SOME MISTERIOUS HALLOWEEN
2
Sehun & Luhan
Romance, Supranatural, Mistery, Fantasy, YAOI
E
And As A Human. Saya Tidak Pernah Luput Dari Kesalahan
.
.
.
….
Preview :
"apa arah pulang kita sama?" Luhan merasa pertanyaannya sudah benar tapi pemuda di hadapannya diam saja menatapnya dengan datar sambil mengunyak cokelat batang di tangannya.
Diam beberapa saat dan Luhan mulai merasa semakin tidak nyaman. Pemuda iu sepertinya tak ingin bicara
"baiklah.." dan Luhan kembali melangkah dengan Sehun di sampingnya
.
.
Some mysterious Halloween (2)
Waktu menunjukan pukul 10 malam. Luhan masih sibuk berkutat dengan buku tugas di meja belajar. Sesekali ia menguap lebar. Cangkir kopi yang bertengger di dekat bukunya sudah kosong tapi Luhan tak berniat beranjak dari sana. Ia harus segera menyeelsaikan tugas yang harus di kumpulkan esok hari
Tok…tok…tok….
Ketukan pintu apartemen membuat Luhan beranjak dari duduknya sedikit meregangkat tubuh yang tiba-tiba kaku. Ia lalu berjalan ke pintu untuk orang yang berdiri di luar sana
Cklek!
Luhan pikir ia di permainkan karna tak melihat siapapun di sana. namun, saat menoleh ke bawa. ia menemukan seorang anak kecil yang tinggal di sebelah apartemennya tengah tersenyum lebar menampakan deretan gigi susunya.
Luhan berjonkok dan menepuk kepala anak itu
"ada apa?" anak kecil itu masih mempertahankan senyumnya sebelum menyodorkan sebuah kartu yang ia sembunyikan di balik tubuhnya
"hyung, kau mau menemaniku bermain kan?" Luhan menatap kartu dan anak itu bergantian. Ia ingin menolak karna tugas yang menumpuk. Tapi, melihat raut wajah anak itu yang berbinar penuh harap, Luhan jadi tak tega menolaknya. Iapun menyuruh si anak kecil masuk dan duduk di lantai beralaskan karpet.
Luhan mulai mengocok kartu monster yang di berikan si anak dan membagi masing-masing 8 kartu terbalik untuknya dan si anak lalu meletakan sisanya di tengah-tengah permainan.
Keduanya terlihat menikmati permainan. Sesekali Luhan mendengus dan berteriak saat Jungkook mengalahkan kartu monsternya. Ia jelas sering bermain permainan ini waktu kecil, tapi ia tak menyangka dari dulu sampai sekarang ia hanya sekali menang bermain dengan lawannya. Itu mengingatkannya pada Taemin teman mainnya dulu
Jungkook lagi-lagi mengalahkan kartu Luhan. Dan kali ini, Luhan hanya memiliki 1 kartu yang tersisa dan tak memiliki kesempatan untuk membalik trap. Ia sangat berharap pada kartu kedelapan itu, namun, saat membalik kartu. Ia cukup heran karna ia tak pernah melihat gambar monster seperti itu. Mungkin monster baru
Tidak mau perduli. Luhan memperlihatkan kartunya "deity Halloween."
Jungkook mengerutkan alis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menatap Luhan.
Anak itu lalu beralih menatap kartu yang Luhan letakan tadi dan mempoutkan bibirnya lucu. "aku kalah.." lirihnya.
"ne?" Luhan berujar. Jungkook menatapnya sambil memperlihatkan kartu Luhan tadi
"aku tidak tau kalau aku punya kartu sehebat ini. Dia membunuh tapi tidak bisa di bunuh. Dia bisa terbang dan juga suka cokelat sepertiku. Ah, ini akan menjadi kartu monster favoriteku, hyung" Jungkook kembali manatap kartu itu
"eum, mungkin aku harus selalu memeriksa kartu-kartu monster yang sdah ku dapat." Jungkook mengumpulkan kartu monsternya namun menyelipkan kartu monster dengan nama deity Halloween di saku celanannya.
"kau mau pulang?" tanya Luhan melihat Jungkook yang berdiri .
