Korea yang lambat pada Tao agar Tao mengerti.
Kris mengangkat sebelah alisnya, ia mengerti apa yang Tao katakan, "Pakai bahasa China saja," ujar Kris kemudian dalam bahasa China. Tao yang mendengar hal itu langsung memasang senyum sumringah. "Kris-ge orang China?" Ia bertanya, dalam bahasa China tentunya. Kris mengangguk, masih tidak sanggup menatap wajah Tao terlebih ketika ia tersenyum seperti ini. Uhh, auranya membuat Kris silau.
"Jadi, kenapa kau bisa tersesat?" tanya Kris.
"Umm..." Tao menundukkan kepalanya. Tanpa sungkan ia berjalan mendekati Kris dan duduk di samping Kris. Menghiraukan Kris yang terkena serangan jantung mendadak –oke, berlebihan memang-. "Aku mencari Junma hao~ Waktu kulihat di ruang OSIS ternyata dia tidak ada di sana. Lalu aku cari ke kelasnya, tidak ada juga. Lalu aku ke ruang kesehatan juga tidak ada." Tao sibuk mengoceh, sama sekali ia tidak menyadari Kris yang merasa gelisah tidak tentu.
Sekedar informasi, selama ia menyukai si Panda ini, ini adalah untuk pertama kalinya ia sedekat ini dengan Tao. Biasanya Kris sudah sangat senang hanya dengan melihat Tao dari jauh. Entah dari jendela, mengintip dari balik dinding atau duduk manis di kantin dengan segelas orange juice sambil menatap lurus pada Tao. Dan sekarang Tao berada di sampingnya. Bisa bayangkan segugup apa Kris.
"Gege~" Tao menyenggol bahu Kris dengan bahunya, "Kenapa diam saja? Apa gege tidak suka aku di sini?" Ia menoleh pada Kris. Menyosorkan wajahnya pada Kris. Wajah yang kini terlihat sangat menggemaskan. Dengan mata bulat yang berbinar lucu, alis yang merendah dan tidak lupa bibir kucing yang mengerucut lucu.
Betapa Kris ingin lari ke pagar pembatas dan meloncat dengan indahnya.
"T-tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu," gumam Kris, sedikit ia menggeser pantatnya menjauh dari Tao. Bukan tidak suka, hanya untuk memastikan jantungnya tetap berdetak.
"Apa yang gege pikirkan?" tanya Tao. Kris sedikit tertegun melihat cara Tao berbicara padanya. Terkesan sangat akrab, padahal kenyataannya mereka baru kali ini berbicara berdua saja seperti ini.
"Emm... Hanya tentang pelajaran," Kris bergumam asal. Oh bagaimana Kris bisa lupa pada sifat Tao yang ia simpulkan sendiri dari hasil stalking-nya. Tao yang manis ini sangat mudah mengakrabkan diri pada orang lain, mungkin karena sifat polosnya yang terlampau untuk anak seumurnya. Tidak hanya itu, Tao juga sangat manja.
"Begitu..." Tao menganggukkan kepalanya, "Kris-ge," Sekujur tubuh Kris merinding mendengar namanya disebut dengan suara kekanakkan Tao yang menggemaskan. Dan Kris benar-benar merasa seperti kehilangan rohnya ketika tubuh Tao mendekat dan menempel. ME NEM PEL!
'Gyut~'
"Gege~ Apa gege pernah merindukan China?" Si Panda itu dengan santainya melingkarkan tangannya pada lengan Kris. Oh bukan hal aneh jika Tao melakukan ini, ia sudah biasa seperti ini pada semua temannya. Tidak tahukah kau Huang Zitao? Kau membuat Pangeran Wu kita terkena serangan jantung. "Korea menyenangkan sih, tapi aku lebih suka Qingdao." Seakan belum cukup Tao kini menumpukan kepalanya di bahu Kris.
Dan perlu kalian ketahui bahwa Kris Wu sudah pingsan saat ini. Pingsan, benar-benar pingsan.
