ROSE

.

a story of a difference

.

Written by : rocketeer7

.

.

My love is like a red rose,

.

It may be beaut iful now.

.

But my sharp thorns will hurt you...

.

Itaewon, 13rd of March

.

.

Tahun ini adalah tahun pertama Kim Myungsoo bersekolah di Latowidge Academy.

.

.

Pagi itu sedikit lembab karena hujan habis mengguyur kota Itaewon. Jadi suhu di kota Itaewon cukup dingin. Sejujurnya, Myungsoo benci hujan, dan dia tidak mau repot repot pergi ke sekolah itu kalau tidak dipaksa oleh orangtuanya. Latowidge Academy, sekolah anak para bangsawan khusus namja yang berbentuk asrama, dan tak sembarang orang bisa masuk ke sekolah yang menjunjung tinggi tradisi itu. Hanya anak bangsawan. Oh ayolah-kalau saja orang tua Myungsoo tidak memaksa Myungsoo untuk bersekolah disana, ia sekarang pasti sudah belajar di Itaewon International High School -sekolah pilihan Myungsoo- bersama teman-temannya. Memang, IIHS adalah sekolah bergengsi di Korea Selatan, bahkan internasional, namun masih kalah dengan Latowidge Academy. Kalah jauh.

.

.

.

.

Myungsoo memandang sekitar, tak satupun orang disana yang ia kenal. Myungsoo sedikit membenarkan jubahnya yang terkena cipratan air. Myungsoo lalu menghela nafas pelan, di halaman Latowidge Academy yang luasnya melebihi lapangan bola itu mengapa tidak ada satupun yang ia kenal? Ia sekarang harus menuju kantor kepala sekolah untuk menentukan asrama dan memberikan dokumennya.

.

.

.

.

Namun halaman menjadi riuh dan murid-murid berjalan menuju satu titik. Myungsoo menoleh dan penasaran dengan apa yang terjadi. Myungsoo lalu berjalan menuju kerumunan dan menerobos murid-murid yang berkumpul untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian mereka. Setelah sampai di kerumunan terdepan, Myungsoo sedikit membenarkan pakaiannya yang sedikit lusuh, kemudian ia mendongak.

.

.

.

.

Myungsoo melihat empat orang melintas di depan kerumunan para siswa. Mereka memakai seragam yang berbeda, namun Myungsoo yakin bahwa mereka masih siswa dari Latowidge Academy. Siswa yang berjalan paling depan memiliki paras yang cantik, dan sangat berkharisma. Dia tersenyum, menambah manisnya wajah namja itu. Namja yang di belakangnya memiliki paras tak kalah cantiknya dengan namja di depannya. Sangat cantik. Namja ketiga memiliki pipi yang chubby serta mata yang sipit, yang terlihat sangat manis namun berkharisma.

.

.

.

.

Dan namja keempat..

.

.

.

.

Namja yang membuat dunia Myungsoo seolah olah berhenti, dan Myungsoo tidak dapat mengalihkan pandangannya barang sedetik..

.

.

.

.

Malaikatkah itu...?

.

.

.

.

Namja yang keempat memiliki paras cantik luar biasa. Tubuhnya yang tinggi semampai juga ramping, kulitnya yang seputih susu, dan pipinya yang chubby... Sorot matanya yang cukup tajam untuk mengintimidasi sekaligus memikat siapa saja yang memandangnya.. Bibirnya, Myungsoo sangat suka melihat bibir semerah mawar itu.. Dan jarinya, yang tidak tertutup sarung tangan, terlihat sangat lentik, dan Myungsoo bersumpah, dia tidak pernah melihat jari selentik namja itu. Rambutnya yang berwarna Light-brown terlihat sangat indah...

.

.

.

.

Namja itu tidak tersenyum, hanya menampakkan wajah tanpa ekspresi. Ya-dia tidak memiliki ekspresi apapun di wajahnya. Tanpa menoleh, keempat namja itu berjalan di depan kerumunan para siswa yang memandang dengan sorot kekaguman yang begitu besar. Myungsoo tidak mengedipkan mata barang sedetik memandang namja keempat itu, hingga namja itu menghilang di balik lorong.

.

.

.

.