Bocah itu tersenyum sambil mengangguk, namun, sebelumnya ia melihat ke luar jendela kamar Luhan yang terbuka. Matanya mengerjap lucu, terlihat seperti berpikir. Ia lalu merogoh saku celanannya dan melihat kartu monster tadi sebelum beralih melihat jendela kaca kamar Luhan dengan mulut terbuka
Luhan yang melihat ekspresi Jungkook mengerutkan alis bingung "deity Halloween?" gumam Jungkook membuat Luhan bertanya namun tak digubris oleh Jungkook. Luhanpun mengikuti arah pandang Jungkook ke jendela kamarnya sendiri namun tak menemukan apa-apa disana membuatnya heran dan kembali menatap Jungkook
"apa yang kau Lihat, Jongkook?" Jungkook tak memperdulikan Luhan. Anak kecil itu malah berlari mendekati jendela kamar Luhan yang terbuka lalu melihat keluar mencari sesuatu membuat Luhan terheran-heran dan terus bertanya. Jungkook menatap Luhan
"tadi, aku melihat Deity Halloween berdiri disini." Jungkook menunjuk jendela kamar Luhan "dia benar-benar keren. Terlihat sangat hebat" ujar Jungkook antusias namun Luhan tak merespon sama sekali. Menurutnya Jungkook hanya berkhayal. Menyadari tak adanya reaksi dari Luhan, Jungkook berjalan kearah pemuda itu "kau mendengarkukan, hyung?" Luhan hanya mengangguk sambil tersenyum, mungkin Jungkook sudah mengantuk hingga ia berkata seperti itu
Jungkook kembali menengok ke jendela kamar Luhan hingga sebuah suara membuat mereka menoleh kearah pintu. Disana seorang wanita paruh baya berdiri dengan senyum diwajahnya
"ah, kau disini rupanya?" wanita itu berjalan mendekat keareah Luhan dan Jungkook. "aigoo, Jungkie. Eomma mencarimu kemana-mana ternyata kau dirumah Luhan." wanita itu mengelus kepala Jungkook seraya membungkuk mensejajarkan tingginya dengan Jungkook.
"ne ahjuma. Dari tadi kami bermain." Wanita itu lalu berdiri menatap Luhan sambil tersenyum
"ah, dia pasti merepotkanmu lagi." wanita itu melirik tumpukan buku yang ada dimeja belajar Luhan "lain kali kau bisa menolak permintaannya." Luhan tersenyum
"ah, tidak ahjuma. Sedikit bermain-main bisa membuat pikiran lebih segar"
"ah, kau baik sekali, Luhan." si wanita menepuk bahu Luhan pelan lalu menatap Jungkook yang menguap lebar "sepertinya Jungkook sudah mengantuk. Kami pergi dulu ne." Luhan hanya mengangguk seraya mengantar Jungkook dan eommanya ke depan pintu apartemen. "kau juga harus cepat tidur. Jangan terlalu banyak belajar." Pesan eomma Jungkook sebelum pergi dan Luhan menutup pintu apartemennya seraya menghela napas
Pemuda itu lalu menelusuri isi apartemennya yang kecil itu dengan dua bola mata indahnya "sepi sekali" ujarnya melangkah kejendela kamar apartemennya yang terbuka.
Luhan mendongak untuk menatap langit malam yang berkabut. Hal itu membuatnya mengerutkan alis sedikit bingung. Ia lalu berbalik dan menatap kalender yang terpajang diatas meja belajar "sebentar lagi Halloween yah?" gumamnya kembali menatap keluar jendela, membiarkan hembusan angin yang dingin menerpa kulit wajahnya. Luhan mengulurkan tangan keluar jendela sambil tersenyum dan meraih kabut-kabut itu
"aku selalu suka Halloween." Ucapnya senang.
Sementara itu, sepasang mata yang menatapnya dari sebuah atap rumah mengangguk-anggukkan kepala layaknya memahami sesuatu.
.
.
.
"hei, Luhan?"
"hei, Lay."
Lay keluar dari balik mejanya dan duduk disebelah Luhan yang baru saja datang sambil membaca sebuah komik.
"punya tema baru untuk minggu depan?" Luhan menghentikan bacaannya dan menutup komik itu seraya menatap Lay disampingnya. Ia menerawang cukup mengerti dengan topic pembicaraan mereka. Yeah, apa lagi selain Halloween yang 1 minggu lagi? Victoria High School selalu melakukan hal istimewa dimalam ajaib itu
"mungkin tidak." Gumamnya menempatkan telunjuk tangan dibawah dagu. Ia lalu beralih menatap Lay "bagaimana denganmu?"