.
"Bodoh! Chanyeol bodoh! Bodoh!" Ia tidak henti-hentinya mengeluarkan umpatan dari bibirnya yang kecil mungil. Wajahnya yang imut tampak memerah menahan kesal. Lihat saja rambut cokelat halusnya yang kini bertaburan nasi. Tentu bukan ia sendiri yang menaburkan nasi itu di kepalanya. Byun Baekhyun tidak sebodoh itu.
"Oh Baekhyun." Baekhyun mengangkat kepalanya dan melalui kaca besar di hadapannya ia melihat teman sekelasnya baru saja keluar dari salah satu bilik toilet, Kyungsoo. Hmp, ia kira ia sendirian di toilet ini. Tanpa memperdulikan Kyungsoo, Baekhyunn kembali membersihkan rambutnya dari serpihan-serpihan butiran nasi tersebut.
"Rambutmu kenapa?" tanya Kyungsoo. Ia berjalan mendekat ke arah wastafel, memutar keran dan mencuci tangannya di sana.
"Menurutmu?" jawab Baekhyun ketus, masih dengan kegiatan sebelumnya. Jangan kira Baekhyun orang yang judes, ia hanya sedang kesal.
"Chanyeol, hm?" tebak Kyungsoo. Dan ia tidak membutuhkan jawaban dari Baekhyun untuk membenarkan jawabannya.
"Aku tidak mengerti apa mau laki-laki gila itu!" seru Baekhyun kesal. Masih terbayang di benaknya ketika ia berada di kantin, tengah bersiap menyantap makan siangnya tiba-tiba si tiang listrik berjalan itu datang dan entah bagaimana dia tersandung. Alhasil mangkuk berisi nasi yang tengah dipegang Chanyeol terlempar dan mendarat tepat di atas kepala Baekhyun. Baekhyun yakin betul si bodoh Chanyeol itu melakukannya dengan sengaja.
"Kenapa hanya aku yang ia kerjai, eoh? Memang aku pernah melakukan apa kepadanya? Apa salahku?" Baekhyun merocos bertubi-tubi. Menumpahkan kekesalan sejak ia pertama kali menginjak sekolah ini. Ya, sejak pertama ia masuk sini ia sudah menjadi bulan-bulanan Zhang tengah itu. Entah apa alasannya, Baekhyun tidak pernah berhasil menyimpulkan alasan mengapa ia menjadi sasaran kejahilan Chanyeol.
"Mungkin saja dia menyukaimu," celetuk Kyungsoo santai namun sukses membuat Baekhyun terbatuk-batuk keras. "A-apa?!" serunya pada si mata bulat itu. Sedangkan Kyungsoo hanya mengedipkan matanya beberapa kali, heran sendiri atas respon berlebihan dari Byun Baekhyun.
"Aku bilang mungkin saja dia menyukaimu," kembali Kyungsoo berujar santai.
Baekhyun mendengus keras, "Mustahil," ujarnya ketus.
"Kenapa tidak? Kau tidak pernah melakukan sesuatu yang membuat Chanyeol membencimu kan?" tanya Kyungsoo sambil menatap Baekhyun melalui cermin di depannya. Baekhyun tampak menggeleng menyahut pertanyaan Kyungsoo. "Berarti dia tidak punya alasan untuk membencimu. Dan alasan mengapa ia menjahilimu adalah karena dia menyukaimu~"
"Hekh!" Baekhyun tertohok mendengar analisis(?) dari Kyungsoo. Yah, kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Pasalnya di sekolah ini HANYA Baekhyun yang dijahili seperti itu oleh Chanyeol. T-tapi... Masa Chanyeol menyukainya? Yang benar saja...
"Mukamu merah lho~" Kyungsoo menarik senyumnya ketika melihat Baekhyun tergagap dan menutupi wajahnya. Aish, kenapa dia jadi berdebar-debar seperti ini? Kalau memang benar Chanyeol menyukainya, apa alasan Chanyeol?
