Baby Machine?

-Matchmaking Sequel

Pair:: MyungYeol and other

Rated:: T

Genre:: Humor and romance

Warn:: BL

Author:: Hiwatari NiwaDark Lawliet

Annyeong~ Urghh… Maap kalau author updatenya lama… Benar-benar blank sama alurnya, dan lagi, banyak kerjaan di sekolah. Ckck. Nasib seorang siswi… Q.Q Oke, dari pada buang-buang waktu dan perbanyak words, author langsung mulai aja deh…

Enjoy~!

~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~

Sunggyu dan Woohyun tengah duduk di suatu tempat yang dipenuhi dengan aroma obat-obatan yang menyengat hidung setiap manusia yang masuk ke tempat itu. Rumah sakit.

Sebenarnya mereka tidak ingin membawa Sungyeol ke rumah sakit, tapi berhubung kondisi Sungyeol yang sangat lemah dan juga tadinya Sungyeol tiba-tiba pingsan, akhirnya mereka membawa namja manis itu ke rumah sakit. Dan sampai sekarang terlihat masih belum sadarkan diri. Entah sudah berapa jam mereka habiskan untuk duduk dan menunggu Sungyeol untuk sadar.

Klekk!

Sunggyu dan Woohyun segera berdiri sesaat setelah seorang dokter dan juga seorang namja tampan keluar dari salah ruangan. "Dok, bagaimana?" tanya Sunggyu.

Sang dokter memperbaiki kacamatanya dan tersenyum.

"Sungyeol-ssi adalah satu dari 10000 pria yang memiliki rahim. Mungkin kalian sudah mengetahui hal ini? Kondisi tubuhnya sangat lemah untuk menerima hal yang tidak biasa ini. Seorang laki-laki yang memiliki rahim itu bukanlah hal yang wajar dan dapat diterima oleh tubuh seorang pria dengan mudahnya. Terutama saat ini ia telah mengandung 1 minggu. Tubuhnya tidak dapat menerima kondisi tersebut hingga akhirnya memaksakan kondisi tubuhnya dan akhirnya drop. Setelah saya periksa, tubuh Sungyeol-ssi mampu menampung kondisi ini, kejadian ini mungkin hanya dikarenakan shock sementara. Jadi yang harus kalian kontrol saat ini adalah perasaan dan pikiran Sungyeol –ssi sendiri, jangan sampai dia stress dan memikirkan sesuatu yang berat, terutama depresi dengan kondisinya sekarang ini." jelas sang dokter.

Sunggyu, Woohyun dan Myungsoo membungkuk tanda terima kasih sebelum akhirnya sang dokter beranjak dari sana.

Myungsoo yang berniat kembali masuk ke dalam kamar dihentikan oleh Woohyun yang menepuk pundaknya. "Kau hebat Myung, bisa membuat seorang namja hamil. Seriously! Who are you? Are you a baby machine?" tanya Woohyun dengan bahasa Inggrisnya yang belepotan.

Myungsoo memutar kedua bola matanya dan menepis tangan Woohyun yang ada di pundak kanannya. "Seriously! Who are you? Are you an idiot?" tanya namja dingin itu balik sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam kamar dimana Sungyeol masih terbaring tak sadarkan diri.

Sunggyu tertawa mendengar pernyataan adiknya dan wajah Woohyun yang cengo mendengarnya.

.

.

Sungyeol mengernyitkan keningnya saat ia membuka matanya dan sebersit cahaya yang sangat terang menusuk pengelihatannya. "Oi," Keningnya semakin berkerut saat mendengar suara dengan nada yang dingin memanggilnya dengan tidak sopan. Ia tahu persis siapa yang memanggilnya itu. Makhluk berformalin sialan itu.

"Urrghh, siapa yang kau panggil 'oi', hantu?" sahut Sungyeol dengan suara lemasnya seraya memegang kepalanya yang terasa sakit, meskipun begitu, kata-kata galak dari Sungyeol tetap mampu keluar dengan lancarnya dari mulut namja manis itu.

"Pfftt! Hantu Myung." Gumam Woohyun dengan tawa ejekannya yang kemudian mendapatkan pukulan punggung telapak tangan Sunggyu di keningnya.