"kurasa kau harus berangkat sendiri tahun ini." Lay menatapnya dengan raut wajah yang sulit diartikan membuat Luhan bingung "seseorang dimasa lalu mengajakku keluar kota dihari itu." Lay melanjutkan mengerti tatapan Luhan.
"wae? Kencan dimalam Halloween?" Lay tak menjawab. Matanya berkeliaran kesana-kemari mencari tutur kata yang tepat saat Luhan bertanya dengan raut wajah sedih
"bukan. Ini hanya seperti ucapan selamat datang. err… kau tau bukan bagaimana jika seorang teman lama—"
"aku mengerti." Luhan tersenyum mendapati kepanikan Lay menjelaskan saat ia beraut wajah sedih "pergilah, kau tak harus datang untuk menemaniku disini." Lay menatapnya tidak percaya sekaligus bingung
"kau bercanda? Kita punya tradisi setiap malam Halloween tiba. Aku tidak yakin kau akan melakukannya seorang diri."
"ayolah, Lay. Aku bukan Luhan yang baru saja ditinggal eommanya hingga membutuhkan orang lain setiap saat disisinya" Luhan menepuk bahu Lay "bukankah ini juga ideku? Kenapa aku harus takut untuk melakukannya seorang diri?" Luhan tersenyum meyakinkan. Sementara Lay menatapnya khawatir membuat Luhan mendorong pelan bahu pemuda itu "ada apa dengan raut wajahmu itu? Aku tidak akan apa-apa. Percayalah, bukankah selama ini kita melakukannya dan kita tetap baik-baik saja? Ayolah, Lay.." rajuk Luhan. Akhirnya Lay hanya menghela napas dan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang membuat Luhan ikut tersenyum.
"baiklah, aku percaya. Tapi, kau harus berjanji untuk kembali ke perpustakaan ini di pagi hari saat malam Halloween berakhir agar aku tak khawatir." Lay mengacungkan jari kelingkingnya yang disambut pula oleh Luhan dengan jari kelingking
"yaksok"
Akhirnya, kedua pemuda itupun larut dalam topic pembicaraan yang lain. Seseali mereka memegang perut dan membekap mulut untuk menahan tawa masing-masing mengingat mereka masih berada di perpustakaan.
.
.
.
Luhan sedikit heran. Tidak biasanya Kris, Chanyeol dan Tao berjalan melewatinya begitu saja. Biasanya dalam waktu apapun mereka pasti akan menyempatkan diri untuk membuat masalah, entah itu menyuruhnya atau melakukan kekerasan. Tapi, pagi ini 3 pemuda tinggi itu berlaku seakan-akan tak mendapati keberadaan Luhan.
Namun, hal itu juga membuat Luhan sedikit legah karna ia bebas dari kekangan di pagi itu hingga mata pelajaran berlangsung.
.
Luhan menatap keluar jendela kelas saat jam istirahat berlangsung. Ia merasa de javu mendepati KrisYeolTao kembali menghampirinya dan pemuda itu sudah siap jika harus membelikan mereka makanan lagi atau dipukul tanpa alasan.
"aku hanya ingin memberitaumu kalau kami sedang fakum membullymu karna sebentar lagi Halloween tiba. Hanya saja,,," Kris mencodongkan tubuhnya kearah Luhan dan berbisik "persiapkan dirimu dimalam Halloween karna kami akan menjadi hal paling menyeramkan bagimu." Ucapnya menyeringai. Chanyeol dan Tao tersenyum meremehkan sementara Luhan hanya memasang raut wajah tanpa ekspresi sampai ketiga pemuda itu pergi ia hanya bisa menghela napas berat.
"kalau tak ingin terus dibudaki harusnya kau melawan." Bisik seseorang membuat Luhan terperanjat kaget. Pemuda itu refleks menoleh kebelakang dan mendapati siswa pindahan, Oh Sehun yang berdiri tegak dengan sebatang cokelat ditangan kanannya dan tangan kirinya masuk kesaku celana.