Maksudnya begini, Chanyeol itu tinggi, tampan dan populer. Apa yang membuat laki-laki sesempurna itu jatuh cinta pada seorang Byun Baekhyun yang bukan siapa-siapa? Apa di dunia ini sudah tidak ada orang lain sampai Zhang Chanyeol menyukai Baekhyun?
"Mustahil," gumam Baekhyun lirih, "Lagipula kalau dia menyukaiku kenapa dia menjahiliku terus?" tanyanya sambil menoleh pada Kyungsoo. Kyungsoo terdiam dan sebentar dan kemudian ia mengangkat bahunya. "Tidak ada alasan yang tepat untuk mendukung perkataanmu," ujar Baekhyun sambil tersenyum lirih, "Dan lagi aku tidak suka tipe yang seperti dia, aku suka yang romantis." Dengan itu Baekhyun berjalan menuju pintu.
'Jdugh!'
Tidak sengaja jidatnya terantuk sesuatu tepat ketika dia membuka pintu. "Yah Byunbaek, ini toilet laki-laki. Apa kau tidak salah masuk toilet?" Dahi Baekhyun berkedut mendengar suara besar yang selama 2 tahun ini mengganggu kenyamanan kehidupan bersekolahnya. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Chanyeol yang terhormat.
Baekhyun mendongakkan kepalanya. Menatap wajah yang super tampan tetapi juga menyebalkan. Ia tidak berniat membalas Chanyeol, ia hanya mendengus dan berlalu pergi begitu saja. Menghela napas melihat Baekhyun yang meninggalkan.
'Plok.'
Perhatian Chanyeol teralih kala ia merasa seseorang menepuk bahunya. Ia menoleh dan mendapati seseorang yang tingginya sama seperti Baekhyun. Do Kyungsoo, dia adalah teman dekat Baekhyun, Chanyeol sering melihat mereka bersama. "Kau dengar kan? Dia suka pasangan yang romantis," laki-laki manis bermata bulat itu berlalu begitu saja. Meninggalkan Chanyeol yang tersenyum miris.
.
.
.
Laki-laki manis dengan rambut cokelat muda itu membereskan barang-barangnya. Hari ini ia pulang cepat, ia sudah meminta Yoona soesaengnim untuk menggantikannya di ruang kesehatan hari ini. "Luhan-sshi anda pulang cepat?" tanya Yoona yang baru saja datang.
"Ne," Laki-laki berkewarganegaraan China itu menganggukkan kepalanya, "Teman lamaku menginap di apartemenku hari ini. Tidak enak meninggalkannya lama-lama," ia tersenyum lembut sekali. Yoona hanya mengangguk. Wanita cantik itu meminggirkan badannya ketika Luhan hendak meninggalkan ruangan kesehatan.
"Luhan soensaengnim!" Luhan berhenti melangkah saat ia mendengar seseorang memanggilnya.
"Oh, Chanyeol-ah," gumam Luhan sambil tersenyum. Dengan siswa lain, biasanya Luhan menyebut nama mereka dengan embel-embel –sshi. Namun tidak untuk kakak beradik Zhang ini. Luhan sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri, demikian pula sebaliknya. Bahkan Luhan pun sudah sangat akrab dengan Yixing, ibu mereka atau bisa dikatakan calon mertuanya.
"Sehun di apartemenmu, ge?" tanya Chanyeol.
"Umm," Luhan mengangguk, "Maaf aku tidak bisa membujuknya untuk sekolah hari ini."
"Huft, seharusnya kami yang minta maaf. Si Bodoh itu merepotkan gege terus," dengus Chanyeol akan sikap adiknya Sehun.
"Yah, Si Bodoh itu kekasihku tahu," Luhan pura-pura cemberut, "Baiklah, aku harus pulang sekarang. Sampai nanti Chanyeol-ah."