"Apa ada terjadi sesuatu yang buruk padaku?" tanya Sungyeol setelah mampu membuka matanya dan melihat sekelilingnya, menyadari dimana dia tengah berada.

"Hm, karena kau telah sering memarahiku akhir-akhir ini, aku akan jujur sejujur-jujurnya padamu. Kau hamil. Kau harus buncit selama 9 bulan. Kau harus melahirkan seorang anak. Kau harus menjadi ibu. Itu saja." Jelas Myungsoo dengan singkat, padat, dan tidak mempunyai hati.

Sunggyu hanya bisa menghela napasnya melihat tingkah adiknya yang sangat tidak peka dan bodoh itu. Apa dia tidak bisa berpikir kalau ia mengatakan itu semuanya secara langsung, Sungyeol pasti akan shock berat? Apa dia kira dengan perkataannya itu bisa membuat Sungyeol melompat kegirangan seperti wanita pada umumnya ketika diberitahu oleh suaminya bahwa ia telah hamil? Tentu tidak! Sungyeol Tidak akan suka dengan hal ini. Dan… Mungkin saja Sungyeol tidak bisa menerima hal ini.

Ngiiiiing…

Ruangan bernuansa nyaman itu hening seketika. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat mengeluarkan suara. Myungsoo terdiam, menunggu reaksi Sungyeol. Sunggyu terlihat khawatir dengan Sungyeol dan di lubuk hatinya yang paling dalam, ia mengutuk sang adik yang bodoh itu. Woohyun hanya celingak-celinguk, bingung dengan suasana yang tercipta ini, namun tidak berani mengeluarkan suaranya karena takut merusak suasana hingga akhirnya mendapatkan bogem mentah lagi dari sang pasangan tercinta. Sedang Sungyeol, ia terdiam, membatu, ternganga, terbelalak, dan untungnya tidak terkucur ingusnya.

"Benar…kah?" gumam Sungyeol masih dengan rohnya yang melayang kesan kemari. "Yeol?" panggil Sunggyu dengan khawatir. Sungyeol menundukkan kepalanya, masih dengan matanya yang berkedip berkali-kali. "Kalian tidak dengan berusaha menipuku, 'kan? Ini tidak lucu dan ini tidak seru. Jangan buat scenario seolah-olah ini adalah novel ataupun fiction." Ujar Sungyeol masih dengan kepalanya yang tertunduk.

Myungsoo menghela napasnya. "Sungyeol-ah, dokter itu sendiri yang mengatakannya padaku. Percayalah, untuk apa kami membohongimu? Jika kau tidak percaya, maka tunggulah sampai kau merasakannya sendiri." Ucap Myungsoo yang berusaha menenangkan Sungyeol namun dengan nada yang datar dan dingin, sama sekali tidak menenangkan perasaan Sungyeol sedikitpun.

"Yeol-ah? Kami tahu kau pasti sulit untuk menerima semua ini." Sunggyu menghentikan kata-katanya saat melihat Sungyeol mengangkat sedikit kepalanya, lalu menunduk kembali. "Tidak apa-apa, hyung. Aku hanya butuh waktu sebentar. Bisakah kalian tinggalkan aku sendirian di sini? Aku akan memikirkan hal ini sendirian." Ujar Sungyeol seraya membaringkan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga sebatas hidungnya.

Sunggyu mengangguk lalu menarik Woohyun untuk keluar. Myungsoo terdiam sebentar sebelum akhirnya mendekati Sungyeol lalu menyentuh mata kanan Sungyeol dengan ibu jari kirinya dengan lembut. "Ini tidak akan apa-apa. Tenanglah, aku di sini untuk menanggung bebanmu." Bisik Myungsoo pelan sebelum akhirnya beranjak dan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Sungyeol sendirian merenungi kondisinya saat ini dan kata-kata Myungsoo yang terakhir itu.

'Menanggung bebanku? Apa aku bisa percaya padamu?'

~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~

"Istirahatlah di kamar, Yeol. Kau terlihat sangat lemas. Jika butuh apa-apa, panggil saja kami." Ujar Sunggyu yang meletakkan tasnya di sofa ruang tamu. Sungyeol hanya tersenyum kecil dan mengangguk, melangkahkan kakinya dengan lemas menuju ke kamar tidurnya.