Luhan heran. Kenapa Sehun selalu datang tiba-tiba membisikinya seperti setan? Ia ingin marah atau setidaknya protes karna Sehun hampir membuat kepalanya lepas dari lehernya merasakan sensai melayang saat pemuda itu berbisik layaknya hembusan angin. Tapi, menyadari ia yang tak terlalu akrab dengan Sehun membuatnya mengurungkan niat dan memendam dalam hati
Melihat Luhan yang diam saja. Sehun menyodorkan cokelat batang yang sudah digigitnya kearah Luhan "kau mau?"
Luhan menatap cokelat batang itu dan Sehun secara bergantian sebelum menggeleng dan Sehun kembali menarik lalu menggigit cokelatnya sambil duduk dibangku belakang Luhan.
"apa sekolah ini selalu melakukan tradisi aneh saat Halloween?" tanya Sehun tiba-tiba. Luhan tak menatapnya mengangguk "apa kau bisu?" Luhan mendongak "kau selalu menjawab dengan gerakan tubuh. Apa kemarin kau kehilangan suaramu?" ujarnya datar
"a-aniyo. Hanya saja, kenapa kau selalu datang tiba-tiba?" Jujur Luhan. Sehun menaikan sebelah alisnya dan menyelipkan batang cokelat dikedua belah bibirnya
"kau merasa aku selalu datang tiba-tiba?"
"n-ne…" Luhan sedikit melirik Sehun yang menatapnya datar sambil mengunyah cokelat batang ditangan kanannya. Hening beberapa saat. Luhan yang sibuk menunduk dan Sehun yang sibuk dengan cokelatnya sementara 2 orang siswa yang ada didalam kelas itu selain mereka sibuk menata mimpi diatas meja
Setelah batang cokelatnya habis. Sehun membuang begitu saja bungkus emasnya didalam kelas Luhan lalu menyelipkan telapak tangan kananya dibelakang punggung sebelum menariknya keluar dengan sebatang mawar ungu yang ikut serta.
"untukmu." Luhan mendongak menatap sebatang mawar ditangan Sehun lalu berganti menatap Sehun dengan raut wajah bingung "mawar ungu melambangkan sebuah kesempurnaan dari pesona seseorang. Apa kau percaya cinta pada pandangan pertama?"
Luhan mengerjab 2 kali. Ia terlalu bingung dengan maksud dan tutur kata Sehun. Ia masih diam menatap Sehun sementara Sehun yang menyadari membatunya Luhan menarik lagi bunga mawarnya dan memetahkan setengah tangkainya yang dipenuhi duri lalu berdiri seraya mencodongkan tubuhnya kearah Luhan lalu menyelipkan mawar ungu itu ditelinga Luhan yang masih cengo
"kesempurnaan memang terlihat berjuta kali lebih memukau saat bersatu dengan simbolnya." Sehun berdiri tegak "sampai bertemu lagi." Sehun beranjak meninggalkan Luhan dengan kebingungannya
Ia tidak bodoh, ia bukan orang yang dungu dan tak tau apa-apa. Luhan tau apa makna dari bunga mawar ungu. Tapi, yang membuatnya bingung, dungu dan bodoh, kenapa Sehun memberikan bunga itu padanya? Ia tak ingin berpikiran seperti ini, tapi, bunga itu untuk seseorang yang ingin mengungkapkan rasa cintanya pada pandangan pertama. Apa Sehun mencintaunya pada pandangan pertama? Maldo andwe
Luhan tak ingin merasa percaya diri dulu. Ayolah, dilihat dari manapun Sehun itu lebih baik darinya, bahkan berjuta-juta kali lebih baik dari siapapun di Victoria High School. Tidak mungkin manusia yang nyaris sempurna itu mau dengan namja bodoh dan sering dibully seperti Luhan.
Sadarlah Luhan. Setangkai mawar ungu bukan berarti orang itu ingin menyatakan cintanya padamu.
.
.
.
2 hari setelah Sehun memberikan mawar ungu untuk Luhan. Victoria High Shool mulai disibukan dengan kegiatan penyambutan Halloween. Semua club dan tiap kelas mempersiapkan diri untuk malam Halloween yang ajaib. Selain itu, mereka juga mempersiapkan diri untuk parade dikota lembah waren dimalam puncak Halloween.
