You Don't Need Me Anymore

Author: gildal

Cast: 2MIN


Suara langkah yang beradu padan dengan marmer mewah terdengar menggema, mengingat jarum arloji ditangan kanannya yang baru menunjuk angka 07:00 am. Waktu yang masih sangat awal jika harus menggugah sang boss untuk segera ke kantor. Namun ia terlihat tak peduli, suara langkahnya yang semakin cepat menyusuri selasar ruangan lenggang untuk menjajaki anakan tangga seolah menggambarkan rasa tak sabar yang tengah menguasainya saat ini.

Nafasnya terengah begitu seseorang memaksa ia untuk menghentikan langkahnya, namja kurus dengan tanda merah yang terlihat begitu jelas menjalar dileher namja manis itu berdiri dihadapannya. Hoodie longgar yang mengekspos sebagian bahunya seolah memamerkan hasil aktivitas yang sudah sangat ia pahami.

"Menyingkirlah Lee Taemin. Presdir akan mendarat di Korea beberapa jam lagi dan staf perusahaan harus segera berkumpul untuk mendiskusikan proyek. Apa semalam kau membunuh Minho hingga membuatnya tak juga bangun sampai saat ini? Ah benar, kau 'kan pencuri. Kematian Minho adalah impianmu, jangan terlalu banyak berkhayal Lee Tae—"

"Dengar Jonghyun-ssi. Aku tak pernah melakukan seperti apa yang ada dipikiranmu. Aku akan menjelaskan sem—"

"Jangan bodoh, kau kira aku akan percaya begitu saja. Kali ini kau selamat karena aku belum memiliki waktu untuk membocorkan kelakuanmu pada Minho, tapi...lihat saja nanti. Kau akan segera kembali menjalani hari-harimu sebagai seorang pelacur murahan. Kau memang lebih pantas seperti itu, ck"

Jonghyun mendorong Taemin dengan kasar untuk menyingkir dari hadapannya, namun langkahnya terhenti ketika Taemin menyeret lengannya dengan paksa.

Taemin membawa Jonghyun menjauh dari kamar Minho, ia melepas lengan Jonghyun begitu membawanya menuruni tangga menuju dapur.

"Pelacur murahan? Itu bukanlah sebutan yang akan menyakitiku dengan begitu mudah, tetapi pencuri...kau keterlaluan Jonghyun-ssi. Aku bukan pencuri dan aku tak pernah sekalipun melakukan itu, percayalah padaku—"

"Kau memintaku untuk mempercayaimu, ck bodoh. Lupakan, pencuri tetap saja pencuri" Jonghyun berdecih geram,

"Pemecahan enkripsi untuk menembus celah web citibank, dana proyek bernilai milyaran dollar yang telah mengalir pada rekening nasabah bernama Math di Los Angeles hingga mengembalikannya pada rekening perusahaan, itu memang aku yang melakukannya. Kode-kode yang secara kasat mata berisi virus ilegal dari Amerika, jika tak berhasil mensubstitusikan enkripsi berupa password web citibank yang secara keseluruhan telah dirubah oleh Math maka sistem komputer akan crash dan otomatis virus tersebut akan menginjeksi file maupun email nasabah korban yang bersangkutan. Itu bukan aku yang melakukannya, tetapi Math. Nama pena seorang nasabah dari Los Angeles..." Taemin terlihat berkaca-kaca menjelaskan apa yang telah dilakukannya. Jonghyun yang sebelumnya berusaha kembali menuju kamar Minho menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Taemin.