Tiga jam setelah Sungyeol bangun di rumah sakit, akhirnya Sungyeol meminta untuk pulang dan beristirahat di rumah. Ia sungguh tidak tahan berlama-lama di rumah sakit. Baginya rumah sakit itu lebih horor dari pada rumah hantu. Sungguh.

Sungyeol membaringkan tubuhnya ke kasurnya yang luas dan empuk. Ia menatap ke arah langit-langit kamarnya. Tangan kanannya dengan perlahan menyentuh perutnya. 'Benarkah di sini ada sesuatu?' pikirnya.

Klek.

Namja manis berambut almond itu menolehkan kepalanya ke arah pintu yang baru saja dibuka oleh namja tampan yang sekarang ini tengah berjalan ke arahnya.

Namja tampan itu berhenti dan berdiri tepat di samping Sungyeol. Ia menatap Sungyeol dalam-dalam. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Myungsoo pelan seraya duduk di samping Sungyeol yang tengah berbaring. Ia menyenderkan punggungnya ke kepala kasur dan memejamkan matanya.

Sungyeol kembali menoleh ke depan dan menatap langit-langit kamar. "Hmm… Aku berpikir, apa di dalam sini benar-benar ada sesuatu yang hidup? Apakah aku ini pria yang mengerikan? Apakah aku ini manusia yang menjijikan bagimu? Manusia yang telah menghancurkan masa depanmu yang seharusnya menikah dan hidup bahagia dengan wanita yang kau cintai dan manusia yang berkelamin pria namun dapat mengandung? Apa semua ini membuatmu jijik dan muak? Aku takut… Aku takut untuk menerima kalau aku ini tidak normal." Ujar Sungyeol dengan nada yang sangat pelan, bahkan terdengar seperti gumaman.

Myungsoo membuka matanya dengan perlahan kemudian menoleh sedikit ke arah Sungyeol. "Ya, di dalam sana ada sesuatu yang tengah hidup dan bertumbuh. Dan kuharap kau bisa menjaganya dengan baik. Dan lagi, kau memang manusia yang telah menghancurkan masa depanku yang seharusnya hidup bahagia dengan wanita yang aku cintai dan memiliki keluarga yang bahagia. Tapi setelah aku pikir-pikir, kau dapat mengandung, sama seperti wanita, dan hal itu membuatku berpikir bahwa denganmu aku juga bisa membangun keluarga yang bahagia. Maka dari itu, itu bukanlah kau yang tidak normal, tapi kau yang istimewa. Kondisimu itu bukanlah tidak normal, tapi itu adalah keistimewaan yang kelak akan membawa kebahagiaan kepada keluarga kita baik keluarga besar maupun rumah tangga kita." Jawab Myungsoo juga dengan suaranya yang pelan dan terdengar halus.

Sungyeol terdiam, terlihat bahwa ia terhanyut dengan perkataan Myungsoo yang terdengar lembut, hangat, dan menenangkan pikirannya. Mungkin yang Myungsoo katakan ada benarnya, atau mungkin memang benar.

"Tapi aku benci orang hamil." Ujar Myungsoo dengan nada datar dan dinginnya yang menghancurkan suasana hening tersebut.

Jeder!

Sungyeol menoleh ke arah Myungsoo dan menatap suaminya itu dengan tatapan membunuh. "Orang hamil itu merepotkan. Kerjaannya manja-manjaan dengan suaminya, perintah-perintah, suka marah tiba-tiba dan sadis. Mengerikan." Jelas Myungsoo tak memperdulikan Sungyeol yang kini tengah menggenggam remote AC dan siap mencomotkan benda imut tersebut ke dalam mulut Myungsoo.

Tiba-tiba, Sungyeol menendang Myungsoo hingga namja tampan itu terjatuh dari kasurnya dan terduduk di atas lantai dengan suara 'bedebam' yang cukup keras. "Suami macam apa kau ini yang membenci pasangannya sendiri yang tengah hamil, hah?! Kau tidak suka aku yang sedang hamil ini, hah?! Tadi mengeluarkan kata-kata emasmu padaku, sekarang mulutmu malah mengeluarkan kotoran yang benar-benar tidak enak didengar. Maumu apa, sih?!" repet Sungyeol dengan kesal seraya menunjuk-nunjuk wajah Myungsoo dengan remote AC yang tengah ia pegang. NB:: 'kotoran': perkataan Myungsoo tentang orang hamil. Sungyeol tidak suka mendengar perkataan itu dan menyebutnya dengan kotoran. XD

Myungsoo memutar kedua bola matanya. 'Tuh 'kan, orang hamil itu memang merepotkan.' pikirnya yang dengan perlahan berdiri dan mendekati Sungyeol yang menatapnya dengan kening berkerut, kesal. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, namja tampan bermata elang itu menggandeng dan menarik tangan Sungyeol agar beranjak dari sana.