"Luhan.." yang dipanggil menoleh. Seorang wanita berkaca mata mendekat sambil menyodorkan sekotak kardus. "tolong bawakan ini kekelas" wanita itu tersenyum yang dibalas Luhan
"ne seongsanim." Lalu Luhan berjalan dibelakang wanita itu seraya membawa kardus. Luhan mengedarkan pandang kesana-kemari. Ia dapat melihat bagaimana sibuknya seluru penjuru sekolah dengan kegiatan Halloween yang tinggal beberapa hari lagi. Yeah, jika sekolah lain diliburkan saat Halloween. Victoria High School punya liburan tersendiri untuk para muridnya.
Luhan dan Luna seongsanim sampai didepan kelas. Dari jendela koridor, Luhan melihat semua teman-teman kelasnya tengah sibuk memamerkan kostum Halloween mereka. Namun, semuanya langsung kembali duduk ketempat masing-masing saat Luna seongsanim memasuki kelas. Luhan meletakan kardus diatas meja guru sebelum berjalan ketempat duduknya
Luna seongsanim mulai menjelaskan tema untuk kelas mereka saat malam Halloween namun Luhan lebih memilih menatap keluar jendela, menikmati pemandangan belakang sekolah yang terdapat sebuah danau buatan milik kepala sekolah.
Ia tidak begitu tertarik dengan apa yang Luna seongsanim katakan. Ayolah, Luhan menyukai Halloween karna kostum, permen dan lampu labu. Bukan pementasan seni untuk kelas mereka. Membosankan…
Luhan menghela napas. Ia menatap langit dari tempat duduknya sebelum beralih lagi menatap danau yang terlihat tenang itu. Namun, kali ini Luhan menyipitkan mata mendapati sesuatu yang cukup menarik. Ia yakin, sebelumnya ia tak melihat siapapun duduk dibangku kecil pinggir danau. Dan kalaupun orang itu baru saja tiba, waktu berjalan dari gedung sekolah kebangku kecil itu membutuhkan waktu 4 menit. Tapi, Luhan beralih menatap langit hanya 2 detik setelah itu kembali kedanau dan ia sudah mendapati si murid pindahan duduk disana sambil memakan sebatang cokelat.
"kenapa selalu tiba-tiba?" gumam Luhan "orang aneh.." lanjutnya menggeleng
"Luhan, kau mengerti dengan tugasmu?"
Merasa namanya disebut. Luhan menoleh kedepan, tepat menatap Luna seongsanim yang mengangkat sebelah alisnya menanti jawaban Luhan. Pemuda bermata rusa itu gelagapan, ia menatap sekitar berharap seseorang membantunya untuk memberitau apa yang baru saja mereka bicarakan. Tapi, semuanya hanya diam cekikikan kearahnya membuat Luhan menghela napas dan meminta maaf karna tak mendengarkan Luna seongsanim
"kau bersihkan kelas ini sendirian saat pulang sekolah nanti." Ujar Luna seongsanim tak suka dengan sikap Luhan yang mengabaikannya didepan kelas dan sibuk melamun. Akhirnya Luhan hanya bisa bergumam dan menunduk patuh
.
.
.
Seperti kata Luna seongsanim. Luhan menjalani hukuman dengan patuh. Beruntung sekali yang piket waktu itu karna mereka bisa pulang lebih awal mendapati Luhan yang telah menggantikan tugas mereka.
Sedangkan Luhan hanya bisa mencibir dalam hati sambil merapikan bangku dan meja yang sebelumnya berantakan. Saat susunan bangku terakhir selesai, Luhan berbalik hendak mengambil sapu saat seseorang yang selalu datang tiba-tiba membuatnya memekik keras dan mundur kebelakang.
"hhh… Sehun-shii, bisakah kau tidak mengagetkanku? Kenapa kau hobi sekali muncul tiba-tiba?" tutur Luhan sambil mengelus dada mengatur napasnya yang berantakan
"kau terkejut?" Luhan menatapnya tajam
"tentu saja, siapa yang tidak terkejut jika kau muncul tiba-tiba seperti hantu? Aish!" bahkan Luhan mengomel tanpa berpikir siapa dirinya, siapa Sehun
Pemuda yang lebih tinggi hanya mengangguk-anggukan kepala seraya mengantongi kedua tangannya disaku celana. Luhan memperhatikannya dan berjalan untuk mengambil sapu saat dirasa jantungnya kembali normal.
