You Don't Need Me Anymore
Pairing: 2MIN
Genre: Hurt/Comfort, Family/Drama
Rating: NC-17
Author: gildal
Happy reading~
.
.
You Don't Need Me Anymore
.
Aku membanting stir memutar arah, menghindari rumah yang telah beberapa bulan ini aku lakukan. Sebenarnya suasana rumah yang begitu muak membuatku sama sekali tak betah berada disana. Pertengkaran tak pernah absen dari kehidupan kami beberapa bulan belakangan. Kami? Ya, kami!
Aku dan Choi Seohyun, istriku. Kehidupan kami selalu baik-baik saja selama lima tahun ini tapi ia, Seohyun seseorang yang bahkan aku rela memberikan nyawaku untuknya jika memang hanya dengan cara itu untuk bisa memperbaiki hubungan kami.
Tapi sepertinya ia memang telah gila, ia memutuskan untuk meninggalkan aku. Ck sepertinya akulah yang akan gila!
Aku menambah kecepatan mobilku, hanya menjalankannya menyusuri kota Seoul yang masih terlihat begitu sepi. Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kantor, jam 5am. Toh seharian ini aku berada disana, hanya diam tak melakukan apapun. Pulang ke rumah? Untuk apa aku melakukannya?!
Dengungan pertengkaran kami yang kini hanya menjadi cuplikan-cuplikan buram yang sepertinya memang harus segera dihapus.
Aku membenci pertengkaran kami tapi aku lebih membenci kesepianku, ck. Jika bukan dengan wanita itu aku tak akan sudi melakukannya, menyembah dikakinya hanya untuk meminta ia kembali padaku. Ini lucu, bahkan bukan aku yang melakukan kesalahan.
Kenyataannya aku tak bisa hidup tanpa dia, Choi Seohyun. Istriku.
.
Aku menghentikan mobilku dipinggiran sungai Han, menapakkan kakiku ditanah basah yang sepertinya terguyur hujan semalaman. Menyulut sebatang rokok untuk menghibur diriku sendiri, ck.
Pandanganku menyusuri sungai Han, sempat terfikir olehku untuk menenggelamkan diriku di air kotor itu. Tapi ini akan sangat lucu, si brengsek itu akan berselebrasi atas kemenangannya jika melihat mayatku mengapung disana. Ck jangan mimpi!
Terus menyesap batang rokokku untuk sedikit menenangkan pikiran yang sepertinya sangat percuma aku melakukannya, bayangan kehidupan normal kami—aku dan Seohyun yang begitu aku rindukan terus bermunculan diotakku.
Pandanganku menangkap seseorang yang sepertinya bernasib sama denganku. Hanya memandangi sungai kotor berjam-jam tanpa pergerakan sedikitpun.
Aku berjalan mendekatinya, menatap arah pandangannya pada benda orange yang perlahan mulai muncul-entah dari mana. Sunrise indah yang nampak begitu kelam dipenglihatanku tak lepas dari tatapannya, gadis muda yang sepertinya memiliki masalah yang jauh lebih rumit dariku.
Hamil dan kekasihnya melarikan diri?
Mungkin?!
Aku tak sengaja melihat punggungnya bergetar. Menangiskah?
Mungkin! Gadis mana yang tak menangis jika mahkota kebanggaannya direnggut hingga hamil dan parahnya si pelaku melarikan diri. Ck terlalu dramatis!
"Tak baik lho gadis kecil sepertimu berkeliaran diluar sepagi ini. Bagaimana kalau ada orang jahat!" aku mengenyahkan egoisku untuk sementara, berusaha seramah mungkin padanya. Ck aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, bersikap ramah sama sekali tak ada untungnya untukku.
Tapi sepertinya gadis ini tuli, atau mungkin bisu. Ia sama sekali tak meresponku, ck ini memalukan. Choi Minho tak pernah diperlakukan seperti ini!