"Apa kau sedang berhalusinasi? Kau pikir aku akan mudah percaya dengan bualanmu itu—"

"Tentang kode-kode itu, ibuku yang selalu mengajarkan tentang teknik enkripsi sejak aku kecil. Ayahku yang tak menginjinkanku mengikuti jejaknya sebagai black hat 'paling dicari' selalu melarangku menyentuh komputer sejak kecil, namun ibuku diam-diam mengajarkan semuanya padaku. Ayah yang diikuti embel-embel 'black hat' meninggalkan aku serta ibuku di Kanto, sedangkan ayah mengabdi bertahun-tahun di industri Kimia, Osaka. Ayah mendapat tekanan selama bertahun-tahun disana, usahanya mencuri disket sampah berisi worm bernilai ratusan dollar dari industri minyak di New York membuatnya tewas dalam kecelakaan kerja di laboratorium Kimia di Osaka. Kecelakaan itu hanyalah teori konspirasi dari industri minyak terbesar di New York hingga membuat ayahku seolah tewas karena murni kecelakaan kerja. Tak hanya sampai disitu, dendam mereka seolah belum tuntas mengetahui aku dan ibuku yang masih berkeliaran di Jepang dan dianggapnya sebagai ancaman cyber seperti yang dilakukan ayahku. Ibu membawaku lari dari Jepang dan menyerahkan aku pada paman Junho di Korea sebelum ibuku juga tewas karena konspirasi kecelakaan. Bibi Hyomin tak pernah tau mengenai persahabatan ayahku dan paman Junho sehingga membuatnya dibutakan kesalahpahaman. Bibi sangat membenciku hingga menjadikan aku sebagai pelacur..."

"...Jonghyun-ssi. Jika kau mengatakan semuanya, maka bibi akan membawaku pulang kembali. Bukan hanya menjadikanku sebagai pelacur, tetapi ia akan memaksaku untuk terjun dalam kejahatan cyber. Ia akan memaksaku untuk mencuri disana sini, ini lebih memberatkanku Jonghyun-ssi...ayahku tak pernah menginjinkan aku melakukan kejahatan hanya karena basic kecil yang aku miliki" wajah Taemin memerah, bukan karena semburat malu seperti saat Minho mengecup pipinya. Tetapi, cemas serta ketakutan yang telah mencapai ubun-ubun hingga membuat air matanya tak berhenti mengalir. Ia masih saja menundukan wajahnya dengan jemari yang tak juga berhenti meremas gemas ujung hoodie besarnya.

"Bodoh...jadi kau memang memiliki bibit hacker sejak kecil?" tatapan sarkatis sangat jelas terlihat pada wajah tampan Jonghyun yang tengah menatap Taemin tak percaya, "Math adalah Cho Kyuhyun dan kau tak ada hubungannya dengan Math, begitu?" ia mendekati Taemin dan mengangkat wajah sembab Taemin, menatapnya skeptis seolah menelusuri kebenaran pada sepasang manik Taemin.

"Tetapi aku bukan hacker, aku hanya sedikit paham tentang pemecahan enkripsi dan aku tak begitu mengerti tentang pemrograman. Emm tentang Math dan Kyuhyun-ssi...mereka memang orang yang sama. Kyuhyun-ssi orang yang sangat jenius dalam hal pemrograman, ia bisa melacakku hanya dalam waktu tiga detik sebelum aku mematikan leptop Minho hyung. Ia melakukannya melalui radar gps yang terpancar dari gelombang elektromagnetik leptop yang aku gunakan. Kyuhyun-ssi telah mengetahui perbuatanku dan ini merupakan situsi yang buruk. Ia bisa melakukan apa saja hanya dengan berdiam dibalik layar..."

Jonghyun terlihat cemas setelah mendengar beberapa hal yang terucap dari Taemin. Walau bagaimanapun, secara tak langsung Taemin telah terlibat dalam masalah besar. Bodoh.

"Apa kau mencium sesuatu yang aneh setelah memergoki Kyuhyun? Apa ia menyakitimu atau bicara hal yang mengancam nyawamu?" ia meremas bahu Taemin, tatapannya terlihat tajam menandakan kecemasan yang mulai mengusik perasaannya.

"Tolong jangan ceritakan apapun pada Minho hyung. Ia pasti akan berprasangka buruk jika mengetahui ini semua... sepertimu" Taemin terlihat memalingkan wajahnya menghindari tatapan tajam Jonghyun.

PRANG

Taemin terperanjat ketika pendengarannya terusik oleh suara guci yang terbanting dengan keras, ia semakin terkejut mendapati Jonghyun yang secara sengaja melempar guci itu ke arahnya.

"Jonghyun-ssi..."