"kemana cokelatmu hari ini?" tanya Luhan mulai menyapu lantai. Sehun mengikuti tiap gerakkan Luhan dengan matanya dan mengeluarkan tangannya dari saku celanan lalu memperhatikan mereka
"tidak ada." Sehun kembali memasukan kedua tangannya kedalam saku celana lalu berjalan kebelakang Luhan yang tengah menyapu lantai. "butuh bantuan?"
"tidak usah. Ini hukuman yang harus kulakukan sendiri." Sehun hanya mengangguk dan mengitari penjuru kelas dengan bola matanya lalu duduk disalah satu meja siswa.
Beberapa saat kemudian Luhan sampai dibangku paling depan sambil mengerutkan alis ia berhenti menyapu "rasanya tadi kelas ini sangat kotor. Tapi, kenapa sekarang, kenapa tak ada debu sama sekali?" bingung Luhan menerawang lalu kembali melanjutkan menyapu. Namun, mrasa kelas sudah bersih. Ia hanya menyapu asal-asalan sampai kepintu kelas
"Sehun-shii, kau tak ingin pulang?" Luhan memakai tas selempangnya saat Sehun menoleh dan berdiri
"tentu saja pulang." Luhan hanya mengangguk dan berjalan keluar kelas yang kemudian disusul oleh Sehun berjalan beriringan.
.
.
.
"Sehun-shii, kau tinggal di blok berapa?" Luhan memberi jeda "kau selalu pulang kearah yang lebih jauh dari rumahku."
Mereka berjalan pelan-pelan. Luhan menoleh kearah Sehun saat pemuda itu diam saja.
"fokuslah kedepan, jangan sampai kau tersandung." Luhan langsung menoleh kedepan dan mendapati sebuah batu dihadapannya membuat Luhan refleks menghindar. Untung Sehun memberitaunya, kalau tidak, mungkin ia sudah mempermalukan diri sendiri dipinggir jalan
Keadaan berubah sunyi. Luhan tak berniat lagi untuk bicara karna sedang fokus kejalan. Tak mau mengulangi kebodohannya tadi. Sedangkan Sehun tak berniat sama sekali membuka mulut atau menjawab pertanyaan Luhan tadi.
Namun, beberapa saat kemudian mereka mulai bosan dengan keheningan hingga salah satu dari mereka mulai bicara
"bagaimana?" yang lebih pendek mendengung tanpa menoleh "apa pendapatmu soal mawar itu?" Luhan menoleh kearah Sehun dengan gerakan cepat tepat saat Sehun juga menoleh kearahnya. Mereka berhenti ditrotoar
"a-aku.. aku tidak mengerti maksud, Sehun-shii." Luhan menggaruk belakang lehernya canggung seraya menatap ujung sepatunya
"aku tau kau mengerti maksudku. Aku membacaya tapi kau ragu untuk mengutarakannya." Luhan mendongak menatap Sehun dengan alis berkerut layaknya memikirkan sesuatu. Sehun mendongak keatas "baiklah, bagaimana kalau saling bertukar?" Luhan mengangkat sebelah alisnya "kuberitau tempat tinggalku dan kau berkata jujur?"
Luhan mengerutkan alis. "jujur? Jujur tentang apa?"
"arti tentang mawar ungu, kau tau kan?" Luhan mengangguk dan terlihat berpikir. Beberapa saat kemudian kedua bola matanya membulat dan memandang Sehun yang memasang wajah datar. Rona merah muncul dikedua pipi Luhan membuat pemuda itu menunduk dan berjalan mendahului Sehun
"jadi?"
Luhan melirik Sehun yang berjalan disampingnya. Ia tau, secepat apapun ia berjalan, Sehun pasti bisa menyusul karna bagaimanapun kaki Sehun lebih panjang dari kakinya. Wajah Luhan semakin merona merah saat Sehun menuntut jawaban. Luhan benar-benar tidak menyangka orang seperti Sehun berpendapat seperti itu tetang dirinya, berpendapat layaknya ia mawar ungu
Greb…
Luhan mendongak merasa genggaman seseorang ditangannya dan mendapati Sehun menyuruhnya berhenti berjalan cepat.