"Ya! Apa kau tuli!" aku menaikan volume suaraku dan berbicara tepat ditelinganya, hanya memastikan apa ia benar-benar tuli. Ck ini mengasyikan!
.
Sempurna!
Aa~ tidak! Manusia sempurna dimataku hanya Seohyun, istriku. Tapi- sulit dipercaya, cahaya orange yang memantul ke wajahnya membuat ia benar-benar terlihat seperti—
Mungkin aku telah termakan buat-bulat oleh ucapanku sendiri yang tak pernah mempercayai makhluk seperti apa itu MALAIKAT.
Rambut cokelat lurus sebahu dengan poni menjuntai menutupi sebagian kedua mata bulatnya, meski terlihat sedikit sembab namun sama sekali tak mengurangi keindahannya. Ini sulit dipercaya, apa kali ini aku boleh memuji?
Ia benar-benar cantik!
"Mian- Choi Minho. Kau?" mungkin aku telah kehilangan kendali. Secara sadar aku mengulurkan tanganku padanya.
Ia beralih mengeratkan mantel tebalnya, menutupi sebagian wajahnya menggunakan syal merah yang melingkar indah dilehernya. Sedikit membungkukan badan ke arahku dan pergi begitu saja. Ck ini terlalu memalukan, aku kembali diacuhkan!
.
.
Aku melangkah pelan memasuki sebuah gang kecil dipinggiran kota Seoul. Pukul 7am sudah menjadi waktunya untukku kembali ke rumah dan mengerjakan hal-hal 'normal' seperti yang biasa aku lakukan setiap harinya.
"Taemin hyung, kau baru pulang?" seseorang menungguku seperti biasa, "Kai cepatlah berangkat sekolah! Kau bisa terlambat!" aku memukul kepalanya pelan.
Kai satu-satunya orang yang sepertinya melihatku sebagai 'manusia'. Kasihan atau peduli aku sama sekali tak mempermasalahkannya, ia adalah seseorang yang paling aku sayangi. Adikku, Kai.
"Ini!" aku mengeluarkan beberapa lembar ribuan won, memberikan padanya anggap saja sebagai uang saku dari seorang hyung. Ia menampik tanganku pelan, ia sedikit munafik namun aku bisa mengerti. "Aku berdiri disini lebih dari satu jam bukan untuk meminta uang saku padamu hyung!"
Binggo!
Ia memang munafik. Jika bukan aku yang memberikannya lalu siapa?
Ibunya?
Ia bahkan tau, seseorang yang selalu ia panggil ibu telah melimpahkan semuanya padaku. Ini bisa disebut sebagai pemaksaan, ck. Memeras tubuhku untuk terus menghasilkan uang dan dengan tenang mereka menunggu kepulanganku. Sepertinya aku harus meralat ucapanku, mereka menunggu uang hasil pekerjaan kotorku semalaman, ck.
Namun aku serius dengan kata-kataku. Aku menyayangi adikku, Kai. Jika aku membencinya, seperti bagaimana aku membenci ibunya, ck mungkin aku tak akan sudi melakukan pekerjaan kotor untuk menghidupi kehidupan yang tak seharusnya menjadi tanggung jawabku. Memberi mereka makan yang bahkan aku sendiri tak pernah memakan uang kotorku, menyekolahkan Kai hingga memasukannya ke salah satu SMA favotite di Seoul. Ini sedikit tidak adil, namun mereka bilang ini sebagai balas budi, ck.
"Hyung aku menyayangimu. Maafkan aku..." seperti yang aku duga, ia selalu melakukannya padaku. Menyibak poni yang menutupi keningku kemudian menciumnya, aku menganggap ini sebagai belas kasihan. Namun aku selalu menerimanya, selama ia tetap menganggapku sebagai 'manusia' ck.