"Kalian sedang apa ha? Mencurigakan sekali" Minho berseru mendekat ke arah Taemin yang terlihat syok dengan kedatangannya, "Apa manusia itu berniat memperkosamu Taemin?" ia menyentuh wajah sembab Taemin kemudian menenggelamkan ke dalam pelukannya.

Taemin melirik Jonghyun yang tengah berdiri dibelakang Minho, sesaat ia mengulas senyum kecil dibalik pelukan Minho mendapati Jonghyun meletakan telunjuk kanannya pada bibir Jonghyun; sebagai isyarat untuk diam.

"Itu, Taemin memecahkan guci yang kau beli dari Cina saat kunjungan anak perusahaan satu tahun yang lalu. Bukankah itu guci yang sangat mahal? Untuk itu aku memarahi Taemin. Aku tak percaya ia secengeng itu..." ucap Jonghyun jengah, ia terkikik kecil menangkap Taemin mengerutkan keningnya tak terima.

"Ah eh.. maaf hyung, aku tak sengaja" seketika Taemin menundukan tubuhnya berkali-kali dihadapan Minho sebagai tuntutan permintaan maaf.

"Bodoh. Apa kau terluka?" Minho membolak-balikan tubuh Taemin, menelusuri bagian tubuh yang kemungkinan terluka, "Aku tak apa hyung. Itu, bagaimana?" Taemin menggigit bibirnya, telunjuknya mengacung ke arah guci antik yang telah hancur; yang sebenarnya bukan karena ulahnya.

"Kau mengejekku? Kau kira aku akan marah hanya karena benda seperti itu? keselamatanmu jauh lebih penting, Lee Taemin..."

"Ishh..." Jonghyun berdecih kesal ketika lagi-lagi pandangannya menangkap tindakan tak senonoh atasannya itu tepat dihadapannya. Ia melangkah keluar dengan malas, "Jangan berlebihan, lakukan dengan cepat! Presdir akan tiba sebentar lagi, Minho pabo..."

.

.

Keheningan kembali mendominasi ruangan lenggang tempat namja manis yang tengah meringkuk malas di atas sofa empuk depan televisi. Taemin menyempulkan kepalanya dari balik bantal berwarna putih dengan beberapa corak pink, senada dengan warna sofa tempatnya berbaring saat ini. Tak lama, ia menyentuh bibirnya diikuti semburat kemerahan yang entah ia sadari atau tidak. Wajahnya memanas, terlihat dari jemari kecilnya yang sesekali menepuk-nepuk pipi merahnya.

"Bagaimana bisa hihii..." ia terkikik kecil mengingat tingkahnya yang mudah terpesona akhir-akhir ini. Meski dirinya tak lebih dari seseorang yang dibeli oleh Minho namun...majikannya kali ini terasa berbeda-pikirnya.

Taemin kembali menelusupkan kepalanya dibalik bantal dan sesaat kemudian menyempulkannya kembali. Ia memfokuskan pandangannya untuk sesaat, entah apa yang ia pikirkan. Ia hanya terdiam memandangi langit-langit yang terkesan sangat tinggi dibanding tempa tinggalnya dulu, "Jongin..."

...

"Seohyun-ah kapan kau dan Minho menjalani sidang perceraian?"

Kyuhyun nampak mengetukkan telunjuknya beberapa kali pada stir mobil yang tengah ia kendarai. Ia terlihat menikmati musik jazz yang mengalun melalui sound mobilnya, sesaat ia melirik Seohyun yang tengah menyisir rambut panjangnya yang sesekali menyiur tertiup angin disamping jok mobinya.

"Entahlah, sampai saat ini Minho Oppa belum bersedia menandatangani surat perceraian itu. Waeyo Oppa?"

Kyuhyun diam untuk beberapa saat, ia membawa mobilnya memasuki halaman kantor perusahannya yang nampak mulai ramai. Ia menghentikan mobilnya, pandangannya menangkap Minho serta Jonghyun yang tengah berjalan memasuki lobi perusahaan.