"jangan ragu, kau pantas untukku" dan entah dari mana datangnya sebatang mawar merah jambu ditangan kiri Sehun. Luhan menatap bunga itu dan Sehun secara bergantian. "percayalah." Sehun menyodorkan mawarnya kearah Luhan.
Tangan Luhan terangkat hendak menerima namun keraguan masih menguasainya. Ayolah, ia bahkan tak terlalu mengenal Sehun, bagaimana mungkin ia menerima pernyataan pemuda itu? Tapi, kalaupun ia menolak. Luhan bersumpah ia orang paling bodoh sedunia.
Luhan masih menimang sebelum mendongak menatap Sehun "tapi, kita bahkan tak mengenal baik satu sama lain."
"aku mengenalmu dengan baik, sangat baik. Bahkan lebih baik dari dirimu sendiri." Luhan menautkan kedua alisnya tak mengerti. Sehun meraih tangan Luhan yang terangkat keuadara dan menggenggam kedua tangan pemuda itu seraya menempatkan mawarnya diantara genggaman tangan mereka.
"aku tau apa yang kau pikirkan. Jika kau merasa ragu karna hal itu, aku memberimu waktu sampai malam Halloween tiba." Dan Sehun beranjak pergi begitu saja meninggalkan Luhan dengan setangkai mawar merah jambu ditangannya. Pemuda dengan mata bak rusa itu menatap kepergian Sehun dengan hati dan pikiran bercampur aduk.
Ia lalu beralih menatap mawar pemberian Sehun ditangannya saat Sehun tak terlihat lagi. Sesuatu dibalik dada kirinya bergemuruh, Luhan menyentuhnya dan ia merasa darahnya berdesir mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Kedua pipinya merona samar layaknya warna mawar ditangan kirinya. Seulas senyum terukir dibibir kecilnya sebelum kedua kakinya melangkah pergi meninggalkan tempat itu
Sementara itu, jauh beberapa meter dibelakang Luhan. Seorang lelaki yang baru saja memberinya mawar memperhatikan gerak-gerik Luhan sambil menikmati batang cokelatnya. Matanya menatap datar namun tajam punggung Luhan yang menjauh
"terlalu banyak berpikir." Gumamnya sebelum menggigit batangan cokelat ditangan kanannya dan berbalik pergi saat melihat Luhan menghilang dibelokan jalan.
.
.
.
To Be Countinue~
Ell Note :
Aduh, kelamaan sampe Ell lupa jalan cerita awalnya kayak gimana. Sebenarnya ceritanya bukan kayak gini, Cuma, karna terlalu lama di next jadi Ell lupa ide awalnya meski samar-samar. Tapi. Yaudahlah, seenggaknya ini dilanjut. Terimakasih buat yang udah ngingati buat lanjut FF ini. Terserah mau bilang apa soal FF ini. ini benar-benar ngotot dilanjut.
Ah, ya. Soal EXO yang Cuma menang album of the year di mama. Jangan kecewa, menang sebagai album terbaik tahun ini itu lebih baik, itu artinya semua lagu dialbum XOXO adalah nominasi terbaik tahun ini dan bakal melekat dimasyarakat. Masih untung kan EXO menang walau Cuma 1 nominasi? Namanya juga pendatang baru. Semuanya dimulai dari yang kecil dulu. Tapi, woah! G-Dragon yah? Dia ngeborong banyak piala. Gak bagi-bagi ke yang lain. Tapi bersyukur, fandom kita masuk nominasi
Oh iya, mama Ell lagi sakit, susah jalan. Jadi, tolong ngerti. Semua FF tetap Ell lanjut tapi gak dalam waktu yang cepat-cepat. Kalau gak bisa nunggu yaudah, gak usah baca. FF gak lebih penting dari mama. Dan modem Ell dibawa sama sepupu Ell, jadi kalau mau on Cuma bisa kerumah eyang karna disana ada wi-fi. Tapi, mama gak bisa ditinggal karna dia butuh dirawat. Jadi, Ell kerumah eyang gak bisa dalam waktu yang cepat-cepat atu sesering mungkin.
Yaudah, terimakasih buat yang masih bersedia ngebaca atau mampir apa lagi buat yang meninggalkan jejak. Atau yang gak punya jejak karna gak tau harus ngomong apa. terimakasih banyak!