Ia melonggarkan syal merah yang selalu aku pakai selepas bekerja semalaman. Mendelik leher penuh dengan tanda merah yang begitu menjijikan, "Kau tak perlu melihatnya, Kai!" aku menampik tangannya kemudian meninggalkannya seperti biasa. Terlalu muak melihat ekspresi wajahnya, memasang tampang seolah sangat tau penderitaanku. Ia terlalu munafik!
...
"Dasar bodoh! Kau tau banyak pelanggan yang tak nyaman dengan tampang dinginmu itu. Apa perlu aku merobek mulutmu itu hah, apa susahnya senyum sedikit toh mereka akan membayar lebih. Sialan kau Taemin, dasar jalang!" ia perempuan jalang yang adikku sebut sebagai ibu itu mulai menjambakku kemudian menghantamkannya ke dinding.
Kalian ingin tau apa yang akan ia lakukan lagi padaku?
Sebatang rokok dengan bara menyala ia hunuskan ke telapak tanganku. Ini terlalu biasa, banyak luka bekas perbuatannya ditelapak tanganku.
Sebenarnya aku ingin sekali tertawa, banyak hal yang bisa ia lakukan untuk menyakitiku tapi ia hanya akan menyentuh telapak tangan, telapak kaki ataupun kepalaku. Wajah dan seluruh bagian tubuhku adalah investasi besar untukknya, ia akan kehilangan banyak uang jika tubuhku terluka.
Takkan ada laki-laki busuk yang mau meniduriku, ck.
"Mana bayaranmu!" ia menginjak telapak tanganku kemudian merogoh isi saku mantel yang aku kenakan, "Hanya ini. Cih!" ia menghitung lembaran uang yang berkisar ratusan won namun seperti biasa, tatapan busuk yang begitu membuatku muak selalu ia tunjukan padaku.
"Mana sisanya. Cepat!"
"Aku tak mengambilnya bibi!"
"Hahaa siapa yang kau panggil bibi? Dasar jalang tak tau diri. Kau itu hanya menumpang disini bodoh!" ia menyeretku menuju kamar mandi sempit dipojok ruangan, menenggelamkan kepalaku ke dalam westafel penuh air.
"Kau tak ada bedanya dengan perempuan jalang itu, DASAR SIALAN!" ia akan berteriak seperti orang gila jika menyebut perempuan yang ia maksud, ibuku. Begitu banyak penghinaan yang menyakiti harga diriku namun ia, wanita jalang yang selalu mengungkit ibuku semakin membuatku marah.
Taemin terlihat sulit mengambil nafas ketika bibi paruh baya itu terus menenggelamkan kepalanya ke dalam westafel. Kai yang sejak beberapa saat lalu hanya mengamati Taemin dari balik dinding bergegas melepas cengkraman tangan ibunya pada kepala Taemin, "Hentikan. Kau menyakiti Taemin hyung, Umma!"
"Hahaa lihatlah anak kesayangan Umma ini telah menjadi dewasa. Kau semakin tampan Jongin~ah, apa kau menyukainya eum? Kau selalu membantah Umma untuk membela anak jalang ini cih!" ia menjambak rambut cokelat Taemin, menariknya keras hingga membuat Taemin mendongakan kepalanya ke arah Kai, "Umma mianhae!" Kai mendorong ibunya kemudian menarik Taemin untuk menjauh dari ibunya.
"YA! JONGIN KEMBALI KAU!"
...
Kai menarik lengan Taemin, membawanya menjauh dari rumah yang ia bahkan sangat tau apa yang akan ibunya lakukan pada Taemin jika ia tak menghentikannya, "Hyung seharusnya kau lakukan ini. Perhatikan baik-baik hyung! kau tak boleh diam terus menerus seperti itu" ia mengangkat tangan kanannya kemudian mengarahkannya pada pipi merah Taemin, mengajarkan beberapa trik untuk melawan perlakukan ibunya.