"Jangan lakukan apapun sebelum kau membantuku. Lee Taemin, dia bocah yang cukup berbahaya. Ia bisa saja menghancurkan segalanya dalam waktu singat, aku akan menyingkirkannya dari sisi Minho" tatapan Kyuhyun masih terfokus ke arah Minho yang mulai lenyap dari pandangannya. Ia berbalik menatap Seohyun yang terlihat bingung, tak mengerti dengan ucapannya.

"Siapa Lee Taemin?"

"Lee Taemin, gadis yang tinggal bersama Minho" Kyuhyun meretas senyum tipis mendapati yeoja disebelahnya terlihat bersungut-sungut kesal begitu mendengar pernyataannya.

"Mwo gadis?" Seohyun terlihat kurang suka dengan ucapan Kyuhyun kali ini, "Hahaa kau cemburu? Bukan seperti itu, hanya wajahnya saja yang terlihat seperti seorang gadis. Ia cantik, sangat cantik. Oleh karena itu, lakukanlah tugasmu sebagai istri yang sangat mencintai suaminya. Setelah aku mendapatkan Lee Taemin, kau bebas melakukan apapun dengan Minho. Ah ini terdengar berlebihan, kau yang mendatangiku bagaimana bisa aku mengatakan 'membebaskanmu' ck"

"Bodoh.." Seohyun berdecih jengah, ia memalingkan wajahnya menghindari tatapan dingin Kyuhyun. "Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali. Aku datang padamu karena aku mencintaimu, jangan bersikap seolah hanya aku yang mencintaimu atau aku akan benar-benar pergi darimu, Cho Kyuhyun..."

Kyuhyun melepas sabuk pengamannya dan beralih mengecup pipi Seohyun sekilas, "Jangan menemuiku di kantor, hari ini presdir kembali dari Hongkong. Aku akan menghubungimu nanti..."

Seohyun menatap punggung Kyuhyun yang mulai berjalan memasuki kantor perusahaan. Terlihat air menggenang dipelupuk mata Seohyun ketika sosok Kyuhyun mulai menghilang dari pandangannya, "Cho Kyuhyun kau menyebalkan!"

.

.

"Apa tak apa kalau aku melakukannya? Aishh hanya sebentar saja, aku hanya menemui Kai di sekolah sebentar saja...tak sampai empat jam, tiga jam ah tak sampai satu jam aku akan kembali ke sini. Bukankah sekolah Kai tak jauh dari sini, toh Minho hyung juga tak akan tau aku keluar sebentar. Iya ini tak apa, tenanglah Lee Taemin hoohh..." Taemin menghembuskan nafasnya sejenak setelah monolog panjang lebar yang ia lakukan didepan cermin ruangan Minho. Ia melingkarkan syal merah kesayangannya pada leher jenjang yang ternoda bercak merah dimana-mana; hasil aktivitasnya semalam bersama Minho.

Taemin bergegas menuruni anakan tangga dan melangkah girang keluar dari kediaman Minho, "Si-sial..." ia bergidik ngeri begitu penglihatannya menangkap Minho baru saja turun dari mobil dan melangkah cepat ke arahnya.

"Kau mau kemana?" Minho memiringkan wajahnya mengimbangi tatapan Taemin, "Ah ma-maaf aku..itu hyung enghh"

"Tunggu di sini, jangan kemana-mana!" Minho berlari tergopoh-gopoh memasuki rumahnya. Seperti yang Minho titahkan beberapa menit yang lalu, Taemin tak berani melangkahkan kakinya sejengkalpun dari posisi berdirinya saat ini.

Beberapa saat kemudian, ia manatap heran ke arah Minho yang tengah berlari ke arahnya dengan membawa...terlihat seperti berkas-berkas penting yang selalu Minho simpan dengan baik dalam brankas di kamarnya.

"Ayo, aku hanya mengambil sesuatu yang tertinggal!" Minho meraih tangan Taemin dan membawanya memasuki mobil, "Katakan kau mau kemana? Kau tak ingin kabur dariku 'kan?" Minho terkekeh sesaat, ia meletakan beberapa berkas perusahaannya di jok belakang.

"Ah maaf hyung?" Taemin menundukan wajahnya; merasa bersalah atas tindakannya.