"Eh? Eh? Mau ke mana? Kenapa tiba-tiba menarikku?" tanya Sungyeol yang kebingungan. Myungsoo masih tidak mengeluarkan suaranya dengan tangannya yang tetap menarik Sungyeol. Sedangkan namja manis yang ditarik semakin bingung dengan Myungsoo yang terus menariknya hingga keluar dari rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun.

BAM

Sungyeol duduk manis di jok depan mobil, menatap Myungsoo dengan tatapan bingung. "Kau ini manusia atau bukan? Aku berbicara dengan bahasa manusia, kau tidak menjawabku. Perlukah aku berbicara padamu dengan menggunakan bahasa reptil yang aku pelajari saat SD dulu?" tanya Sungyeol. Myungsoo menyalakan mesin mobilnya dan siap menancapkan gas mobilnya. Melirik kea rah Sungyeol sejenak dan bersuara, "Diam dan duduk manis di sana. Jangan cerewet." Ujar Myungsoo pelan.

Sungyeol mendesis kesal. Ih, rasanya ia benar-benar ingin menempelkan wajah yang tampan namun menyebalkan milik suaminya itu ke jendela mobil saat ini juga. Menyebalkan.

'Aksi penculikan.' batin Sungyeol dengan malas. Matanya memandang dengan malas ke arah jalanan. Entah apa yang diinginkan oleh Myungsoo, ia malas untuk memikirkan ataupun memprotesnya. Ia lelah. Rasanya ingin tidur saja.

"Jangan tidur dulu." cegah Myungsoo saat melihat mata Sungyeol mulai terpejam. Sungyeol mendengus kesal. "Aku mengantuk. Tidak bisakah aku tidur sebentar hingga sampai di tempatnya?" keluh namja manis itu.

"Kita sudah sampai." ujar Myungsoo menghentikan mobilnya. Sungyeol menaikkan alisnya kemudian melihat ke luar jendela. Ia terdiam. Matanya terlihat menikamati pemandangan yang ada di sekitarnya ini. Ia melihat sungai Han yang sangat indah dengan lampu-lampu malam kota. Benar-benar indah.

Ia menoleh ke arah Myungsoo yang juga terlihat menikmati pemandangan di sana. "Apa yang ingin kau lakukan dengan ini?" tanya Sungyeol. Mata polosnya berkedip menatap Myungsoo yang kemudian beralih kembali memandangi Sungai Han.

"Untuk menenangkanmu. Dulu, kalau aku stress dan banyak beban, aku sering ke sini malam hari untuk meluapkan semua beban dan kekesalanku. Rasanya semua benar-benar terbuang di sini." Ujarnya Myungsoo dengan nada tenangnya.

Sungyeol menurunkan jendela mobilnya. Angin sepoi-sepoi langsung menerpa wajahnya saat ia menurunkan sepenuhnya jendela mobil itu. Ia tersenyum tipis menikmati angin yang dingin sekaligus sejuk itu. Sedetik kemudian, ia menoleh ke arah Myungsoo. "Ui, mayat hidup. Aku lapar. Aku ingin makan fish cake yang di pinggiran jalan." Ujar Sungyeol dengan nada bicaranya yang sedikit manja.

Myungsoo menarik napasnya dalam-dalam, meredam kekesalannya pada Sungyeol yang memanggilnya mayat hidup dengan nada meremehkan. Tampan begini dipanggil mayat hidup? Apa otaknya miring?