Namun untuk beberapa saat tangan Kai tak beranjak dari wajah Taemin. Ia beralih mengelus pipi Taemin, kedua matanya menatap jauh kedalam manik cantik Taemin, "Hyung, aku—"
Taemin meraih tangan Kai dan menggenggamnya erat, "Apa yang kau lakukan? kau akan terlambat sekolah bodoh!" ia melepaskan tangan Kai, terkekeh kecil ketika ia meninggalkan Kai yang masih saja mematung membelakangi tubuhnya.
.
.
"Yeobo aku mohon. Apa yang akan kau lakukan eum?" Minho menghentikan Seohyun yang tengah membenahi barang-barang pribadinya—memasukan ke dalam koper besar. Ia mengeluarkan kembali beberapa pakaian yang tengah Seohyun masukan ke dalam koper, "Ini rumah kita, kau akan pergi kemana. Aku mohon yeobo!"
"Ya! Oppa berhentilah bersikap seperti itu. Surat cerai akan aku kirim beberapa hari lagi!" Seohyun mendelik kasar ke arah Minho, "Bukankah kau tau semuanya, aku tak memilihmu lagi Oppa. Aku lelah dengan kelakukanmu, bersikap baiklah dengan sepupumu, Kyuhyun. Aku akan menikah dengannya!"
Minho menghentikan aktivitasnya yang tengah sibuk memasukan kembali baju-baju Seohyun ke dalam almari. Ia melempar baju yang berada digenggamannya dan beralih menatap marah ke arah Seohyun, "Ck kau, menikah? KAU ISTRIKU!" ia menampar Seohyun dengan keras. Mendorongnya ke ranjang kemudian merangkak naik ke tubuh Seohyun.
"Ya! Uhukk-henti-kan Oppa!"
"Siapa bilang kau akan menikah dengan bajingan tengik itu. Kau istriku dan akan menjadi istriku selamanya,ck!" ia mencekik leher Seohyun. Menekan cekikannya semakin keras, sama sekali tak peduli dengan tangisan seseorang yang paling dicintainya itu, "Kau istriku. Kau mengerti!"
"A-aku uhukk membencimu yang uhuk-selalu..."
"...memperlakukanku seperti ini uhuk-" Seohyun memejamkan matanya, tak berani menatap tatapan bringas Minho yang tengah dikuasai amarah.
Minho meneteskan air matanya, ia melonggarkan cekikannya pada leher Seohyun kemudian memeluk tubuh Seohyun dengan erat, "Tetaplah tinggal. Aku mencintaimu!" ia menelusupkan wajahnya pada leher Seohyun, air matanya kembali keluar sebagai permohonaan tulus pada istri yang begitu ia cintai itu.
...
Minho melangkah dengan cepat menuju salah satu ruangan eksekutif diperusahannya. Mendobrak pintu berkelas itu dengan keras, "Dasar brengsek!" ia berlari menuju seseorang yang tengah menyeringai licik ke arahnya, seolah kedatangannya memang tengah ditunggu oleh seseorang yang tengah duduk dengan nyaman dikursinya.
"Hustt tenanglah brother. Apa yang membawamu kesin-arghh"
"Brengsek kau Kyuhyun!" ia memukul wajah sepupunya itu dengan keras. Menendang perut Kyuhyun hingga membuatnya terjatuh, "Apa ada hal lain yang akan membuatmu puas selain merebut istriku hah! Brengsek kau!" ia mengayunkan pukulannya kembali namun Kyuhyun bertindak lebih cepat. Kyuhyun menendang perut Minho hingga membuatnya terjerembab.
"Tak ada hal lain yang membuatku begitu puas selain melihatmu menderita, Choi Minho sepupuku yang malang. Ck bahkan ada banyak hal yang tak kau ketahui, kau terlalu bodoh untuk mengalahkanku Minho!"
"SIALAN-aarghh" ia kembali bangkit namun Kyuhyun menyerangnya dengan brutal. Memukulinya tanpa ampun diiringi cacian yang lebih menyakiti harga diri Minho.