Minho mencondongkan tubuhnya ke arah Taemin untuk memasangkan sabuk pengaman namun untuk beberapa saat pandangan mereka bertemu, "Kau memang jauh lebih indah jika dilihat dengan view sedekat ini, Taemin..." ia mengecup ujung hidung Taemin sekilas kemudian bergegas menjalankan mobilnya.

"Tunggu aku selesai rapat, aku akan mengantarmu pergi kemanapun kau mau..." Minho belum juga mendapat jawaban kemana Taemin akan pergi, namun ia terlihat tak begitu memusingannya. Ia menggandeng tangan Taemin memasuki kantor perusahaan, Taemin terlihat kikuk dengan pandangan beberapa penghuni kantor yang kini terfokus ke arahnya.

"Hyung, lepas. Aku tunggu di luar saja" lirih Taemin dengan terus berusaha melepas genggaman tangan Minho. Ia benar-benar merasa ditelanjangi saat ini, pandangan sinis dari beberapa orang yang dilewatinya membuat nyalinya ciut seketika.

"Jangan pedulikan mereka. Kau hanya perlu menungguku disini, jangan kemana-mana dan tunggu aku kembali. Kau mengerti Taemin..." Minho membawa Taemin memasuki ruang kerjanya. Ruangan luas dengan barang-barang antik bernilai ratusan dollar tak lepas menjamahi setiap sudut ruangan tempat ia berdiri saat ini, tak jauh berbeda dengan keadaan di rumah Minho. Ruangan yang berasa dikelilingi dengan tumpukan uang, ia mulai terbiasa dengan keadaannya seperti saat ini.

"Rapat kali ini akan membahas proyek Insadong lebih lanjut, sepertinya besok adalah hari kunjungan lokasi proyek. Aku pasti akan membawamu ke sana, sekarang tunggulah aku disini emm..." Minho mengacak pucuk kepala Taemin kemudian mengecup plum merah Taemin sesaat sebelum ia keluar memasuki ruang rapat.

Taemin hanya mematung sesaat setelah Minho pergi dari ruangannya. Ia tak bergerak sedikitpun, tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Disatu sisi ia ingin sekali pergi meniggalkan ruangan itu, tetapi disisi lain ia tak memiliki nyali yang cukup untuk menghadapi tatapan yang memandanginya aneh dari beberapa penghuni kantor Minho "Ottokhe..."

...

Tampak beberapa peserta rapat direksi duduk hening mendengarkan presdir perusahaan yang tengah presentasi mengenai konsep proyek hotel Insadong yang akan segera dijalankan setelah berhasil mendapat investor besar dari Hongkong.

"...kita mendapat satu lagi investor yang akan berperan dalam menjalankan proyek Insadong, beliau merupakan General Manager dari E-Commerce Hongkong, Jollan Chung. Namun, beliau tak bisa ikut hadir dalam rapat kali ini. Baiklah beberapa konsep yang telah dibahas sebelumnya mengenai perencanaan, pemilihan lokasi, maupun pendanaan...dan mengenai pendanaan, pihak citibank berubah pikiran tentang penolakan pendanaan yang telah kita ajukan sebelumnya. Citibank kini bersedia membantu pendanaan proyek Insadong..." Presdir melirik Minho yang seketika gugup mendapat tatapan dingin kakeknya itu. Seperti yang ia duga, pihak citibank telah membocorkan masalah keuangan perusahaan beberapa minggu yang lalu.

Beberapa peserta rapat terlihat lega mendengar persetujuan citibank untuk ikut terjun membantu jalannya proyek.

"Kita juga telah mendapat Konsultan ahli perhotelan sebelumnya, beliau Kim Dong Sik dari perusahaan perhotelan Busan..." Presdir tersenyum ramah ke arah seorang konsultan ahli perhotelan yang ikut hadir ditengah-tengah rapat direksi. Minho seketika tersenyum kikuk pada seseorang dengan penampilan wibawa diseberang tempat duduknya.

"...beliau berperan penting dalam pengoreksian architectural design yang telah saya tugaskan sepenuhnya pada Kyuhyun-ssi dan juga Minho-ssi sebagai arsitek untuk konsep proyek kali ini..."