Para siswa mulai bubar satu persatu, meninggalkan Myungsoo yang masih terdiam, berkecamuk dengan pikirannya tentang namja itu. Namja itu mungkin tidak akan pernah Myungsoo lupakan. Myungsoo memang anak yang sangat populer semasa SMP dulu, karena parasnya yang rupawan dan statusnya sebagai anak bangsawan terkemuka. Hampir seluruh yeoja bahkan namja di sekolahnya dulu sangat mengagumi dan memimpikan ia menjadi namjachingunya. Entah karena apa, Myungsoo menjadi sosok yang dingin dan acuh tak acuh kepada sekitarnya bahkan, setelah hubungannya dan Sungjae -pacar terakhirnya yang juga anak bangsawan- berakhir, Myungsoo tidak menjalin hubungan dengan siapa siapa.

.

.

.

.

Namun siapa yang menyangka Kim Myungsoo sekarang bertekuk lutut dengan namja yang baru dilihatnya pagi ini..?

.

.

"Hey, kau anak baru, ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," Lamunan Myungsoo buyar ketika seseorang menepuk pundaknya dan berbicara padanya. Myungsoo menoleh dan mengangguk meng-iya-kan perkataannya.

.

.

"iya. Aku Myungsoo, Kim Myungsoo."

.

.

"Oh baguslah! Aku baru tahun pertama disini, jadi aku belum memiliki teman. Aku Woohyun, Nam Woohyun. Bangapta. Ohya, kau berasal dari mana?" terlihat namja bernama Woohyun itu tersenyum.

.

.

"Nado bangapta. Aku dari Seoul. Kau sendiri?"

.

.

"Wah, Seoul ya! Aku juga dari Seoul." Woohyun terlihat sangat antusias. Myungsoo hanya tersenyum, dan bersyukur ada orang yang menyapanya-bahkan berkenalan dengannya.

.

.

"Ee.. Ngomong-ngomong, Woohyun-ssi, apakah kau tahu dimana kantor kepala sekolah? Aku harus menyerahkan dokumen dan juga menentukan asrama. Sekolah ini begitu luas, jadi..." Myungsoo menggaruk lehernya tanpa berkata lagi, ia yakin Woohyun tahu apa maksudnya. Dan bingo! Woohyun mengangguk-angguk mengerti.

.

.

"Ahaha, aku mengerti. Sejujurnya, seluruh siswa di sekolah ini tidak pernah bertemu atau melihat wajah kepala sekolah. Terdengar aneh memang, namun itulah kenyataannya. Yang pernah bertemu kepala sekolah hanyalah para keempat prefek (ketua asrama). Jadi kau bisa menemui prefek." jelas Woohyun. Myungsoo mengernyit heran, sekolah macam apa yang murid nya tidak pernah bertemu kepala sekolahnya sendiri?-pikir Myungsoo.

.

.

"Baiklah.. Dimana aku bisa menemui prefek?"

.

.

"Di Swan gazebo. Itulah dimana tempat keempat prefek berkumpul. Mau kuantar? Kebetulan kemarin ada tour keliling sekolah oleh senior, jadi ya.. Aku sedikit ingat arahnya," tawar Woohyun. Mendengar tawaran itu, Myungsoo langsung mengangguk karena ia mengantisipasi terjadinya tersesat kalau ia mencari sendiri di sekolah yang sangat luas itu.

.

.

.

.

Woohyun lalu berjalan diikuti Myungsoo di belakangnya. Saat memasuki gedung utama yang berhubungan dengan Swan gazebo, Myungsoo memandang takjub dengan banyaknya lorong yang ada di gedung utama tersebut. Myungsoo benar benar bersyukur ia bertemu Woohyun. Oh iya, saat Woohyun mengatakan bahwa hanya prefek yang bisa menemui kepala sekolah, Myungsoo berpikir, sebegitu hebatnyakah prefek? Hingga memiliki ruangan sendiri. Benar benar sekolah yang sangat menjunjung berat tradisi.

.

.

Cukup lama Myungsoo mengikuti Woohyun, akhirnya Woohyun berhenti di salah satu pintu yang paling besar diantara pintu-pintu besar lainnya. Pintu itu diukir dengan indahnya, dan diberi cat warna keemasan. Woohyun lalu menoleh ke arah Myungsoo.

"Inilah pintu menuju Swan gazebo. Mian, aku hanya bisa mengantarmu sampai disini, karena selain keempat prefek dan yang berkepentingan, orang lain dilarang masuk. Oh, aku ada di asrama Blue House, by the way." ucap Woohyun.

.

.

"Ah, iya. Kamsahamnida, Woohyun-ssi." ucap Myungsoo. Woohyun hanya membalasnya dengan mengangkat jempolnya sambil tersenyum, lalu ia berjalan menjauhi Myungsoo.

.

.

-tbc-