"Seharusnya kau berfikir lebih panjang sebelum menemuiku bodoh! Cih"
.
.
"Ne yeoboseyo..."
"Hyomin-ssi aku menginginkan Taemin. Bawa ia sekarang juga, aku akan membayar mahal malam ini. Cepatlah!"
"Baiklah tuan. Tunggu 10 menit lagi, kau bisa menikmati anak ini hihii"
Taemin melirik hampa ke arah seseorang dihadapannya, "Lihat apa? Kau akan mati kalau tak membawa uang itu padaku. Kau mengerti!"
Hyomin menyeret Taemin menuju taxi yang tengah menunggunya di ujung gang,
"Hyung kau mau kemana?" Kai menghentikan ibunya yang tengah memaksa Taemin menaiki taxi, "Jangan berpura-pura bodoh Jongin~ah. Anak ini akan mencari uang, menyingirlah!"
Kai menarik paksa lengan Taemin namun tiba-tiba Taemin menghentikannya, "Tunggulah dirumah eum..."
.
Aku merangkak naik ke atas tubuhnya, menggesekan milikku pada milikknya yang telah menegang keras, ck. Ingin rasanya aku menancapkan kuku jari-jariku ini menembus jantung pria gembul menjijikan yang berada dibawah tubuhku sekarang, namun akan sangat percuma aku melakukannya.
Ada banyak pasang tangan yang kini menjamah tubuhku, menjijikan. Dua pria gendut ditambah satu pria kerempeng tua tak tau malu yang dengan bringasnya menjilati seluruh bagian tubuhku. Ini menjijikan!
Jika di ijinkan untuk memilih, ingin rasanya aku lari dari dunia mengerikan ini! Ck.
"Sayang cepatlah eunghh-" lenguhan mengerikan mulai lepas dari pria gendut yang tengah mengoyak tubuhku dari arah belakang. Ini lebih terlihat seperti binatang kelaparan yang tengah berebut makanan dikandang emas. Akan lebih baik jika menjadi makanan disebuah kastil kerajaan, dimana aku hanya perlu menjadi satu-satunya makanan raja. Ck, menggelikan!
Mereka binatang? Lalu aku?
Aku jauh tak lebih baik dari mereka!
"Se-sebentar tuan!" aku menghentikan tangan-tangan menjijikan yang tak ada hentinya menjamah tubuhku. Menyunggingkan sedikit senyum yang tentu saja cukup membuat manusia-manusia menjijikan ini tercengang, "Aku tak mau menerima bayaran diakhir permainan. Apa kalian bersedia memberikannya sekarang eum?"
"Baiklah sayang!"
Ck mereka cukup mudah untuk dibohongi. Manusia cerdas tak mungkin mau mengiyakan hal seperti ini, ck.
Aku mengambil beberapa botol wine kemudian menghantamkannya ke kepala mereka, "Aarghh pelacur sialan! Kejar dia bodoh!"
...
Ini akan menjadi petaka, tak ada sepeserpun uang yang aku bawa malam ini. Aku terlalu lelah.
"Hey kau. Aku kembali melihatmu gadis manis. Apa yang kau lakukan dipinggiran sungai malam-malam seperti ini?"
Aku sedikit terkejut dengan suara bassnya yang tiba-tiba mengganggu pendengaranku. Dia, pria yang kembali tertipu dengan wajah terkutukku ini. Pria yang sepertinya aku lihat beberapa hari yang lalu disini, dipinggiran sungai Han.
"Ya ya! Tinggalah sebentar. Aku pria baik-baik eum, siapa namamu?"
Sepertinya ia menyukaiku, ck. Aku bisa bertaruh, ia akan mati berdiri setelah tau kelaminku yang sebenarnya.
"Taemin. Lee Taemin"
...
TBC
.
.
Gomawo for read, review sangat saya tunggu :D