'Tenang… Kata Gyu-hyung, apapun yang Sungyeol minta selama ia hamil harus dituruti. Permintaan Sungyeol sama dengan permintaan baby. Jika tidak dituruti, maka si baby tidak akan terlahir cantik. Apa kata dunia kalau ayahnya tampan tapi anaknya jelek? Hell no! Nae aegya harus menyandang motto 'Like father like child.' pikir Myungsoo dengan dewasanya. Ia kemudian menyalakan mesin mobilnya dan segera melajukannya dan mencari apa yang Sungyeol inginkan.

"Mau berapa mangkuk?" tanya Myungsoo yang hendak turun dari mobilnya. "Makan bubur aja, yuk." ajak Sungyeol dengan nada polosnya. Myungsoo menghentikan gerakannya yang hendak membuka pintu mobil, ia menatap Sungyeol dengan tajam. 'Sabar, Myung. Sabar… Orang sabar akan semakin tampan.' batin Myungsoo yang kemudian kembali memasang seat beltnya.

"Setelah ini kita pulang, okay? Aku lelah." Ujar namja tampan itu dengan nada pelan. Sungyeol memalingkan wajahnya ke jendela sebelahnya dengan senyum kecilnya yang terlihat mengejek. Yahh, di samping ngidam, sekalian jahilin Myungsoo menyenangkan juga.

.

Sungyeol terlihat menyantap buburnya dengan lahap, sedangkan Myungsoo hanya menyeruput coklat panas yang ia pesan. Ia tidak lapar, ia justru sangat lelah.

Sungyeol meletakkan sendoknya di atas meja lalu melap bibirnya dengan tissue yang telah disediakan. Ia lalu menatap Myungsoo dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Myung-ah, aku tiba-tiba kepikiran ingin memelihara anak kura-kura." Ujar Sungyeol dengan nada yang terdengar sedikit manja. Myungsoo melebarkan matanya sedikit. 'Apa lagi kali ini?'

"Anak kura-kura?" Mungkin permintaan kali ini tidak terlalu memberatkan. Banyak yang menjual anak kura-kura kok di sekitar sini, jadi mungkin ia dapat memenuhi permintaan Sungyeol kali ini.

"Baiklah, setelah ini kita beli anak kura-kura." Jawab Myungsoo mengiyakan. Sungyeol tersenyum. "Tapi aku ingin anak kura-kura yang cangkangnya memiliki ukiran berbentuk love di bagian bawahnya, warna mata yang berbeda, menetas di musim gugur, dan kembar." Kali ini Myungsoo benar-benar membelalakkan matanya. Err, mungkin Myungsoo harus mencabut janjinya pada Sungyeol untuk membelikannya kura-kura.

Bayangkan! Harus cari dimana anak kura-kura dengan ciri-ciri seperti itu?! Ukiran love di bagian bawah cangkangnya mungkin masih dapat dibuat ataupun dicari, tapi ini apaan? Warna mata yang berbeda? Harus yang menetas di musim gugur? Dan, KEMBAR?!

Namja tampan itu menolehkan kepalanya ke samping dan menghela napasnya dengan berat. Sungyeol mengamati gerak-gerik suaminya dengan senyum yang tertahan. Ia memang ingin memelihara anak kura-kura, tapi sekalian untuk menjahili Myungsoo, ia sengaja meminta anak kura-kura dengan cirri-ciri seperti itu.

"Ungg, ayolahh… Aku benar-benar ingin memelihara anak kura-kura yang seperti itu." rengek Sungyeol. "Mau cari dimana makhluk seperti itu, Yeol? Yang kau minta itu anak kura-kura atau anak monster, hah?" Sungyeol mempoutkan bibirnya dan menunjukkan wajah kesalnya.

Myungsoo menarik napasnya dalam-dalam. Dan dengan sialnya kata-kata Sunggyu tiba-tiba menggema di kepalanya. 'Kalau Sungyeol benar-benar menginginkan suatu benda atau makanan, benar-benar menginginkannya, kau harus mendapatkannya. Kalau tidak, anakmu akan-' dan kalimat selanjutnya Myungsoo benar-benar tidak dapat mengingatnya, alis lupa. Karena pada saat itu, Sunggyu terlalu banyak mengoceh, dan akhirnya yang masuk ke otak Myungsoo hanyalah 1/8-nya saja. Benar-benar miris mengingat Sunggyu yang telah bersusah payah hingga mulut berbusa untuk memberikan nasehat pada sang adik.