"Ne Luhan-ge. Ah ya, coba sekali saja gege tidak usah memanjakan dia," ujar Chanyeol. Luhan hanya terkekeh pelan mendengarnya. Tidak memanjakan Sehun? Bukankah terkadang justru Sehun yang memanjakannya? Tidak menjawab apa-apa, Luhan hanya berlalu sambil melambaikan tangannya.
.
"Aku pulang," Luhan memberi salam begitu ia membuka pintu. Ia memang memiliki kunci cadangan, jadi tidak perlu menggedor pintu dan meminta Sehun untuk membukakan pintu.
Sepasang mata bulat Luhan yang menggemaskan tertuju pada sosok lain yang tengah duduk di sofa sambil mengunyah sesuatu. Ah, cemilan simpanan Luhan. "Sudah makan siang?" Luhan menghampiri sosok yang merebut seluruh hatinya itu dan memberikan kecupan kecil di pipinya. Zhang Sehun menoleh dan menggeleng dengan mulut gembung penuh dengan cemilan yang belum ia telan.
Luhan meletakkan tasnya sembarang tempat, ia kemudian masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian dengan yang lebih santai. Tidak lama ia keluar dengan mengenakan kaus abu-abu dan celana kaus setengah paha berwarna putih. Luhan duduk di samping Sehun dan begitu menyadari Luhan duduk di sana tanpa sungkan Sehun langsung merebahkan kepalanya di atas paha Luhan. Luhan hanya tersenyum lembut melihat tingkah manja handsome devil-nya ini.
"Kau tidak lapar?" tanya Luhan sambil mengelus rambut halus Sehun.
"Sedikit," sahut Sehun singkat.
"Aku sedang ingin cheese cake, kau?" Sehun memutar bola matanya mendengar ucapan Luhan. Tanpa suara ia mengubah posisi tidurnya, membenamkan wajahnya ke perut rata Luhan. Sehun mengerti apa maksud Luhan. Cheese cake yang dimaksud Luhan adalah cheese cake buatan Yixing alias ibu Sehun. Sehun paham betul kalau Luhan sangat suka cheese cake buatan ibunya itu.
Dan itu berarti secara tidak langsung Luhan ingin mengajak Sehun bertemu Yixing. Bukannya tidak mau bertemu ibunya, hanya saja Sehun masih merasa kaku setelah semalam.
"Ayolah, apa kau tidak lapar hm?" Luhan menundukkan kepalanya. Dengan lembut ia mengusap pipi putih Sehun. "Umma marah padaku," suara Sehun tidak terlalu terdengar karena terhalang oleh perut Luhan.
"Tidak akan," jawab Luhan lembut. Ia mengerti betul perasaan Sehun. Masih jelas di benaknya ketika malam-malam kemarin ketika ia sudah tidur Sehun datang ke apartemennya. Luhan yang masih mengantuk kala itu begitu terkejut ketika ia membuka pintu dan Sehun langsung memeluknya erat.
"Kau yakin?" Sehun menggeser wajahnya hingga ia dapat menatap wajah Luhan.
"Apa aku pernah marah padamu?" Luhan justru balik bertanya, membuat Sehun kebingungan. Sehun menggeleng sebagai jawaban. Ya, Luhan tidak pernah marah padanya, tidak sekali pun.
Seulas senyum tipis terukir di wajah lembut Luhan. Ia menundukkan kepalanya dan mencium dahi Sehun dengan lembut. "Jika aku yang menyayangimu ini tidak pernah marah padamu, apalagi ibumu yang sangat sangat menyayangimu."
=tbc=
Author curcol :
Tadaaa~ ini dia ^^ Kemarin Cezzie sedih banget dihapus admin FFn, tapi yah sudahlah. Aaaah~ Adakah yang sudah lihat teaser WOLF? Whoaaa~ Cezzie excited bangettt~ Tao cakepppp deh di situ~ Ada scene KaiTao and HunTao juga~ Hehehehehee : Tapi ada KrisTao jugaaa~~~ Kyaaa~
Nah, nah, Cezzie seperti biasa mohon review-nya yaa