...

Minho bernafas lega begitu keluar dari ruang rapat, ia bergegas memasuki ruang pribadinya begitu mengingat seseorang yang ia tinggal sendirian berjam-jam di ruangannya.

"Ya! Apa saja yang kau lakukan selama aku berada di Hongkong hah!" seketika Minho terlihat syok dengan sosok kakeknya yang tiba-tiba mengekor di belakang tubuhnya, "Kakek, maaf tap-"

"Dia siapa?"

Minho kembali syok ketika kakeknya menatap horor ke arah namja yang secara reflek menunduk memberi penghormatan pada kakek Minho, "Di-dia temanku!"

"YA! BODOH KEMBALI KAU!"

Minho membawa lari Taemin keluar dari ruangannya, ia tak peduli dengan raungan kakeknya itu. Ia terlihat begitu senang ketika tangannya menggenggem erat tangan Taemin diiringi kakinya yang membawa Taemin untuk ikut berlari dengan cepat.

"Maaf membuatmu menunggu. Kau pasti kesal..." ia terengah disela ucapannya. Sesekali ia melirik wajah Taemin yang terlihat sangat manis dengan semburat merah yang menyebar dikedua pipi lembut Taemin. Minho membawa Taemin memasuki lift untuk segera keluar dari kantor perusahaannya, "Kau mau kemana? Aku akan menemanimu kemanapun kau pergi hehe..." ia memeluk pundak Taemin untuk mendekat padanya, sesaat ia mendekatkan wajahnya pada wajah Taemin namun ia mengurungkan niatnya begitu menyadari kamera cctv yang berasa menyorot tindakannya saat itu.

"Aku ingin menemui adikku tapi sepertinya ini sudah melewati jam pulang sekolah" Taemin menggembungkan pipinya, ekspresi kesal karena Minho membuatnya menunggu begitu lama malah membuatnya terlihat begitu imut. Jika Minho bukan orang waras, ia pasti akan lepas kendali dan menerkam Taemin detik ini juga.

"Maaf..." Minho membawa Taemin keluar menelusuri lobi perusahaan, ia terlihat acuh dengan beberapa karyawan yang menatapnya aneh . Ini adalah hal yang asing bagi mereka begitu mendapati sang boss; Minho membawa gadis lain selain istri yang begitu dicintainya, Choi Seohyun.

"Jangan meminta maa..."

"Seohyun—" kedua mata besar Minho terlihat berbinar saat melihat Seohyun melangkah pelan memasuki lobi. Minho memiliki kepribadian apatis yang tak peduli apapun disekitarnya sekalipun itu Lee Taemin, seseorang yang kini terkejut mendapati Minho melepas tautan jemarinya dengan paksa begitu Seohyun berjalan ke arahnya.

"Oppa..." senyum mengumpul dibibir Minho mengetahui Seohyun benar-benar menghampirinya, "Seohyun, kau..." ia terlihat tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya ketika Seohyun berdiri dihadapannya saat ini.

Taemin terlihat gugup mendapat tatapan dingin dari wanita anggun yang kini berdiri dihadapannya, ia mulai menundukan tubuhnya sebagai salam namun...

"Dia siapa Oppa? Kekasihmu?"

Minho mulai menyadari sosok Taemin yang terlihat mengganggu kenyamanan Seohyun, sontak ia mendorong bahu Taemin untuk menjauh dari posisinya,

"Dia...bukan siapa-siapa"

To be continued...


A/N:

Mohon maaf ya u,u saya kira tidak ada yg menunggu fict ini jd saya memutuskan untuk hibernasi dr ffn and fokus ke fb LOL u,u

You Don't Need Me Anymore baru chapter 7 dan ini miris u,u

di fb saya sudah publish sampai chap 10 and masih on going juga #APA!

skali lg saya mohon maaf. silahkan jika ingin mengikuti fanfic ini maupun fanfic saya yg lainnya/? bisa kunjungi fanpage ini:

pages/2MIN-Yaoi-Fanfiction/412853535428349?fref=ts

thanks^^