"Myung…!" panggil Sungyeol dengan kesal. "Oke, oke. Aku akan mencarikannya untukmu, ne? Tapi tidak janji akan menemukannya hari ini." jawab Myungsoo. Sungyeol tersenyum senang sekaligus puas. Senang karena akan mendapatkan anak kura-kura, dan puas karena ia telah berhasil menjahili mayat hidup menyebalkan yang berstatus sebagai suaminya ini.

.

.

.

.

Masa mengidam ini terus berlangsung dan menyiksa Myungsoo baik secara jasmani maupun rohani selama 7 bulan terakhir ini. Entah itu salad yang harus di beli di India, kodok yang memiliki kumis, pisang dengan kulit berwarna orange, nasi goreng coklat, dan yang lebih parahnya, akhir-akhir ini Sungyeol suka meminta menonton film horor berdua di kamar mandi tengah malam dengan menggunakan laptop. Sumpah, itu apaan coba?!

Myungsoo menelungkupkan kepalanya di atas meja kerjanya. Kerjaan di kantor menumpuk, dan namja tampan ini tidak memiliki waktu, energy dan juga mood untuk mengerjakan semua ini. Dan dengan terpaksa, ia melimpahkan semua kerjaannya pada hyungnya dan juga Woohyun. Meskipun begitu, masih ada beberapa kerjaan yang harus ia kerjakan sendiri, tidak dapat diwakili oleh orang lain.

Namja bermata tajam dan berbibir tipis tersebut meraih ponselnya dan menghubungi Sungyeol.

"Yeobosseo?"

"Yeol? Bagaimana keadaanmu di rumah?" tanya Myungsoo, masih dengan posisi terlungkupnya. Rasanya ia ingin di rumah saja, istirahat. Meskipun Sungyeol pasti akan meminta yang aneh-aneh lagi padanya.

"Aku baik-baik saja, kok." Jawab Sungyeol di seberang sana. Myungsoo mengernyitkan keningnya, suara sungyeol terdengar sedikit berbeda. "Kau kenapa? Kenapa suaramu terdengar lemas begitu?"

"Hm? Ah, aku hanya sedikit pusing, lemas dan mengantuk. Tadinya sudah akan tertidur sampai kau meneleponku." Jawab Sungyeol.

"Yasudah, istirahatlah. Atau perlu aku pulang ke rumah sekarang juga? Kau ingin sesu-" –Pltakk

Myungsoo langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar suara aneh dari seberang telepon. "Yeol? Sungyeol?" Ia mengernyit dan kemudian berdiri dari kursi kerjanya. "Hei, Yeol-ah. Ada apa? Kau masih di sana?" Ia melihat ke arah layar ponselnya, masih tersambung, dan saat mendengarkan ponselnya, masih tersambung tapi tidak ada sahutan dari Sungyeol.

Setelah menunggu beberapa detik untuk memastikan bahwa tidak ada jawaban dari Sungyeol, ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat, beranjak dari raungannya untuk pulang ke rumah. Sungyeol sendirian di rumah. Sunggyu sibuk dengan meetingnya, Woohyun memiliki jadwal mengajar pada jam segini dan akan selesai sekitar 1 jam lagi. Ia berencana tinggal di rumah sementara Sunggyu dan Woohyun tidak ada di rumah.

Tapi Sungyeol terus memaksa Myungsoo untuk pergi ke kantor dan menyelesaikan pekerjaannya yang telah menumpuk. Namja manis itu berkata bahwa sendirian di rumah selama 3 jam saja bukanlah masalah. Dan dengan itu meyakinkan Myungsoo untuk meninggalkan Sungyeol sendirian di rumah. Dan kali ini, ia sungguh menyesali hal itu karena telah menerima paksaan Sungyeol. Dan kini pasti terjadi sesuatu pada Sungyeol.

~TBC~

Okayy~ Dan chap depan adalah chap terakhir, ne~ ^^ Author hanya akan menggambarkan kisah masa-masa hamil Sungyeol sampai yeol melahirkan saja. Sampai itu saja ne~ :D Maaf kalau alurnya jadi rada aneh == Habisnya author benar-benar bingung mau buat kayak mana alurnya. *bow*

Oke~

Akhir kata

Review (ffn) and comment (FB) please~ ^^

*bow* m(_ _)m